Penulis: admin

  • Ketua Senat IAI STIBA: Haflah Ikhtitam Adalah Momen Syukur, Muhasabah, dan Persiapan Menyongsong Kebaikan Baru

    Ketua Senat IAI STIBA: Haflah Ikhtitam Adalah Momen Syukur, Muhasabah, dan Persiapan Menyongsong Kebaikan Baru

    (STIBA.ac.id) Makassar – Ketua Senat IAI STIBA Makassar, Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D., turut memberikan nasihat dan pengarahan dalam kegiatan Haflah Ikhtitam yang diselenggarakan sebagai penutup tahun akademik 1446–1447 H/2024–2025 M.

    Acara yang dihadiri oleh seluruh sivitas akademika ini menjadi ajang refleksi dan muhasabah sebelum memasuki masa liburan. Mahasiswa hadir langsung di Masjid Anas bin Malik, sementara mahasiswi menyimak dari Aula Gedung Aisyah melalui siaran langsung di kanal YouTube STIBA TV.

    Dalam sambutannya, Ketua Senat mengingatkan pentingnya menyambut penutupan tahun akademik ini dengan rasa syukur dan istigfar.

    “Syukur karena Allah masih memberi taufik kepada kita untuk menyelesaikan semester ini, dan istigfar karena di sepanjang proses tentu ada kelalaian dan kekurangan yang tak terhindarkan, baik dari dosen, pengelola, maupun mahasiswa,” ujarnya.

    Beliau juga menegaskan bahwa keberhasilan dalam proses pembelajaran tidak cukup diukur dari nilai atau kelulusan semata. Ukuran yang lebih hakiki adalah sejauh mana bertambah rasa takut kita kepada Allah.

    “Jika ilmu yang kita pelajari tidak menambah khasyah, maka ada yang perlu ditinjau ulang. Hakikat ilmu adalah yang membuat hati tunduk dan takut kepada Allah,” tegasnya.

    Dalam sambutannya, Ketua Senat menggambarkan para mahasiswa sebagai para pedagang akhirat. Berdasarkan ayat dalam Surah Fathir, beliau menjelaskan bahwa orang-orang yang membaca Al-Qur’an, menegakkan salat, dan berinfak sejatinya sedang menjalani transaksi dengan Allah, perniagaan yang tidak akan pernah merugi.

    “Katakan pada orang tua Antum bahwa Antum pulang bukan dengan tangan kosong. Antum membawa kekayaan yang tidak bisa dinilai dengan angka, karena ia adalah investasi akhirat,” ujarnya.

    Lebih lanjut, beliau mengingatkan bahwa manusia dalam pandangan Allah terbagi dalam tiga golongan: zhalimun linafsih (yang menzalimi diri sendiri), muqtashid (yang berada di tengah), dan sabiqun bil khairat (yang berlomba dalam kebaikan). Para mahasiswa diajak untuk mengevaluasi diri dan berusaha menjadi bagian dari golongan yang terakhir, yang selalu bersegera dalam amal saleh dan tidak puas dengan sekadar cukup.

    Beliau juga menyentil pentingnya menjaga semangat dan keberkahan pascaperkuliahan. Liburan, menurut beliau, bukanlah waktu untuk bermalas-malasan.

    “Seorang muslim sejati tidak pernah berhenti dari kebaikan. Liburan bukan berarti putus dari amal. Kita hanya berpindah dari satu bentuk kebaikan ke bentuk kebaikan lainnya,” ungkapnya.

    Ketua Senat mengakhiri sambutannya dengan mengajak seluruh mahasiswa untuk menjaga semangat dakwah dan pembinaan selama liburan. Ia mengingatkan bahwa kelelahan di dunia adalah bagian dari proses menuju kehidupan akhirat yang penuh kedamaian.

    “Di dunia, kita akan tetap lelah. Tapi jika lelah itu karena taat, kelak kita akan termasuk orang-orang yang berkata dengan bahagia: ‘Alhamdulillahilladzi adzhaba ‘annal hazan’, segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka dan kepenatan.’ Maka mari kita lelah dalam ketaatan,” tutupnya.

    Menambah keberkahan acara, Haflah Ikhtitam tahun ini juga dihadiri oleh tamu istimewa, Syekh Dr. Majid bin Abdullah, dosen Universitas Qassim, Kerajaan Saudi Arabia. Di penghujung acara, beliau sempat memberikan tausiah singkat berisi motivasi ilmu dan dorongan untuk menjaga kesungguhan dalam menuntut ilmu syar’i dan bahasa Arab. Kehadiran beliau menjadi penyegar sekaligus penutup yang berkesan bagi seluruh peserta.

