Penulis: admin

  • Ramai dan Penuh Rasa Ingin Tahu! Seminar “Rahasia Sehat ala Nabi” di Desa Pucak Bikin Warga Tak Mau Ketinggalan

    Ramai dan Penuh Rasa Ingin Tahu! Seminar “Rahasia Sehat ala Nabi” di Desa Pucak Bikin Warga Tak Mau Ketinggalan

    (STIBA.ac.id) Maros – Warga Desa Pucak terlihat antusias saat mahasiswa KKN STIBA Makassar menyelenggarakan Seminar Kesehatan ala Nabi di hari Sabtu pagi (12/4/2025). Tema yang diangkat, “Rahasia Sehat ala Nabi”, langsung menarik perhatian masyarakat hingga ramai-ramai datang mengikuti acara ini.

    Seminar tersebut tidak hanya membahas teori, tetapi juga mengajak peserta untuk menyelami sunah-sunah Rasulullah ﷺ yang memiliki manfaat besar bagi kesehatan. Mulai dari pemaparan ilmu tentang Al-Qur’an sebagai penawar penyakit, hingga pelatihan langsung bekam dan ruqyah syar’iyah, semua disampaikan dengan cara yang interaktif dan membumi.

    Membuka Pintu Dialog, Menyentuh Hati

    Ustaz Pattarani, S.Pd.I., M.Pd.I. hadir sebagai pemateri utama. Dengan gaya penyampaian yang hangat dan bersahabat, beliau membuka seminar dengan sapaan ringan kepada peserta: menanyakan kabar, kesehatan, hingga keluhan yang sedang dirasakan.

    Barulah setelah suasana mencair, beliau membawakan materi tentang Al-Qur’an sebagai penyembuh.

    “Mengapa Al-Qur’an bisa menyembuhkan?” tanya beliau, memantik rasa penasaran peserta. Beliau lalu melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan suara merdu yang menggetarkan hati. Beberapa peserta terlihat terdiam khusyuk, bahkan ada yang meneteskan air mata.

    Ketika Penyakit Bukan Sekadar Fisik

    Ustaz Pattarani kemudian masuk ke materi tentang gangguan jin dan bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Ia menjelaskan bahwa beberapa penyakit bisa berasal dari gangguan nonfisik, dan salah satu cara penanggulangannya adalah dengan ruqyah syar’iyah.

    Tak hanya menjelaskan, beliau langsung mempraktikkan bacaan ayat-ayat rukiah kepada peserta. Reaksi bermunculan, ada yang gelisah, merasa mual, bahkan ingin muntah. Ini menjadi indikasi adanya gangguan dalam tubuh peserta.

    Salah satu peserta kemudian memberanikan diri untuk dirukiah secara langsung. Sebelumnya, ia mengeluhkan gangguan kesehatan yang telah diderita selama dua tahun tanpa hasil dari pengobatan medis. Dengan penuh keyakinan ia berkata, “Yang saya mau kesembuhan, rasa takut mesti dilawan.”

    Namun setelah dilakukan rukiah, tidak ditemukan reaksi gangguan jin. Ustaz Pattarani menyarankan agar peserta lebih fokus menjaga kesehatan dengan cara yang alami, seperti rutin mengonsumsi madu dan mengurangi ketergantungan pada obat-obatan.

    Tanya Jawab yang Penuh Antusiasme

    Acara ditutup dengan sesi tanya jawab. Banyak peserta mengangkat tangan, menunjukkan betapa besarnya rasa ingin tahu masyarakat akan tema kesehatan ala Nabi. Sayangnya, waktu menjelang salat Zuhur membuat sesi harus dibatasi.

    Seminar ini tak hanya membuka wawasan baru, tapi juga meninggalkan kesan mendalam di hati peserta. Mahasiswa KKN STIBA Makassar pun berhasil menunjukkan bahwa dakwah tak hanya hadir lewat ceramah, tapi juga lewat kepedulian terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

    Reporter: Muh. Iftar Asqari
    Foto: Muhammad Fauzy

  • Taklim Muslimah Spesial di Desa Damai: Berbagi Ilmu, Menyebar Keharuan

    Taklim Muslimah Spesial di Desa Damai: Berbagi Ilmu, Menyebar Keharuan

    (STIBA.ac.id) Maros  – Pagi yang cerah, pada Sabtu (12/4/2025) di Masjid Al-Mujahidin, Dusun Billa, Desa Damai, menyaksikan sebuah pertemuan istimewa. Mahasiswi KKN VIII STIBA Makassar Posko II sukses menggelar Taklim Muslimah Spesial dengan nuansa berbeda, hangat, inspiratif, dan penuh keharuan.

