Penulis: admin

  • Syaikh Nashir al-Umar: Al-Qur’an Solusi segala Masalah

    Syaikh Nashir al-Umar: Al-Qur’an Solusi segala Masalah

    Tabligh Akbar Tadabbur Alquran

    Tabligh akbar bertema Ketika Alqur’an Berlabuh di Hatimu sukses digelar DPP Wahdah Islamiyah di Masjid Anas bin Malik Kampus STIBA Makassar, Sabtu (30/7) selepas Duhur kemarin. Acara ini dipadati sekira 3.000 peserta yang memenuhi masjid dan ruangan-ruangan kelas sekitar masjid.

    Syaikh Prof. Dr. Nashir bin Sulaiman al-‘Umar mengawali taushiyahnya dengan membacakan salah satu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya), “Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah.” (QS. Thaha: 1-2).

    “Kaum muslimin semua membaca Alqur’an bahkan menghafalkannya, tapi sebagian besar bahkan mungkin kita semua masih saja merasakan banyak persoalan hidup, bahkan kita terpenjara dengan persoalan ini, lalu di mana janji yang tadi Allah katakan bahwasanya Alquran tidak akan mendatangkan kesusahan,” tanyanya menggugah perhatian hadirin.

    Ketua Lembaga Tadabbur Alqur’an ini kemudian menguraikan penyebabnya. Menurutnya, Alqur’an tidak memberikan penawar kesulitan disebabkan karena Alqur’an sekadar diucapkan oleh lisan namun makna-maknanya tak merasuk ke dalam hati. Padahal, menurut mantan Sekretaris Jendral Ikatan Ulama Muslimin ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam Surah asy-Syu’ara’: 192-193 bahwa Alqur’an itu diturunkan oleh Allah melalui Jibril ke dalam hati Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

    Penyebab kedua menurut Syaikh Nashir adalah tidak mentadabburi Alquran. Tidak berusaha untuk memahami makna Al Quran. Ia menyebutkan bahwa kaum muslimin di berbagai belahan dunia memberikan perhatian yang sangat besar terhadap Alquran, baik dari sisi tajwidnya maupun hafalannya. Tapi menurutnya, hal itu tidak dibarengi dengan upaya untuk memahami apa yang ada di dalam Alqur’an, padahal Alqur’an diturunkan untuk ditadabburi ayat-ayatnya. Seperti dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Surah Shad: 29,

    “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memerhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”

    Makna tadabbur sendiri, menurut Syaikh Umar berbeda dengan tafsir. Tafsir adalah  menyingkap makna ayat-ayatnya dengan sangat mendalam. Adapun tadabbur adalah berusaha untuk memikirkan dan berinteraksi dengan ayat itu, terus menerus berusaha untuk memahaminya sampai kemudian jelas apa yang dimaksudkan oleh Allah dalam ayat tersebut.

    Beliau mencontohkan, seorang wanita yang telah lama menikah namun belum dikaruniai anak mendengarkan bacaan imam shalat yang membaca Surah Nuh. Dalam surah itu menyebutkan, “Maka aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu (istighfar), sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12). Wanita itu kemudian mentadabburi ayat-ayat itu kemudian memperbanyak istighfar (memohon ampun kepada Allah), dan benar, tak lama kemudian Allah menganugerahinya keturunan.

    Alqur’an menurut pakar Alquran ini adalah solusi dan jalan keluar bagi seluruh permasalahan hidup. Ia mencontohkan salah seorang yang sedang ditimpa musibah lalu membaca ayat Alqur’an dan mentadabburinya. Orang itu tiba pada ayat yang berbunyi, “Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy-Syura: 30). Maka setiap kali ia ditimpa permasalahan hidup, baik yang menimpa dirinya ataupun keluarganya, maka terlebih dahulu ia akan memohon ampun kepada Allah sebelum mencari penyebab lain dari problema yang dihadapinya. Dan betapa seringnya, menurut Syaikh, orang itu sekadar beristighfar masalahnya telah teratasi.

     

  • Undangan Tabligh Akbar Ketika Alqur’an Berlabuh di Hatimu

    Undangan Tabligh Akbar Ketika Alqur’an Berlabuh di Hatimu

     

    IMG-20160728-WA0027

    Masjid Anas bin Malik STIBA Makassar akan menjadi tuan rumah Tabligh Akbar yang akan diadakan oleh DPP Wahdah Islamiyah. Tabligh Akbar bertema tadabbur Alqur’an “Ketika Alqur’an Berlabuh di Hatimu” ini akan digelar pada hari Sabtu, 25 Syawal 1437 H (30/7) usai shalat Dhuhur dan terbuka untuk umum.

    Sebagai narasumber adalah mantan sekjen Ikatan Ulama Muslim Dunia (Rabithah ‘Ulama al-Muslimin) Syaikh Prof. Dr. Nashir bin Sulaiman al-‘Umar hafizhahullah. Syaikh Nashir al-Umar adalah salah seorang ulama fenomenal asal Saudi Arabia, saat ini beliau menjabat sebagai Ketua Lembaga Tadabbur Alqur’an Internasional.

    Berikut Biografi Singkat Syaikh Prof. Dr. Nashir Bin Sulaiman Al-Umar

    Nama lengkap beliau adalah Nashir bin Sulaiman Al-Umar. Berasal dari kabilah Bani Khalid Al-Qursyiyah Al-Makhzumiyah yang cukup terkenal. Beliau lahir pada 1373 H/1952 M di desa Maridisiyah, Kota Buraidah, Propinsi Qasim, Saudi Arabia.

    Syaikh Nashir bin Sulaiman Al-Umar menyelesaikan pendidikan menengah pada tahun 1390 H dari Ma’had Ar-Riyadh Al-‘Ilmi. Sementara itu pendidikan tingginya beliau selesaikan pada tahun 1394 H dari Fakultas Syari’ah. Kemudian beliau menjadi asisten dosen di Jurusan Studi Al-Qur’an Fakultas Ushuluddin Universitas Imam Muhammad bin Su’ud. Pada 1399H/1979M, beliau meraih gelas Magister dari Jurusan Studi Al-Qur’an Fakultas Ushuluddin. Gelar doktor beliau, diraihnya dari jurusan dan fakultas yang sama pada 1404 H/1984 M. Pada tahun itu juga beliau ditetapkan sebagai asisten profesor pada Jurusan Studi Al-Qur’an, lalu menjadi dosen pendamping pada 1410 H/ 1989 M. Kemudian pada 1414 H/1993 M, beliau diangkat sebagai profesor.

