Meraih Surga dengan Akhlak Mulia
     Takjub, itulah sikap kita ketika melihat seseorang yang berakhlak demikian mulia. Seakan hidupnya tak mengenal istilah marah, bibirnya senantiasa berhias senyum, ringan tangan, dan segudang sifat terpuji lainnya.
Sekadar berakhlak mulia tapi tidak diniatkan karena Allah, tak akan bernilai ibadah di sisi-Nya, karena setiap amal baik mesti didasari oleh niat yang ikhlas. Maka perlu untuk mengetahui kedudukan akhlak yang baik dalam Islam.
Sebaliknya, barangkali ada segelintir orang yang terlahir dan besar di lingkungan orang-orang yang berperangai kasar, maka dengan mengetahui keutamaan berakhlak baik, pun seorang muslim diharapkan bisa lebih menahan diri dari sikap kasar dan sifat-sifat tercela lainnya.
INILAH BUAH AKHLAK TERPUJI
Buah dari akhlak yang baik adalah persatuan dan saling cinta. Sebaliknya, akhlak yang buruk akan melahirkan permusuhan, sikap hasad, dan perpecahan.
Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam telah memotivasi umatnya agar berakhlak yang baik dan berpegang teguh dengannya. Beliau telah menyandingkan sikap takwa dan akhlak mulia dalam salah satu sabdanya, “Hal yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.”(HR. Tirmidzi dan Hakim)
Di antara indikasi keluhuran akhlak dan budi pekerti seseorang adalah wajahnya yang selalu nampak ramah, menahan diri dari mengganggu maupun menyakiti orang lain, diikuti oleh perkataan-perkataan yang baik dan menahan diri dari sikap marah.
Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam berwasiat kepada Abu Hurairah radhiyallahu anhudengan sebuah wasiat yang agung, “Wahai, Abu Hurairah! Berakhlaklah dengan akhlak yang terpuji.” Abu Hurairah berkata, “Apakah akhlak terpuji itu ya Rasulullah?” Beliau bersabda, “Engkau menjalin hubungan dengan orang yang telah memutuskan tali ukhuwah denganmu. Memaafkan orang yang menzalimimu, dan memberi sesuatu kepada orang yang menahan hartanya darimu.” (HR. Al-Baihaqi).
Tak setiap orang diberi kekuatan dan keutamaan untuk bangun shalat di tengah malam yang dingin saat mata terserang kantukhebat. Demikian pula, tak banyak orang yang mampu melakukan puasa-puasa sunnah. Karenanya, derajat yang Allah l telah sediakan untuk mereka pun luar biasa.Namun tahukah Anda bahwa dengan menghiasi diri dengan akhlak yang baik Anda dapat mencapai derajat mereka?
Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
إِنَّ الرَّجُلَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
“Sesungguhnya ada orang yang dengan kebaikan akhlaknya bisa mencapai derajat orang yang rajin berpuasa dan shalat.” (HR. Ahmad).
Akhlak yang baik adalah bagian dari kesempurnaan iman. Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَاناً أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً
“Seorang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Dalam salah satu hadits, Nabi shallallahu ‘alihi wasallam berkata, “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling banyak memberi manfaat. Dan amal yang paling dicintai Allah adalah perasaan bahagia yang engkau masukkan ke dalam hati seorang muslim, atau engkau menghilangkan darinya kesulitan, atau melunaskan utangnya, atau engkau menghilangkan rasa laparnya. Dan sesungguhnya aku berjalan bersama seorang saudaraku untuk (menuaikan) suatu kebutuhan lebih aku sukai daripada aku beritikaf di masjid ini—yaitu Masjid Madinah—selama satu bulan. Dan barangsiapa yang menghentikan amarahnya maka Allah akan menutupi kekurangannya dan barangsiapa menahan amarahnya padahal dirinya sanggup untuk melakukannya maka Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk (menunaikan) suatu keperluan sehingga tertunaikan (keperluan) itu maka Allah akan meneguhkan kakinya pada hari bergemingnya kaki-kaki (hari perhitungan).” (HR. Thabrani. Dinyatakan hasan oleh Syeikh al-Albani didalam kitab “Shohih at Targhib wa at Tarhib” (2623)
Siapa tidak tahu keutamaan orang-orang yang rajin bersedekah, menginfakkan sebagian hartanya untuk meringankan beban dan membahagiakan saudaranya sesama muslim? Barangkali kita akan berkata bahwa sedekah hanya bagi orang-orang berharta. Namun, dengan akhlak yang baik berupa tutur kata yang sopan dan santun Anda pun bisa meraih keutamaan sedekah.
Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda, “Tutur kata yang baik adalah sedekah.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Bahkan sekadar senyum yang tak membutuhkan biaya dan energi, “Dan senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.” (HR. Tirmidzi).
Arahan-arahan dari Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam yang memotivasi umatnya untuk senantiasa berhias dengan akhlak yang baik amat banyak.Kisah perjalan hidup beliau adalah teladan yang baik bagaimana seseorang berlaku baik terhadap dirinya sendiri, istri-istrinya, tetangga-tetangganya, kaum muslimin yang lemah, orang-orang jahil, bahkan orang-orang kafir sekalipun. Allah l berfirman (artinya),
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al-Maidah: 8).
Di antara contoh akhlak yang baik yang mesti diketahui dan diamalkan seorang muslim, terkumpul dalam sifat-sifat berikut ini; pemalu, banyak berbuat baik, jujur, sedikit bicara, banyak bekerja, teliti,  gemar bersilaturrahim, berwibawa, penyabar, pandai bersyukur, menerima apa adanya, murah hati, ramah, menjauh dari syubhat, penyayang, tidak suka melaknat,  mencela, dan mengadu domba. Tidak pula tergesa-gesa, menjauhi sifat pendendam, bakhil, dan hasad.Mencintai sesuatu, suka, dan marah hanya karena Allah.
Adapun sumber akhlak yang buruk berasal dari sifat sombong maupun perasaan rendah diri—bukan rendah hati.Sikap suka membanggakan diri, meremehkan orang lain, ujub, hasad, aniaya, zalim, keras hati, takabbur, enggan menerima nasihat, gila pangkat dan kedudukan, senang dipuji, semua itu bersumber dari sikap sombong.
Adapun sifat pendusta, khianat, riya, tipu daya, tamak, penakut, pengecut, bakhil, lemah, malas, menghinakan diri selain kepada Allah, dan sejenisnya, berasal dari sifat rendah diri dan kurangnya percaya diri.
Para pembaca yang dirahmati Allah l, sekaranglah saatnya berharap pahala dengan menata akhlak dan tingkah laku kita. Mengarahkan segala sikap dan berusaha keras untuk beradab dengan akhlak mulia yang diajarkan Islam. Betapa menakjubkan, seseorang yang mencuci wajahnya lima kali dalam sehari untuk menjawab panggilan Allah, tapi tidak membasuh hatinya walau hanya sekali dalam setahun untuk menghilangkan segala kotoran dunia yang menggelayut dan menghitamkan hatinya.
Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam telah berwasiat kepada kita, “Takutlah kepada Allah di mana pun kalian berada. Ikutkanlah perbuatan keji dengan perbuatan yang baik, maka itu dapat menghapus (dosanya), pergaulilah manusia dengan akhlak yang mulia.(HR. Tirmidzi).
Semoga kita termasuk dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam berikut ini, “Sesungguhnya di antara kalian yang terdekat tempat duduknya dariku pada hari kiamat adalah yang terbaik akhlaknya.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban).
Inilah Islam. Islam mengajarkan umatnya untuk berlemah lembut dan berperilaku yang baik dan menjauhi sikap keras yang tidak pada tempatnya. Seorang muslim yang hidupnya diwarnai dengan etika islami, ketika ia bersama dengan orang lain maka mereka senang dengan kehadirannya. Sebaliknya, jika ia pergi, orang-orang merasa kehilangan dan akan mencarinya. Karenanya, tidak benar jika mengatakan Islam adalah agama kekerasan, apalagi diidentikkan dengan terorisme.
Ya, Allah! Muliakanlah akhlak kami, dan baikkanlah amal perbuatan kami. Ya, Allah! Sebagaimana Engkau telah menjadikan indah bentuk dan rupa kami, maka jadikan pula indah akhlak dan tingkah laku kami&
—-
Sumber: Artikel berbahasa Arab “Husnul Khuluq” karya Abdurrahman al-Qasim, penerbit Daar al-Qasim dengan beberapa perubahan dari redaksi.

Loading

Tinggalkan Balasan