  • Haflah Ikhtitam IAI STIBA Makassar: Rektor Tegaskan Pentingnya Perubahan dan Syukur di Tengah Tantangan Zaman

    Haflah Ikhtitam IAI STIBA Makassar: Rektor Tegaskan Pentingnya Perubahan dan Syukur di Tengah Tantangan Zaman

    (STIBA.ac.id) Makassar – IAI STIBA Makassar kembali menggelar Haflah Ikhtitam sebagai penutup tahun akademik 1446–1447 H/2024–2025 M, pada Senin (7/7/2025). Acara tahunan ini menjadi momen penting bagi seluruh sivitas akademika untuk merefleksikan perjalanan satu tahun terakhir sekaligus menyambut masa liburan dengan semangat dan arah yang lebih jelas.

    Seluruh mahasiswa hadir langsung di Masjid Anas bin Malik, sementara mahasiswi menyimak acara ini dari Aula Gedung Aisyah melalui siaran langsung di kanal YouTube STIBA TV. Selain Rektor, hadir pula Ketua Senat IAI STIBA Makassar, Dr. Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., serta para pejabat sementara Wakil Rektor: Warek I Ustaz Rachmat Badani, Lc., M.A., Warek II Ustaz Musriwan, Lc., M.H., dan Warek III Ustaz Ahmad Syaripudin, Lc., S.Pd.I., M.Pd.I., para dosen, dan tenaga kependidikan.

    Dalam sambutannya, Rektor IAI STIBA Makassar, Ustaz Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D., membuka dengan ungkapan syukur atas berakhirnya proses pembelajaran selama satu tahun ajaran. Ia mengingatkan bahwa berada di jalan ilmu adalah nikmat besar yang hanya diberikan kepada segelintir hamba-Nya.

    “Di antara sekian banyak makhluk yang diciptakan, kita termasuk yang sedikit itu, yang Allah pilih untuk menempuh jalan ilmu. Maka, mari kita menjadi bagian dari hamba-Nya yang bersyukur,” ujarnya.

    Rektor juga menegaskan bahwa perubahan status kelembagaan dari Sekolah Tinggi menjadi Institut Agama Islam (IAI) STIBA Makassar bukanlah sekadar perubahan nama.

    “Yang lebih penting adalah peningkatan kualitas. Tidak cukup hanya berubah bentuk, tapi juga harus berubah dalam mutu akademik, sistem pembinaan, dan orientasi pengabdian,” tegasnya.

    Dalam sambutan yang sekaligus menjadi kuliah penutup tersebut, Rektor memaparkan sejumlah data dan fenomena sosial yang menunjukkan tantangan besar generasi muda saat ini. Mulai dari peningkatan kasus narkoba, penyebaran paham dan perilaku LGBT, maraknya judi online, hingga tingginya angka pergaulan bebas di kalangan remaja. Bahkan, tren yang paling mengkhawatirkan adalah normalisasi perilaku menyimpang melalui media dan sikap permisif masyarakat terhadap hal-hal yang seharusnya dikategorikan sebagai pelanggaran moral dan agama.

    “Semua ini adalah peringatan bagi kita semua. Maka kita harus bersyukur masih berada di institusi yang senantiasa mengingatkan dan menjaga kita dari derasnya arus penyimpangan zaman,” lanjut beliau.

    Rektor kembali menekankan pentingnya perubahan menyeluruh menyusul transformasi kelembagaan STIBA dari sekolah tinggi menjadi institut.

    Beliau menyampaikan bahwa perubahan status ini bukan sekadar soal nama atau bentuk formalitas administratif, tetapi harus mencerminkan lompatan kualitas yang nyata. “Kita harus berubah ke arah yang lebih baik. Transformasi ini meniscayakan peningkatan mutu pembelajaran, pembinaan, dan peran kita dalam dakwah,” ujar Rektor.

    Ia juga menyampaikan bahwa perubahan seperti ini tidak akan berhasil tanpa dukungan dari seluruh elemen kampus—dosen, pengelola, hingga mahasiswa. Meski tidak menutup mata terhadap berbagai kekurangan dan keterbatasan yang masih ada, beliau menegaskan bahwa semangat untuk terus memperbaiki harus tetap menyala.

    “Optimisme itu butuh kerja keras. Kita sadar ada kekurangan, ada kelemahan, tapi kita tidak boleh menyerah. Kita terus berbenah, karena institusi ini bukan dibangun hanya untuk mencetak sarjana, tapi untuk membina generasi yang membawa perbaikan bagi umat,” lanjutnya.

    Rektor juga menyampaikan apresiasinya kepada para dosen dan pengelola kampus yang telah bekerja keras selama satu semester. Ia mengakui bahwa menjadi pengelola pendidikan bukanlah pekerjaan ringan. Ada lelah, ada harapan yang tak selalu sesuai kenyataan, dan ada kekecewaan yang harus diterima dengan lapang dada.

    Namun, di balik semua itu, beliau juga memberi catatan penting bagi mahasiswa yang belum maksimal dalam mengikuti proses pembelajaran dan pembinaan kampus. Ia mengajak seluruh mahasiswa untuk lebih memperhatikan dan mengikuti sistem penilaian terintegrasi yang menjadi ciri khas STIBA.

