az

Senator asal Sulawesi Selatan, Ir. H. Abdul Aziz Kahar Muzakkar, M.Si. memberikan kuliah umum di kampus STIBA Makassar, Kamis(13/4). Kuliah Umum yang dirangkaikan dengan Rapat Dengar Pendapat (RDP) ini dihadiri oleh tak kurang dari 100 perwakilan mahasiswa STIBA.

Ketua STIBA Makassar, Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D. dalam sambutannya mengungkapkan kebahagiaannya atas kunjungan tersebut. Selain karena memiliki kedekatan historis, juga karena beliau adalah salah satu tokoh yang selama ini memperjuangkan aspirasi umat Islam di kancah perpolitikan bangsa.

Ketua Litbang Wahdah Islamiyah, Ir. Iskandar Kato, M.Si. juga mengutarakan hal yang sama. Karenanya ia berharap mahasiswa STIBA mampu mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari kedatangan senator sekaligus muballigh tersebut.

Dalam kuliah umumnya yang berlangsung kurang lebih sejam, Ir. H. Abdul Aziz Kahar Muzakkar, M.Si. menguraikan beberapa fakta seputar pilar-pilar bangsa ini, terkhusus pada nilai historisnya. Ia mengutarakan bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar atau dikenal sebelumnya sebagai Piagam Jakarta ditulis oleh seorang ulama kharismatik, H. Agus Salim. Meskipun para ulama yang menduduki BPUPKI mengusulkan pembentukan Negara Islam, dan KH. Agus Salim mengutarakan firman Allah Al-Maidah (44-45,47) sebagai asas urgensi pendiriannya, namun demi menjaga keutuhan bangsa mereka pun dengan berat hati menerima pendirian Negara Indonesia dengan tanpa penerapan syariat Islam secara utuh dan paripurna.

“Inti dari materi kita ini bahwasanya kita umat Islam berhutang sejarah kepada para pendahulu kita dari kalangan ulama sebagai perintis dari perwajahan Pancasila dan Undang-Undag dasar. Sebagian kalangan menyelewengkan makna asli dari keduanya, bahkan menyisipkan nilai-nilai demokrasi dan liberalisme. Bukti nyata bahwa negara kita sudah lebih liberal dari ‘guru’ kita Amerika”, ungkapnya.

Beliau melanjutkan bahwa tugas kita sebagai komponen negara yang membaca dan memahami Al Quran dan As Sunnah, memiliki andil dalam perbaikan bangsa ini melalui keikutsertaan dalam berbagai sisi penentu kebijakan, mulai dari DPRD hingga DPR dan bupati hingga presiden.

“Perwajahan negara kita saat ini adalah cerminan dari minimnya orang yang paham Al Quran dalam panggung perpolitikan. Bahkan sebagian besar masih terbata-bata dalam membaca Al Quran. Inilah PR terbesar bagi kita semua, untuk melakukan ekspansi dakwah ke gedung DPR, Balaikota, dan sebagainya dalam rangka memahamkan Al Quran para pemegang kebijakan, sehingga kita bisa mengubah wajah perpolitikan di negeri yang kita cintai ini,” tegasnya.

Dalam sesi terakhir, beliau membuka sesi tanya jawab dari para mahasiswa, kemudian dilanjutkan dengan penyerahan cinderamata oleh Ketua STIBA Makassar.  (Ihsan Dahri, Fotografer: Auladun Abrar_Infokom BEM)

az3 az2 az1

Loading

Tinggalkan Balasan