(STIBA.ac.id) Makassar –  STIBA Makassar menggelar Kuliah Perdana Semester Genap yang diisi oleh Ustaz Syaiful Yusuf, Lc., M.A., salah satu pendiri STIBA Makassar. Acara ini dihadiri oleh jajaran pimpinan, dosen, mahasiswa, serta orang tua yang mengikuti secara daring.

Dalam tausiahnya, Ustaz Syaiful Yusuf menekankan pentingnya keseriusan dalam menuntut ilmu (thalabul ilmi). Menurutnya, belajar di STIBA Makassar bukan sekadar menghadiri pengajian, tetapi menuntut komitmen serius dan kesiapan menghadapi ujian ilmu.

“Nikmat menuntut ilmu agama ini patut disyukuri karena tidak semua orang mendapat kesempatan seperti kalian,” ujarnya di Masjid Anas bin Malik, Senin (03/02/2025).

Himmah ‘Aliyah dalam Menghadapi Tantangan Teknologi

Mengusung tema “Himmah ‘Aliyah Penuntut Ilmu dalam Menghadapi Tantangan Perkembangan Teknologi”, Ustaz Syaiful Yusuf membahas dua sisi teknologi dalam dunia pendidikan: manfaat besar bagi penuntut ilmu serta potensi distraksi dan penyalahgunaan yang dapat mengganggu fokus belajar.

Beliau mengelompokkan respons penuntut ilmu terhadap teknologi menjadi dua kategori. Pertama, kelompok yang menghindari teknologi sepenuhnya dan memilih metode tradisional seperti generasi salafush shalih. Kedua, kelompok yang memanfaatkan teknologi dengan bijak, mengambil manfaatnya sambil menghindari dampak negatifnya.

“Penuntut ilmu harus memiliki strategi untuk mengoptimalkan teknologi sebagai alat bantu belajar, seperti mengakses literatur digital dan diskusi ilmiah daring, sekaligus menjaga diri dari efek negatif seperti ketergantungan pada media sosial dan konten tidak bermanfaat,” jelasnya.

Tantangan Pertama: Hilangnya Qudwah (Keteladanan)

Salah satu tantangan besar dalam era digital adalah hilangnya keteladanan (qudwah) dari guru. Menurut Ustaz Syaiful Yusuf, qudwah merupakan faktor penting dalam membentuk adab dan akhlak penuntut ilmu. Ia mencontohkan bagaimana para sahabat Rasulullah ﷺ mendapatkan ilmu langsung dari beliau, tidak hanya dalam bentuk teori, tetapi juga dengan menyaksikan keteladanan secara langsung.

“Belajar hanya melalui gadget atau komputer dapat menyebabkan hilangnya interaksi langsung dengan guru. Ini berisiko menjadikan ilmu hanya sebatas informasi tanpa ruh,” tegasnya. Oleh karena itu, beliau menganjurkan agar mahasiswa STIBA Makassar tetap mengutamakan hadir di majelis ilmu secara fisik dan menjalin hubungan dekat dengan para asatidz.

Tantangan Kedua: Ketergantungan pada Teknologi

Ustaz Syaiful Yusuf juga mengingatkan bahwa ketergantungan berlebihan pada teknologi dapat menghambat semangat belajar, melemahkan interaksi langsung, serta mengurangi integritas akademik. Salah satu dampak negatifnya adalah kecenderungan untuk malas menghafal dan memahami ilmu secara mendalam.

“Banyak yang lebih mengandalkan aplikasi digital untuk mencari dalil atau referensi tanpa benar-benar menghafalnya. Ini berbahaya, karena jika teknologi itu hilang, maka ilmu mereka pun ikut lenyap,” ungkapnya.

Selain itu, beliau menyoroti fenomena berkurangnya kehadiran di majelis ilmu pasca-Covid-19, di mana banyak yang lebih memilih menonton kajian online dibandingkan hadir langsung. Hal ini berisiko menghilangkan adab dan kedisiplinan dalam menuntut ilmu.

“Teknologi boleh dimanfaatkan, tetapi jangan sampai menggantikan qudwah. Tanpa keteladanan, ilmu hanya menjadi informasi kosong tanpa ruh,” pesannya.

Tantangan Ketiga: Banjir Informasi

Di era digital, arus informasi yang deras juga menjadi tantangan bagi penuntut ilmu. Tidak semua informasi yang tersedia bermanfaat, dan sering kali seseorang terjebak dalam berita palsu atau informasi yang menyesatkan.

Ustaz Syaiful Yusuf mengingatkan akan pentingnya menyaring informasi yang benar dan relevan, sebagaimana hadis Rasulullah ﷺ yang berbunyi, “Di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi).

