Penulis: admin

  • Ziswaf IAI STIBA Makassar Serahkan Donasi Palestina kepada Wahdah Inspirasi Zakat Pusat

    Ziswaf IAI STIBA Makassar Serahkan Donasi Palestina kepada Wahdah Inspirasi Zakat Pusat

    (STIBA.ac.id) Makassar — Solidaritas untuk Palestina terus bergema. Ziswaf IAI STIBA Makassar secara resmi menyerahkan donasi untuk Palestina kepada Wahdah Inspirasi Zakat (WIZ) Pusat pada Jumat (17/10/2025) pukul 09.00 Wita di Kantor WIZ Pusat.

    Kegiatan ini merupakan wujud nyata kepedulian sivitas akademika IAI STIBA Makassar terhadap perjuangan rakyat Palestina yang hingga kini masih menghadapi berbagai kesulitan kemanusiaan.

    Hasil Galangan Dana UKM Setiap Pekan

    Penyerahan donasi dilaksanakan oleh Kabag. Ziswaf IAI STIBA Makassar, Ustaz Ahmad Amunir, Lc. yang berkoordinasi dengan Wakil Kepala Bagian Kegiatan Kemahasiswaan, Ustazah Munawara, S.H., S.Pd.I., M.Pd. dalam rangkaian kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang rutin diselenggarakan setiap hari Jumat.

    Turut hadir dalam kegiatan tersebut antara lain pengurus Ziswaf IAI STIBA Makassar, perwakilan dari Wahdah Inspirasi Zakat (WIZ) Pusat, perwakilan sivitas akademika IAI STIBA Makassar, serta pengurus UKM mahasiswi yang sebelumnya telah menggalang donasi Palestina secara insidental.

    Yang menarik, sebagian besar donasi yang terkumpul berasal dari partisipasi mahasiswa melalui kegiatan UKM yang digelar setiap pekan. Ini menunjukkan betapa konsistennya kepedulian sivitas akademika STIBA terhadap saudara-saudara di Palestina.

    Apresiasi untuk Semua Pihak

    Pihak Ziswaf menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi, baik dalam bentuk tenaga, waktu, maupun donasi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada WIZ Pusat atas kerja sama dan kepercayaannya dalam menyalurkan bantuan kemanusiaan tersebut.

    Donasi yang terkumpul kemudian disalurkan melalui WIZ Pusat sebagai lembaga resmi yang menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina. Dengan begitu, bantuan bisa sampai dengan tepat sasaran.

    Menumbuhkan Semangat Ukhuwah Islamiyah

    Melalui kegiatan ini, Ziswaf berharap dapat menumbuhkan semangat kepedulian dan solidaritas sivitas akademika terhadap perjuangan rakyat Palestina sebagai wujud ukhuwah Islamiyah. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat peran Ziswaf sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana umat yang amanah, transparan, dan berdampak luas.

    Mempererat Sinergi untuk Kebaikan

    Acara ini juga menjadi momentum untuk meningkatkan sinergi antara IAI STIBA Makassar dan WIZ Pusat, sehingga kerja sama dalam bidang kemanusiaan dapat terus berlanjut dan melahirkan lebih banyak program kebaikan di masa mendatang.

    Semoga donasi ini bermanfaat dan menjadi berkah bagi saudara-saudara kita di Palestina. Mari terus berdoa dan berikhtiar untuk kemanusiaan!

    Reporter: Humas

  • UKM Raudhatul Huffazh Gelar Musabaqah Tartil Qur’an, 20 Mahasiswa IAI STIBA Makassar Unjuk Kemampuan

    UKM Raudhatul Huffazh Gelar Musabaqah Tartil Qur’an, 20 Mahasiswa IAI STIBA Makassar Unjuk Kemampuan

    (STIBA.ac.id) Makassar – Suasana khidmat menyelimuti Masjid Anas bin Malik, Kampus IAI STIBA Makassar, pada Rabu, 13 Oktober 2025. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Raudhatul Huffazh menyelenggarakan Musabaqah Tartil Qur’an (MTQ) yang diikuti oleh 20 mahasiswa aktif dari berbagai program studi.

    Kegiatan yang mengangkat tema “Membumikan Kalamullah dengan Bacaan Tartil yang Khidmat” ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an.

    Lebih dari sekadar kompetisi, MTQ kali ini bertujuan menumbuhkan semangat membaca Al-Qur’an secara tartil sesuai adab dan kaidah tajwid, serta menanamkan kecintaan yang mendalam terhadap Kalamullah di kalangan mahasiswa.

    Para peserta tampil dengan penuh penghayatan, melantunkan ayat demi ayat dengan tartil yang memukau. Setiap bacaan dinilai langsung oleh dewan juri yang kompeten, yaitu Ustaz Dr. Maulana La Eda, Lc., M.A. dan Ustaz Abdullah bin Yusran, S.H., Lc., M.Ag. Kedua juri memberikan penilaian yang cermat terhadap kualitas bacaan, ketepatan tajwid, serta adab dalam membaca Al-Qur’an.

    Alhamdulillah, kegiatan berjalan lancar dan sukses. Para peserta menunjukkan antusiasme tinggi serta kemampuan yang patut diapresiasi dalam melantunkan Kalamullah. Panitia berharap kegiatan ini dapat menjadi wasilah untuk terus meningkatkan kualitas bacaan Al-Qur’an mahasiswa, sekaligus memperkuat budaya Qur’ani di lingkungan kampus IAI STIBA Makassar.

