Kategori: Kegiatan Kampus

  • IAI STIBA Makassar Kukuhkan Dewan Penyantun Periode 2025–2029, Dihadiri Tokoh Nasional hingga Dai Kondang

    IAI STIBA Makassar Kukuhkan Dewan Penyantun Periode 2025–2029, Dihadiri Tokoh Nasional hingga Dai Kondang

    (STIBA.ac.id) Makassar — Institut Agama Islam (IAI) STIBA Makassar secara resmi mengukuhkan Dewan Penyantun periode 1447–1451 H/2025–2029 M dalam sebuah seremoni di Gedung Ummu Salamah Kampus IAI STIBA Makassar, Selasa (22/7/2025).

    Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional dan daerah, termasuk Ketua DPD RI Drs. Tamsil Linrung selaku Ketua Dewan Penyantun, Ketua Dewan Pembina Yayasan Pesantren Wahdah Islamiyah Dr. K.H. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A., dua mantan Wali Kota Makassar Dr. Ir. Ilham Arief Sirajuddin, M.M. dan Ir. Mohammad Ramdhan Pomanto, serta para pimpinan Wahdah Islamiyah dan civitas akademika STIBA Makassar.

    Seremonial Strategis untuk Arah Baru STIBA

    Dalam sambutannya, Rektor IAI STIBA Makassar Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D. menegaskan bahwa pengukuhan ini bukan sekadar seremonial simbolik, tetapi merupakan langkah strategis untuk memperkuat tata kelola dan memperluas jaringan kemitraan kampus.

    “Target kami pada tahun 2030, insyaallah STIBA akan bertransformasi menjadi Universitas Islam unggulan dengan jumlah mahasiswa mencapai 10.000 orang. Untuk itu, kami tidak bisa berjalan sendiri. Diperlukan dukungan tokoh bangsa dan mitra strategis seperti para dewan penyantun yang hari ini dikukuhkan,” ungkapnya.

    Dalam sesi video pemaparannya, Rektor juga menyebutkan rencana pembangunan Rumah Pembina Mahasantri “Bait Al-Irsyad” yang akan terdiri dari 30 unit di tiga lantai, dengan total kebutuhan dana sekitar Rp8,5 miliar. Program ini menjadi fokus baru STIBA dalam meningkatkan kualitas pembinaan berbasis pesantren.

    Acara semakin semarak dengan kehadiran Ustaz Das’ad Latif, yang menyampaikan sambutan penuh motivasi dan humor khasnya. Ia membagikan kisah inspiratif tentang kekuatan sedekah dan pentingnya menjadikan harta sebagai jalan dakwah.

    Sambutan juga disampaikan oleh KH. Zaitun Rasmin, yang memaparkan peran strategis STIBA dalam mendukung Gerakan Sejuta Dai. Ia menyebut STIBA sebagai institusi andalan Wahdah Islamiyah dalam mencetak kader ulama dan dai unggulan yang tersebar ke seluruh penjuru Indonesia.

    Berikut Dewan Penyantun IAI STIBA Makassar yang dikukuhkan oleh Ketua Dewan Pembina YPWI dalam kesempatan tersebut:

    Ketua:

    Drs. Tamsil Linrung

    Anggota:

    Walikota Makassar

    Bupati Maros

    Ir. Darmawangsyah Muin, S.T., M.Si.

    Drs. Sahabuddin

    Zulkifli Zain, S.H.

    Erwin Aksa

    A.M. Iqbal Parewangi

    Andi Muhammad Ikram

    Azwar Rasmin

    Asnawi Syam

    Dr. Aswar Hasan, M.Si.

    Dr. Chaerul Amir, S.H., M.H.

    Prof. Dr. Yusring Sanusi Baso, S.S., M.App.Ling.

    Prof. Marwan, S.T., M.Eng.Sc., Ph.D.

    Dr. Das’ad Latif, S.Sos., S.Ag., M.Si., Ph.D.