Beliau juga menyoroti dampak kurangnya keterampilan bermasyarakat akibat ketergantungan pada dunia digital. Dai yang terlalu banyak berinteraksi di dunia maya dibandingkan dunia nyata dapat menjadi kurang efektif dalam menyampaikan dakwah.

Tantangan Keempat: Kerusakan Moral
Beliau juga mengingatkan akan bahaya pornografi dan konten negatif lainnya di dunia maya. “Ilmu adalah cahaya Allah, dan cahaya itu tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat,” ujarnya mengutip perkataan Imam Syafi’i.

Definisi Himmah Aliyah
Ustaz Syaiful Yusuf juga menjelaskan definisi himmah aliyah menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. “Himmah ‘Aliyah adalah keinginan yang sangat kuat, yang tidak hanya sekadar niat awal (hammu), tetapi juga mencakup tekad untuk merealisasikan tujuan tersebut. Keinginan ini meliputi kehendak, semangat, dan perwujudan nyata. Jika hanya sebatas niat tanpa realisasi, maka belum disebut sebagai Himmah ‘Aliyah,” tambahnya.

Kisah Inspiratif dari Para Salaf
Ustaz Syaiful Yusuf juga menyampaikan kisah-kisah inspiratif dari para salafus shalih yang memiliki himmah aliyah. Salah satunya adalah kisah Salman Al-Farisi yang berkelana mencari kebenaran hingga akhirnya bertemu dengan Rasulullah ﷺ. “Salman Al-Farisi adalah contoh nyata dari seseorang yang memiliki semangat tinggi dalam mencari kebenaran,” ujarnya.

Beliau juga menceritakan peristiwa Perang Hamra’ul Asad, di mana para sahabat Rasulullah ﷺ yang masih terluka dan lelah setelah Perang Uhud tetap bersemangat menghadapi musuh. “Ini adalah bukti nyata himmah aliyah para sahabat. Mereka tidak mengalah pada rasa lelah atau sakit,” tegasnya.

Empat Rukun Himmah Aliyah
Ustaz Syaiful Yusuf menjelaskan bahwa himmah aliyah memiliki empat rukun utama:

  1. Tujuan yang besar: Penuntut ilmu harus memiliki cita-cita tinggi, seperti menghafal Al-Qur’an, menguasai ilmu hadis, atau menjadi ahli fikih.
  2. Semangat yang tinggi: Semangat untuk mencapai tujuan harus kuat dan tidak mudah pudar.
  3. Usaha yang sungguh-sungguh: Penuntut ilmu harus bekerja keras dan konsisten dalam belajar.
  4. Pantang menyerah: Kegagalan bukanlah akhir, tetapi motivasi untuk bangkit dan terus berusaha.

Tantangan Perkembangan Teknologi
Ustaz Syaiful Yusuf mengingatkan bahwa perkembangan teknologi memiliki dua sisi: manfaat dan dampak negatif.

“Teknologi memudahkan kita mengakses ilmu, tetapi juga bisa membuat kita malas menghafal, tergantung pada mesin, dan kehilangan qudwah (teladan) dari guru,” ujarnya.

Beliau menekankan pentingnya menjaga niat dan semangat dalam menuntut ilmu. “Ilmu adalah cahaya Allah. Jika niat kita tidak lurus, ilmu tidak akan memberikan manfaat,” tegasnya.

Kiat Menumbuhkan Himmah Aliyah
Untuk menumbuhkan himmah aliyah, Ustaz Syaiful Yusuf memberikan beberapa kiat:

  1. Memohon pertolongan Allah: Selalu berdoa dan memohon kekuatan kepada Allah dalam menuntut ilmu.
  2. Menjauhi sifat malas: Berlindung dari sifat malas dan lemah dengan membaca doa dan zikir.
  3. Membaca kisah para ulama: Mengambil inspirasi dari perjuangan dan semangat para ulama terdahulu.
  4. Pembiasaan dan pemaksaan diri: Membiasakan diri untuk disiplin dan memaksakan diri untuk terus belajar meskipun dalam kondisi sulit.
  5. Mulazamah dengan ulama: Berguru langsung kepada para ulama dan mengambil teladan dari mereka.

Acara ini dihadiri oleh para pimpinan, dosen, mahasiswa, serta orang tua mahasiswa yang menyaksikan secara daring. Dengan materi yang disampaikan, diharapkan para penuntut ilmu di STIBA Makassar dapat menghadapi tantangan zaman dengan semangat dan keteguhan hati.

Loading