    Syaikh Nashir bin Sulaiman Al-Umar memiliki banyak karya tulis berupa kitab dan risalah. Di antaranya adalah:

    1. Al-Wasathiyyah fil Qur’an Al-Karim
    2. Surah Al-Hujurat: Dirasah Tahliliyah Wa Maudhu’iyah
    3. Al-‘Ahdu Wal Mitsaq fil Qur’an Al-Karim
    4. Tahqiq Kitab “Al-Burhan fi Mutasyabih Al-Qur’an” li Mahmud Bin Hamzah Al-Kirmani
    5. Tahqiq Wal Dirasah Al-Juz’u Al-Awwal Min “Lubab Al-Tafsir” li Mahmud Bin Hamzah Al-Kirmani
    6. Fargh Min Syarh Muslim min Mazhur Tarbawi
    7. Fiqh Al Waqi’
    8. Muqawwamat as-Sa’adah Az-Zaujiyah
    9. Ramadhan Madrasah Al-Ajyal
    10. As-Sa’adah baina Al-Wahm wal Haqiqah
    11. Al-Futur
    12. Asbab Suquth Al-Andalus
    13. Al-Bats Al-Mubasyir
    14. Banatuna Baina At-Taghrib wal ‘Ifaf
    15. Luhum Al-‘Ulama Masmumah
    16. At-Tauhid Awwalan
    17. Haqiqah Al-Intishar
    18. Al-Hikmah
    19. Ru’yah Istiratijiyah fil Qadhiyyah Al-Filasthiniyyah
  • Tahun Ini STIBA Utus 36 Alumninya ke Penjuru NKRI

    Tahun Ini STIBA Utus 36 Alumninya ke Penjuru NKRI

    WhatsApp-Image-20160725

    Sebagai rangkaian penutupan Muktamar III Wahdah Islamiyah yang diadakan di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta (20/7), pihak DPP Wahdah Islamiyah melepas secara resmi ke-36 alumni STIBA tahun ini. Ke-36 alumni yang telah melalui proses pembinaan yang panjang di STIBA ini terdiri dari 17 mahasiswa dan 19 mahasiswi.

    Berikut daerah penugasan masing-masing alumni:

    A. Mahasiswa

    No Nama Daerah Asal Daerah Penugasan
    1 Muhammad Taufik Sidrap DPD WI Kolaka Utara
    2 Adrian Zulfikar Sidrap DPD WI Sinjai
    3 Abdurrahman H Kolaka Timur DPD WI Kolaka Timur
    4 Nukman Balikpapan DPD WI
    5 Aidil Muzakkar Bombana DPD WI Bombana
    6 Amirullah Samir Sidrap DPD WI Tator Utara
    7 Muh. Iwan Wahyudi Lombok DPD WI Kutai Barat
    8 Ahmad Muallim Bone DPD WI YPWI (Ponpes Anabanua)
    9 Muh. Scilta Riska Soppeng DPD WI Pangkal Pinang
    10 Saifuddin Juhri Bali DPD WI Buton
    11 Mujahid Yusuf Majene DPD WI Pasang Kayu
    12 Ardi Udu Enrekang DPD WI Berau
    13 Mudillah Balikpapan DPD WI Banten
    14 Khairul Tasnim Ilham Sinjai DPD WI Pekanbaru (Riau)
    15 Faturrahman Bontang DPD WI Bontang
    16 Muh. Basri Malakaji DPD WI Bantaeng
    17 Syahril Syam Kolaka YPWI (Ponpes Anabanua)

     

    B. Mahasiswi

    No Nama Daerah Asal Daerah Penugasan
    1 Ayul Munawwarah Poso LM DPD Palu
    2 Irawati K Jeneponto Makassar
    3 Fatimah Palopo Makassar
    4 Zalniah Raha LM DPD Raha
    5 Risma Arsyad Bulukumba Makassar
    6 Sinarti Kolaka Timur Makassar
    7 Marfiana Bone LM DPD Banjarmasin
    8 Munirah Bulukumba STIBA Makassar
    9 Nita Zikriani Bone STIBA Makassat
    10 Wirdawati Morowali LM DPD Palu
    11 Waode Staulia Kolaka Kolaka
    12 Syamsinar Selayar LM DPD Gowa
    13 Rosmiati Takalar LM DPD Takalar
    14 Umi Hardianti Samarinda Kutai
    15 Nurwati Ternate LM DPD Ternate
    16 Hamsidar Bone LM DPD Sidrap
    17 Selvi Kolaka Timur Kolaka
    18 Sarinah Majene Polman
    19 Nur Anni Makassar Makassar
  • Puluhan Alumni STIBA Khotib Idul Fithri 1437 H

    Puluhan Alumni STIBA Khotib Idul Fithri 1437 H

    IMG-20160706-WA0045

    Berdasarkan laporan dari sejumlah alumni yang tersebar di segenap penjuru tanah air, sebanyak 44 alumni menjadi khotib Idul Fitri tahun ini (1437 H). Angka ini adalah jumlah minimal mengingat tidak semua alumni menyampaikan laporannya.