    Sebagai penutup, Rektor mengajak seluruh mahasiswa untuk tidak menjadikan masa liburan sebagai waktu kosong tanpa arah. Ia justru mengajak mereka untuk “menggaskan” semangat dari sekarang, agar semester baru bisa dimulai dengan lebih siap dan penuh energi.

    “Hijrah itu istilah syar’i. Esensinya adalah berubah ke arah yang lebih baik. Dan perubahan itu tugas bersama, bukan hanya pengelola, tapi semua yang ada di kampus ini,” tegas Rektor.

    “Jangan jadikan masa libur sebagai ruang kosong yang membuat kita goyah. Justru kita gas dari sekarang, gas pol, agar semangat itu menyala saat semester baru tiba,” pungkasnya.

    Acara ini juga dirangkaikan dengan pengumuman-pengumuman penting dari para wakil rektor, muazin dan imam terbaik, serta pemenang kultum bahasa Arab.

  • Melalui DMC, Mahasiswa Semester VI Disiapkan Jadi Murabbi

    Melalui DMC, Mahasiswa Semester VI Disiapkan Jadi Murabbi

    (STIBA.ac.id) Makassar – IAI STIBA Makassar kembali menegaskan komitmennya dalam mencetak pembina berkualitas lewat Diklat Murabbi Takrif (DMC). Selama dua hari, Sabtu–Ahad (5–6 Juli 2025/9–10 Muharram 1447 H), sebanyak 22 mahasiswa semester enam mengikuti pelatihan intensif yang digelar di lantai 4 Gedung Rektorat Abdullah bin Mas’ud.

    Dengan mengusung tema “Menghadirkan Potret Murabbi sebagai Qudwah untuk Tarbiyah Muntijah”, kegiatan ini tak sekadar memberi materi, tapi lebih dari itu: membentuk karakter. Para peserta disiapkan untuk menjadi pembina yang bukan cuma pandai menyampaikan, tapi juga bisa menjadi panutan, baik di lisan, sikap, maupun kehidupan sehari-hari.

    Kepala Pusat Pembinaan Karakter 5M dan Kepesantrenan, Ustaz Muhammad Taufan Djafri, Lc., M.H.I., dalam sambutannya menegaskan bahwa peserta DMC ini dipilih secara khusus, bukan asal tunjuk. Ada banyak hal yang jadi pertimbangan: kedisiplinan, komitmen terhadap ilmu syar’i, kepekaan terhadap lingkungan jemaah, dan tentu saja semangat dalam pembinaan.

    “Kenapa Antum yang terpilih? Karena Antum hidup bersama adik-adik di sakan,” ujar beliau. “Antum bukan hanya teman tinggal. Di mata mereka, Antum adalah qudwah, contoh nyata yang mereka lihat tiap hari. Ini bukan amanah kecil, tapi justru karena besar, ia membawa kemuliaan.”

    Beliau juga menekankan bahwa keberhasilan tarbiyah muntijah—pembinaan yang benar-benar melahirkan perubahan nyata—sangat bergantung pada kualitas pribadi murabbi. Bukan sekadar bisa mengisi halakah, tapi mampu menjadi pribadi yang menyatu dalam keseharian mutarabbi.

    DMC ini menjadi langkah penting dalam membekali calon murabbi dengan wawasan, keterampilan, dan yang paling utama—jiwa. Harapannya, mereka bisa jadi pembina yang bukan hanya memandu, tapi juga menginspirasi; bukan hanya menyampaikan materi, tapi juga menghadirkan keteladanan hidup dalam setiap interaksi dakwah mereka.

    Reporter: UMID

  • IAI STIBA Makassar Ambil Peran Penting dalam ToT Dasar Angkatan VI Wahdah Islamiyah

    IAI STIBA Makassar Ambil Peran Penting dalam ToT Dasar Angkatan VI Wahdah Islamiyah

    (STIBA.ac.id) Makassar — Institut Agama Islam (IAI) STIBA Makassar kembali menunjukkan komitmennya dalam mencetak kader-kader unggulan di bidang dakwah dan pembinaan. Hal ini ditandai dengan keterlibatan aktif dosen-dosen dan murabbi STIBA dalam Training of Trainer (ToT) Dasar Angkatan VI yang digelar oleh Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) DPP Wahdah Islamiyah pada 9–10 Muharram 1447 H (5–6 Juli 2025 M) di Antang, Makassar.

    Dari total 37 peserta, sebanyak sembilan di antaranya merupakan dosen dan pembina STIBA Makassar, yang tak hanya hadir sebagai peserta, tetapi juga menjadi bagian penting dalam menyinergikan program kaderisasi Wahdah Islamiyah dengan sistem pembinaan internal kampus.

    Dalam sambutannya, Ustaz Mansur, S.Pd., Gr. menjelaskan bahwa ToT ini adalah bagian dari upaya sistematis Wahdah Islamiyah untuk melahirkan trainer andal yang memiliki kemampuan teknis sekaligus ruh dakwah yang kuat.

    “Kami ingin setiap departemen memiliki kader trainer yang siap terjun membina dengan metode yang tepat dan jiwa yang matang,” ungkapnya.