    Dengan tema “Istikamah dalam Menuntut Ilmu: Sebuah Jalan Menuju Cahaya Hidayah”, acara ini berhasil menarik puluhan muslimah dari berbagai usia.

    Ustazah Farida Apriyanti, S.T.P., M.Si., pemateri utama, membawakan materi dengan gaya komunikasi yang mengalir namun berkesan.

    Dalam penyampaiannya, beliau menekankan pentingnya menjaga semangat belajar, terutama dalam mencari ilmu agama.

    “Ilmu itu cahaya, dan istikamah dalam menuntutnya adalah jalan untuk terus berada dalam naungan hidayah,” ungkapnya.

    Tak Hanya Ilmu, Tapi Juga Kebahagiaan dan Kepedulian

    Agar taklim terasa lebih hidup, panitia juga menyiapkan doorprize dengan berbagai kategori. Hal ini menambah semangat peserta yang mayoritas adalah ibu-ibu dan remaja putri.

    Selain itu, ada pula pembagian pakaian layak pakai (preloved) sebagai bentuk kepedulian sosial dan penguat rasa kebersamaan antarwarga.

    Kesan yang Mengharukan

    Menjelang penutupan, suasana mendadak haru ketika salah satu peserta, Ibu Farida, menyampaikan kesan dan pesan atas terselenggaranya kegiatan ini.

    “Jangan pernah lelah membagikan ilmu, karena itu amal jariah yang tak akan pernah putus. Saya berharap, meskipun taklim ini berakhir, silaturahmi kita tetap berlanjut,” ucapnya dengan suara bergetar.

    Suasana menjadi haru ketika Ibu Farida menyampaikan pesan tersebut, sebagai tanda bahwa kegiatan mahasiswi KKN selama ini benar-benar meninggalkan kesan mendalam bagi mereka.

    Bukan Sekadar Acara, Tapi Warisan Semangat

    Taklim Muslimah Spesial ini diharapkan menjadi titik awal semangat baru dalam menuntut ilmu bagi para muslimah Desa Damai. Meski mahasiswi KKN akan segera kembali ke kampus, mereka berharap warisan semangat untuk belajar dan berbagi ilmu tetap tumbuh subur di hati masyarakat.

    Reporter: Mutiara Sella
    Foto: Nazly Putri Permita Pakaya, Ariska Uliasari, Risky Ananda Rahman

    (STIBA.ac.id) Maros  – Pagi yang cerah di Masjid Al-Mujahidin, Dusun Billa, Desa Damai, menyaksikan sebuah pertemuan istimewa. Mahasiswi KKN VIII STIBA Makassar Posko 2 sukses menggelar Taklim Muslimah Spesial dengan nuansa berbeda – hangat, inspiratif, dan penuh keharuan.

    Dengan tema “Istiqamah dalam Menuntut Ilmu: Sebuah Jalan Menuju Cahaya Hidayah”, acara ini berhasil menarik puluhan muslimah dari berbagai usia. Ustazah Farida Apriyanti, S.TP., M.Si., pemateri utama, membawakan materi dengan gaya komunikasi yang mengalir namun berkesan.

    Dalam penyampaiannya, beliau menekankan pentingnya menjaga semangat belajar, terutama dalam mencari ilmu agama.

    “Ilmu itu cahaya, dan istikamah dalam menuntutnya adalah jalan untuk terus berada dalam naungan hidayah,” ungkapnya.

    Tak Hanya Ilmu, Tapi Juga Kebahagiaan dan Kepedulian

    Agar taklim terasa lebih hidup, panitia juga menyiapkan doorprize dengan berbagai kategori. Hal ini menambah semangat peserta yang mayoritas adalah ibu-ibu dan remaja putri. Selain itu, ada pula pembagian pakaian layak pakai (preloved) sebagai bentuk kepedulian sosial dan penguat rasa kebersamaan antarwarga.