    Dr. Eng. Ihsan Latief, S.T., M.T.

    Dr. dr. Ida Royani, M.Kes., MHPE.

    Dr. Ir. Ilham Arief Sirajuddin, M.M.

    Ir. Mohammad Ramdhan Pomanto

    Dr. dr. Abdul Azis, Sp.U(K), Subsp.Onk

    Farida Hanafing

    Muh. Yasin Azis

    Adryan Yudhistira Purwanto

    Drs. Hizbullah Mahdin

    Ir. Muhammad Lingga

    Kamaruddin Hasan

    Sri Irawati Usman

    Wadah Kolaborasi untuk Masa Depan

    Ketua Dewan Penyantun, Drs. Tamsil Linrung, dalam sambutannya menyatakan kesiapan untuk mendukung STIBA menuju fase berikutnya. Ia menyebut STIBA sebagai “rujukan pendidikan Islam di Indonesia Timur” dan menegaskan peran dewan penyantun dalam membuka akses kolaborasi lintas sektor.

    Peletakan Batu Pertama Rumah Pembina

    Acara ditutup dengan seremoni peletakan batu pertama pembangunan Rumah Pembina Mahasantri. Tindakan simbolik ini dilakukan oleh para tokoh penting seperti Drs. Tamsil Linrung, Dr. Ilham Arif Sirajuddin, Ir. Dhani Pomanto, A.M. Iqbal Parewangi, Prof. Yusring Sanusi Baso, Asnawi Syam,  Dr. K.H. Zaitun Rasmin, dan sejumlah tokoh Wahdah Islamiyah dan IAI STIBA Makassar.

  • Belajar Nahwu dan Sharaf Lebih Fokus Lewat Daurah 10 Hari

    Belajar Nahwu dan Sharaf Lebih Fokus Lewat Daurah 10 Hari

    (STIBA.ac.id) Makassar – Sebanyak 43 mahasiswi IAI STIBA Makassar baru saja menyelesaikan Daurah 10 Hari yang seru dan padat ilmu. Selama sepuluh hari, mulai 10 sampai 19 Juli 2025, mereka larut dalam kegiatan menghafal dan memahami dua matan klasik dalam bahasa Arab, yaitu Al-Sharfu Al-Shaghir dan Al-Nahwu Al-Shaghir.

    Daurah ini digagas oleh UKM Bahasa Al-Fusha STIBA Makassar, dengan tema menarik: “Jelajahi Kaidah Nahwu dan Sharaf dalam 10 Hari”. Dipimpin oleh Nur Athifah Raihanah Yusran sebagai ketua pelaksana, rangkaian kegiatan dirancang agar padat, fokus, tapi tetap menyenangkan.

    Setiap harinya, para peserta diajak melalui jadwal intensif: mulai dari murajaah hafalan, talaqqi bersama ustazah untuk memahami isi matan, hingga latihan penerapan kaidah lewat contoh-contoh kalimat.

    Untuk mendalami materi, peserta dibagi ke dalam dua halakah utama. Halakah pertama membahas Al-Nahwu Al-Shaghir yang dibimbing langsung oleh Ustazah Armida, Lc., sedangkan halakah kedua mendalami Al-Sharfu Al-Shaghir bersama Ustazah Mar’atus Sholihah, Lc. Suasananya interaktif, penuh diskusi, dan jadi tempat yang pas untuk mengulik struktur bahasa Arab lebih dalam.

    Agar tidak jenuh, panitia juga menyelipkan games edukatif dan aktivitas ringan yang kembali menyegarkan otak. Suasana belajar jadi lebih hidup dan akrab, seperti ikut camp tapi versi ilmiah.

    Salah satu peserta, Khusnul Khatimah Basri, berbagi pengalamannya,

    “Menghafal matan dengan bimbingan langsung membuat saya lebih paham struktur bahasa Arab. Ini sangat membantu saya dalam memahami kitab-kitab berbahasa Arab,” ujarnya.

