Tahun ajaran baru di STIBA Makassar telah dimulai. Ditandai dengan Kuliah Perdana yang berlangsung hari Senin, 16 Dzulqa’dah 1436/31 Agustus 2015, bertempat di Gedung Aula Perkuliahan Putri.
Kuliah Perdana kali ini menghadirkan salah seorang tokoh nasional, Ustadz Farid Achmad Oqbah, Lc., M.A. sebagai pemateri. Sebelum membahas tema yang diminta oleh panitia yaitu Peran Penuntut Ilmu dalam Menghadapi Konspirasi Musuh-Musuh Islam, Ustadz Farid terlebih dahulu memberikan motivasi kepada para mahasiswa. Beliau menyebutkan salah satu hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang membagi manusia menjadi empat golongan, yaitu:
- Manusia yang diberikan oleh Allah karunia ilmu ad-dien dan ilmu ad-dunya. Disebabkan karena ia menguasai keduanya, ia bisa sukses dua-duanya. Sukses di dunia dan akhirat.
- Manusia yang dikaruniakan ilmu ad-dien tapi tidak diberikan kepadanya ilmu dunia. Dunianya mungkin pas-pasan atau kekurangan tapi akhiratnya melimpah dan sukses.
- Manusia yang dikaruniai ilmu dunia tapi tidak dikaruniai ilmu ad-dien. Ilmunya melimpah tapi orientasinya sebatas dunia.
- Manusia yang tidak diberikan ilmu ad-dien dan tidak juga diberikan ilmu dunia.
Menurut Ustadz Farid, dari dua komponen ilmu ad-dien dan ilmu ad-dunya tentunya yang paling penting adalah ilmu ad-dien karena ilmu ini sifatnya fardhu ‘ain sementara ilmu dunia adalah fardhu kifayah.
Beliau melanjutkan bahwa dalam salah satu kitab karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah yaitu Miftah Daar as-Sa’adah, disebutkan 300 keutamaan ilmu ad-dien beserta para menuntutnya.
“Maka keutamaan Antum belajar di sini melebihi mereka yang kuliah di tempat-tempat umum sebanyak 300 kali. Makanya jangan merasa kecil hati. Saya di kuliah di STIBA belajar agama, nanti masa depan saya bagaimana,” uajrnya memotivasi.
Inisiator MIUMI dan mantan ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) ini juga mengharapkan agar para mahasiswa menjadi seorang alim rabbani. Menurutnya, seorang alim rabbani tidak sekadar memahami ilmu-ilmu yang terkait dengan Allah yaitu tauhid, maupun ilmu-ilmu yang terkait dengan syariat, tapi ia juga memiliki hikmah. Bijaksana dan mampu memahami fiqhud dalil dan fiqhul waqi’. Selain itu, ia juga memiliki sifat halim, penyabar. Karena seorang yang alim, hakim, ketika ia berdakwah maka ia butuh proses yang panjang. Nabi Nuh ‘alaihis salam berdakwah 950 tahun tapi justru kaumnya justru meninggalkannya.
Terkait dengan tema kuliah perdana, Ustadz Farid menyebutkan bahwa musuh-musuh Islam baik dari kalangan jin maupun manusia telah bersepakat untuk menghancurkan Islam. Dan siapa pun yang terlibat dalam membela Islam akan dijegal. Di antara bentuk pekerjaan musuh Allah adalah menciptakan konsep Islam Nusantara untuk mengerdilkan Islam, Islam warna-warni, supaya kelak ada Islam Amerika, Islam Eropa, Islam Cina, Islam Nusantara. Ini adalah di antara bentuk konspirasi musuh-musuh Islam.
Ada tiga poin utama perusakan yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam, merusak akidah umat Islam dengan model pemurtadan, kristenisasi, aliran sesat. Yang kedua merusak pikirannya dengan syubhat orientalisme, sekularisme dan dengan isme-isme yang lain. Yang ketiga dengan merusak badannya, dijajah, disiksa, dibunuh, dan seterusnya. Semuanya itu, menurut Ustadz Farid Achmad Oqbah dimaksudkan untuk melumpuhkan Islam.
Secara garis besar, musuh-musuh Islam dapat diklasifikasin dalam lima kelompok besar:
- Kaum kuffar yang gerakannya dikendalikan oleh Yahudi.
- Musyrik, dapat dimasukkan ke dalam kelompok ini adalah Rusia dan Cina.
- Kaum munafikin, orang-orang yang mengaku Islam tapi sangat membenci Islam.
- Penganut sistem buatan manusia, dan
- Pembuat kerusakan.
Setelah menyampaikan kuliah umum selama kurang lebih 1,5 jam, Ustadz Farid A. Oqbah bertolak menuju ke Masjid Kampus Unhas untuk agenda lain.
Semoga Allah senantiasa melindungi kita dan terkhusus Ustadz Farid Achmad Oqbah dari makar-makar musuh Islam.