    Kesan yang Mengharukan

    Menjelang penutupan, suasana mendadak haru ketika salah satu peserta, Ibu Farida, menyampaikan kesan dan pesan atas terselenggaranya kegiatan ini.

    “Jangan pernah lelah membagikan ilmu, karena itu amal jariyah yang tak akan pernah putus. Saya berharap, meskipun taklim ini berakhir, silaturahmi kita tetap berlanjut,” ucapnya dengan suara bergetar.

    Suasana menjadi haru ketika Ibu Farida menyampaikan pesan tersebut, sebagai tanda bahwa kegiatan mahasiswi KKN selama ini benar-benar meninggalkan kesan mendalam bagi mereka.

    Bukan Sekadar Acara, Tapi Warisan Semangat

    Taklim Muslimah Spesial ini diharapkan menjadi titik awal semangat baru dalam menuntut ilmu bagi para muslimah Desa Damai. Meski mahasiswi KKN akan segera kembali ke kampus, mereka berharap warisan semangat untuk belajar dan berbagi ilmu tetap tumbuh subur di hati masyarakat.

    Reporter: Mutiara Sella
    Foto: Nazly Putri Permita Pakaya, Ariska Uliasari, Risky Ananda Rahman

  • Ngaji Bareng Ustaz Fadlan Akbar: Bahas Peran Imam dan Khatib di Desa Purnakarya

    Ngaji Bareng Ustaz Fadlan Akbar: Bahas Peran Imam dan Khatib di Desa Purnakarya

    (STIBA.ac.id) Maros  — Satu lagi kegiatan keren dari Posko I KKN STIBA Makassar di Desa Purnakarya. Kali ini, mereka mengadakan kajian fikih khusus untuk para imam dan khatib, langsung di Masjid Bu’qatun Mubarokah, Dusun Kaluku pada Kamis (10/4/2025). Mulai bakda salat Magrib, suasananya mulai teras adem, bukan cuma karena angin desa, tapi karena isinya penuh ilmu.

    Ustaz Fadlan Akbar, Lc., M.H.I., dosen STIBA Makassar, hadir membawakan materi dengan gaya khas beliau yang santai tapi tetap kuat pesannya. Pembahasannya fokus ke peran penting imam dan khatib dalam masyarakat. Bukan sekadar memimpin salat atau khotbah, tapi juga jadi magnet buat anak-anak muda biar makin akrab dengan masjid.

    “Tugas seorang imam adalah untuk menggait para anak muda untuk datang ke masjid, begitu juga khatib dan masyarakat. Karena itulah, memilih imam dan khatib tidak bisa sembarangan,” ujar Ustaz Fadlan dengan tegas.

    Sekitar 20 orang hadir—campuran warga dan pemuda sekitar yang memang ingin belajar lebih dalam soal tugas dan tanggung jawab keislaman. Habis salat Isya, suasana makin hangat. Kajian berubah jadi sesi ngobrol santai. Warga bebas bertanya apa aja: mulai dari teknis ibadah sampai tantangan sosial yang mereka hadapi tiap hari. Dan Ustaz Fadlan menjawab semuanya dengan tenang dan jelas.

    Diskusi ini jadi salah satu momen paling seru malam itu. Para peserta terlihat antusias, banyak yang baru pertama kali merasakan kajian yang seakrab ini. Tidak cuma dapat ilmu, tapi juga motivasi untuk terus aktif di kegiatan masjid.

    Kajian fikih ini ditutup menjelang malam, tapi semangatnya belum selesai. Harapannya, ini jadi langkah awal untuk lebih banyak kegiatan positif di Purnakarya, yang bukan cuma sekali lewat, tapi berkelanjutan dan berdampak nyata.

