(STIBA.ac.id) Makassar –  Ratusan mahasiswa KKN STIBA Makassar pagi ini bertolak ke lokasi masing-masing, Kamis (02/02/2023). Sehari sebelumnya, Ketua STIBA Makassar Ustaz Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D. melepas secara resmi dalam seremoni yang berlangsung di Masjid Anas bin Malik.

Dalam kesempatan tersebut, ketua STIBA menitipkan empat wasiat sebagai bekal mahasiswa yang akan melakukan program KKN tahun ini.

Wasiat Pertama: Ikhlaskan niat

Dakwah adalah ciri khas KKN mahasiswa STIBA Makassar yang membedakannya dengan KKN PT lain. Dakwah adalah ibadah maka membutuhkan keikhlasan semata karena Allah.

“Konsekuensi dari keikhlasan akan tampak dalam keseharian kita menjalani dakwah ini. Agar dakwah kita diterima di tengah masyarakat maka kunci utamanya adalah ikhlas, qul hadzihi sabili ad’u ilallah… Kita ajak orang bukan untuk masuk Wahdah atau masuk STIBA ramai-ramai, bukan untuk bergabung di organisasi, apalagi untuk pribadi masing-masing. Tidak! Tapi ad’u ilallah. Maka keikhlasan itu yang akan jadi ukuran,” ujar Ustaz Akhmad Hanafi, Ketua STIBA Makassar.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa semakin kuat pondasi ilmu maka semakin kuat ilmu akan mengarahkan seseorang untuk ikhlas. Ia lalu mengutip perkataan Sufyan ats-Tsauri rahimahullah bahwa pada awalnya ia menuntut ilmu karena niat yang lain. Tapi ternyata justru ilmu itu menggiringnya untuk semata-mata ikhlas karena Allah.

“Ikhlas kunci utama. Kalau sudah ikhlas, sebesar apapun tantangannya, lillah. Beda kalau bukan karena Allah akan ada kekecewaan, baperan yang banyak. Apalagi Antum berkelompok, bisa jadi nanti ada satu kelompok yang lebih disenangi masyarakat daripada kelompok yang lain. Kalau ada yang tidak ikhlas melihat fenomena ini maka akan ada ganjalan dalam hati. Lahirlah hasad, suuzan. Keiklasan juga akan terlihat ketika kita berinteraksi dengan masyarakat. Orang tidak ikhlas akan memilah dan memilih hanya menghadiri undangan orang-orang tertentu saja,” tutur Ustaz Akhmad memaparkan makna ikhlas dan contoh-contohnya.

Baca juga: Tahun Ini 218 Mahasiswa Siap Ikuti KKN Pengabdian di Tiga Kecamatan – STIBA Makassar

Wasiat Kedua: Adab dan Etika
Salah satu kunci diterimanya—bahkan dinanti-nantikannya kehadiran—mahasiswa KKN STIBA adalah adab dan sopan santun meraka.

“Dakwah akan berhasil kalau kita berusaha untuk menjadi orang yang memiliki adab dan sopan santun. Inilah nilai tamayyuz kita. Kalau orang lain pergi KKN bawa gitar, siapkan rokok, maka kalau kita menyiapkan akhlak yang akan membersamai kita,” terang Mudir.

Ia juga mengangkat kisa pengutusan Muadz bin Jabal oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke Yaman. Saat itu, kata Ustaz Akhmad, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sambil memegang tali kekang hewan tunggangan Mu’adz, beliau menyampaikan beberapa wasiat.  Salah satunya adalah hassin khuluqaka linnaas (perbagus akhlakmu kepada manusia).

“Sehebat apapun metode dakwah dan retorika kita tapi kalau akhlak tidak baik maka dikali nol,” tegas Ustaz Akhmad.

Wakil Ketua Dewan Syariah WI tersebut juga menitipkan wasiat khusus kepada para akhwat (mahasiswi).

“Bagi akhwat apalagi yang bercadar, secara visual itu sudah terhalang, terhijab. Mau tidak mau orang akan merasa segan. Menganggap ini bukan orang yang bisa berinteraksi secara nyaman. Kalau orang sudah menjaga jarak dari kita, ditambah lagi kalau adab dan sikap kita tidak baik, maka orang akan semakin menjauh. Berhijab bukan  berarti Anda tidak boleh berinteraksi, menampakkan hal-hal baik di masyarakat. Kalau akhwat nanti memberi gambaran yang baik maka itu yang tertanam di masyarakat,” urai Ustaz.

Wasiat Ketiga:  Saling Memahami dan Tidak Menampakkan Perselisihan

Ketika melepas kepergian Mu’adz bin Jabal dan Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu anhuma ke Yaman, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga menyampaikan beberapa pesan. Salah satunya adalah tathawa’a wala takhtalifa (saling memahamilah dan jangan menampakkan perselisihan).

Baik Mu’adz maupun Abu Musa, keduanya adalah para sahabat besar. Tapi masih diingatkan Nabi untuk saling memahami dan tidak menampakkan perselisihan di tengah masyarakat.

“Kalian akan berdakwah bersama, maka pasti akan ada perbedaan-perbedaan antara satu dengan lainnya. Tapi usahakan cari jalan tengah, titik temu antara perselisihan, dan yang paling penting jangan tampakkan perselisihan di tengah masyarakat. Kita tidak bisa menghindari perselisihan karena itu bisa saja terjadi, tapi yang paling penting bagaimana menyikapi bila berbeda pendapat. Usahakan saling memahami,” harap Ustaz Akhmad.

Wasiat Keempat: Membawa Perwajahan STIBA

Mahasiswa KKN membawa perwajahan institusi di pundak mereka. Mereka adalah para duta di tengah masyarakat. Sedikit saja nilai negatif yang lahir dari sikap dan perbuatan meraka akan membawa dampak tercemarnya nama institusi.

Terkait ini, Ustaz Akhmad Hanafi mengutip ayat dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahzab ayat 58, (artinya),

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.”

“Kita memiliki banyak kekurangan. Jangan sampai efek dari perbuatan yang Antum tampakkan justru itu jadi citra buruk bagi institusi kita di tengah masyarakat,” pungkasnya.

Sebanyak 218 mahasiswa yang terdiri dari 104 mahasiswa dan 114 mahasiswi hari ini, Kamis (02/02) diberangkatkan ke tiga dua kabupaten yaitu Gowa dan Maros. Di Gowa, mahasiswa KKN STIBA Angkatan VI disebar di dua kecamatan, Tinggimoncong dan Tombolopao. Sementara di Maros dipusatkan di Kecamatan Moncongloe.

Loading