    Berikut adalah daftar alumni yang menjadi khotib dalam pelaksanaan Shalat Idul Fitri 1 Syawal 1437 H

    1. Mukran Usman, DPD WI Toli Toli
    2. Muh. Salim Ahmad, Masjid Hayat Kamal Gowa
    3. Kasman Bakry, Masjid Jami’ Imanuddin BTN Makkiobaji Makassar.
    4. Hendra M. Ismail, Masjid Ussisa ‘Ala At-Taqwa, Plumbaon Cirebon Jawa Barat.
    5. Fadlan Akbar, Diklat Prov. SulSel Pampang.
    6. Darwis Firman, Masjid Saad bin Muadz Jalan Muh.Tahir
    7. Muh. Nirwan Idris, Masjid Al Furqon Maccini Sawah Makassar
    8. Ahmad Syaripudin, Masjid Nurul Bahari depan Gedung CCC, Makassar.
    9. Muharramsyah, Masjid Al Maghfirah, Kompl. Griya Astra Nipa Nipa, Makassar.
    10. Mudatsir, Masjid Baiturrahman Tanjung, Makassar.
    11. Sumardi Uddin, Masjid Nur Hanisa Al-Haritsa/Lapangan sekolah SMP, SMA, SMK Tamalatea Makassar.
    12. Syaibani Mujio, Masjid Trans Studio Makassar.
    13. Marzuki Umar, DPC WI Biringkanaya Makassar.
    14. Harman Tajang, Masjid Nurul Hikmah MIM, Makassar
    15. Asri Muhammad Sholeh, Masjid Babul Jihad Ablam, Makassar
    16. Sirajuddin Qasim, Masjid Nur Alam Nur, Panakukang, mks.
    17. Agus Susanto, Masjid Annuur, Tarakan.
    18. Jamil, Masjid Almujtahida, Tarakan.
    19. Amiruddin Beddu, Masjid Imamu Doa, Tarakan, Kaltara
    20. Syandri Syaban, Gowa.
    21. Bambang Hermanto, Masjid Abdurrazzaq Kaltim.
    22. Qasim Ata, Lap. Auri Kupang
    23. Abdullah Syahrul, Masjid Rahmatullah Manggarai NTT
    24. Saifuddin, Halaman SMPN 2 Bolo Kab. Bima NTB.
    25. Syamsuddin La Hanufi, Masjid Al-Manzilatul Khairiyyah Pondok Gede, Jaktim.
    26. Lukman AT., Masjid al-Ikhlas Sidrap.
    27. Ridwan Mustakiem, Masjid Nurussalam Sidrap
    28. Burhanuddin, Masjid Nurul Sa’adah Sidrap
    29. Arif Patang, Masjid Ridha Allah, Tello Makassar.
    30. Abu Said Jumardan, LapanganDepan Masjid Islamic Center at-Taubah Serang-Banten.
    31. Muhammad Ali, DPD Mamuju.
    32. Kamus Mustamin, LAPAS Bulukumba
    33. Ahmad Basirt, PT. TASPEN Persero, Jakarta Pusat.
    34. Muhammad Syarif Salam, Masjid Miftahul Jannah Garessi Kec. Suppa Pinrang.
    35. Muh. Jamil bin Ismail, Masjid Miftahul Iman, Kab. Bone.
    36. Muh. Andi Syawal, S.H.I., Masjid Al Ikhwan Linggang Bingung Kutai Barat.
    37. Zamakhsyari Dhofir, Ma’had Jamaluddin al Manar Bgk Nyaka Aikmel Lombok Timur, NTB.
    38. Muttaqin Rusli, Salemba Bluntas, Jakarta Pusat.
    39. Abu Zulfah Kurniawan, Lapangan Kantor Pajak Kota Bandung
    40. Hamuddin P., Masjid al Furqon, Benda Kulon Majenang Cilacap Tateng.
    41. Zainuddin Samsudin, Lapangan Komando Distrik Militer Kodim Bitung Sulut.
    42. Adriansah Buwa, DPD WI Palu, Halaman Utama RSU Anuta Pura Jalan Kangkung Palu Barat.
    43. Abu Shofiyyah Abdurrahman, Masjid kantor PLN Balikpapan.
    44. Ahmad Syahruddin, Masjid Karaengta Kallongtala Sungguminasa Kab. Gowa Sul-Sel.

    IMG-20160706-WA0046IMG-20160706-WA0045

    Foto: Suasana sholat Idul Fitri di halaman SMPN 2 BOLO KAB. BIMA
    KHATIB: UST. SAIFUDDIN, S. PDI. LC
    (ALUMNI STIBA MAKASSAR 2008)

    IMG-20160706-WA0022 IMG-20160706-WA0019

    Foto: Ustadz Qasim Ata di Lap. Auri Kupang, NTT

  • Kiprah Alumni STIBA Makassar Sebarkan Dakwah di Tanah Luwu

    Kiprah Alumni STIBA Makassar Sebarkan Dakwah di Tanah Luwu

    WhatsApp-Image-20160617

    Kiprah alumni STIBA Makassar dalam kancah dakwah di tanah air makin diperhitungkan. Salah satunya adalah peran Ustadz Masdin Udu, Lc. Alumni STIBA 2010 dalam menyebarkan dakwah Islam yang wasathiyah di Tanah Luwu Sulawesi Selatan. Selaku Ketua DPD Wahdah Islamiyah Luwu, Ustadz Masdin aktif melakukan pembinaan kepada seluruh lapisan masyarakat Luwu.

    Selama Ramadhan 1437 H, ustadz muda asal Enrekang ini menjadi pemateri dalam kegiatan Polisi Santri. Kegiatan ini adalah program Polda Sulsel bagi Polres se-Sulawesi Selatan melalui Satbimas. Salah satunya di Polres Luwu. Untuk Polres Luwu Belopa bekerjasama dengan DPD Wahdah Islamiyah Luwu.

    Kegiatan ini dilaksanakan selama tujuh hari mulai hari Kamis-Rabu, tgl 9-15 juli 2016. Diikuti peserta  anggota polres luwu sebanyak 10 orang pilihan. Kegiatan ini berlangsung di Pondok Pesantren Dalil al Hajiri Wahdah Islamiyah Luwu dan Juga di Masjid Polres Luwu.

    Menurut Ustadz Masdin, tujuan kegiatan ini diadakan adalah sebagai sosialisasi khususnya anggota polres tentang pemahaman yang benar dalam masalah agama. Dan dari kegiatan ini diharapkan  anggota polres ikut ambil bagian dalam dakwah sebagai bentuk pencegahan terhadap tindak pidana. Jadi Polres Luwu ingin mengubah cara penindakan tindak pidana yang dulunya menangkap pelaku dan memenjarakan, namun setelah memahami konsep dakwah maka pelaku didekati dengan pendekatan pembinaan kerohanian melalui dakwah yang bijak dan santun sebelum pelaku melakukan dan setelah malakukannya walaupun akan tetap ditindak sesuai hukum yang berlaku.