    Posko I Purnakarya KKN STIBA Makassar

  • Warga Tak Perlu Cari Ustaz, Mahasiswa KKN STIBA Makassar Ajarkan Rukiah Mandiri

    Warga Tak Perlu Cari Ustaz, Mahasiswa KKN STIBA Makassar Ajarkan Rukiah Mandiri

    (STIBA.ac.id) Maros – Ada yang menarik di Masjid Nurul Imam, Dusun Sampakang, Desa Simbang, Rabu 9 April 2025 lalu. Bukan sekadar salat berjemaah atau pengajian rutin, tapi kegiatan penyuluhan kesehatan bertema “Pengobatan Islami dengan Terapi ala Sunah Nabi.” Mahasiswa KKN STIBA Makassar yang jadi motor penggeraknya.

    Penyuluhan ini bukan asal-asalan. Mereka mengangkat tibbun nabawi, pengobatan ala Nabi yang mencakup bekam dan rukiah sebagai alternatif sehat yang bukan cuma alami, tapi juga bersumber dari sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

    Peserta yang hadir sekitar 50 orang, mulai dari warga sekitar, tokoh masyarakat, sampai aparat desa. Ternyata, acara ini lahir dari permintaan warga yang beberapa kali minta dirukiah oleh salah satu mahasiswa KKN. Karena responsnya positif, mereka pun mengemasnya jadi agenda edukasi terbuka. Cerdas.

    Yang didapuk jadi pemateri bukan orang sembarangan: Ustaz Ibrahim Rauf Mande, Kepala Klinik STIBA sekaligus praktisi bekam berpengalaman. Beliau membahas sisi ilmiah dan syariat dari praktik rukiah dan bekam.

    Salah satu poin pentingnya: rukiah itu bisa mandiri. Tidak harus menunggu ustaz, cukup dengan niat, doa, dan air minum yang dirukiahkan sendiri, tentu atas izin Allah.

    Sesi praktik bekam pun digelar, dengan pembagian area laki-laki dan perempuan, tetap menjaga kenyamanan dan adab syar’i. Meski hujan deras sempat mengguyur setelah materi selesai, semangat peserta tidak surut.

    Target awalnya hanya lima pasien, tapi antusiasme membuat jumlahnya melonjak jadi dua belas. Karena waktu terbatas, sesi bekam pun lanjut ke hari berikutnya.

    Lebih dari sekadar penyuluhan, kegiatan ini juga jadi ruang untuk meluruskan pemahaman masyarakat soal rukiah yang selama ini masih dianggap “mistis” atau bahkan “tabu.”

    Dengan penjelasan yang ilmiah dan islami, warga mulai melihat rukiah sebagai bagian dari ikhtiar sehat yang sah dan bernilai ibadah.

    Aparat desa menyampaikan apresiasi besar untuk para mahasiswa KKN STIBA Makassar. Harapan mereka, kegiatan semacam ini tidak berhenti di sini saja. Kalau bisa, rutin dan berkelanjutan.

    Karena sehat itu penting. Tapi sehat sambil meneladani Nabi? Itu luar biasa.

    Reporter: Humairoh Ahsan

    Foto: Muh. Anwar, Magfirah Ramadhani, Suhailah

  • Belajar Urus Jenazah ala Sunah: Warga Borong Tetap Semangat Meski Hujan Deras

    Belajar Urus Jenazah ala Sunah: Warga Borong Tetap Semangat Meski Hujan Deras

    (STIBA.ac.id) Maros – Hujan deras tidak menghalangi warga Dusun Ammarang, Borong, untuk menghadiri Pelatihan Penyelenggaraan Jenazah yang digelar mahasiswi KKN STIBA Makassar, Rabu (9/4/2025) di Masjid Babut Taubah.

    Acara bertema “Mengurus Jenazah Sesuai Sunah Rasulullah” ini merupakan hasil kolaborasi dengan Pusat Pembinaan dan Konsultasi Syariah (P2KS) Muslimah Wahdah Maros.

    Ibu Lurah Borong, Ibu Sunarti, , S.E., M.M., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas inisiatif mahasiswi KKN dalam menyelenggarakan kegiatan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Beliau juga menekankan pentingnya memahami tuntunan syariat dalam mengurus jenazah, agar tidak terjadi kekeliruan yang menyimpang dari ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

    Ustazah Tri Ismiati mengajarkan teori lengkap mengenai tata cara mengurus jenazah sesuai sunah, sementara Ustazah Mukhlisah (Ketua Muslimah Wahdah Tanralili) langsung memandu sesi praktik, menggunakan model jenazah langsung dari salah satu peserta. Serius tapi santai, agar semua peserta memahami langkah-langkahnya.