    Kegiatan semacam ini diharapkan dapat terus diselenggarakan secara berkala sebagai bagian dari upaya membangun generasi yang dekat dengan Al-Qur’an, baik dalam bacaan maupun pengamalan.

    Reporter: Dzaki

  • Momen Bersejarah HIMA SULTENG: Musyawarah Besar Pertama Kembali Hidupkan Semangat Ukhuwah Mahasiswa Sulawesi Tengah

    Momen Bersejarah HIMA SULTENG: Musyawarah Besar Pertama Kembali Hidupkan Semangat Ukhuwah Mahasiswa Sulawesi Tengah

    (STIBA.ac.id) Maros – Masjid Al-Ihsan, Bukit Baruga 2, menjadi saksi bisu momen bersejarah bagi mahasiswa asal Sulawesi Tengah yang menuntut ilmu di IAI STIBA Makassar. Pada Ahad, 12 Oktober 2025, sekitar 40 mahasiswa berkumpul dalam acara Musyawarah Besar (Mubes) Pertama Himpunan Mahasiswa Sulawesi Tengah (Hima Sulteng) setelah sekian lama vakum.

    Acara yang berlangsung seharian penuh, dari pukul 08.30 hingga 17.00 Wita ini, mengusung tema “Berkhidmat untuk Umat, Berkarya dalam Masyarakat.” Mubes kali ini bukan sekadar pertemuan biasa, melainkan momentum kebangkitan kembali peran mahasiswa asal Sulawesi Tengah yang sebelumnya sempat tidak aktif.

    Mengembalikan Spirit Ukhuwah

    Kegiatan dibuka dengan sambutan dari Munawwar Khalil selaku Ketua Umum Hima Sulteng yang akan menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya mahasiswa terlibat aktif dalam organisasi, khususnya himpunan kedaerahan seperti ini.

    “Berada dalam himpunan ini sama pentingnya dengan mencari circle pertemanan yang positif. Kita membutuhkan teman-teman yang selalu mengingatkan kita kepada Allah dan menguatkan kita dalam menuntut ilmu syar’i,” ujar Munawwar.

    Ia pun menguatkan pesannya dengan mengutip hadis Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tentang pengaruh pertemanan terhadap agama seseorang.

    “Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya,” tegasnya mengingatkan para hadirin.

    Himpunan sebagai Rumah untuk Kembali

    Acara semakin khidmat dengan kehadiran Ustaz Mukran H. Usman, Lc., M.H.I. yang menjadi pembina resmi Hima Sulteng. Beliau membuka kegiatan secara resmi sekaligus memberikan uraian mendalam dari sambutan sebelumnya.

    “Jadikan himpunan ini tidak hanya sekadar perkumpulan semata, tetapi jadikan sebagai rumah untuk kembali. Rumah di mana di dalamnya ada orang-orang yang selalu hadir untuk kita, baik saat senang, susah, maupun sedih. Jika di antara kita ada yang memiliki masalah, maka himpunan ini menjadi rumah kita semua untuk kembali,” ujar Ustaz Mukran.

    Kata-kata beliau menyentuh hati para peserta dan semakin menguatkan tekad mereka untuk menjaga kekompakan dan solidaritas sesama mahasiswa Sulawesi Tengah.

    “Torang Semua Basudara”

    Selain memperkuat tali silaturahmi, agenda utama Mubes adalah pergantian kepemimpinan. Ketua umum baru terpilih untuk membawa estafet kepemimpinan dan melanjutkan perjuangan membangun Hima Sulteng yang lebih solid dan produktif.

    Seluruh rangkaian acara ditutup dengan sesi dokumentasi bersama. Momentum ini menjadi sejarah dan catatan penting bahwa mahasiswa asal Sulawesi Tengah tetap bersinergi dalam ukhuwah. Mereka semua menyerukan slogan yang menjadi simbol persatuan mereka: “Torang semua basudara” (Kita semua bersaudara).

    Melalui kegiatan ini, diharapkan ukhuwah antarmahasiswa dari berbagai daerah di Sulawesi Tengah semakin terjalin erat. Bersama-sama, mereka berkontribusi dalam mengemban amanah menuntut ilmu dan berdakwah, baik di lingkungan kampus maupun di tengah masyarakat.

    Reporter: Abdurrahman Tsani

  • Rihlah Jama’iah UKK Kepesantrenan dan Keasramaan: Perkuat Ukhuwah di Pulau Samalona

    Rihlah Jama’iah UKK Kepesantrenan dan Keasramaan: Perkuat Ukhuwah di Pulau Samalona

    (STIBA.ac.id) Makassar – Birunya laut Pulau Samalona menjadi latar kegiatan Rihlah Jama’iah yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Khusus (UKK) Kepesantrenan dan Keasramaan pada 11-12 Oktober 2025. Kegiatan selama dua hari ini menjadi momentum penting untuk mempererat ukhuwah antar pengurus serta memperkuat semangat kebersamaan menjelang berakhirnya masa kepengurusan.

    Rihlah Jama’iah tahun ini dirangkaikan dengan dua agenda utama, yakni Taklim Pengurus yang dilaksanakan pada pukul 18.30 Wita setelah Maghrib dan Ma’idah Ukhawy pada pukul 20.15–22.00 Wita setelah Isya.

    Arahan Ketua Umum: Menjaga Semangat di Penghujung Kepengurusan

    Acara Taklim Pengurus diawali dengan sambutan dari Ketua Umum UKK Kepesantrenan dan Keasramaan, Muhammad Ikhwan Mursadi. Dalam arahannya, ia menekankan pentingnya menjaga semangat di akhir masa kepengurusan, memperbaiki niat dalam setiap amal, serta menyatukan langkah agar penutupan kepengurusan dapat memberikan kesan terbaik dan penuh keberkahan.