    Dukungan penuh terhadap program ini juga datang dari internal STIBA. Kepala Pusat Pembinaan Karakter 5M dan Kepesantrenan STIBA Makassar, Ustaz Muhammad Taufan Djafri, Lc., M.H.I., bahkan menegaskan pentingnya alumni ToT Dasar untuk langsung terlibat dalam pembinaan tarbiah mahasiswa. Menurutnya, para peserta yang telah dibekali pelatihan ini perlu diarahkan untuk naik ke level berikutnya, yakni ToT Kompetensi Murabbi, demi memperkuat posisi mereka sebagai garda terdepan dalam pembinaan kampus.

    Arahan Rektor STIBA Makassar juga sejalan dengan semangat ini. Beliau mendorong lahirnya murabbi yang tidak hanya memahami manhaj, tetapi juga menguasai teknik-teknik pelatihan dan pembinaan. Partisipasi dosen STIBA dalam ToT Dasar ini dipandang sebagai langkah konkret menuju penguatan sistem tarbiah berbasis kualitas, bukan sekadar kuantitas.

    Dengan keterlibatan langsung para dosen dan murabbi dalam program ToT ini, STIBA Makassar sekali lagi menegaskan perannya sebagai lembaga pendidikan Islam yang tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga serius dalam membina karakter dan kepemimpinan mahasiswa secara menyeluruh.

    Reporter: UMID

  • Dosen IAI STIBA Makassar Gelar Pelatihan Pengukuran Kiblat dan Observasi Fajar di Bulukumba

    Dosen IAI STIBA Makassar Gelar Pelatihan Pengukuran Kiblat dan Observasi Fajar di Bulukumba

    (STIBA.ac.id)  Bulukumba  – Tak sekadar mengajar di ruang kelas, dosen-dosen IAI STIBA Makassar kembali turun langsung ke masyarakat. Kali ini, mereka menggandeng DPD Wahdah Islamiyah Bantaeng, Bulukumba, dan Sinjai dalam pelatihan pengukuran arah kiblat dan observasi fajar yang digelar di aula SDIT Wahdah Bulukumba, Ahad (6/7).

    Kegiatan ini merupakan bagian dari program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang diinisiasi oleh empat dosen Syariah STIBA Makassar. Selain menyampaikan teori, mereka juga langsung mempraktikkan bagaimana mengukur arah kiblat dan mengamati munculnya fajar secara ilmiah namun tetap sesuai syariat.

    Acara dibuka oleh Ustaz Dr. Askar Fatahuddin, M.E. selaku Ketua Tim TRH (Tim Rukyat Hilal) Wahdah Islamiyah. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya pemahaman yang benar tentang penentuan arah kiblat dan waktu salat berdasarkan metode ilmiah yang sesuai syariat.

    Materi utama disampaikan oleh Ketua Komisi Rukyat Falakiah Dewan Syariah WI, Ustaz Sirajuddin Qasim, Lc.,M.H  bersama Ustaz Imran M. Yunus, Lc. M.H., dan Ustaz Awal Rifa’i, Lc., M.H. yang membahas tentang Urgensi Pengukuran Kiblat yang Akurat; Prinsip-Prinsip Observasi Fajar; Integrasi antara Dalil Syar’i dan Pendekatan Sains Modern.

    Sesi praktik dipandu oleh Ustaz Ridwan G., S.T. bersama tim teknis. Dalam sesi ini, peserta diajarkan tiga metode pengukuran arah kiblat:

    1. Menggunakan aplikasi Sun and Moon Calendar untuk mengetahui posisi azimut matahari,
    2. Metode manual dengan busur kiblat dan benang, memanfaatkan bayangan matahari untuk menentukan arah pada titik 292,4°,
    3. Verifikasi melalui Google Maps dengan menarik garis dari Kakbah ke lokasi bangunan, lalu mensejajarkannya dengan tepi atap atau garis bangunan setempat.

    Sebanyak 18 peserta, terdiri dari pengurus masjid, guru, dan aktivis dakwah, terlibat aktif dalam pelatihan. Suasana diskusi berlangsung hidup dengan banyak pertanyaan seputar praktik dan persoalan yang dihadapi langsung di lapangan.

    Dari pelatihan ini, terbentuk tim khusus yang akan:

    1. Melakukan validasi ulang arah kiblat di masjid-masjid wilayah Bantaeng, Bulukumba, dan Sinjai,
    2. Melakukan observasi fajar secara berkala,
    3. Mendukung Dewan Syariah dalam pengumpulan data falakiyah.

    Kegiatan ini menjadi bukti kolaborasi nyata antara lembaga dakwah dan akademisi, dengan lima dosen STIBA Makassar yang terlibat langsung sebagai bagian dari program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM).

    “Ini bentuk nyata pengabdian kami untuk menjembatani ilmu syariah dengan praktik lapangan yang dibutuhkan masyarakat,” ungkap salah satu dosen, Ustaz Dr. Askar.