    Meskipun hujan deras, warga tetap semangat hadir hingga akhir. Peserta diberikan brosur panduan untuk dibawa pulang, agar ilmunya tidak terlupakan. Salah satu mahasiswi KKN rela menjadi “jenazah contoh” untuk simulasi.

    Ibu Syamsiah, salah satu peserta, mengungkapkan kesannya bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat karena membuka wawasan baru mengenai praktik yang selama ini keliru. Ia bahkan mengusulkan agar kegiatan serupa kembali dilaksanakan sebelum masa KKN berakhir, atau diluaskan ke wilayah desa lainnya yang belum mendapatkan pelatihan.

    Acara ditutup dengan harapan besar: ilmu ini dapat diamalkan dan disebarkan ke lebih banyak orang. Antusiasme warga yang penuh energi hingga akhir acara menjadi bukti bahwa pelatihan ini benar-benar bermanfaat.

    Reporter: Aisyah Abdurrahman | Foto: Nurul dan Waizza

  • Dari Ajakan Pintu ke Pintu, Kini Mahasiswi KKN STIBA Buka 11 Halakah Dirosa di Desa Jenetaesa

    Dari Ajakan Pintu ke Pintu, Kini Mahasiswi KKN STIBA Buka 11 Halakah Dirosa di Desa Jenetaesa

    (STIBA.ac.id) Maros  – Di desa kecil bernama Jenetaesa, suara lirih pelafalan huruf hijaiah perlahan mulai terdengar nyaring. Bukan dari anak-anak TPQ, tapi dari ibu-ibu dan remaja putri yang baru sekarang punya kesempatan belajar Al-Qur’an dari nol.

    Semua ini berawal dari langkah kecil para mahasiswi KKN STIBA Makassar. Mereka datang bukan hanya untuk mengabdi, tapi juga membawa mimpi sederhana: menjadikan Al-Qur’an lebih dekat dan ramah bagi siapa saja, terutama bagi mereka yang sempat atau luput dari pendidikan agama di masa kecil.

    Mengetuk Pintu, Menyapa dengan Senyum

    Tidak mudah membangun sesuatu dari nol, apalagi di tempat yang benar-benar baru. Tapi itu tidak membuat mereka surut langkah. Satu per satu pintu rumah mereka datangi, dengan senyum dan ajakan yang hangat:
    “Bu, mau belajar mengaji bersama kami?”

    Hasilnya? Sebelas halakah Dirosa (Pendidikan Al-Qur’an Orang Dewasa) terbentuk di berbagai dusun Desa Jenetaesa. Warga datang sendiri, bahkan sebelum azan Subuh berkumandang. Masjid-masjid di desa ini mendadak jadi ruang belajar yang penuh semangat dan harapan.

    Belajar dari Nol, Tapi Penuh Harap

    Di dalam lingkaran-lingkaran kecil itu, huruf demi huruf dikenalkan. Banyak peserta yang awalnya malu, merasa terlambat. Tapi perlahan, yang ada justru rasa bangga dan percaya diri.

    Buat mahasiswi KKN, ini bukan sekadar program. Ini bagian dari dakwah, cara mereka menunjukkan bahwa Islam itu memeluk, bukan menghakimi.

    Dari Desa, untuk Umat

    Salah satu mahasiswi berkata, “Alhamdulillah, kami hanya ingin jadi bagian kecil dari perubahan. Semoga yang kami tanam hari ini bisa terus tumbuh meski kami pulang nanti.”

    Dan benar, meski masa KKN tidak panjang, benih yang mereka tanam sudah mulai tumbuh. Warga mulai terbiasa belajar bersama. Halakah-halakah kecil ini bukan cuma tempat belajar, tapi juga jadi ruang aman untuk saling menyemangati.

