(STIBA.ac.id) Makassar – Di hadapan civitas academica IAI STIBA Makassar, Rektor UniSIRAJ Malaysia, Prof. Dr. Muhammad Rozaimi bin Ramle, menyampaikan materi utama bertajuk “Tantangan Dakwah Ahlus Sunnah wal Jamaah serta Penguatannya di Institusi Pendidikan Tinggi di Kawasan ASEAN–Semenanjung Melayu.”

Materi ini menjadi sorotan utama dalam kunjungan delegasi UniSIRAJ, Selasa (29/7), dan menghadirkan perspektif segar dari dunia dakwah di negeri jiran.

Prof. Rozaimi membuka ceramahnya dengan pantun dan senyuman, tapi setelah itu membawa peserta menyelami realitas dakwah Ahlus Sunnah di Malaysia yang penuh dinamika, baik dari sisi eksternal maupun internal.

Salah satu tantangan terberat, menurutnya, adalah labelisasi negatif terhadap dakwah Salafi yang sering disamakan dengan ekstremisme atau terorisme.

“Istilah ‘Salafi’ dibakukan dalam satu kotak: Wahabi, ISIS, bahkan pengganas,” jelasnya. Padahal, lanjut beliau, masyarakat tidak bisa membedakan antara Salafi Ilmi dan kelompok ekstrem. Akibatnya, banyak dai ahlusunah yang harus berhadapan dengan stigma sosial maupun pembatasan administratif seperti tauliah (izin ceramah) dari pemerintah.

Beliau juga menyampaikan ironi di Malaysia: masjid-masjid harus dikelola di bawah lembaga resmi negara. Bahkan jika seseorang mewakafkan tanah untuk masjid, kendali tetap di tangan pemerintah, yang terkadang justru mempersulit ulama ahlusunah untuk berdakwah secara terbuka.

Namun tantangan tak hanya datang dari luar. Perpecahan internal dalam kalangan dai Salafi juga menjadi ujian tersendiri.

“Kadang hanya beda pendapat dalam masalah fikih cabang, tapi dibesar-besarkan seolah beda manhaj,” tegasnya.

Di sisi lain, Prof. Rozaimi juga menyoroti keunggulan yang perlu disyukuri: semakin banyak pelapis muda dari kalangan dai Ahlus Sunnah yang cakap, berakhlak, dan adaptif dengan media sosial.

Dengan gaya ceramah yang ringan tapi bernas, beliau juga menyampaikan bagaimana UniSIRAJ kini bergerak aktif melawan penyimpangan akidah lewat debat ilmiah, fatwa, konvensi terbuka, dan sinergi dengan pemerintah setempat.

Salah satu tujuannya: mencetak lebih banyak dai seperti Samahatul Mufti Perlis yang disegani di tingkat nasional.

“Mungkin kemenangan dakwah ini belum ada di tangan kita. Tapi benihnya harus kita tabur hari ini,” tutup Prof. Rozaimi, mengutip spirit perjuangan Mus’ab bin Umair yang membuka jalan bagi kemenangan Islam meski tak menyaksikannya langsung.

Materi yang disampaikan secara hybrid ini mendapatkan apresiasi tinggi dari peserta, baik yang hadir langsung di Aula STIBA maupun yang menyimak via Zoom. Tak sedikit yang tertawa saat Prof. Rozaimi menyelipkan anekdot khas Malaysia yang membuat materi yang berat terasa hidup dan membumi.

Loading