    Tausiah yang Menyentuh Hati

    Kegiatan dilanjutkan dengan tausiah oleh Ustaz Sirajuddin Syarif, selaku pembimbing UKK Kepesantrenan dan Keasramaan. Dalam penyampaiannya, beliau mengingatkan para pengurus tentang hal-hal yang dapat mematikan hati sebagaimana dinasihatkan oleh Hasan Al-Bashri, di antaranya:

    • Memandang ringan perbuatan maksiat
    • Tidak mengamalkan ilmu yang telah dipelajari
    • Beramal dengan niat yang salah dan hanya mengharap pujian
    • Tidak mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan

    Nasihat ini menjadi refleksi penting bagi para pengurus untuk terus menjaga kesucian hati dan keikhlasan dalam setiap langkah kepengurusan.

    Ma’idah Ukhawy: Kehangatan dalam Kebersamaan

    Rangkaian kegiatan malam ditutup dengan Ma’idah Ukhawy, yaitu makan malam bersama seluruh pengurus. Kegiatan ini berlangsung dalam suasana hangat dan penuh kebersamaan, mencerminkan semangat ukhuwah dan solidaritas yang terus terjaga di lingkungan UKK Kepesantrenan dan Keasramaan.

    Harapan untuk Pengurus

    Melalui kegiatan Rihlah Jama’iah ini, diharapkan seluruh pengurus dapat memperkuat rasa persaudaraan, memperbarui niat dalam berkhidmat, serta meneguhkan komitmen dalam melanjutkan estafet kepengurusan dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan. Momentum ini menjadi bekal spiritual dan emosional yang berharga menjelang penutupan masa kepengurusan yang penuh kenangan.

    Reporter: Muh. Abrar

  • Latihan Dasar Kepemimpinan HMPS IAI STIBA Makassar, Bentuk Pemimpin Amanah

    Latihan Dasar Kepemimpinan HMPS IAI STIBA Makassar, Bentuk Pemimpin Amanah

    (STIBA.ac.id) Makassar – Suasana penuh semangat terasa di Lantai I Gedung Zaid bin Tsabit ketika Himpunan Mahasiswa Program Studi Perbandingan Mazhab (HMPS PM) IAI STIBA Makassar menyelenggarakan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) pada hari Jumat hingga Sabtu, 10-11 Oktober 2025. Pengurus inti himpunan bersama anggota baru berkumpul untuk mengikuti kegiatan yang dirancang khusus membentuk karakter kepemimpinan, kedisiplinan, dan tanggung jawab.

    Kepemimpinan adalah Amanah, Bukan Kekuasaan

    Pembina II Himpunan, Ustaz Muh. Saddam, Lc., M.H., membuka wawasan peserta dengan menyampaikan esensi kepemimpinan yang sesungguhnya.

    “Menjadi pemimpin bukanlah soal jabatan atau kekuasaan, melainkan soal amanah dan tanggung jawab,” tegasnya.

    Ia menguatkan pernyataannya dengan hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

    كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

    “Setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban.” (HR. Imam Bukhari)

    Pesan yang disampaikan Ustaz Saddam ini menjadi fondasi penting bagi para peserta dalam memahami bahwa kepemimpinan adalah tanggung jawab besar yang akan dipertanggungjawabkan kelak.

    Persiapan Menjadi Pemimpin Masa Depan

    Ketua Umum HMPS PM, Asnadi, turut memberikan motivasi dengan menekankan pentingnya persiapan. “Kalian harus mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Maksudnya, kalian harus mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin-pemimpin terbaik di masa yang akan datang,” ucapnya.

    Pesan ini mengingatkan peserta bahwa kepemimpinan bukan hanya untuk hari ini, tetapi investasi untuk masa depan organisasi dan umat.

    Dua Hari Penuh Pembelajaran dan Praktik

    Sepanjang dua hari kegiatan, peserta mengikuti berbagai sesi yang dirancang untuk mengasah kemampuan kepemimpinan mereka. Mulai dari sesi motivasi yang membangkitkan semangat, pelatihan kepemimpinan yang memberikan pemahaman teoritis, dinamika kelompok yang melatih kerja sama, hingga penugasan lapangan yang menguji kemampuan praktis para peserta.

    Seluruh rangkaian kegiatan wajib diikuti oleh peserta hingga penutupan untuk memastikan mereka mendapatkan pengalaman dan pemahaman yang utuh tentang kepemimpinan.

    Melahirkan Pemimpin yang Amanah

    Melalui LDK ini, HMPS PM IAI STIBA Makassar tidak hanya ingin melahirkan pemimpin yang kompeten secara organisasi, tetapi juga pemimpin yang memiliki landasan spiritual yang kuat. Kepemimpinan yang dibangun dengan amanah dan tanggung jawab akan menjadi bekal berharga bagi para anggota himpunan dalam menjalankan tugas-tugas mereka, baik di lingkungan kampus maupun di masyarakat kelak.

    Reporter: Asnadi

  • Silaturahmi Akbar Asatizah dan Mahasiswa Asal Enrekang: Tumbuhkan Kepedulian, Teguhkan Ukhuwah

    Silaturahmi Akbar Asatizah dan Mahasiswa Asal Enrekang: Tumbuhkan Kepedulian, Teguhkan Ukhuwah

    (STIBA.ac.id) Makassar – Masjid Yusuf Pattompo yang terletak di belakang Kampus STIBA Makassar menjadi lokasi pertemuan lebih dari 100 putra-putri Enrekang pada Jumat, 10 Oktober 2025. Himpunan Mahasiswa Massenrempulu (HIMMA) STIBA Makassar menyelenggarakan Silaturahmi Akbar Asatizah dan Mahasiswa Asal Enrekang sebagai bentuk konsolidasi ukhuwah serta penguatan peran dakwah mahasiswa Enrekang dalam lingkungan kampus maupun masyarakat.

    Acara yang berlangsung dari pukul 15.30 hingga 18.00 Wita ini mengusung tema “Menumbuhkan Kepedulian melalui Silaturahmi, Meneguhkan Kebersamaan melalui Ukhuwah.” Tema tersebut menjadi landasan pelaksanaan kegiatan yang tidak hanya menghadirkan pertemuan tatap muka, tetapi juga membangun komitmen bersama dalam menjaga hubungan persaudaraan serta meningkatkan kepedulian sosial di lingkungan perantauan.

    Kehadiran yang Membanggakan

    Kegiatan ini dihadiri oleh 107 peserta yang terdiri dari 50 mahasiswa dan 57 mahasiswi bersama asatizah dan ustazat asal Enrekang. Seluruh rangkaian kegiatan berjalan dengan tertib dan kondusif. Meskipun sempat terjadi kendala teknis pada sound system, panitia mampu mengatasinya secara cepat sehingga acara tetap berlangsung sesuai rencana.

    Asatizah dari Tanah Kelahiran yang Sama

    Para pemateri sengaja dihadirkan dari kalangan asatizah asal Enrekang sendiri agar nasihat yang disampaikan tidak hanya terdengar, tetapi terasa. Mereka bukan sekadar pembicara, melainkan teladan nyata, lahir dari kampung yang sama, menempuh jalan perjuangan yang serupa, lalu kembali berdiri di hadapan generasi berikutnya.

    Dengan kehadiran mereka, motivasi tidak lagi berbentuk kata-kata, tetapi hadir dalam sosok yang hidup, membangkitkan kebanggaan serta menyalakan kembali semangat untuk menuntut ilmu demi mengangkat martabat diri, keluarga, dan daerah.

    Para asatizah yang berkesempatan hadir dan memberikan pengarahan adalah Ust. Fadlan Akbar, Lc., M.H.I., Ust. Syandri Syaban, Lc., M.Ag., Ust. Sirajuddin Syarif, S.Pd.I., S.H., M.H., Ust. Muammar Cide, Lc., M.H., dan Ust. Harianto Fernandes

    Pesan-Pesan yang Menyentuh Hati

    Dalam uraian materinya, para asatizah menekankan pentingnya adab, keikhlasan niat, serta semangat dakwah dalam proses menuntut ilmu. Setiap arahan diberikan dengan penekanan bahwa nilai seorang penuntut ilmu tidak hanya diukur dari capaian akademik, tetapi dari kualitas akhlak dan pengabdian terhadap umat.

    Salah satu pesan penting disampaikan oleh Ust. Syandri Syaban, “Tempat tidak mensucikan seseorang, karena kesucian dan kemuliaan hanya lahir dari ketulusan amal dan keikhlasan hati.”

    Sementara itu, Ust. Sirajuddin Syarif turut memberikan motivasi mengenai peran mahasiswa Enrekang dalam dunia dakwah. Beliau menyampaikan bahwa mahasiswa Enrekang tercatat sebagai pengutus dai terbanyak dari STIBA, menunjukkan semangat juang dan komitmen tinggi dalam mengemban amanah dakwah.

    HIMMA sebagai Wadah Persaudaraan

    Ketua HIMMA STIBA Makassar, Zulhajir, dalam sambutannya menyampaikan bahwa HIMMA hadir sebagai wadah koordinasi, pembinaan, dan penguatan ukhuwah antarmahasiswa asal Enrekang. Lebih dari itu, HIMMA juga menjadi sarana partisipasi aktif dalam kegiatan keumatan.

    Momentum Berharga

    Seluruh rangkaian acara ditutup dengan sesi dokumentasi. Momentum ini menjadi catatan penting dalam upaya penguatan jaringan silaturahmi dan kolaborasi dakwah antarmahasiswa dan asatizah asal Enrekang yang berada di lingkungan STIBA Makassar.

    Melalui kegiatan ini, tali persaudaraan semakin erat terjalin, semangat dakwah semakin menyala, dan komitmen untuk terus berkontribusi bagi umat semakin menguat. Semoga silaturahmi ini menjadi awal dari kolaborasi yang lebih baik dalam mengemban amanah ilmu dan dakwah.

    Reporter: Harun Hamri

  • IAI STIBA Makassar Gelar Asesmen Lapangan Prodi Pendidikan Bahasa Arab

    IAI STIBA Makassar Gelar Asesmen Lapangan Prodi Pendidikan Bahasa Arab

    (STIBA.ac.id) Makassar  – Suasana khidmat terasa di Institut Agama Islam STIBA Makassar, Jumat (10/10/2025). Prodi Pendidikan Bahasa Arab sedang menjalani momen penting: asesmen lapangan dari Lembaga Akreditasi Mandiri Kependidikan (Lamdik) yang direncanakan berlangsung hingga Sabtu besok.

    Hadir dalam kegiatan ini dua asesor senior yang akan mengonfirmasi data dan penilaian prodi, yakni Prof. Dr. H. Wahidul Anam, M.Ag. (Rektor UIN Syekh Wasil Kediri) dan Dr. Nana Jumhana, M.Ag. (Wakil Rektor UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten).

    Langkah Strategis Pengembangan

    Rektor IAI STIBA Makassar, Ustaz Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D. dengan haru menyampaikan rasa syukurnya.

    “Ini adalah sejarah penting bagi kami. Setelah prodi tertua kami, Perbandingan Mazhab yang selama ini menjadi ikon STIBA, kini giliran Prodi Pendidikan Bahasa Arab,” ujarnya.

    Ustaz Akhmad Hanafi menjelaskan, nama STIBA sendiri adalah singkatan dari Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab.

    “Selalu ditanya sejak dulu, kapan ada Bahasa Arabnya? Padahal itu sudah menjadi nilai kami,” katanya sambil tersenyum.

    Ia berharap proses asesmen ini membawa berkah dan menjadi langkah strategis pengembangan prodi yang telah berjalan selama tiga tahun.

    “Kami siap menerima masukan, kritikan, bahkan peringatan dari para asesor. Kadang kita merasa sudah baik secara internal, tapi perlu pandangan dari luar,” tambahnya.

    Prodi PBA ternyata cukup diminati calon mahasiswa.

    “Dibandingkan prodi lain, ini termasuk yang trennya cukup lumayan. Bahkan kami sampai menolak beberapa calon mahasiswa karena menjaga kapasitas dan rasio,” ungkap Ustaz Akhmad Hanafi.

    Belajar dari yang Berpengalaman

    Prof. Wahidul Anam membawa suasana lebih cair dengan gaya komunikasinya yang hangat. Ia berbagi pengalaman bahwa kemarin juga baru menjalani asesmen di kampusnya sendiri. “Jangan dikira saya cuma menilai. Saya juga dinilai, walaupun saya rektor,” katanya sambil tertawa.

    Menurutnya, asesmen lapangan pada dasarnya adalah konfirmasi data yang sudah ditulis. “Biasanya di perguruan tinggi, kita punya banyak hal bagus tapi sering terlupakan saat menulis. Makanya nanti kalau ada data tambahan, tolong disampaikan agar bisa memberikan nilai tambah,” jelasnya.

    Yang menarik, Prof. Wahidul memberikan perbandingan unik tentang mengelola perguruan tinggi negeri dan swasta.

    “Kalau negeri itu seperti kereta api, jadwalnya jelas, berhentinya jelas, tidak bisa menurunkan penumpang di tengah jalan. Tapi kalau swasta itu seperti angkot, berangkat sewaktu-waktu, bahkan belok tanpa aba-aba juga tidak masalah,” ujarnya yang disambut tawa hadirin.

    Ia bahkan memberikan saran provokatif kepada Rektor.

    “Swasta itu harus punya utang. Kalau tidak punya utang, kurang nikmat. Utangnya harus banyak, minimal miliaran rupiah!” katanya setengah bercanda.

    “Tapi kalau negeri tidak boleh berutang. Ini keunggulan swasta, lebih mudah berinovasi dan berkembang.”

    Pembagian Tugas Asesmen

    Prof. Wahidul menjelaskan pembagian tugas selama asesmen. Ia akan fokus pada borang, sementara Dr. Nana Jumhana akan menangani wawancara dan micro teaching dengan dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, mitra, serta calon pengguna lulusan.

    “Insyaallah kita selesaikan hari ini. Besok tinggal visit ke sarana prasarana. Semoga sebelum Zuhur sudah bisa tutup dengan berita acara,” harapnya.

    Dengan semangat yang sama, seluruh civitas akademika Prodi PBA IAI STIBA Makassar siap menjalani rangkaian asesmen demi meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan kontribusi maksimal untuk agama, bangsa, dan umat.

  • Kuatkan Peran Pemimpin Salat, UKK Kepesantrenan dan Keasramaan Gelar Pembekalan Imam Wanita

    Kuatkan Peran Pemimpin Salat, UKK Kepesantrenan dan Keasramaan Gelar Pembekalan Imam Wanita

    (STIBA.ac.id) Makassar – Siapa bilang jadi imam itu cuma soal berdiri paling depan? Ternyata, ada banyak hal yang perlu dipelajari dan dipersiapkan. Makanya, Bidang Ibadah UKK Kepesantrenan dan Keasramaan Putri IAI STIBA Makassar menggelar kembali Pembekalan Imam yang sudah jadi agenda rutin tahunan.

    Tahun ini, kegiatan mengangkat tema الدورة التدريبية لأئمة الصلاة. إمامة المرأة: عبادة ومسؤولية yang berlangsung pada Kamis (09/10/2025), pukul 15.30-17.50 Wita di lantai 2 Aula Ummu Salamah, Kampus Putri IAI STIBA Makassar.

     Bukan Sekadar Jadi Imam, Tapi Jadi Teladan

    Kegiatan yang diketuai oleh Ummul Khair ini diikuti oleh 32 mahasiswi terpilih yang sudah dipercaya menjadi imam di asrama. Tujuannya? Memperdalam ilmu tentang peran dan tanggung jawab imam sekaligus meneguhkan semangat untuk menjadi muslimah yang kuat dalam beribadah, cerdas dalam berpikir, dan lembut dalam memimpin.

    Acara menghadirkan Ustazah Armida, Lc. sebagai pemateri utama yang membahas tuntas tentang kriteria dan tanggung jawab seorang imam. Beliau tidak hanya bicara teori, tapi juga berbagi pengalaman dan tip praktis.