    Di akhir daurah, para peserta mengikuti ikhtibar atau ujian terbuka untuk menguji hafalan sekaligus pemahaman terhadap matan yang telah dipelajari.

    Panitia berharap kegiatan ini bisa jadi pijakan awal buat semangat baru para peserta dalam menekuni ilmu alat dan memperkuat kemampuan bahasa Arab mereka. Karena belajar bahasa Arab bukan cuma soal hafal-hafalan, tapi soal membangun fondasi yang kuat untuk memahami khazanah Islam lebih dalam.

    Reporter: Humas Jurnalistik Putri IAI STIBA Makassar, (Layla Wayolo)

  • Daurah 10 Hari Matan Al-Ajurumiyah: Menguatkan Bahasa Arab Lewat Hafalan, Bukan Cuma Catatan

    Daurah 10 Hari Matan Al-Ajurumiyah: Menguatkan Bahasa Arab Lewat Hafalan, Bukan Cuma Catatan

    (STIBA.ac.id) Makassar – Liburan bukan alasan untuk berhenti belajar, apalagi buat yang ingin makin akrab dengan bahasa Arab. Buktinya, Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (ITLAH) STIBA Makassar menggelar Daurah 10 Hari Menghafal Matan Al-Ajurumiyah secara daring via Zoom, Rabu (16/7/2025) pagi.

    Acara ini terbuka untuk umum dan diikuti peserta dari berbagai daerah. Meski dari rumah masing-masing, semangatnya tetap terasa sejak awal. Kegiatan dimulai pukul 08.00 Wita dan dibuka oleh Ketua HMJ PBA, Ahsanul Khuluq. Ia menyemangati peserta untuk bersungguh-sungguh menjadikan hafalan matan ini sebagai jalan memperdalam dan mencintai bahasa Arab.

    Sambutan berikutnya datang dari Kaprodi PBA STIBA Makassar, Ustadz Rustam Koly, Lc., M.A.,m Ph.D. Dengan tegas beliau menyampaikan pesan yang cukup menggugah:

    “Selalu ditekankan hafalan dan hafalan! Ilmu itu bukan sekadar ditulis, tapi dihafal dan tertanam dalam dada.”

    Materi perdana dibawakan oleh Ustadz Arfan Arifuddin, S.S., M.Ag., dosen STIBA Makassar. Beliau menjelaskan betapa pentingnya Matan Al-Ajurumiyah dalam membangun dasar ilmu nahwu.

    “Jangan cepat berbangga diri hanya karena hafal,” pesan beliau. “Tapi syukuri dengan terus belajar. Kegiatan ini sangat bermanfaat, apalagi di masa libur.”

    Di akhir sesi pembukaan, Qasmin Alfikri menjelaskan teknis daurah: peserta dibagi menjadi enam kelompok dengan enam waktu penyetoran hafalan setiap hari. Tujuannya? Supaya hafalannya tetap terjaga ritmenya, tidak kendor di tengah jalan.

    Semangat terus para pejuang bahasa Arab!

    Reporter: Muhammad Rifaat Taufiq Taufan

  • IAI STIBA Makassar dan Universitas YARSI Sinergi Kuatkan Pendidikan dan Wakaf

    IAI STIBA Makassar dan Universitas YARSI Sinergi Kuatkan Pendidikan dan Wakaf

    (STIBA.ac.id) Makassar – STIBA Makassar kembali mengambil langkah strategis. Kali ini, kampus dakwah ini resmi menjalin kerja sama dengan Universitas YARSI Jakarta lewat penandatanganan nota kesepahaman (MoU) yang digelar di Ruang Rapat Gedung Abdullah bin Abbas, Rabu (16/7).

    MoU tersebut ditandatangani langsung oleh Plt. Wakil Rektor III IAI STIBA Makassar, Ustaz Ahmad Syaripuddin, S.Pd.I., M.Pd.I., bersama Wakil Rektor IV Universitas YARSI, Prof. Dr. H. Nurul Huda, S.E., M.M., M.Si.

    Fokus utamanya? Penguatan tridharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat. Dan yang menarik, pengembangan tata kelola wakaf dalam lingkup akademik.

    Sejumlah tokoh ikut hadir meramaikan agenda ini, mulai dari Kabag Ziswaf STIBA, Ketua Prodi Hukum Ekonomi Syariah, dosen-dosen prodi HES, hingga perwakilan dari One Wakaf Makassar.

    Tak sekadar seremoni tanda tangan, kegiatan ini juga dirangkaikan dengan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Perwakafan Indonesia” dan sesi berbagi pengalaman dalam mengelola universitas berbasis wakaf.

    Suasana diskusi berlangsung hangat dan penuh ide-ide segar. Kedua kampus saling berbagi strategi dan cerita sukses dalam memanfaatkan aset wakaf sebagai pilar penting pembangunan pendidikan Islam yang mandiri dan berkelanjutan.

    Dalam sambutannya, Ustaz Ahmad Syaripuddin menyebut kerja sama ini sebagai awal dari sinergi yang lebih luas.

    “Kami berharap kerja sama ini tidak hanya berhenti pada MoU, tetapi juga melahirkan program-program nyata yang memberi manfaat langsung bagi umat,” ujarnya.

    Sementara itu, Prof. Nurul Huda menegaskan pentingnya kolaborasi lintas kampus dalam penguatan ekosistem wakaf di Indonesia.

    “Wakaf memiliki potensi besar untuk menopang dunia pendidikan. Universitas YARSI membuka diri untuk kolaborasi strategis yang inovatif dan berkelanjutan,” ungkapnya.

    Kerja sama ini menegaskan komitmen bersama IAI STIBA Makassar dan Universitas YARSI untuk terus membangun peradaban Islam melalui pendidikan unggul dan pengelolaan wakaf yang profesional. Semoga langkah ini membuka jalan bagi lebih banyak inisiatif yang bermanfaat bagi umat, bangsa, dan dunia Islam.

    Reporter: Humas

  • STIBA Insight Edisi Terbaru Terbit, Hadirkan Inspirasi dan Kabar Terkini

    STIBA Insight Edisi Terbaru Terbit, Hadirkan Inspirasi dan Kabar Terkini

    (STIBA.ac.id) Makassar – IAI STIBA Makassar kembali menghadirkan buletin STIBA Insight Edisi 03/Tahun II/2025 dengan segudang konten menarik. Edisi kali ini mengangkat tema seputar pentingnya belajar agama di usia muda, profil alumni inspiratif, hingga kabar terbaru seputar kampus. 

    Belajar Agama di Usia Muda: Investasi Masa Depan 

    Edisi ini membuka dengan artikel bertajuk “Kenapa Harus Belajar Agama di Usia Muda?”. Dengan bahasa yang mengalir dan relevan, artikel ini mengajak pembaca, khususnya generasi muda, untuk memanfaatkan masa muda sebagai waktu terbaik menimba ilmu agama.

    Pesannya jelas: “Jangan tunggu tua, karena ilmu agama adalah pelita hidup yang akan membimbing langkahmu di dunia dan akhirat.” 

     Profil Alumni: Kisah Muhamad Nasrul Alfian yang Menginspirasi 

    Tak kalah seru, rubrik Profil Alumni menampilkan sosok Muhamad Nasrul Alfian, S.H., lulusan STIBA Makassar yang kini aktif sebagai Kepala KUA, dai, dan konselor keluarga. Perjalanannya dari mahasiswa teladan hingga pengabdi masyarakat menjadi bukti bahwa ilmu yang ditimba di kampus dakwah ini benar-benar membuahkan hasil nyata. 

    Kabar Gembira dari Kampus 

    Edisi ini juga menyajikan berita-berita membanggakan: 

    1. STIBA Makassar Resmi Jadi Institut 

    Kini, STIBA Makassar telah bertransformasi menjadi Institut Agama Islam (IAI) STIBA Makassar setelah SK pengesahan dari Kementerian Agama RI resmi diserahkan. Kabar ini menjadi momen bersejarah bagi seluruh civitas akademika. 

    2. Mahasiswa STIBA Raih Juara I Nasional 

    Dua mahasiswa Prodi Ilmu Hadis, Musyarrif dan Salman Alfarisi, berhasil mengharumkan nama kampus dengan meraih juara I dalam Lomba Hifzhul Hadis tingkat nasional di ajang IMSYAC 2025. Prestasi ini membuktikan kualitas pendidikan STIBA yang tak kalah bersaing di tingkat nasional. 

    3. Pengumuman PMB Gelombang Pertama 

    Sebanyak 359 calon mahasiswa baru dinyatakan lulus dalam seleksi PMB Gelombang I. Bagi yang belum berhasil, masih ada kesempatan hingga 15 Agustus 2025. 

    Tunggu Apa Lagi? 

    Buletin STIBA Insight edisi ini tidak hanya informatif, tetapi juga sarat motivasi. Yuk, segera baca selengkapnya di Buletin STIBA Insight

    STIBA Insight diterbitkan oleh Bagian Media dan Pers STIBA Makassar. Untuk berlangganan gratis, langsung klik WhatsApp berikut:
    👉 wa.me/6287703107667.

    Jangan lewatkan edisi selanjutnya! 

  • Mahasiswa IAI STIBA Makassar Unjuk Kemampuan Public Speaking dalam Program Kultum Bahasa Arab

    Mahasiswa IAI STIBA Makassar Unjuk Kemampuan Public Speaking dalam Program Kultum Bahasa Arab

    (STIBA.ac.id) Makassar — Sebanyak 68 mahasiswa IAI STIBA Makassar tampil bergantian menyampaikan kultum berbahasa Arab dalam program yang digelar setiap bakda Zuhur dan Asar sepanjang semester genap tahun ajaran 1446–1447 H / 2024–2025 M. Bukan sekadar kegiatan rutin, kultum ini jadi salah satu syarat penting yang harus diikuti sebelum mahasiswa menyelesaikan masa studi. Dan tentu saja, ini juga jadi ajang latihan berbicara di depan umum yang sangat berharga.

    Lewat program ini, mahasiswa tak hanya belajar menyusun materi dakwah singkat, tapi juga belajar bagaimana menyampaikannya dengan percaya diri, dalam bahasa Arab!

    Dari puluhan peserta yang tampil, tiga mahasiswa berhasil mencuri perhatian dewan juri dan dinobatkan sebagai penyaji kultum terbaik. Di posisi pertama ada Muhammad Farid Nur (PBA 6A) dengan kultumnya yang berjudul Zamān al-Fitan (Zaman Fitnah).

    Peringkat kedua diraih oleh Dzulhajir (PM 6C) yang membawakan tema Makānat Bayt al-Maqdis (Kedudukan Baitul Maqdis).

    Sementara posisi ketiga ditempati oleh Nurdyansyah (PBA 6B) dengan tema Birru al-Wālidayn (Bakti kepada Kedua Orang Tua).

    Kegiatan ini berada di bawah koordinasi Bagian Pengembangan Bahasa Arab, Pusat Pembinaan Al-Qur’an dan Pengembangan Bahasa Arab STIBA Makassar. Ustaz Surahman Yatie, Lc., M.Ag., selaku penanggung jawab, mengingatkan pentingnya memanfaatkan momen ini sebagai latihan serius.

    “Tampil di depan orang banyak itu tidak mudah, apalagi pakai bahasa Arab. Tapi kalau dipersiapkan dengan baik dan disampaikan dengan amanah, hasilnya insyaallah luar biasa,” ujarnya.

    Ia juga mengajak seluruh civitas akademika—dosen, mahasiswa, dan staf—untuk terus menjaga konsistensi dalam berbahasa Arab di lingkungan kampus. Ini adalah bagian dari upaya STIBA membangun atmosfer ilmiah yang tidak hanya religius, tapi juga berstandar internasional.

    Momen penyerahan hadiah menjadi lebih istimewa karena dilakukan langsung oleh Syekh Dr. Majid bin Abdullah Al-‘Askar, dosen Universitas Qassim Arab Saudi, yang juga memberikan tausiah dalam acara Haflah Ikhtitam.

    📺 Penasaran seperti apa penampilan para finalis? Yuk, tonton video mereka di YouTube melalui link berikut:

    Dokumentasi Umum:

    Juara I:

    Juara II:

    Juara III

    Reporter: UMID

  • Resmi Lahir: Inilah Ruwat IH, Organisasi Baru Mahasiswa Ilmu Hadis IAI STIBA Makassar

    Resmi Lahir: Inilah Ruwat IH, Organisasi Baru Mahasiswa Ilmu Hadis IAI STIBA Makassar

    (STIBA.ac.id) Makassar – Bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Hadis IAI STIBA Makassar, Selasa (12 Muḥarram 1447 H (7/7/2025) menjadi tonggak sejarah baru. Untuk pertama kalinya, mereka menyelenggarakan Muktamar I Himpunan Mahasiswa Prodi Ilmu Hadis di Gedung Rektorat Lantai 4. Acara ini menandai kelahiran organisasi kemahasiswaan resmi di tingkat prodi, sekaligus membuka babak baru bagi pengembangan potensi mahasiswa.

    Dengan mengusung tema “Merintis jalan perjuangan menuju eksistensi himpunan mahasiswa ilmu hadis yang unggul, bermoral dan berintegritas” (إِرْسَاءُ دَرْبِ الْمَسِيرَةِ نَحْوَ تَوْطِيدِ اتِّحَادِ طَلَبَةِ قِسْمِ عُلُومِ الْحَدِيثِ الْمُتَطَوِّرِ وَالْأَخْلَاقِيِّ), Muktamar perdana ini menghasilkan beberapa keputusan strategis yang akan jadi landasan gerak organisasi.

    Salah satu poin krusialnya adalah penetapan nama resmi organisasi: Ruwat IH (Perhimpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Hadis). Bukan sekadar singkatan, tapi punya makna mendalam yaitu mencerminkan semangat menjaga warisan keilmuan hadis sekaligus jadi identitas bersama bagi mahasiswa yang berkomitmen mengembangkan diri secara intelektual dan moral.

    Selain itu, Muktamar juga memilih Ketua Umum perdana melalui proses seleksi yang ketat dan partisipatif. Dari berbagai kandidat yang diajukan oleh peserta, nama Musyarrif, mahasiswa semester II, terpilih sebagai Ketua Umum Ruwat IH.
    Pemilihannya tidak hanya didasarkan pada capaian akademik dan rekam jejak prestasi di tingkat regional dan nasional, tetapi juga mempertimbangkan kekuatan karakter dan potensi kepemimpinan yang telah ia tunjukkan dalam berbagai forum kemahasiswaan.

    Dalam sambutannya, Ketua Program Studi Ilmu Hadis, Dr. Maulana La Eda, menyampaikan apresiasi atas semangat mahasiswa dalam menyelenggarakan Muktamar ini. Beliau menegaskan bahwa lahirnya Ruwat IH bukan hanya sebagai pelengkap struktur kelembagaan, tetapi diharapkan menjadi mitra strategis prodi dalam menumbuhkan budaya ilmiah, mengembangkan kepemimpinan mahasiswa, serta menyemai kader-kader unggul yang mampu menghidupkan nilai-nilai hadis di tengah masyarakat.

