
(STIBA.ac.id) Makassar – Dalam momen bersejarah pembolehan penggunaan smartphone di STIBA Makassar, Ketua Senat Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D. memberikan tausiah yang sangat menyentuh tentang hikmah di balik perubahan kebijakan ini. Dengan gaya khas seorang akademisi sekaligus pendakwah, beliau mengajak seluruh civitas akademika untuk melihat teknologi dari kacamata yang lebih bijak dan islami.
Generasi yang Lahir Bersama Teknologi
Ustaz Yusran memulai tausiahnya dengan refleksi mendalam tentang perubahan zaman. “Kita sekarang menghadapi generasi yang lahir bersama lahirnya HP. Bahkan mungkin lebih duluan sedikit lahir sebelum mereka, maka mereka hadir bersama dengan fasilitas tersebut,” ungkapnya dengan nada yang penuh pemahaman.
Beliau kemudian memberikan analogi yang mudah dipahami, “Kami pribadi merasa tidak terlalu tepat untuk kita melarang sesuatu yang hukum asalnya boleh. Seperti halnya kalau ada yang punya kemampuan beli mobil lalu dilarang jangan pakai mobil.”
Pernyataan ini mencerminkan pendekatan fikih yang matang, di mana Ketua Senat tidak serta-merta melarang teknologi, melainkan lebih fokus pada bagaimana penggunaannya.
Teknologi: Antara Senjata dan Bumerang
Salah satu poin paling menarik dari tausiah Ustaz Yusran adalah analoginya tentang teknologi sebagai senjata.
“Bagaimana kita menjadikan ini senjata bagi kita, bukan senjata yang menjadi bumerang atau yang bisa menghabisi kita,” jelasnya dengan penuh hikmah.
Beliau melanjutkan dengan perspektif yang sangat dalam, “Senjata ini mungkin ditemukan dan dibuat oleh musuh kita, tapi secara umum fasilitas di dunia ini pada hakikatnya kita yang paling berhak.”
Visi Mulia: Menyempurnakan Cahaya Allah
Puncak dari tausiah Ustaz Yusran adalah visinya yang sangat mulia tentang penggunaan HP untuk dakwah. Dengan merujuk pada ayat Al-Quran, beliau menyatakan, “Mereka ingin memadamkan cahaya Allah (yuriduna liyuthfi’u nurallah bi afwahihim), maka kita ingin menjadikan media ini justru untuk menyempurnakan cahaya Allah. Mereka ingin memadamkan cahaya Allah, kita justru akan menyempurnakan cahaya agama Allah dengan HP-HP kita.”
Visi ini sangat revolusioner, mengubah pandangan tentang HP dari sekadar alat komunikasi menjadi media dakwah yang powerful. Beliau ingin mahasiswa STIBA menjadi garda terdepan dalam “perang digital” untuk menyebarkan kebaikan.
Ketua Senat juga menyinggung hasil survei yang menunjukkan bahwa larangan HP menjadi salah satu faktor menurunnya minat calon mahasiswa. “Ada statement dari kepala sekolah Asy-Syathibi tentang kenapa jumlah alumninya yang masuk STIBA berkurang. Katanya, di STIBA dilarang pakai HP.”
Konsep Kecerdasan dalam Berteknologi
Ustaz Yusran menekankan bahwa penggunaan teknologi bukan hanya soal usia, tapi soal kecerdasan dan ketakwaan.
“Allah melarang memberikan harta kepada as-sufahah (orang-orang yang belum cerdas dalam mengelola). Ini berarti perlu pengajaran,” jelasnya sambil merujuk ayat Al-Quran.
“Ini masalah kecerdasan seseorang dalam memanfaatkan teknologi dengan sebaik-baiknya. Tidak dilihat hanya dari sisi umur, tapi juga dari ketakwaannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Komitmen pada Musyawarah dan Evaluasi
Beliau juga menegaskan bahwa keputusan ini bukan dibuat secara sepihak.
“Keputusan tentang bolehnya menggunakan HP ini semua adalah hasil musyawarah kita, melalui berbagai diskusi dan musyawarah,” ungkap Ustaz Yusran.
Yang lebih penting, beliau menunjukkan sikap yang sangat bijak dengan menyatakan, “Tentu saja ini adalah ijtihad dan aturan manusia. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, ternyata mudaratnya lebih besar dari manfaatnya, maka kita tidak akan susah untuk kembali melarangnya.”
Tanggung Jawab Bersama
Dalam tausiahnya, Ketua Senat menekankan bahwa aturan ini bukan hanya untuk mahasiswa, tapi untuk seluruh civitas akademika.
“Sorotan kita tidak hanya kepada mahasiswa, bahkan kepada semuanya, tendik dan para dosen. Kita sama-sama manusia dengan mahasiswa kita.”
Beliau bahkan dengan rendah hati mengakui, “Tidak menutup kemungkinan banyak di antara mereka yang lebih saleh, lebih tahu memanfaatkannya daripada kita.”
Pesan Penutup yang Menyentuh
Ustaz Yusran menutup tausiahnya dengan pesan yang sangat menyentuh, “Mari kita bersama untuk membuktikan bahwa anak-anak kita adalah anak-anak saleh yang cerdas, yang insyaallah bisa memanfaatkan HP mereka dengan baik dan bisa menjadi media dakwah bagi mereka.”
Beliau juga mengingatkan pentingnya saling mendukung, “Kita harapkan kita saling menguatkan, saling mendoakan dalam HP ini, dan bukan untuk saling menyalahkan.”
Refleksi dan Harapan
Tausiah Ketua Senat ini memberikan perspektif yang sangat mendalam tentang bagaimana seorang muslim yang cerdas seharusnya menyikapi perkembangan teknologi. Bukan dengan menolak atau takut, melainkan dengan memanfaatkannya untuk kebaikan dan dakwah.
Visi “menyempurnakan cahaya Allah dengan HP” yang disampaikan Ustaz Yusran bukan sekadar retorika, tapi sebuah panggilan untuk menjadikan mahasiswa STIBA sebagai digital dai yang mampu bersaing di era modern tanpa kehilangan nilai-nilai Islam.
Dengan pendekatan yang sangat islami namun tetap kontemporer, tausiah ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh civitas akademika STIBA dalam menggunakan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab.