(STIBA.ac.id) Makassar – “Kalau mahasiswa kita tidak pernah ditarbiah dengan sungguh-sungguh, bagaimana mereka bisa menarbiah masyarakat nanti?” Kalimat tajam ini jadi salah satu pengingat kuat dari Ustaz Saiful Yusuf, Lc., M.A. dalam Pertemuan Murabbi STIBA Makassar yang digelar oleh Pusat Pembinaan Karakter dan Kepesantrenan STIBA.

Acara ini mempertemukan para murabbi secara langsung di Lantai 4 Gedung Rektorat, sementara para murabbiyah ikut via Zoom. Narasumber utama, Ustaz Saiful Yusuf, hadir membakar semangat para pembina karakter mahasiswa ini.

Sebelum masuk ke materi utama, Ketua STIBA Makassar, Ustaz Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D., menyampaikan sambutannya. Beliau mengingatkan bahwa tugas para dosen dan asatizah di STIBA bukan cuma soal tridharma perguruan tinggi. Di STIBA, ada satu tugas utama yang tidakak boleh ditinggalkan: tarbiah.

“Kita bukan hanya dituntut untuk melaksanakan pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Tugas utama kita adalah ikut serta dalam pembinaan, dalam tarbiah. Kita harus menyadari bahwa tarbiah ini bukan sekadar pelengkap, tetapi menjadi bagian utama dari tugas kita sebagai pendidik,” ungkap Ustadz  Akhmad.

Menurut Ustaz Akhmad, setiap interaksi dengan mahasiswa harus bisa jadi momen pembinaan, di kelas, saat bimbingan, atau bahkan saat ngobrol santai di luar perkuliahan. Tarbiah bukan cuma aktivitas tambahan, tapi bagian dari jantungnya STIBA.

Setelah sambutan, giliran Ustaz Saiful Yusuf yang membawakan materi utama. Beliau membedah makna tarbiah yang dianut Wahdah Islamiyah, yakni pembinaan menyeluruh, dari aspek ilmu, ruhani, sampai jasmani. Tujuannya untuk melahirkan kader militan dengan lima kriteria utama: mu’min, muṣliḥ, mujāhid, muta’awin, dan mutqin.

“Dulu, Wahdah tidak punya STIBA. Kita cuma jalankan tarbiah. Tapi setelah belajar ke LIPIA dan Madinah, kami sadar, tarbiah saja tidak cukup. Maka lahirlah STIBA untuk menyempurnakan proses kaderisasi ini,” kenang beliau.

Meski STIBA kini sudah jadi lembaga formal, menurut Ustaz Saiful, tarbiah tetap harus jadi inti. Kalau tarbiah cuma jadi formalitas, maka ruh gerakan bisa ikut hilang.

Yang tidak kalah penting, kata beliau, adalah sosok murabbi. “Mungkin materi tarbiah biasa-biasa saja, tapi kalau murabbinya luar biasa, dia bisa membuat materi itu hidup, menarik, dan berkesan. Bahkan mampu membangkitkan semangat para mutarabbi yang sedang lemah,” ujar beliau. Jadi, kunci dari tarbiah yang berhasil adalah kualitas murabbi, bukan hanya konten.

Beliau juga menekankan bahwa amanah sebagai murabbi itu bukan tugas sampingan. Sama pentingnya dengan amanah struktural lainnya. Dan tentu saja, teladan adalah segalanya. Menurut beliau, STIBA punya banyak asatizah dengan kapasitas keilmuan tinggi, tapi yang membuat lulusan STIBA berbeda adalah akhlak, kesungguhan, dan semangat dakwahnya.

Ustaz Saiful mengajak semua murabbi untuk menghadirkan pengalaman tarbiah yang hidup dan membekas. Jangan sampai mahasiswa hanya ikut halakah karena kewajiban. Jadikan itu momen berkesan yang bisa mereka bawa terus sampai ke masyarakat.

Sebagai penutup, Kepala Bagian Pembinaan Karakter, Ustaz Sirajuddin Qasim, Lc., M.H., menyosialisasikan sistem aplikasi tarbiah yang akan mulai diterapkan. Ia juga mengumumkan rencana kegiatan Tarbiah Camp yang akan digelar pada 3–4 April mendatang.

Loading