    Para mahasiswi KKN STIBA Makassar tidak datang sebagai tamu. Mereka hadir sebagai sahabat, guru, sekaligus penyala semangat. Dan di Desa Jenetaesa, cahaya Al-Qur’an kini bersinar lebih terang, karena mereka percaya, perubahan bisa dimulai dari tempat sekecil apa pun.

  • Gerimis Tak Halangi Semangat Anak-Anak Samangki Serbu Islamic Fun Day Bersama Mahasiswi KKN STIBA Makassar

    Gerimis Tak Halangi Semangat Anak-Anak Samangki Serbu Islamic Fun Day Bersama Mahasiswi KKN STIBA Makassar

    (STIBA.ac.id) Maros — Hujan gerimis dan langit mendung sama sekali tidak menyurutkan semangat puluhan anak-anak Desa Samangki ikut serunya Islamic Fun Day. Bertempat di rumah Kepala Desa Samangki, acara yang digagas oleh mahasiswi KKN STIBA Makassar posko 2 pada Selasa (8/4/2025) ini sukses membuat suasana ramai, seru, dan tentu saja penuh makna.

    Sekitar 60 anak dari 4 TK/TPA—TK/TPA Yanbu’ul Qur’an, Al-Multazam, Al-Fitrah, dan Ummu Shalih—datang dengan wajah cerah meski cuaca agak sendu. Mereka tidak datang hanya untuk bermain, tapi juga buat belajar Islam dengan cara yang asyik dan tidak bikin bosan.

    Main, Belajar, dan Terinspirasi

    Acara dibuka dengan sambutan dari Herawati, ketua panitia, yang terlihat sangat senang melihat antusiasme anak-anak. Lalu ada sambutan dari Koordinator Desa, Pak Taruna Abdi, yang menekankan pentingnya belajar agama dengan cara yang menyenangkan.

    Acara ini resmi dibuka oleh Ibu Kepala Desa, Hj. Darwana, yang berharap kegiatan ini bisa jadi awal pembentukan generasi Qur’ani di desa tercinta.

    Di Islamic Fun Day ini, anak-anak diajak lomba yang tidak biasa: mulai dari sambung ayat, kuis kisah Nabi, sampai sesi storytelling dari kakak-kakak KKN yang membuat kisah perjuangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jadi hidup dan menyentuh.

    Mereka dibagi jadi tujuh kelompok, masing-masing berisi delapan anak. Ada tawa, semangat, dan rasa penasaran yang terus muncul sepanjang lomba.

    “Senang sekali, kak, belajar tapi kayak main-main!” kata salah satu peserta sambil memegang snack dan hadiah doorprize-nya.

    Lebih dari Sekadar Acara Anak-Anak

    Islamic Fun Day ini bukan cuma ajang seru-seruan. Tapi juga bentuk nyata dari dakwah yang dekat, ringan, dan menyentuh. Anak-anak bisa belajar cinta Al-Qur’an, mengenal kisah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tumbuh jadi pribadi yang lebih baik—semua lewat pendekatan yang ramah dan menyenangkan.

    Acara ditutup dengan sesi foto bareng, lengkap dengan snack dan hadiah buat para peserta. Sebuah kenangan kecil yang mungkin nanti akan jadi titik awal besar dalam hidup mereka.

    Karena jadi bintang itu tidak harus di atas panggung. Di bumi Samangki, mereka sudah mulai bersinar.

    Reporter: Nabihatul Basyirah, Yolanda Nova, dan Herawati.

    Dokumentasi: Filvy Fatimah Ali

  • Harapan Tulus dari Dusun Masale: “Tolong Tambah Waktu KKN, Kami Masih Ingin Belajar”

    Harapan Tulus dari Dusun Masale: “Tolong Tambah Waktu KKN, Kami Masih Ingin Belajar”

    (STIBA.ac.id) Maros – Masjid Babul Khairat, Dusun Masale, Kecamatan Tompobulu, menjadi saksi antusiasme luar biasa dari para bapak-bapak yang mengikuti Program Tahsin Qiroah yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Angkatan VIII STIBA Makassar. Program ini dirancang khusus untuk membantu masyarakat memperbaiki bacaan Al-Qur’an selama bulan Ramadan.

    Kegiatan ini tak sekadar menjadi rutinitas pengajaran, melainkan seperti ladang tempat tumbuhnya benih-benih cinta pada kalamullah. Setiap pertemuan menjadi momentum yang dinanti-nanti. Para peserta dengan penuh semangat menimba ilmu, meski usia tak lagi muda, meski lidah terkadang masih tergelincir dalam makhraj, namun hati mereka tetap lapang menerima setiap koreksi. Mereka datang bukan hanya untuk belajar, tetapi juga untuk memperbaiki hubungan mereka dengan Al-Qur’an.

    Program tahsin ini membuktikan bahwa belajar tidak mengenal usia, dan memperbaiki bacaan bukanlah tanda kekurangan, melainkan bukti cinta yang tulus kepada firman Allah. Setiap malam menjadi saksi, bagaimana huruf demi huruf dibaca ulang, disusun kembali, hingga terdengar lebih tepat, lebih indah, dan lebih menghujam ke dalam jiwa.

    Namun di balik semangat itu, ada rona haru yang mulai terasa. Waktu KKN yang kian mendekati ujung bak bulan sabit yang semakin menipis cahayanya. Salah seorang peserta berkata lirih, “Jika kami bisa meminta, kami akan meminta tambahan satu bulan lagi untuk masa KKN ini.” Kalimat itu sederhana, namun sarat makna. Sebuah harapan tulus dari hati yang mulai merasa kehilangan akan hadirnya para pembimbing muda yang tak kenal lelah membina mereka.

    Bagi para mahasiswa KKN, program ini bukan sekadar agenda pengabdian, tetapi juga perjalanan batin. Mereka menyadari bahwa keberkahan bukan hanya terletak pada banyaknya kegiatan, tetapi pada ketulusan niat dan manfaat yang ditinggalkan. Dan tahsin ini, insyaallah, menjadi salah satu jejak indah itu, jejak yang akan terus tumbuh dalam ingatan para peserta, bahkan ketika para pengajar telah kembali ke kampusnya.

    Semoga Al-Qur’an yang kini dibaca lebih baik, lebih tartil, dan lebih paham, menjadi saksi bahwa di Masjid Babul Khairat pernah ada perjuangan kecil yang membekas besar.

    Reporter: Sulfajrul Pratama

  • Awalnya Cuma Tiga Peserta, Tapi Aksi Mahasiswi KKN Ini Bikin Warga Ramai-Ramai Datang

    Awalnya Cuma Tiga Peserta, Tapi Aksi Mahasiswi KKN Ini Bikin Warga Ramai-Ramai Datang

    (STIBA.ac.id) Maros – Urusan kematian sering membuat orang merasa takut. Namun bagi mahasiswi KKN STIBA Makassar Posko 2 Allaere, justru ini menjadi momen untuk mengajak masyarakat mempelajari sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Melalui Pelatihan Penyelenggaraan Jenazah (PPJ) bertema “Meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam Penyelenggaraan Jenazah”, mereka mengajarkan tata cara mengurus jenazah sesuai syariat Islam.

    Acara yang diselenggarakan di Masjid H. Abd Rahman Rahmatia Tamala’lang, Dusun Biringkaloro, Desa Allaere pada Senin (7/4/2025) ini ternyata sangat dinantikan oleh warga, khususnya kaum ibu. Pasalnya, masih sedikit perempuan di desa ini yang benar-benar memahami tata cara memandikan, mengafani, hingga menyalatkan jenazah.

    “Ini kegiatan unggulan yang diminta kembali oleh warga,” ujar salah satu perangkat desa.

    Namun awalnya, panitia sempat merasa cemas. Saat pendaftaran dibuka, hanya tiga orang yang datang.

    “Ibu-ibu merasa takut karena materinya tentang jenazah,” cerita salah satu peserta.

    Tidak ingin menyerah, panitia langsung bergerak cepat. Mereka blusukan ke rumah-rumah warga, bahkan menjangkau daerah pedalaman dengan jalanan berlumpur, demi mengajak para ibu dan remaja untuk hadir. Hasilnya? Alhamdulillah, sebanyak 34 peserta dari lima dusun akhirnya memenuhi masjid.

    Acara dibuka dengan sambutan dari sekretaris desa yang menyampaikan terima kasih kepada mahasiswi KKN.

