(STIBA.ac.id) Makassar — Malam Ramah Tamah Wisudawan dan Wisudawati IAI STIBA Makassar ke-8 di Hotel Four Points Makassar, Jumat (15/8), tidak hanya diwarnai tawa dan tepuk tangan, tapi juga momen haru ketika perwakilan orang tua diberi kesempatan menyampaikan pesan dan kesan.

Muhammad Tahir, S.Sos., M.M., salah satu orang tua wisudawati, mengaku awalnya sempat merasa berat menerima amanah untuk berbicara mewakili ratusan orang tua. Namun dengan penuh kerendahan hati, ia menyampaikan rasa syukur dan kehormatan bisa melihat anak-anak mereka tumbuh di STIBA.

Ia menilai kampus ini bukan hanya tempat kuliah, melainkan juga tempat yang menjaga akhlak, melatih kedisiplinan, dan membiasakan amalan sunah.

“Di sini ada program hafalan Al-Qur’an, ilmu tajwid, pembelajaran bahasa Arab, dan bahkan aturan ketat asrama yang membuat orang tua merasa lebih tenang,” ungkapnya.

Suasana makin hangat ketika perwakilan orang tua lain, H. Jaya Purnama, S.Sos., M.Si., dari Konawe Selatan, berbagi cerita tentang perubahan anaknya. Jika dulu orang tua yang sering menasihati, kini justru anaknya yang banyak memberi nasihat agama.

“Rasanya seperti bertukar posisi, dan itu membuat kami bangga. Berarti pendidikan di STIBA benar-benar membuahkan hasil,” ucapnya sambil tersenyum, disambut tepuk tangan hadirin.

Keduanya sepakat, kelulusan anak-anak dari IAI STIBA Makassar bukan hanya kebanggaan pribadi, tapi juga kebahagiaan masyarakat asal. H. Jaya Purnama bahkan menceritakan bagaimana alumni STIBA yang pulang ke desa bisa tampil sebagai dai muda, aktif berdakwah, dan membawa harum nama almamater.

Namun di balik rasa bangga, mereka juga menyampaikan kerendahan hati. Tahir memohon maaf jika selama masa studi ada keluhan orang tua terkait fasilitas kampus seperti air bersih, makanan, atau asrama.

Sementara H. Jaya Purnama dengan rendah hati meminta maaf jika ada di antara anak-anak yang pernah berperilaku kurang baik.

“Di balik kenakalan mereka, kami yakin ada ladang pahala untuk para ustaz dan ustazah yang sabar membimbing,” katanya.

Sebagai penutup, mereka berpesan agar para wisudawan selalu menjaga nama baik STIBA di manapun berada, tidak larut dalam urusan dunia, dan terus menjadikan ilmu serta adab sebagai bekal utama.

“Jalani hidup seperti perahu. Selama berada di atas air, ia akan berlayar dengan baik. Tapi kalau air masuk ke dalamnya, ia akan tenggelam,” pesan Pak Tahir.

Malam itu, rasa syukur, bangga, dan doa-doa orang tua berpadu, mengiringi langkah anak-anak mereka yang siap melepas status mahasiswa dan menyandang gelar sarjana. Sebuah perpisahan manis, namun sekaligus awal dari perjalanan baru di jalan dakwah dan pengabdian.

Loading