     “Tanggalkan Semua Kedudukan Duniawi”

    Dalam sesi utama, Ustazah Armida menekankan pentingnya niat dan keteladanan bagi seorang imam. Para peserta menyimak dengan penuh perhatian, bahkan beberapa sibuk mencatat poin-poin penting di buku catatan mereka.

    “Saat menghadap kepada Allah, semua kedudukan duniawi harus ditanggalkan,” ujar Ustazah Armida dalam pesan singkatnya yang membuat para peserta makin paham akan esensi dari menjadi seorang imam.

     Sesi Tanya Jawab yang Bikin Makin Paham

    Pembekalan ditutup dengan sesi tanya jawab antara narasumber dan moderator. Salah satu pertanyaan menarik yang diajukan adalah tentang sikap antisipasi seorang imam terhadap kondisi-kondisi tak terduga ketika salat berjemaah. Misalnya, bagaimana kalau tiba-tiba lupa bacaan atau ada hal darurat? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini tentu sangat aplikatif dan penting untuk dipahami.

    Dengan pembekalan seperti ini, diharapkan para imam dapat menjalankan tugasnya dengan lebih percaya diri dan penuh tanggung jawab. Semoga ilmunya berkah dan bisa diamalkan.

  • Himmah HES Talkshow: Kritis dalam Berpikir, Beretika Ketika Bersuara

    Himmah HES Talkshow: Kritis dalam Berpikir, Beretika Ketika Bersuara

    (STIBA.ac.id) Makassar – Lantai 2 Masjid Anas bin Malik IAI STIBA Makassar menjadi saksi diskusi yang digelar Rabu malam, 16 Rabiulakhir 1447 H (8/10/2025). Departemen Dakwah dan Pendidikan Himpunan Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah (Himmah HES) menyelenggarakan talkshow bertema “Kritis dalam Berpikir, Beretika Ketika Bersuara” yang berlangsung dari pukul 20.15 hingga 22.15 Wita.

    Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah dan Persiapan Bahasa (PB) IAI STIBA Makassar, serta seluruh pengurus Himmah HES. Tujuannya jelas: meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa sekaligus menumbuhkan etika dalam menyampaikan pendapat di ruang publik.

    Pembukaan yang Khidmat

    Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan sari tilawah yang dibawakan oleh Ahmad Faqih, mahasiswa semester 3 Program Studi Hukum Ekonomi Syariah IAI STIBA Makassar. Suasana khidmat dan penuh makna tercipta sejak awal. Para peserta mengikuti kegiatan dengan antusias, namun tetap menjaga sikap sopan dan hormat.

    Yusphan, selaku Ketua Umum Himpunan Hukum Ekonomi Syariah IAI STIBA Makassar, menyampaikan sambutan dengan menekankan pentingnya kegiatan ini untuk melatih mahasiswa berpikir secara kritis dan beretika ketika bersuara.

    Materi yang Mencerahkan

    Ustaz Muhtadin Akbar, S.Si., M.Pd., tampil sebagai narasumber dengan memaparkan materi yang sangat menarik dan penuh keteladanan. Penyampaiannya disambut dengan suasana khidmat oleh para peserta. Beliau memberikan wawasan luas tentang bagaimana cara berpikir kritis tanpa melanggar nilai-nilai etika dalam berbicara.

    Salah satu poin yang paling berkesan adalah penjelasan tentang berpikir kritis sebagai kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan menilai sebuah informasi secara logis dan objektif sebelum mengambil kesimpulan.

    Berpikir Logis dan Objektif

    Menurut narasumber, berpikir secara logis berarti berita harus diawali dengan perkenalan konteks, dilanjutkan dengan pengecekan kebenaran isi dan kejelasan sumbernya. Hal ini dilakukan untuk menilai sejauh mana kredibilitas berita tersebut dapat dipercaya oleh pembaca.

    Sementara itu, objektif adalah sikap yang fokus pada isu, topik, dan isi berita itu sendiri tanpa dipengaruhi oleh pendapat pribadi atau emosi. Dengan bersikap objektif, kita dapat menilai suatu berita berdasarkan fakta yang ada, bukan dari sudut pandang yang memihak. Tujuannya adalah agar kita mampu mengambil keputusan dan menyimpulkan informasi secara tepat, sesuai dengan data dan realitas yang disajikan.

    Diskusi yang Interaktif

    Sesi tanya jawab dan diskusi berlangsung dengan interaktif. Peserta aktif mengajukan pertanyaan dan berdiskusi dengan narasumber. Suasana diskusi tetap menjunjung tinggi nilai etika dalam berpendapat serta berpikir kritis, sesuai dengan tema kegiatan.

    Harapan untuk Mahasiswa

    Kegiatan ini berjalan dengan lancar dan mendapat antusiasme tinggi dari para peserta. Melalui talkshow ini, diharapkan seluruh peserta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta menerapkan etika dalam menyampaikan pendapat di berbagai situasi.

    Panitia menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dan mendukung terlaksananya kegiatan ini. Semoga kegiatan ini memberikan manfaat dan menjadi bekal berharga dalam membentuk sikap kritis, santun, dan bertanggung jawab dalam berkomunikasi.

    Reporter: Galib Permana

  • Kesalehan Orang Tua Pengaruhnya Sampai Tujuh Keturunan: Pelajaran dari Surah Al-Kahfi

    Kesalehan Orang Tua Pengaruhnya Sampai Tujuh Keturunan: Pelajaran dari Surah Al-Kahfi

    (STIBA.ac.id) Makassar — “Wakana abuhuma shaliha, dan adalah kedua orang tuanya saleh.”

