(STIBA.ac.id) Makassar –  STIBA Makassar kembali akan mengutus ratusan mahasiswanya mengikuti program KKN. Jika tahun-tahun sebelumnya, STIBA Makassar mengakomodir permintaan sejumlah lembaga untuk menempatkan beberapa mahasiswa KKN di lembaga mereka, tahun ini STIBA memfokuskan ke 218 mahasiswanya di tiga kecamatan.

Ke 104 mahasiswa akan disebar di sembilan desa se-Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, tujuh desa di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa, dan lima desa di Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros. Sementara 114 mahasiswi hanya akan ditempatkan di lima desa di kecamatan terdekat dengan kampus STIBA Makassar yaitu Kecamatan Moncongloe.

Ketua STIBA Makassar dan Waka I berfoto bersama para Kordes KKN VI

Sebelum diutus ke lokasi KKN masing-masing, mahasiswa peserta KKN Pengabdian mengikuti pembekalan selama enam hari, Selasa—Jumat (24—27/01/2023) kemudian dilanjutkan kembali di hari Senin—Selasa (30—31/01/2023).

Pelepasan secara resmi diadakan pada Rabu (01/02/2023) di Masjid Anas bin Malik. Hadir dalam pelepasan tersebut Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Ustaz Dr. Khairul Akbar, Waka I Bidang Akademik Ustaz Dr. Kasman Bakry, dan Ketua STIBA Makassar Ustaz Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D.

Dalam tausiahnya kepada peserta KKN, Ustaz Akhmad Hanafi kembali mengingatkan mahasiswanya tagline STIBA Kampus Dakwah dan Perjuangan.

“Nilai Antum itu sebagai mahasiswa—dan nanti akan jadi alumni—itu dinilai berdasarkan berapa besar kontribusi yang Antum berikan untuk dakwah dan perjuangan ini,” ujarnya.

Ustaz Akhmad mengatakan, kendati peserta KKN kali ini seluruhnya mahasiswa Prodi Perbandingan Mazhab yang CPL pertamanya adalah menjadi mufti, tapi tidak melupakan tujuan awal didirikannya STIBA yaitu sebagai institusi pengaderan dai yang siap berdakwah.

Mudir STIBA tersebut kemudian mengutip ayat dalam Surah Yusuf ayat 108,

“Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata…”

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memilih salat, zakat, dan ibadah lainnya sebagai jalan, tapi yang dipilih adalah jalan dakwah. Jalannya para nabi. Ketika Nuh alaihisalam mengadukan kepada Allah betapa besar tanggung jawab beliau di tengah masyarakat, beliau tidak mengatakan ‘inni shallaytu laylan wanaharan, inni qara’tul Qur’an laylan wanaharan, tapi beliau katakan ‘inni da’awtu qawmi…,” imbuh Ustaz Akhmad memberi motivasi kepada peserta KKN tentang pentingnya berdakwah di tengah masyarakat.

Lebih lanjut, Ustaz Akhmad mengatakan bahwa kesadaran akan pentingnya dakwah inilah yang harus selalu tertanam dalam diri setiap mahasiswa bahwa mereka adalah mahasiswa dan calon alumni dari sebuah kampus yang tagline-nya adalah dakwah dan perjuangan.

Ketua STIBA juga menguraikan marhalah ilmu. Ia mengatakan bahwa ilmu punya dua marhalah (tingkatan). Yang pertama, menurut Ustaz Akhmad adalah marhalatul idkhal.

“Sekarang ini Antum ada pada fase ini. Kita berusaha untuk mendapatkan bekal sebanyak-banyaknya. Kemudian marhalatul ikhraj atau atha’, di mana kita berkewajiban mengeluarkan ilmu yang telah kita miliki. Tidak akan bermanfaat kalau kita simpan jadi bahan hafalan saja,” tuturnya.

Ustaz Akhmad juga menyampaikan harapannya agar mahasiswa peserta KKN tetap mempertahankan ciri khas KKN STIBA.

“KKN dalam makna dakwah itulah ciri khas KKN kita,” tegasnya.

Menurut Kepala P3M, Ustaz Dr. Khairul Aqbar, tahun ini STIBA Makassar menetapkan bentuk KKN Pengabdian. Berbeda dengan dua tahun sebelumnya yang memilih model KKN Berbasis Riset dan KKN Kemanusiaan.

Kamis besok (02/02) dijadwalkan pemberangkatan serentak mahasiswa peserta KKN ke lokasi KKN masing-masing bersama para dosen pendamping.

Loading