    Acara ditutup dengan pembentukan tim pengukuran kiblat dan observasi fajar, disusul sesi dokumentasi bersama. Tim ini akan segera memulai tugas lapangan dengan bimbingan dari Dewan Syariah Wahdah Islamiyah.

    Observasi Fajar

    Lewat kegiatan Observasi Fajar Shadiq di Tanjung Bira, Bulukumba, dosen IAI STIBA Makassar yang tergabung dalam Dewan Syariah Wahdah Islamiyah ini juga ingin  memastikan bahwa waktu salat Subuh yang dijalankan umat Islam benar-benar tepat, baik secara syar’i maupun ilmiah.

    Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, dari tanggal 8 sampai 10 Muharram 1447 H (4–6 Juli 2025 M), dengan lokasi pengamatan yang strategis di ujung selatan Sulawesi Selatan. Meski harus berjibaku dengan cuaca gerimis dan langit yang terkadang tak bersahabat, semangat para dosen STIBA tak surut. Mereka tetap berjaga sejak dini hari, lengkap dengan peralatan canggih seperti Sky Quality Meter (SQM) demi mengamati kemunculan fajar secara presisi.

    Selama observasi, tim berhasil mengidentifikasi beberapa fase penting fajar, yaitu fajar kadzib (astronomis), fajar shadik (nautikal), dan fajar sipil, dengan waktu kemunculan yang bervariasi antara 04.47 hingga 05.08 Wita. Hasil ini tidak hanya menambah khazanah data ilmiah berbasis syar’i, tetapi juga menjadi pijakan edukatif bagi masyarakat dalam memahami pentingnya ketepatan waktu Subuh yang sesuai dalil dan realitas langit.

    Lebih dari sekadar observasi, kegiatan ini juga menjadi bagian dari program edukasi dan pelatihan nasional yang akan diberikan kepada Tim Observasi Fajar Shadiq di setiap DPD Wahdah Islamiyah se-Indonesia. Para dosen IAI STIBA Makassar yang tergabung dalam tim ini memiliki komitmen untuk menyebarluaskan pemahaman umat terkait waktu salat berdasarkan metodologi ilmiah dan prinsip-prinsip syariah yang kuat.

    Dengan integrasi sains (ilmu falak) dan syariat, dan perangkat observasi modern, kegiatan ini diharapkan menjadi kontribusi nyata kampus IAI STIBA Makassar dalam mencerdaskan umat dan menghadirkan rujukan valid untuk penentuan waktu Subuh di Indonesia. Ini adalah langkah strategis dalam menjaga kemurnian ibadah umat Islam di tengah tantangan global dan kompleksitas penentuan waktu salat.

    Reporter: Abu Usamah AF

  • Menggali Hikmah Asyura dan Muharram Bersama Prodi Ilmu Hadis

    Menggali Hikmah Asyura dan Muharram Bersama Prodi Ilmu Hadis

    (STIBA.ac.id) Makassar – Menyambut kemuliaan bulan Muḥarram, Program Studi Ilmu Hadis IAI STIBA Makassar mengadakan acara spesial: Majlis Qirā’ah Faḍl Muḥarram wa ‘Āsyūrā’. Acara ini digelar pada Sabtu, 9 Muḥarram 1447 H (5 Juli 2025 M), mengajak para hadirin untuk menyelami keutamaan bulan haram ini lewat pembacaan kitab.

    Acara ini diselenggarakan di Masjid Anas bin Mālik STIBA Makassar setelah salat Asar hingga menjelang Magrib, dengan menghadirkan narasumber utama, Dr. Maulana La Eda, Ketua Prodi Ilmu Hadis IAI STIBA Makassar. Beliau memimpin pembacaan dan penjelasan kandungan kitab klasik Laṭā’if al-Ma‘ārif karya Imam Ibn Rajab al-Ḥanbalī, khususnya pada Bab Kutamaan Bulan Muḥarram dan Hari Asyura.

    Kegiatan ini tidak hanya khidmat, tapi juga semarak dengan antusiasme peserta dari berbagai prodi. Para mahasiswa menyimak dengan serius pembahasan seputar keutamaan puasa Tasu’a dan Asyura, serta nilai-nilai spiritual di balik sejarahnya.

    Sebagai penutup, acara dilanjutkan dengan buka puasa bersama dalam rangka puasa sunah Tasu’a, yang turut mempererat ukhuwah dan semangat kebersamaan di antara civitas academica STIBA Makassar.

    Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya Prodi Ilmu Hadis dalam membumikan tradisi ilmiah melalui pengkajian kitab-kitab turats serta menumbuhkan semangat ibadah dan kecintaan terhadap hadis-hadis Nabi ﷺ di kalangan mahasiswa.

    Reporter: Arfan

  • Ketua Senat IAI STIBA Makassar: Jangan Hanya Bangga Jadi Institut, Tapi Harus Lebih Bertakwa

    Ketua Senat IAI STIBA Makassar: Jangan Hanya Bangga Jadi Institut, Tapi Harus Lebih Bertakwa

    (STIBA.ac.id) Makassar — Pelantikan Rektor dan Ketua Senat IAI STIBA Makassar pada Selasa (1/7/2025) berlangsung khidmat. Tapi ada satu momen yang terasa begitu dekat dan menampar pelan-pelan: pesan penutup dari Ketua Senat yang baru dilantik, Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D.