    Dalam kegiatan tersebut Ustadz Masdin memberikan materi Dirosa sebagai awal untuk mengenalkan dan memperbaiki bacaan Al Qur’an, kemudian latihan khotbah dan materi suplemen seperti kajian hadis Kitabul Jami’ Bab Adab, kisah-kisah orang shaleh, dan materi lainnya.

    Ustadz Masdin Udu juga terlibat aktif dalam Pengajian Ormas se-Kabupaten Luwu. Pengajian ini diikuti oleh Ormas-ormas Islam seperti FUI, Hidayatullah, Muhammadiyah, NU, Istiqomah, Persamil, Wahdah Islamiyah dan MUI Luwu. Pada pengajian yang digelar belum lama ini, Ustadz Masdin tampil membawakan tadabbur ayat yang dibacakan oleh qori’ di awal acara.

    Atas perannya ini, Ustadz Masdin mendapatkan penghargaan dari pemerintah setempat.

    WhatsApp-Image-20160701 WhatsApp-Image-20160701 (1) WhatsApp-Image-20160617 (1)

  • Transkrip Khotbah Ustadz Muhammad Yusran Anshar (001)

    Transkrip Khotbah Ustadz Muhammad Yusran Anshar (001)

    khutbah jumat pilihan pdf terbaru 2013

    Tidak terasa kita sudah memasuki 5 Ramadhan 1437 H. Ini adalah nikmat yang sangat besar yang Allah berikan kepada kita yang hadir hari ini. Begitu banyak orang yang mendambakan untuk kembali bertemu dengan bulan suci Ramadhan, namun tidak kesampaian. Allah tidak menakdirkan mereka merasakan kembali nikmatnya bulan Ramadhan.
    Maka kesempurnaan kesyukuran kita adalah bagaimana kita membuktikan kepada Allah bahwa kita adalah hamba Allah yang benar-benar mencintai Ramadhan, merindukan Ramadhan dan mengetahui apa tugas-tugas kita sebagai seorang hamba ketika datang bulan suci Ramadhan.
    Inti dari bulan Ramadhan adalah bulan untuk mendekatkan diri kepada Allah, bulan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah, bulan untuk memperbaiki kualitas ibadah-ibadah kita kepada Allah. Bulan untuk mengangkat derajat kita di sisi Allah, sebagai hamba-hamba yang bertakwa. Dan bulan yang dengannya kita mencapai jannah (surga) Allah Subhanahu wa Ta’ala.
    Kembali kami mengingatkan kepada diri kami dan jamaah sekalian. Kaidah-kaidah penting yang perlu untuk kita ingat dalam melakukan amal-amal shaleh. Karena bulan Ramadhan, sebagaimana yang kita sebutkan adalah bulan untuk bekerja, bulan untuk beribadah, bulan untuk banyak melakukan pendekatan kepada Allah. Dan Alhamdulillah, Allah telah memasilitasi kita dengan memudahkan kita untuk beribadah.
    Setan-setan yang mengganggu dibelenggu, pintu-pintu rahmat dibuka secara luas, maka kita tinggal menjawab panggilan. “Wahai orang-orang yang menginginkan kebaikan, segeralah melakukan kebaikan.”
    Kita sudah punya keinginan dan kecintaan melakukan kebaikan, namun ada kaidah-kaidah penting yang harus kami ingatkan dalam melakukan amal-amal shaleh.

    Kaidah pertama
    Bahwa orang yang beramal shaleh hendaknya ia melakukannya hanya semata-mata karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita beribadah kepada Allah adalah ibadah yang diperintahkan oleh Allah. Ibadah yang diperintahkan adalah ibadah yang sekadar mengikhlaskan niat kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
    Kita melakukan ibadah di bulan Ramadhan, melakukan puasa, tarawih, memperbanyak tilawatul Qur’an, bersedekah, banyak berdoa, beri’tikaf, bahkan umroh dan seterusnya. Sekian banyak ibadah yang kita lakukan di bulan suci Ramadhan ini semata-mata kita inginkan hanya mengharap wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala, keridhoan-Nya, menjalankan perintah-Nya. Dan ini adalah salah satu makna “wahtisaban”, kita melakukan karena memang mengharapkan pahala hanya dari Allah saja.
    Kita ber-Romadhan bukan karena banyak orang ber-Romadhan, kita ber-Romadhan bukan karena kita diperintahkan oleh orang. Bukan untuk dilihat oleh orang. Bukan sekadar ikut-ikut dengan orang banyak. Apatah lagi bukan untuk dipuji. Dan itu adalah niat-niat yang akan membatalkan seluruh amalan kita, bagaimanapun banyaknya amal kita.