    “Saya berharap kegiatan seperti ini semakin banyak untuk para muslimah di sini,” ujarnya.

    Dari Teori hingga Praktik Langsung

    Pemateri, Ustazah Tri Ismiati dari Wahdah Islamiyah Maros, menjelaskan mulai dari pentingnya mengurus jenazah, persiapan sebelum wafat, hingga tata cara lengkap sesuai tuntunan syariat.

    Yang membuat suasana semakin menarik, peserta langsung diajak untuk praktik. Mulai dari tata cara memandikan jenazah yang benar, mengafani, hingga menyalatkannya.

    Banyak peserta yang baru menyadari bahwa selama ini terdapat kekeliruan dalam praktik yang mereka lakukan.

    “Ternyata saya salah paham. Saya kira perut jenazah harus ditekan,” ujar salah satu peserta. “Ada juga doa-doa yang saya kira wajib, padahal ternyata tidak diajarkan oleh Nabi. Alhamdulillah, sekarang saya jadi lebih paham.”

    Pemateri sendiri mengaku kagum dengan antusiasme warga.

    “Masyaallah, pesertanya banyak. Desa ini cocok dijadikan tempat daurah umum,” tuturnya.

    Acara ditutup dengan pembagian doorprize dan foto bersama. Mahasiswi KKN berharap ilmu yang disampaikan bisa diamalkan dan disebarkan kembali kepada masyarakat. Agar pengurusan jenazah di Allaere dan di mana pun, semakin sesuai dengan sunah.

    Reporter: Farah Khaerun Nisa As
    Foto: Ainun Lathifah

  • Ngobrol Santai soal Husnul Khatimah, Muslimah Dusun Balocci Antusias Belajar dari Ustazah STIBA

    Ngobrol Santai soal Husnul Khatimah, Muslimah Dusun Balocci Antusias Belajar dari Ustazah STIBA

    (STIBA.ac.id) Maros  – Ahad sore (6/4/2025) di Masjid Babul Khair, Dusun Balocci, puluhan ibu-ibu dan remaja putri duduk rapi, menyimak taklim bertema “Amalan Terakhir: Panduan Meraih Husnul Khatimah” yang digelar mahasiswi KKN STIBA Makassar Posko 2.

    Di bulan Syawal yang masih hangat dengan nuansa Ramadan, semangat belajar agama rupanya belum reda. Taklim ini jadi momen refleksi penting: bagaimana caranya kita sebagai muslimah bisa terus menjaga semangat ibadah, dan lebih dari itu, menyiapkan diri buat mengakhiri hidup dalam keadaan terbaik, husnul khatimah.

    Yang bikin acara ini makin berkesan, hadir langsung Ustazah Andi Dahmayanti, S.Si., M.Si., M.M., dosen STIBA Makassar. Bahasannya ringan tapi nendang: tentang amal penutup hidup, istiqamah setelah Ramadan, sampai peran perempuan dalam menciptakan keluarga yang salihah dan sakinah.

    Dari Refleksi ke Aksi

    Taklim kali ini juga bukan sekadar duduk-dengar lalu pulang. Ada sesi tanya jawab interaktif yang bikin suasana jadi lebih hidup. Banyak yang bertanya soal bagaimana tetap istiqamah, apa saja amalan yang bisa jadi penolong di akhir hayat, dan bagaimana menjaga semangat ibadah setelah Ramadan.

    Acara ini juga jadi semacam pemanasan sebelum kegiatan berikutnya: Pembekalan Penyelenggaraan Jenazah yang akan dilangsungkan di Dusun Polewali. Jadi, selain bicara soal kematian dalam konteks spiritual, peserta juga akan dibekali secara teknis dalam mengurus jenazah sesuai tuntunan syariat.

    Bukan Sekadar Ceramah

    Kegiatan ini adalah bagian dari pengabdian mahasiswa STIBA Makassar di tengah masyarakat. Bukan cuma soal transfer ilmu, tapi juga soal membangun koneksi, menyentuh sisi emosional, dan memberi ruang dialog antargenerasi muslimah.

    Reporter: Wafiq Azizah Annisa R.

    Foto: Raudatul Fitri