    Tak hanya bicara soal jabatan dan amanah, pesan-pesannya juga jadi pengingat yang dalam: tentang takwa, keluarga, dunia, dan tujuan berdirinya kampus ini.

    Hidup yang Sebenarnya Dimulai dari Sini

    Dalam sambutannya, Ketua Senat mengulas secara singkat ayat-ayat yang dibacakan qari Muhammad Ghazali Akbar di awal acara.

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَجِيبُواْ لِلّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُم لِمَا يُحْيِيكُمْ

    Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.” (QS. Al-Anfal: 24)

    Beliau menekankan bahwa “hidup” yang dimaksud bukan sekadar keberadaan fisik, melainkan kehidupan yang hakiki, yaitu hidupnya jiwa karena ilmu, amal, dan kontribusi yang nyata dalam dakwah.

    “Kita ingin terus berkiprah di STIBA, karena kita tahu inilah salah satu media untuk menghidupkan diri kita dengan kehidupan yang paling hakiki,” ujarnya haru.

    Menurutnya, umur yang berkah adalah saat ilmu kita terus bermanfaat, bahkan setelah tubuh tiada.

    Waspada Fitnah, Jangan Jadi Sumbernya

    Tak lama, ia beralih ke peringatan yang lebih tajam: fitnah di tubuh lembaga. Kadang, kata beliau, satu kesalahan kecil dari satu orang bisa merembet besar ke nama baik kampus dan dakwah secara keseluruhan.

    “Jangan sampai karena kelengahan kita, ada mahasiswa yang tergelincir dan menimbulkan kerusakan yang mencoreng wajah institusi ini.”

    Menurut beliau, semua dosen dan civitas academica harus punya kesadaran kolektif untuk menjaga nama baik dan suasana keberkahan kampus. Bukan hanya dengan pengawasan, tapi dengan keteladanan dan kepedulian.

    Bersyukur Atas Jumlah, Tapi Jangan Terjebak Kuantitas

    Sebagai institusi baru, IAI STIBA Makassar memang menargetkan pertumbuhan jumlah mahasiswa. Tapi Ketua Senat memberi peringatan keras,

    “Kita pernah bermimpi punya 1.000 mahasiswa. Sekarang sudah ribuan. Tapi ingat, jumlah banyak tidak selalu berarti kualitas bagus.”

    Ia bahkan mengangkat keresahan dari lapangan. Banyak yang mulai membandingkan alumni zaman dulu dengan sekarang, dari sisi militansi, semangat dakwah, dan tanggung jawab. Menurutnya, ini sunatullah dalam perjuangan, tapi bukan alasan untuk menyerah.

    “Kita harus bermujahadah. Kita kejar lagi kualitas itu. Jangan sampai kita hanya bangga jadi institut, tapi lupa membina orang-orang di dalamnya.”

    Waspadai Dunia dan Tantangan dari Dalam Rumah

    Di bagian yang lebih personal, Ketua Senat bicara tentang fitnah dunia dan keluarga.

    “Jangan sampai karena dunia, semangat kita justru menurun. Jangan sampai keluarga malah jadi penghalang, bukan pendukung.”

    Beliau mengajak agar keluarga pun menjadi bagian dari keluarga STIBA, berjuang bersama, bukan sekadar mendampingi dari jauh. Karena menurutnya, fitnah terbesar justru sering datang dari hal-hal yang paling dekat.

    Solusi Paling Ampuh: Takwa

    Di akhir pesan, beliau menyederhanakan semuanya: takwa adalah kunci.

    يِا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إَن تَتَّقُواْ اللّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَاناً وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

    “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. al-Anfal: 29).

    “Mari kita wujudkan syukur atas nikmat besar ini dengan meningkatkan ketakwaan, secara pribadi maupun berjemaah,” ucapnya menutup sambutan dengan nada lembut tapi menghunjam.

    Pelantikan hari itu memang terasa resmi, tapi sambutan Ketua Senat membuatnya lebih dari itu. Ia menjadi ruang perenungan, bukan hanya untuk para dosen dan pengurus, tapi juga untuk setiap jiwa yang pernah menapakkan kaki di kampus perjuangan ini.

    Karena menjadi institut hanyalah satu tahapan. Yang lebih penting dari itu adalah apa yang kita bawa pulang di akhir usia nanti.

  • Sambutan Rektor IAI STIBA Makassar: Tegaskan Empat Pilar Pengembangan Kampus

    Sambutan Rektor IAI STIBA Makassar: Tegaskan Empat Pilar Pengembangan Kampus

    (STIBA.ac.id) Makassar — Suasana haru dan syukur menyelimuti lantai 4 Gedung Rektorat IAI STIBA Makassar, Selasa pagi (1/7/2025). Untuk pertama kalinya, STIBA secara resmi melangkah sebagai Institut Agama Islam STIBA Makassar dengan struktur baru, visi baru, dan tentu saja tantangan baru.