    Dan ingat jamaah sekalian, manusia yang paling pertama kali dihinakan dihadapan Allah dan dihadapan seluruh manusia kelak, di hari kiamat, mereka adalah orang-orang yang banyak beramal, mereka adalah orang-orang yang dipuji karena amalan-amalan mereka. Mereka yang mungkin dikenal oleh orang banyak, namun ternyata mereka bukan penghuni surga. Bahkan dihinakan sebagai penghuni yang paling pertama dijerumuskan ke dalam neraka. Wal iyadzubillah.
    Hingga manusia yang pertama kali dijerumuskan ke dalam neraka adalah seorang yang berjihad fii sabilillah. Orang-orangpun mengenangnya sebagai pahlawan dan jagoan. Orang hebat yang mengorbankan jiwa dan hartanya tapi ternyata tidak ikhlas, maka dijerumuskan ke dalam neraka.
    Yang kedua adalah orang yang banyak berinfaq atau bersedekah. Dikenal sebagai orang yang dermawan, namun ternyata tidak ikhlas. Dan dimasukkan ke dalam neraka.
    Dan orang yang ketiga adalah orang yang banyak bersedekah dengan ilmunya. Ahlul ‘ilm, orang yang berilmu. Ahlul Qur’an, orang yang hafal Al-Qur’an. Banyak belajar, namun tidak belajar dengan banyak beramal dengan ilmu yang dimilikinya. Bahkan banyak berdakwah, namun semuanya itu tidak ikhlas. Maka mereka tidak akan dimuliakan oleh Allah. Bahkan mereka akan termasuk orang yang akan dihinakan.
    Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala Mahakaya, dan tidak membutuhkan amalan yang kita lakukan, lalu kita mempersekutukan Allah dengan amalan tersebut. Dalam hadits Qudsi, Allah mengatakan, “Aku adalah Yang Mahakaya dari seluruh sekutu yang ada. Siapa yang beramal karena-Ku dan karena selain-Ku, maka Kutinggalkan amalan tersebut. Silakan dia meminta dari apa-apa yang dia lakukan karena selain-Ku.”
    Kaidah Kedua
    Selain Ikhlas, maka kita harus berbuat sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Amalan barulah diterima ketika kita melakukan sesuai Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah uswatun hasanah dalam segala hal. Dalam seluruh macam ibadah kita. Bahkan dalam persoalan muamalah sekalipun, Nabi adalah teladan yang terbaik dan dengan meneladaninyalah, amal kita diterima di sisi Allah.
    “Siapa yang beramal tidak sesuai dengan amalan kami, maka amalannya tertolak.”
    Walaupun banyak, walaupun kelihatan baik, namun selama tidak sesuai sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, amalannya itu tertolak.
    Bukankah Allah mengatakan dalam surah Al Ghasyiah ayat 1-3, “Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan? Banyak muka pada hari itu tunduk terhina. Bekerja keras lagi kepayahan…”
    Apa kejadian hari kiamat?
    Di antara kejadian yang besar adalah pemandangan-pemandangan di mana semua mata tertunduk di hadapan Allah. Tiada lagi yang berani mengangkat kepalanya di hadapan Allah. Semuanya ketakutan menunggu hisab. Menunggu keputusan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan di antara manusia yang ketakutan adalah mereka yang di dunia banyak beramal, capek melakukan amalan shaleh. Tapi apakah mereka masuk surga? Kata Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka masuk ke dalam neraka yang menyala-nyala.
    Amalan yang banyak, tidak menjamin dia memasuki surga Allah. Walaupun niatnya baik. Seseorang pernah melakukan shalat di wakitau yang terlarang. Maka Sayyid bin Musayyib rahimahullah, salah seorang tabi’in yang terkenal. Pemimpin para tabi’in, menegur orang tersebut. Lalu orang tersebut mengatakan, “Wahai Sayyid bin Musayyid, apakah Allah akan menyiksaku, Apakah Allah akan memasukkanku ke dalam neraka dan menghukumiku ketika aku sujud kepada-Nya. Ketika aku melakukan shalat kepada-Nya?”
    Kata Sayyid bin Musayyid rahimahullah, “Allah tidak menyiksamu karena kamu shalat, Allah tidak menyiksamu karena sujud. Tapi Allah menyiksamu karena kamu menyelisihi sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kamu melakukan sesuatu yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itulah, Allah akan menghukumnya.”
    Maka bagaimanapun baiknya amalan, bagaimanapun banyaknya amalan, bagaimanapun ikhlasnya, jika tidak sesuai dengan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak akan diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
    “Betapa banyak orang menginginkan kebaikan, namun tidak sesuai dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak diterima kebaikan tersebut di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.
    Kaidah Ketiga
    Mengerjakan amal shaleh tepat sesuai dengan waktu yang diperintahkan. Amal shaleh itu begitu banyak. Dan masing-masing amal shaleh, ada wakitau-wakitau yang diperintahkan.
    Shalat, bagaimanapun baiknya jika kita melakukannya di wakitau yang terlarang, maka itu bukan kebaikan. Kapan kita melakukan puasa dan melakukan pendekatan diri kepada Allah di wakitau yang terlarang, maka itu bukan kebaikan.
    Al-Qur’an adalah bacaan yang paling baik. Bacaan yang paling dicintai oleh Allah adalah Qalamullah. Sementara saat sujud dalam shalat adalah wakitau yang paling dekat antara seorang hamba dengan Allah. Tapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk membaca Alqur’an pada wakitau sujud. Maka suatu ibadah menjadi mulia, menjadi afdhol ketika dilakukan pada wakitau-wakitaunya.
    Ketika datang ibadah bulan Ramadhan, maka seharusnya kita cerdas memilih apa yang paling tepat untuk kita kerjakan sesuai dengan musimnya. Memang ada banyak amalan, tapi pilihlah amalan-amalan yang paling tepat untuk kita perbanyak di bulan ini. Karena jika tidak, maka kita akan menghabiskan wakitau untuk amal yang kita sangka baik namun kita kerjakan tidak pada wakitaunya yang tepat.

    Kaidah Keempat
    Bersegera dalam melakukan kebaikan
    Ketika Allah menyuruh kita untuk melakukan kebaikan, Allah tidak hanya menyuruh kita berbuat kebaikan, tapi Allah mengatakan kepada kita “fastabiqul khayrat”, berlomba-lombalah dalam mlakukan kebaikan.
    Ketika Allah mnyuruh kita untuk meminta ampun, bertaubat kepada-Nya, Allah tidak menunggu wakitau usia tua untuk bertaubat. Allah mengatakan,
    وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
    “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran: 133).
    Dan Allah juga mengatakan, “Berlarilah menuju kepada Allah”.
    Nabi Musa, ketika diperintahkan oleh Allah untuk menghadap. Maka beliau bercepat-cepat menuju Allah dan meninggalkan kaumnya.
    وَمَا أَعْجَلَكَ عَن قَوْمِكَ يَا مُوسَى ﴿٨٣﴾ قَالَ هُمْ أُولَاء عَلَى أَثَرِي وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى ﴿٨٤﴾
    “Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa?” Berkata Musa, “Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar Engkau ridha (kepadaku)”. (QS. Thaha: 83-84).
    Maka ketika kita melakukan kebaikan, maka jangan asal melakukan kebaikan. Jangan sekadar puas mengatakan kita ikut shalat, kita ikut puasa, kita ikut melakukan kebaikan. Namun senantiasa menjadi orang yang paling terlambat, orang yang paling terakhir dalam melakukan kebaikan.
    Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan jadilah kita orang-orang yang paling pertama dalam melakukan perbuatan-perbuatan akhirat. Untuk masuk surga kita diperintahkan untuk berkompetisi dan bersegera. Adapun untuk urusan-urusan dunia, kita tidak terlalu dianjurkan. Bahkan celakalah jika kita saling bersaing hanya karena mengharapkan dunia, sementara untuk urusan-urusan akhirat kita senantiasa terlambat.