    Satu kalimat pendek dalam Al-Qur’an. Tapi implikasinya? Luar biasa dalam!

    Ustaz Dr. Muhammad Qasim Saguni membedah ayat 82 dari Surah Al-Kahfi dalam Pengajian Orang Tua Mahasiswa STIBA, Ahad, 5 Oktober 2025. Dan para orang tua yang mengikuti via Zoom langsung terpukau dengan pelajaran parenting islami yang sangat aplikatif.

    Kisah yang Membuat Terenyuh

    Ustaz Qasim mengawali dengan kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir. Kisah yang familier, tapi kali ini dari sudut pandang parenting.

    Setelah tiga materi pembelajaran yang membuat Nabi Musa tidak sabar, tibalah penjelasan terakhir dari Nabi Khidir.

    “Adapun dinding yang roboh itu adalah milik dua anak yatim di sebuah kota. Di bawahnya disimpan harta untuk mereka. Dan adalah kedua orang tuanya saleh…”

    Nah, di sinilah poin pentingnya.

    Allah memerintahkan Nabi Khidir untuk memperbaiki dinding itu. Bukan karena anak-anaknya istimewa. Tapi karena orang tuanya saleh.

    “Bayangkan sampai Allah sendiri yang menjaga harta anak-anak itu. Kenapa? Karena kesalehan orang tuanya,” jelas Ustaz Qasim.

    Yang Bikin Speechless: 7 Keturunan!

    Ada satu fakta yang membuat semua orang terpana.

    Dalam tafsir, yang dimaksud “orang tua” di ayat ini bukan orang tua langsung. Tapi kakek yang ke-7 generasi ke atas!

    “Jadi kedua anak yatim ini, orang tua yang disebutkan saleh itu adalah kakek mereka yang ke-7. Tujuh keturunan ke atas!” tegas beliau.

    Coba bayangkan!

    Kesalehan seseorang bisa berpengaruh sampai tujuh keturunan ke bawah. Sampai Allah sendiri yang menjaga cucu-cucu mereka.

    Ini bukan main-main.

    Analogi yang Gampang Dipahami: Menanam Pohon

    Ustaz Qasim kemudian memberikan analogi yang sangat mudah dicerna. Pendidikan anak itu seperti menanam pohon.

    “Al-Qur’an sendiri menyebutkan pendidik itu sebagai petani. Nabi adalah murabbi utama yang berhasil mendidik para sahabat menjadi manusia-manusia terbaik,” jelasnya.

    Allah dalam Surah Al-Fath mengibaratkan: “Seperti orang yang menanam pohon, lalu tumbuh menjadi besar, hingga petaninya menjadi kagum dengan tanamannya.”

    Nah, dalam konteks ini:

    Orang tua yang saleh = Tanah yang subur

    “Kesalehan orang tua ini ibarat tanah yang subur. Dan tanah yang baik akan mengeluarkan tanaman yang baik dengan izin Allah,” tegas Ustaz Qasim sambil merujuk Surah Al-A’raf.

    “Adapun tanah yang buruk, tidak akan menumbuhkan tanaman kecuali tanaman itu merana.”

    Simple tapi dalam!

    Dua Unsur Utama Keberhasilan Pendidikan Anak

    Tapi Ustaz Qasim mengingatkan: tanah subur saja tidak cukup.

    “Bagaimana tanaman bisa tumbuh dan berbuah? Tidak cukup dengan tanah. Butuh ilmu, butuh metode menanam,” jelasnya.

    Maka ada dua unsur utama:

    Pertama: Kesalehan Orang Tua

    Ini adalah modal dasar. Fondasi. Tanpa ini, pendidikan anak akan sulit berhasil.

    Kedua: Ilmu Parenting Islami

    Kesalehan harus dibarengi dengan ilmu tarbiyatul aulad, ilmu mendidik anak secara islami.

    “Tidak cukup kita hanya saleh secara pribadi (shalihun linafsih). Kita juga harus bisa menyalehkan orang lain (muslihun lighairih). Dan untuk itu, kita butuh ilmu,” tegas beliau.

    Empat Kriteria Orang Tua yang Saleh

    Ustaz Qasim memberi breakdown yang sangat jelas. Orang tua yang saleh itu punya empat kriteria minimal:

    1. Saleh Pemikirannya

    Pemikirannya dibentuk oleh Al-Qur’an, hadis, dan pemahaman ulama salafus saleh. Bukan pemikiran liberal, bukan radikal.

    “Sederhananya: pemahaman yang benar terhadap Al-Qur’an dan sunah sesuai manhaj salafus shaleh,” jelasnya.

    2. Saleh Akidahnya

    Akidah yang sahih, akidah Ahlussunnah wal Jamaah. Pokok-pokok keyakinan yang benar.

    3. Saleh Ibadahnya

    Ibadah yang ikhlas, mutaba’ah (sesuai sunah), dan tekun.

    4. Saleh Akhlaknya

    Terutama dalam hubungan dengan sesama. “Al-muslimu man salimal muslimuna min lisanihi wayadih, orang muslim adalah yang menjamin keamanan orang lain dari lidah dan tangannya.”

    Plus: Bergaul dengan Orang Saleh

    “Orang tua yang saleh juga memiliki komunitas dengan orang-orang saleh. Karena pergaulan menentukan pembentukan karakter,” tambah beliau.

    Warning Penting: Kesalehan Bukan Gen!

    Ustaz Qasim memberikan peringatan penting.