    Pada hari itu, Ustaz Ahmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D., resmi dilantik sebagai Rektor IAI STIBA Makassar, didampingi oleh Ustaz Muhammad Yusram, Lc., M.A., Ph.D. sebagai Ketua Senat Akademik. Pelantikan ini disaksikan oleh ratusan peserta secara luring dan daring melalui Zoom dan kanal YouTube STIBA TV.

    Empat Pilar Institut

    Ustaz Akhmad Hanafi kemudian mengingatkan kembali empat pilar utama yang menjadi napas lembaga ini, sebuah hasil dari penjajakan visi dan nilai dasar yang kini dituangkan dalam Statuta Institut. Keempat pilar itu adalah:

    1. Pendalaman Ilmu Syar’i,
    2. Keunggulan Bahasa Arab,
    3. Pembinaan Karakter (Tarbiah), dan
    4. Kontribusi kepada Umat.

    “Kalau hari ini orang bertanya apa itu IAI STIBA Makassar, maka jawabannya ada di empat hal ini. Mahasiswa, dosen, bahkan alumninya harus tumbuh dengan identitas itu,” tegasnya.

    Bersama Mengarungi Kapal Besar Bernama STIBA

    Rektor mengajak seluruh dosen dan civitas academica untuk naik ke “kapal besar” bernama IAI STIBA Makassar. Ia mengakui, tantangan ke depan tidak ringan. Tetapi STIBA, menurutnya, telah teruji: dari izin operasional yang pernah mati suri hingga kini resmi menjadi institut.

    “Saya merasa lebih tenang karena tahu bahwa saya tidak sendiri. Saya dikelilingi oleh orang-orang yang luar biasa, yang mampu membawa kapal ini ke titik yang kita lihat hari ini, dan insyaallah ke arah yang jauh lebih baik ke depan,” ucapnya mantap.

    Ia juga mengungkapkan bahwa di periode barunya ini, akan segera disusun Rencana Induk Pengembangan (RIP) dan Rencana Strategis (Renstra) lima tahun ke depan sebagai arah gerak kampus.

    Harapan dan Keyakinan

    Menutup sambutannya, Ustaz Akhmad Hanafi menyampaikan harapan yang sederhana tapi sarat makna:

    “Mudah-mudahan Allah meridai dan memberkahi langkah-langkah kita. Kita niatkan semua ini sebagai ibadah dan perjuangan dakwah.”

    Pelantikan ini turut dihadiri oleh tokoh-tokoh penting Wahdah Islamiyah, antara lain Ketua Umum/Ketua Dewan Pembina, Ketua Harian, Sekjen, Ketua Yayasan, serta jajaran DPP lainnya. Para anggota Senat, dosen, pengelola, serta tamu undangan juga hadir memeriahkan momentum bersejarah ini.

    IAI STIBA Makassar kini bersiap menyongsong fase baru. Dengan semangat kebersamaan, visi yang jelas, dan arah strategis yang kuat, kampus ini menatap masa depan dengan penuh keyakinan: mencetak generasi rabbani yang unggul dalam ilmu dan tangguh dalam dakwah dengan izin Allah.

  • Lantik Rektor dan Ketua Senat, K.H. Zaitun Rasmin Titip Harapan Besar untuk IAI STIBA Makassar

    Lantik Rektor dan Ketua Senat, K.H. Zaitun Rasmin Titip Harapan Besar untuk IAI STIBA Makassar

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Hari ini menjadi momen bersejarah bagi IAI STIBA Makassar. Tepat pada Selasa (1/7/2025), kampus yang dikenal dengan semangat dakwahnya ini resmi menapaki babak baru sebagai Institut Agama Islam STIBA Makassar. Dua sosok penting dalam kepemimpinan institut pun resmi dilantik:

    1. Ustaz Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D. sebagai Rektor, dan
    2. Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D. sebagai Ketua Senat Akademik untuk masa khidmat 1447–1451 H/2025–2029 M.

    Prosesi pelantikan berlangsung khidmat di lantai 4 Gedung Rektorat IAI STIBA Makassar, dan juga disaksikan secara daring melalui Zoom serta disiarkan langsung melalui Kanal YouTube STIBA TV.

    Pelantikan ini dipimpin langsung oleh Ketua Umum DPP Wahdah Islamiyah, Dr. K.H. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa transformasi STIBA menjadi institut adalah hasil dari proses panjang yang penuh perjuangan, bahkan sempat diwarnai kekhawatiran izin operasional yang “mati suri”.

    Namun atas pertolongan Allah, kampus ini bangkit, berkembang, dan kini resmi menjadi institut dengan SK dan statuta yang telah ditetapkan.

    “Allahu Akbar! Ini semua adalah karunia Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Bahkan hampir kita putus asa waktu itu, tapi ternyata pertolongan Allah datang dari arah yang tidak disangka-sangka,” ungkapnya haru.

    Pelantikan ini turut dihadiri oleh berbagai tokoh penting Wahdah Islamiyah dan jajaran kampus, antara lain Ketua Dewan Pengawas Keuangan Wahdah Islamiyah, Ketua Harian DPP Wahdah Islamiyah, Sekretaris Jenderal Wahdah Islamiyah, Ketua Yayasan Pesantren Wahdah Islamiyah, para anggota Senat IAI STIBA Makassar, dosen dan pengelola, serta tamu-tamu undangan.

    Dalam sambutannya, Ustaz Zaitun juga membeberkan target-target besar ke depan, mulai dari jumlah mahasiswa yang diharapkan bisa tembus 10.000 pada tahun 2030, hingga penguatan kualitas bahasa Arab dan tarbiah sebagai ciri khas kampus ini.

    Ia juga menekankan pentingnya menjaga misi utama kampus, yakni melahirkan kader-kader dakwah yang ulul albab (cerdas dan berilmu) sekaligus pejuang tangguh di jalan Allah. Ustaz Zaitun menyebutnya sebagai “singa bersayap”, sosok kader ideal yang diimpikan sejak awal berdirinya kampus ini.

    Sebagai bagian dari penguatan akademik dan boarding system, kampus juga berencana membangun rumah dosen di dalam kampus, yang diharapkan menjadi sarana untuk memperkuat pembinaan, khususnya dalam bahasa Arab dan pembinaan karakter mahasiswa.

    Sebelum menutup sambutannya, Ketua Dewan Pembina menitipkan amanah kepada Rektor dan Ketua Senat untuk segera melengkapi struktur kepemimpinan institut dalam waktu maksimal 17 hari ke depan.

    Hal ini sekaligus menjadi persiapan menuju pelantikan Ketua Dewan Penyantun dan peresmian pembangunan rumah dosen, yang direncanakan pada akhir Juli.

    “Ini amanah besar, tapi insyaallah bisa kita jalankan bersama. Semoga Allah mudahkan dan berkahi setiap langkah kita,” pungkasnya.

    Dengan pelantikan ini, Institut Agama Islam STIBA Makassar secara resmi memulai babak baru sebagai institusi pendidikan tinggi Islam yang lebih matang, lebih luas, dan lebih siap menjawab tantangan zaman, tanpa kehilangan ruh dan tujuan awalnya: mendidik kader dakwah berilmu dan bertakwa.

  • IAI STIBA Makassar Jalin Silaturahmi ke Ma’had Al-Birr, Pererat Hubungan Lama, Bangun Kolaborasi Baru

    IAI STIBA Makassar Jalin Silaturahmi ke Ma’had Al-Birr, Pererat Hubungan Lama, Bangun Kolaborasi Baru

    (STIBA.ac.id) Makassar – Setelah bertamu ke BPH Unismuh Makassar pagi harinya, Senin (23/06/2025), rombongan IAI STIBA Makassar melanjutkan perjalanan silaturahmi ke Ma’had Al-Birr, salah satu lembaga penting di lingkungan Universitas Muhammadiyah Makassar. Kunjungan yang berlangsung dari pukul 11.30 sampai 12.30 Wita ini disambut hangat dalam suasana kekeluargaan.

    Dipimpin langsung oleh Rektor IAI STIBA Makassar, Dr. Akhmad Hanafi Dain Yunta, rombongan terdiri atas Dr. Kasman Bakry (Kepala Sekretariat), Dr. Iskandar Kato, Ir. Anshar Mangka, Ihwan Wahid Minu dari Pusat Penjaminan Mutu, Fachrizal dari staf sekretariat, dan Fitra Abadi dari tim media.

    Kehadiran mereka disambut langsung oleh jajaran asatidzah Ma’had Al-Birr, yaitu Dr. Muhammad Ali Bakri  (Wakil Direktur), Anshar, Lc., M.A. (Kepala Bidang Akademik dan Kerja Sama), Dr. Muktashim Billah (Kepala Bidang Kemahasiswaan dan Alumni), dan Muzakkir (Kepala Bidang Asrama dan AIK).

    Silaturahmi ini bukan pertemuan biasa. Keduanya punya sejarah panjang yang saling terhubung. Sejak awal berdirinya STIBA pada 1998, banyak dosen Ma’had Al-Birr yang ikut mengajar di STIBA Makassar. Kedekatan inilah yang terus dirawat hingga hari ini, bahkan kini diperkuat untuk membuka jalan kolaborasi di masa depan.

    Pertemuan berlangsung santai. Keduanya saling bertukar kabar dan cerita tentang perkembangan masing-masing lembaga. Tidak hanya soal institusi, tapi juga semangat untuk terus menjaga hubungan baik yang sudah terjalin selama lebih dari dua dekade.

    Acara ditutup dengan jamuan makan siang sederhana namun hangat, disusul sesi foto bersama sebagai penanda momen kebersamaan.

    Reporter: UKB