(STIBA.ac.id) Makassar – Momentum pengukuhan pejabat struktural di IAI STIBA Makassar bukan sekadar agenda seremonial. Ini adalah ruang peneguhan nilai kepemimpinan. Dan itu tercermin jelas dalam taujihat (nasihat) yang disampaikan oleh Rektor dan Ketua Senat Akademik kepada para pejabat yang baru dikukuhkan.
Rektor: “Jabatan Bukan Kemuliaan, Tapi Beban Amanah”
Rektor IAI STIBA Makassar menegaskan bahwa setiap amanah yang diemban memiliki bobot tanggung jawab yang sama di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Jabatan bukanlah bentuk kemuliaan, melainkan beban amanah yang menuntut kesungguhan, keikhlasan, dan pengorbanan. Karena itu, setiap posisi, apa pun bentuk dan lingkupnya, harus dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab dan kesadaran spiritual,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa penempatan seseorang dalam struktur bukan semata-mata persoalan teknis organisasi, tetapi bagian dari ikhtiar kolektif untuk menjaga arah perjuangan institusi. Kepemimpinan di lingkungan kampus Islam dituntut untuk selalu berpijak pada nilai amanah, kejujuran, serta orientasi ibadah dalam setiap pengambilan keputusan.
“Sengaja hari ini Jumat kita khususkan untuk seremonial pelantikan di bulan Rajab di Masjid Anas bin Malik. Mudah-mudahan itu salah satu indikasi bahwa ini bukan persoalan sepele. Ini amanah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala amanahkan kepada kita,” ujar Rektor.
Ketua Senat: “Jadilah Pimpinan yang Dicintai, Bukan Dibenci”
Senada dengan Rektor, Ketua Senat Akademik IAI STIBA Makassar, Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D., menekankan pentingnya integritas dan keteladanan dalam kepemimpinan.
Beliau mengutip hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Khiyaru a’immatikum alladziina tuhibbunahum wa yuhibbunakum wa tushalluna ‘alaihim wa yushalluna ‘alaikum.”
“Pimpinan-pimpinan yang terbaik itu adalah mereka-mereka yang kalian mencintainya dan mereka pun mencintai kalian, dan mereka senantiasa mendoakan kalian dan kalian pun mendoakannya,” jelasnya.
Sebaliknya, “wa syiraru a’immatikum”, pimpinan yang terburuk adalah mereka yang kalian benci dan mereka pun benci pada kalian, kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.
Bagaimana Cara Dicintai?
Ketua Senat memberikan panduan praktis:
1. Raih Cinta Allah Terlebih Dahulu
“Kalau kita mau dicintai manusia, jadikan Allah mencintai kita. Karena Allah ketika mencintai kita, Allah akan memanggil Jibril dan Jibril akan memanggil seluruh penduduk langit, dan di dunia pun seluruh penduduk bumi akan ikut mencintai kita.”
2. Permudah Urusan, Jangan Persulit
“Jangan kalian berharap menjadi pimpinan yang bagiannya paling sulit. Jadilah pimpinan yang berlomba-lomba menjadi yang paling mudah. Karena Nabi kita pernah mendoakan: ‘Allahumma man waliya min amri ummati fasyaqqa ‘alaihim fasyquq ‘alaih, wa man waliya min amri ummati farafaqa bihim farfuq bih.’“
“Ya Allah, siapa yang jadi pimpinan lalu dia memudahkan urusan bawahannya, maka mudahkanlah urusannya. Tapi siapa yang suka mempersulit, maka persulit juga urusannya.”
Prinsip STIBA: Kalau Bisa Dipermudah, Kenapa Tidak?
“Di STIBA, prinsip kita: kalau bisa dipermudah, kenapa tidak? Jangan prinsip sebagian orang: kalau bisa dipersulit, kenapa tidak?” ujar Ketua Senat dengan tegas.
STIBA Bukan Milik Siapa-siapa
Ketua Senat juga mengajak seluruh pejabat untuk menjaga semangat kebersamaan dan visi kolektif.
“STIBA bukan milik siapa-siapa, dia milik umat, milik jemaah, bukan person-person. Jangan ada di antara kita yang merasa ‘ini milik saya’. Sebentar lagi kita akan pergi. Kita hanya akan dikenang sejarah, in khairan fakhayr, wa in syarran fasyraar. Karena itu tinggalkan jejak yang terbaik.”
Beliau juga mengingatkan agar para pimpinan tidak sampai pada level merasa bahwa “kalau bukan saya, tidak ada yang bisa” atau mengandalkan hanya kecerdasan dan kemampuan manajemen semata tanpa istiana billah (meminta pertolongan Allah).
Penutup yang Menguatkan
Melalui pesan-pesan ini, rangkaian pengukuhan diharapkan tidak hanya melahirkan struktur baru, tetapi juga memperkuat kesadaran nilai dan karakter kepemimpinan yang menjadi fondasi utama dalam perjalanan IAI STIBA Makassar ke depan.
Seperti yang diingatkan Ketua Senat, “Tidak lama lagi, susunan kepengurusan yang baru ini akan mencatat sejarah-sejarah yang gemilang yang lebih baik dari yang sudah-sudah. Itu semua atas taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