    “Kesalehan ini tidak identik dengan gen. Dia tidak sepenuhnya menurun. Posisinya adalah media, sarana.”

    Artinya?

    Orang tua yang saleh tidak otomatis anaknya saleh. Sama seperti tanah yang subur tidak otomatis menghasilkan tanaman yang bagus.

    Ada dua faktor lain yang berpengaruh:

    Pertama: Ilmu

    Harus ada ilmu membudidayakan tanaman, dalam konteks ini, ilmu parenting islami.

    Kedua: Takdir Allah

    Ini wilayah Allah. Kita tidak bisa mengatur.

    “Wilayah kita adalah dua: jadilah orang tua yang saleh, dan bekali diri dengan ilmu mendidik anak. Kalau sudah dua ini kita lakukan, kita tawakal kepada Allah,” tegas beliau.

    Contoh Nyata: Nabi Nuh

    Ustaz Qasim mengangkat contoh Nabi Nuh.

    “Yang Nabi Nuh pertanggungjawabkan adalah prosesnya. Adapun hasilnya, yang menentukan adalah takdir Allah.”

    Nabi Nuh sudah maksimal mendidik anaknya. Sampai air bah mau menenggelamkan, beliau masih memberi kesempatan anaknya untuk ikut. Tapi anaknya tetap menolak.

    “Barulah kemudian Allah tegur bahwa itu bukan anakmu. Baru Nabi Nuh berhenti mengajak,” jelas beliau.

    Ini reminder: kita bertanggung jawab atas prosesnya. Hasilnya? Allah yang tentukan.

    Empat Metode Sederhana yang Powerful

    Di penghujung materinya, Ustaz Qasim berbagi empat metode praktis yang bisa langsung diterapkan:

    1. Keteladanan

    “Ini kunci utama. Allah sampai turunkan ayat khusus melegitimasi Nabi sebagai teladan. Inilah kunci keberhasilan Nabi dalam mendidik para sahabat.”

    Anak itu meniru, bukan mendengar. Percuma kita ceramah panjang kalau perilaku kita tidak sejalan.

    2. Mendoakan Anak

    “Hadis Bukhari menyebutkan tiga doa yang mustajab. Salah satunya: doa orang tua untuk anak.”

    Ustaz Qasim lalu bercerita tentang Syekh As-Sudais, imam Masjidil Haram yang suaranya melengking itu.

    “Waktu kecil pernah dimarahi ibunya. Tapi ibunya tidak mengutuk. Malah mendoakan: ‘Semoga engkau jadi imam Masjidil Haram.’ Dan 20 tahun kemudian? Terwujud!”

    Ada juga kisah seorang ustaz yang andalannya saat ujian S-2 dan S-3 di Madinah adalah doa ibunya.

    “Sebelum ujian, dia telepon dulu ibunya di Indonesia. ‘Bu, doakan saya.’ Dan dia lulus. Bahkan dapat ranking pertama.”

    “Ini bonus bagi orang tua, Bapak dan Ibu sekalian. Jangan sampai bonus ini kita lalaikan!” tegas beliau.

    3. Memperbanyak Ibadah

    Ustaz Qasim mengutip Said bin Musayyib, ulama besar tabiin.

    “Beliau sampai bilang kepada anaknya, ‘Saya sengaja menambah rakaat salat saya, memperpanjang sujud saya. Ini karena engkau, anakku. Aku mengharap Allah menjaga saya dan menjaga kamu.’”

    Ini berdasar pada hadis: “Ihfazhillah yahfazhka, jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu.”

    Bagaimana caranya kita menjaga Allah? Salehkan diri kita. Jaga perintah-Nya, jaga larangan-Nya.

    “Allah akan menjaga kamu. Salah satu penjelasan ulama: Allah akan menjaga anakmu,” jelas beliau.

    4. Kelemahlembutan

    “Asal dari pendidikan itu adalah kelemahlembutan. Bukan kekerasan.”

    Ustaz Qasim merujuk Surah Ali Imran ayat 159.

    “Apa yang menyebabkan anak menjauh dari orang tua? Boleh jadi karena kasar, karena metode pendidikan yang didahulukan adalah kekerasan.”

    Nabi saja dengan kelembutan hati-Nya bisa membuat para sahabat sangat melekat.

    Pentingnya Pengajian Parenting Islami

    Di akhir, Ustaz Qasim menekankan pentingnya terus menuntut ilmu parenting.

    “Bagaimana kita memadukan tarbiyah islamiyyah sebagai sarana mendidik kesalehan, dengan kajian parenting islami sebagai wadah menambah ilmu.”

    Beliau mengingatkan bahwa pengajian seperti ini bukan cukup sekali dua kali.

    “Terus bersemangat menuntut ilmu parenting. Bukan hanya dari STIBA, tapi dari berbagai sumber yang sahih.”

    PR untuk Orang Tua

    Ustaz Qasim meninggalkan PR besar untuk para orang tua:

    1. Perbaiki kesalehan diri, mulai dari pemikiran, akidah, ibadah, akhlak.
    2. Perbanyak ilmu parenting, jangan cukup dengan feeling saja.
    3. Rajin mendoakan anak, terutama di waktu-waktu mustajab.
    4. Perbanyak ibadah, ada pengaruhnya untuk kesalehan anak.
    5. Bersikap lemah lembut, ini yang membuat anak dekat dengan orang tua.

    Pada akhirnya, warisan terbaik yang bisa kita tinggalkan bukan harta. Tapi anak yang saleh yang terus mendoakan kita bahkan setelah kita tiada.