    Kaidah Kelima
    Amal shaleh akan menjadi baik apabila dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan secara terus menerus. Ramadhan ini satu bulan. Maka jangan kita hanya ber-Ramadhan di sepuluh hari saja, tujuh belas hari saja, dua puluh hari saja, dan dua puluh tujuh hari saja. Finish kita adalah ketika Ramadhan itu telah pergi. Bahkan peribadahan kita kepada Allah bukan hanya di bulan Ramadhan saja. Kita baru akan berhenti, ketika Allah memanggil kita.
    Apa manfaat melakukan amalan shaleh secara berkesinambungan?
    Ketika kita melakukan amalan shaleh, namun kita jatuh pada kemaksiatan, maka kita tentu akan membutuhkan amal shaleh lainnya untuk mnghapuskan kemaksiatan yang kita lakukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, dalam hadits yang di riwayatkan Imam Muslim, “Antara 5 waktu shalat, antara satu Jumat ke Jumat yang berikutnya, antara satu Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa di antara waktu-waktu tersebut.”
    Marilah kita melakukan amal shaleh hingga Allah menetapkan ajal kita masing-masing.

    (Transkrip Khotbah Jumat Ustadz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., 05 Ramadhan 1437 H, Masjid Babul Jihad Jl. Abu Bakar Lambogo, Makassar. Ditranskripsi oleh Abdullah bin Muhammad Yusran Anshar).

  • STIBA Tutup TA. 1436-1437 H/2015-2016 M dengan Haflah Ikhtitam

    STIBA Tutup TA. 1436-1437 H/2015-2016 M dengan Haflah Ikhtitam

    haf

    Makassar – Setelah enam hari ujian final, akhirnya proses belajar-mengajar di Tahun Akademik 2015-2016 M secara resmi ditutup dengan diadakannya Haflah Ikhtitam di Masjid Anas bin Malik kampus STIBA Makassar, Sabtu, 28 Sya’ban 1437 H/ 4 Juni 2016 M. Acara ini dihadiri oleh seluruh mahasiswa(i) STIBA, para pengelola, dan beberapa alumni yang saat ini melanjutkan studi di Saudi.

    Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A. selaku Ketua STIBA dalam sambutannya menyampaikan bahwa haflah ikhtitam adalah agenda semesteran selain haflah iftitah. Tujuan diadakan haflah ikhtitam untuk memberikan motivasi, arahan dan beberapa informasi penting. “Masjid Anas bin Malik dipilih menjadi tempat kegiatan ini karena memiliki peran besar di kampus ini,” ujarnya.

    Dalam arahannya, Ustadz Yusran mengutip faedah dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dibaca Qori’ di awal acara,

    يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين اتوا العلم درجات

    Artinya: “Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-mujadalah : 11).

    Kandidat doktor hadis al-Medinah International University ini memandang ayat tersebut perlu dibaca pada haflah ikhtitam agar para mahasiswa tetap melanjutkan menuntut ilmu karena akhir kita dalam menuntut ilmu adalah surga. Beliau juga mengingatkan bahwa ujian dunia tidak sebanding dengan ujian akhirat, tetapi ada beberapa pelajaran yang perlu diambil dari ujian dunia.

    Sementara, Ustadz Muhammad Taufan Djafry selaku PK III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama berpesan agar mahasiswa memanfaatkan sebaik-baiknya momentum bulan Ramadhan untuk mengangkat derajat kita di sisi Allah Ta’ala dan mendapat ampunan sebesar-besarnya.

    Adapun Ustadz Kasman Bakri mewakili Bidang Akademik menyampaikan bahwa jadwal pengumuman nilai ujian adalah pada 11 Juni 2016 M. Maka bagi mahasiswa yang mendapat nilai di bawah standar, ditekankan mengikuti ujian remidial dan mengikuti prosedur yang ada. Ia juga menyampaikan bahwa STIBA akan membuka 2 prodi baru yaitu prodi ekonomi syariah dan prodi pendidikan Bahasa Arab ke depannya setelah mendapat izin dari kopertais.

    Ustadz Musriwan mewakili Bidang Umum menyampaikan, masa registrasi ulang tahun ajaran berikutnya 22-25 Agustus 2016 M. Maka diharapkan mahasiswa memerhatikan betul hal ini dan memerhatikan NIM/NIMKO dengan baik. (Farid/INFOKOM BEM).

  • Daftar Peserta I’tikaf Masjid Anas bin Malik Kampus STIBA Makassar Ramadhan 1437 H

    Daftar Peserta I’tikaf Masjid Anas bin Malik Kampus STIBA Makassar Ramadhan 1437 H

    masjid

    Ramadhan 1437 H, adalah Ramadhan pertama Masjid Anas bin Malik Kampus STIBA Makassar. Di bulan mulia ini, masjid Anas  bin Malik akan  mengadakan i’tikaf pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Pengurus masjid telah membuka pendaftaran beberapa hari lalu. Setelah dua hari dibuka, akhirnya  panitia menetapkan nama-nama peserta yang berhak beri’tikaf di Masjid Anas bin Malik tahun ini.

