(STIBA.ac.id) Makassar – Masjid Anas bin Malik kembali menjadi tempat berkumpulnya para penghuni asrama STIBA Makassar dalam kegiatan rutin Al-Liqā’ Al-Maftūḥ (Pertemuan Terbuka) pada Jumat malam (19/9/2025). Kegiatan yang dimulai selepas salat Isya ini dihadiri seluruh mahasiswa penghuni asrama, para musyrif keasramaan, serta pembina UKK Kepesantrenan dan Keasramaan.

Tausiah yang Menyentuh Hati

Ustaz Ir. Muhammad Taufan Jafri, Lc., M.H.I. selaku Kepala Pusat Pembinaan Karakter 5M dan Kepesantrenan membuka rangkaian acara dengan tausiah yang sangat menyentuh. Beliau menekankan pentingnya doa seorang penuntut ilmu agar senantiasa dikaruniakan ilmu yang bermanfaat dan jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang mengamalkan ilmunya.

“Seorang penuntut ilmu harus senantiasa berdoa agar diberi ilmu yang bermanfaat dan dapat mengamalkannya di jalan yang benar,” ungkapnya dengan penuh khidmat.

Hadis tentang Hati sebagai Raja Anggota Tubuh

Momen paling berkesan adalah ketika Ustaz Taufan mengingatkan hadis Rasulullah ﷺ yang sangat fundamental:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. al-Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599)

Hadis ini menjadi pengingat mendalam tentang betapa pentingnya menjaga kesucian hati sebagai pusat kendali seluruh aktivitas manusia.

Peringatan tentang Kerusakan Hati

Ustaz Taufan kemudian memberikan penjelasan yang sangat aplikatif tentang bagaimana hati dapat rusak. Menurut beliau, hati dapat rusak ketika manusia lebih mengutamakan nafsu syahwat dan tidak mengamalkan ilmu yang dimilikinya.

Beliau menekankan bahwa seorang penuntut ilmu semestinya memiliki rasa malu kepada Allah karena keyakinannya bahwa Allah Maha Melihat, Maha Mendengar, dan Maha Mengetahui. Kesadaran akan pengawasan Allah ini menjadi benteng penjagaan bagi para santri dalam menjalani keseharian.

Tiga Tempat yang Harus Dirindukan

Dalam bagian yang sangat inspiratif, beliau berharap agar para thullabul ‘ilm (penuntut ilmu) menjadikan tiga tempat di lingkungan kampus sebagai tempat yang dirindukan:

Kelas – Tempat menimba ilmu dari para asatizah dan masyāyikh. Di sinilah para santri mendapat pencerahan intelektual dan spiritual melalui bimbingan langsung para pengajar.

Masjid – Tempat bermunajat dan mendekatkan diri kepada Allah. Masjid menjadi oasis spiritual yang menyegarkan jiwa di tengah kesibukan belajar.

Asrama – Sebagai wadah pembinaan karakter sekaligus pembiasaan ibadah-ibadah sirriyyah seperti tahajud dan amal ibadah lainnya. Asrama bukan sekadar tempat tinggal, tetapi laboratorium pembentukan karakter.

Sesi Aspirasi yang Demokratis

Setelah tausiah yang menggugah, acara berlanjut dengan sesi yang sangat penting: penyampaian aspirasi mahasiswa. Keluhan dan saran dihimpun dengan dua cara yang sangat demokratis:

  • Melalui formulir yang sebelumnya telah disebarkan kepada seluruh penghuni asrama
  • Secara langsung di Masjid Anas bin Malik dalam forum terbuka

Pendekatan ini menunjukkan komitmen pihak keasramaan untuk mendengarkan suara para santri dan menciptakan pola asrama yang lebih ideal.

Komitmen Perbaikan Berkelanjutan

Yang menarik dari kegiatan ini adalah komitmen nyata pihak keasramaan bahwa seluruh masukan dari mahasiswa akan menjadi pertimbangan dalam membentuk pola asrama yang lebih baik. Ini menunjukkan bahwa pembinaan di STIBA bukan bersifat satu arah, tetapi melibatkan partisipasi aktif para santri.

Ruang Dialog yang Sehat

Al-Liqā’ Al-Maftūḥ membuktikan bahwa STIBA Makassar menciptakan ruang dialog yang sehat antara pembina dan santri. Forum ini memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah yang konstruktif untuk kemajuan bersama.

Pembinaan Holistik

Melalui kegiatan ini, terlihat jelas bahwa pembinaan di STIBA bersifat holistik, tidak hanya fokus pada aspek intelektual, tetapi juga spiritual, emosional, dan sosial. Kombinasi antara tausiah yang mendalam dan forum aspirasi menunjukkan pendekatan yang matang dalam membina karakter santri.

Semoga kegiatan Liqa’ Mafuh ini dapat terus menjadi wadah yang efektif dalam membina para penuntut ilmu agar menjadi generasi yang berilmu, beramal, dan berakhlak mulia.

Reporter: Muh. Abrar

Loading