(STIBA.ac.id) Makassar – Tiga hari penuh evaluasi, pembelajaran, dan komitmen. Itulah yang dialami 678 mahasiswi IAI STIBA Makassar saat mengikuti Ikhtibar Tahsin Mustawa 2–3 dan Ikhtibar Tasfiyah MQ 1 yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Raudhatul Huffaz. Kegiatan berlangsung dari Senin hingga Rabu, dengan tema yang kuat dan bermakna:
على طريق القرآن نسير نحو الإحسان
“Di jalan Al-Qur’an kita melangkah menuju Ihsan.”
Bukan sekadar ajang evaluasi. Ini adalah proses pembentukan para calon mudarrisah (pengajar Al-Qur’an) yang berkompeten, berkualitas, dan punya pemahaman yang benar tentang Al-Qur’an, baik dari segi bacaan maupun akhlak.
Lebih dari Sekadar Teori: Aplikasi yang Nyata
Ustazah Sri Wahyuni Nur, S.H., dalam sambutannya, menegaskan satu hal penting: inti dari mempelajari tahsin bukan sekadar menguasai teori.
“Yang paling penting dalam mempelajari tahsin itu bukan hanya materi, tapi bagaimana mengaplikasikan apa yang sudah kita dapatkan,” ujarnya.
Kalimat sederhana, tapi dalam. Karena memang, banyak yang hafal teori tajwid tapi bacaannya masih berantakan. Banyak yang tahu aturan makharijul huruf tapi praktiknya masih salah. Dan Ustazah Sri mengingatkan: jangan sampai ilmu hanya jadi hafalan, tapi harus jadi keterampilan yang diterapkan.
Ikhtibar Bukan Soal Lolos atau Tidak
Beliau juga menekankan bahwa ikhtibar (ujian) bukan semata soal kelulusan.
“Akhwat, ikhtibar ini bukan hanya tentang lolos tidaknya, tapi bagaimana Al-Qur’an betul-betul menjadi akhlak, teman, dan cahaya yang menyinari kehidupan,” tambahnya.
Ini pengingat penting. Kadang kita terlalu fokus pada hasil lulus atau tidak, nilai bagus atau tidak, sampai lupa bahwa tujuan utamanya adalah menjadikan Al-Qur’an sebagai bagian dari hidup kita. Bukan cuma dibaca, tapi dihayati. Bukan cuma dihafal, tapi diamalkan.
Mencetak Generasi Pengajar Al-Qur’an yang Berkualitas
Dengan terselenggaranya kegiatan ini, UKM Raudhatul Huffaz berharap lahir generasi pengajar Al-Qur’an yang bukan hanya cakap dalam membaca, tetapi juga mampu menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Pengajar yang tak hanya mengajarkan makharijul huruf, tapi juga meneladankan akhlak Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Karena memang, mengajar Al-Qur’an bukan sekadar menyampaikan ilmu, tapi juga menyampaikan cahaya, menanamkan kecintaan, dan membimbing murid untuk mendekat kepada Allah lewat kitab-Nya.
Melangkah Menuju Ihsan Bersama Al-Qur’an
Tema yang diusung, “Di jalan Al-Qur’an kita melangkah menuju Ihsan,” adalah pengingat bahwa perjalanan dengan Al-Qur’an itu tidak pernah selesai. Selalu ada tahapan baru, tingkatan lebih tinggi, dan kesempurnaan yang terus dikejar.
Dan ihsan—menyembah Allah seakan-akan kita melihat-Nya—adalah puncak dari perjalanan itu. Puncak yang dicapai bukan dengan sekali lompat, tapi dengan langkah demi langkah yang konsisten, sabar, dan penuh keikhlasan.
Selamat kepada 678 mahasiswi yang telah mengikuti ikhtibar. Semoga proses ini membawa kalian lebih dekat dengan Al-Qur’an, dan kelak menjadi pengajar yang tak hanya memberi ilmu, tapi juga memberi teladan.
Reporter: Tim Humas Jurnalistik Putri IAI STIBA Makassar, Tiara