    Berikut nama-nama peserta I’tikaf Masjid Anas bin Malik Kampus STIBA Makassar Ramadhan 1437 H

    I. Dosen dan Pengelola:

    1. Muh. Taufan Djafry (Musyrif)
    2. Ahmad Syaripudin
    3. Kasman Bakry
    4. Musriwan
    5. Askar Fatahuddin
    6. Abu Rufaydah
    7. Syandri Sya’ban
    8. Azwar Ar. Room
    9. Sulkifli Herman
    10. Nawir Baso
    11. Arif Uddin
    12. Dg Se’re
    13. Ibrahim Rauf Mande
    14. Ilham Arifuddin

    II. Mahasiswa STIBA:

    1. Musdirfan (PKU 2)
    2. Muh Ridwan (PMH 4)
    3. Muh Ridwan ( PMH 8 )
    4. Abdullah Haris (PMH 6)
    5. Jamaluddin (PMH 6)
    6. Erul Gusnandar (PMH 4 )
    7. Arwan (PMH 4)
    8. Subakir (PMH 8)
    9. Jusran (PMH 2b)
    10. Muh. Basran (PMH 2a)
    11. Irman (PMH 2b)
    12. Ld Muh. Araf (PMH 2b)
    13. Arif Rachman (PMH 2a)
    14. Rahmat Aulia (PMH 2b)
    15. Sulham Karim (PMH 6)
    16. Rahmatullah (PMH 6)
    17. Ahmad Sholeh (PMH 6)
    18. Mursalim (PMH 4)
    19. Muhammad Sofyan (PMH 2f)
    20. Fahri Ramadhan (PMH 2)
    21. Abdul Rahman H (PKU 4)
    22. Amir Jaya (PMH 2f)
    23. Ade Murphy (PMH 8)
    24. Alfiansyah (PMH 8)
    25. Ruslan (PMH 2c)
    26. Arwan Alhiansyar (PMH 4)
    27. Fuad (PMH 4)
    28. M. Fadel (PMH 2e)
    29. Jusri Raldi (PMH 2b)
    30. Abdullah Azzam (PMH 2)
    31. Abu Dzar (PMH 6)
    32. Abdillah Samsuddin (PMH 4)
    33. Ashabul Yamin (PMH 2b)
    34. Jurais Siskarli (PMH.4)
    35. Chandra (PMH 2)
    36. Maykel Ramdhan (PMH 2)
    37. Abdul Basyir (PMH 4C)
    38. Sudirman (PMH 8)
    39. Wahyudin (PMH 4)
    40. Zainuddin (PMH 4)
    41. Hadianto (PMH 4)
    42. Muh Dede (PMH 2c)
    43. Sugirwan Jumawal (PMH 6)
    44. Abdul Muhaimin (PMH 4
    45. Hasanuddin (PMH 4)
    46. Aulia Luthfi (PMH 2)
    47. Wahyunis Waru (PMH 8)
    48. Fadlin (PMH 6)
    49. Basri (PKU 4)
    50. Dedi Rochmad (PKU 2)
    51. Andi Ilham Husain (PMH 2)
    52. Muhammad Amirulloh Samir (PKU 4)
    53. Mirsyad (PMH.4)

    III. ALUMNI:

    1. Adiningrat Zainal
    2. Kamaluddin Abu Ashim
    3. Hasan Huda
    4. Abdurrabbani
    5. Amir Dalim
    6. Amran abu ‘Affaf
    7. Suhartono
    8. Nasaruddin Sya’ban
    9. Abdullah Sa’id
    10. Iwan Mustari
    11. Muh. Shabir
    12. Abd. Razaq Yusuf
    13. Darul Idam

    IV. UMUM :

    1. Islahuddin (Taspen JKT)
    2. Anas Ruddin
    3. Kamaruddin Wahab
    4. Muliadi
    5. Tepati Hak Kewajiban
    6. Slamet Sugiarto
    7. Fikri bin Azwar
    8. Ramlan
    9. Ilham Bachtiar
    10. Hamka
    11. Fadli Pemprov
    12. Abdullah Hasan
    13. Rusdin Sorong
    14. Agustion
    15. Basim
    16. Muhammad
    17. Abdurrahman
    18. Darwis Firman
    19. Faizal Abdillah
    20. Ubaidillah Rabbani
    21. Arif Rahmat
    22. Amiruddin
    23. Haming
    24. Sudirman Maros
    25. Muh. Rifqi
    26. Uddin

     

    Nb: Para peserta diharapkan siap i’tikaf selama 10 hari penuh dan mengikuti agenda-agenda yang telah dijadwalkan oleh panitia.

    Silakan melakukan registrasi ulang dengan membawa foto kopi/scan/foto jelas KTP paling lambat tanggal 5 Ramadhan 1437 H.

    Dengan format:

    Registrasi ulang_nama_dosen/pengelola/alumni/umum_(KTP/Kartu Mahasiswa)_siap 10 hari insya Allah.

    Kirim via wa/sms ke : 085 236 498 102

    Bagi yang tidak melakukan registrasi ulang sd. tgl. 5 Ramadhan maka panitia berhak meng-cancel kepesertaan dan mengganti dengan peserta yang lain.

    shalat7 halaqah Qur'an

  • Kiat Sukses Sambut Ramadhan

    Kiat Sukses Sambut Ramadhan

    rindu-ramadhan

    Banyak yang mengatakan rindu bulan Ramadhan. Tapi, jika benar mereka rindu, mereka akan mencium bau Ramadhan dari jauh, seperti Ya’qub ‘alaihissalam mencium bau Yusuf ‘alaihissalam karena kerinduan yang menggelora pada puteranya itu. Sekiranya Anda mencium Ramadhan dan Anda kenakan ‘pakaiannya’, niscaya hati Anda akan kembali melihat. Layaknya pandangan Nabi Ya’qub, terbebas dari kebutaan karena mencium aroma baju Nabi Yusuf.

    Jika benar Anda rindu Ramadhan, Anda akan membuat persiapan menyambutnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya), “Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka. Maka Allah melemahkan keinginan mereka. Dan dikatakan kepada mereka, “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.” (QS. At-Taubah: 46).

    Ibnul Qayyim—rahimahullah—berkata, “Berhati-hatilah terhadap dua perkara. Pertama: Kewajiban telah datang, tetapi kalian tidak siap untuk menjalankannya, sehingga kalian mendapat hukuman berupa kelemahan untuk memenuhinya dan kehinaan dengan tidak mendapatkan pahalanya….”

    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya, “Maka jika Allah mengembalikanmu kepada suatu golongan dari mereka, kemudian mereka minta izin kepadamu untuk keluar (pergi berperang), maka katakanlah, “Kamu tidak boleh keluar bersamaku selamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi berperang kali yang pertama. Karena itu, duduklah bersama orang-orang yang tidak ikut berperang.” (QS. At-Taubah: 83).

    Mestinya, kita berhati-hati dari mengalami nasib seperti ini, yaitu menjadi orang yang tidak layak menjalankan perintah Allah I yang penuh berkah. Seringnya kita mengikuti hawa nafsu, akan menyebabkan kita tertimpa hukuman, berupa tertutupnya hati dari hidayah.

    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya), “Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Qur’an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (QS. Al An’am: 110).

    Itulah arti penting persiapan menyambut kedatangan Ramadhan, sehingga kita tidak dihukum dengan ketidakberdayaan melakukan kebaikan dan kehinaan dengan tidak bisa menambah ketaatan.

    Mari kita renungkan kembali ayat-ayat di atas. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyukai keberangkatan mereka lalu Allah lemahkan mereka. Karena tidak ada persiapan dari mereka dan niat mereka pun tidak lurus.

    Namun, bila seseorang bersiap untuk menunaikan suatu amal, dan ia bangkit menghadap Allah dengan kerelaan hati, maka Allah Mahamulia untuk menolak hamba yang datang menghadap-Nya. Sehingga dahulu, generasi salafush shaleh selalu mempersiapkan diri menyambut Ramadhan dengan sebaik-baiknya.

    Pada enam bulan sebelum Ramadhan, mereka berdoa agar sampai di bulan Ramadhan. Kemudian pada enam bulan setelah Ramadhan, mereka berdoa agar kembali bertemu Ramadhan. Sehingga sepanjang tahun, kehidupan mereka nuansanya adalah Ramadhan.

    Antara Rajab, Sya’ban dan Ramadhan

    Buatlah persiapan menyambut Ramadhan. Aisyah—radhiyallahu ‘anha—berkata, “Saya sama sekali belum pernah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berpuasa dalam satu bulan, sebanyak yang beliau lakukan di bulan Sya’ban. Di dalamnya, beliau berpuasa sebulan penuh.” (HR. Muslim).

    Menurut riwayat lain, “Beliau berpuasa di bulan Sya’ban kecuali sedikit hari.”

    Karenanya, bersiaplah dengan banyak berpuasa, agar jiwa terbiasa dengan puasa. Lakukan shalat malam di bulan Sya’ban. Perbanyak membaca Al Qur’an. Perbanyaklah dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai pengantar memasuki Ramadhan.

    Sebagian ulama mengatakan bahwa Rajab adalah bulan persemaian. Sya’ban adalah bulan pengairan. Adapun Ramadhan, ia adalah bulan memetik buah. Agar buah dapat dipetik di bulan Ramadhan, harus ada benih yang disemai, dan ia harus diairi sampai menghasilkan buah yang rimbun.

    Perbarui Taubat

    Persiapan lain untuk menyambut Ramadhan adalah taubat. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan taubat nasuha kepada kita agar Ia ridha. Karena taubat wajib dilakukan seorang hamba setiap saat.

    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya:

    “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31).

    Agungkan Perintah dan Larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala

    Kita harus memiliki rasa kuatir yang besar, jika kita tetap tidak terbebas dari api neraka meski telah melewati Ramadhan. Bagaimana nasib Bani Israil, tatkala mereka tidak menghormati perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk tidak mencari ikan di hari Sabtu? Allah Subhanahu wa Ta’ala mengubah mereka menjadi kera.

    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,

    “Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, kami katakan kepadanya, “Jadilah kamu kera yang hina.” (QS. Al A’raf: 166).

    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183).

    Ini adalah perintah, kewajiban sekaligus ritual yang agung. Barangsiapa mengagungkannya, dia adalah orang bertakwa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,

    “Demikianlah (perintah Allah), dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al Hajj: 32).

    Secara fitrah, hati manusia membenci kemaksiatan. Tetapi sebagaimana diketahui, fitrah bisa berubah-ubah. Karenanya, sebelum Ramadhan datang, kita harus berusaha mengembalikan fitrah ini ke dalam hati bila ia telah hilang, atau memperkuatnya bila telah melemah.

    Dengannya, seseorang menjadi enggan bermaksiat kepada Allah, khususnya setelah merasakan kondisi keimanan di tengah ibadah puasa. Agar hati terlatih bersikap enggan terhadap maksiat sebelum Ramadhan datang.

    Seseorang harus berbaur dengan nilai-nilai ruhiyah yang tinggi, agar hati mengingkari dan berhati-hati atas segala bentuk maksiat, baik lisan, penglihatan, perasaan, maupun anggota badan. Ia juga harus berbaur dengan perenungan Al Qur’an dan pemahaman zikir, mencoba merasakan kelezatan munajat dan tunduk di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Kesiapan seseorang untuk menyambut Ramadhan ditandai dengan sikap enggan terhadap maksiat. Hal ini bisa dilakukan dengan memperbanyak puasa dan membaca Al Qur’an. Orang yang berakal tidak akan terbayang untuk melakukan maksiat ketika sibuk dengan ketaatan.

    Latih Kepekaan Pancaindera

    Biasakanlah pancaindera dengan ketaatan. Latih mata untuk melihat mushaf, hindarkan dari memandang yang haram. Latih telinga mendengar Al Qur’an, mendengar ilmu. Hindarkan dari mendengar  nyanyian-nyanyian haram, ucapan dusta, keji, dan jorok. Biasakan lidah memperbanyak zikir, beramar makruf dan nahi mungkar, berkata jujur dan menyampaikan nasihat kepada kaum Mukmin.

    Manusia akan bertanggung jawab atas anggota badan dan inderanya ini pada hari kiamat.

    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,

    “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al Isra’: 36).

    Karenanya, pancaindera harus dilatih sebagai bentuk persiapan, agar ia tunduk kepada Anda pada bulan Ramadhan. Anda pun akan mudah mengendalikannya.

    Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang diharamkan mendapatkan berkah Ramadhan karena Ramadhan telah di depan mata, namun kita belum melakukan persiapan.

    Wallahu al-Haadi ilaa Aqwam ath-Thariq

    Disarikan dari “Asraarul Muhibbiin fii Ramadhan” karya Syekh Muhammad Husain Ya’qub.

    Sumber: Buletin Alfikrah Edisi 22 Tahun XVII, 20 Sya’ban 1437 H/27 Mei 2016 M