    Sementara itu, Sekretaris Prodi, Ustaz Arfan, S.S., M.Ag., dalam arahannya memberikan penekanan berbeda. Beliau menyoroti pentingnya muktamar ini sebagai ruang belajar komunikasi strategis dan penguatan literasi organisasi bagi mahasiswa.

    “Mahasiswa tidak cukup hanya unggul di ruang kelas. Mereka perlu mengasah kecakapan sosial, keberanian menyampaikan gagasan, serta kemampuan menyusun visi dan merangkul perbedaan. Ruwat IH diharapkan menjadi ruang aktualisasi potensi-potensi itu,” tegasnya.

    Muktamar I berlangsung dalam suasana khidmat, penuh semangat, dan dialog terbuka. Para peserta bersepakat untuk membangun fondasi organisasi dengan prinsip sinergi, adab, dan visi keilmuan yang kuat.

    Terbentuknya Ruwat IH diharapkan menjadi awal dari gerakan mahasiswa Ilmu Hadis yang lebih progresif, terarah, dan berlandaskan nilai-nilai syar’i.

  • Melalui DMC, Mahasiswa Semester VI Disiapkan Jadi Murabbi

    Melalui DMC, Mahasiswa Semester VI Disiapkan Jadi Murabbi

    (STIBA.ac.id) Makassar – IAI STIBA Makassar kembali menegaskan komitmennya dalam mencetak pembina berkualitas lewat Diklat Murabbi Takrif (DMC). Selama dua hari, Sabtu–Ahad (5–6 Juli 2025/9–10 Muharram 1447 H), sebanyak 22 mahasiswa semester enam mengikuti pelatihan intensif yang digelar di lantai 4 Gedung Rektorat Abdullah bin Mas’ud.

    Dengan mengusung tema “Menghadirkan Potret Murabbi sebagai Qudwah untuk Tarbiyah Muntijah”, kegiatan ini tak sekadar memberi materi, tapi lebih dari itu: membentuk karakter. Para peserta disiapkan untuk menjadi pembina yang bukan cuma pandai menyampaikan, tapi juga bisa menjadi panutan, baik di lisan, sikap, maupun kehidupan sehari-hari.

    Kepala Pusat Pembinaan Karakter 5M dan Kepesantrenan, Ustaz Muhammad Taufan Djafri, Lc., M.H.I., dalam sambutannya menegaskan bahwa peserta DMC ini dipilih secara khusus, bukan asal tunjuk. Ada banyak hal yang jadi pertimbangan: kedisiplinan, komitmen terhadap ilmu syar’i, kepekaan terhadap lingkungan jemaah, dan tentu saja semangat dalam pembinaan.

    “Kenapa Antum yang terpilih? Karena Antum hidup bersama adik-adik di sakan,” ujar beliau. “Antum bukan hanya teman tinggal. Di mata mereka, Antum adalah qudwah, contoh nyata yang mereka lihat tiap hari. Ini bukan amanah kecil, tapi justru karena besar, ia membawa kemuliaan.”

    Beliau juga menekankan bahwa keberhasilan tarbiyah muntijah—pembinaan yang benar-benar melahirkan perubahan nyata—sangat bergantung pada kualitas pribadi murabbi. Bukan sekadar bisa mengisi halakah, tapi mampu menjadi pribadi yang menyatu dalam keseharian mutarabbi.

    DMC ini menjadi langkah penting dalam membekali calon murabbi dengan wawasan, keterampilan, dan yang paling utama—jiwa. Harapannya, mereka bisa jadi pembina yang bukan hanya memandu, tapi juga menginspirasi; bukan hanya menyampaikan materi, tapi juga menghadirkan keteladanan hidup dalam setiap interaksi dakwah mereka.

    Reporter: UMID

  • Menggali Hikmah Asyura dan Muharram Bersama Prodi Ilmu Hadis

    Menggali Hikmah Asyura dan Muharram Bersama Prodi Ilmu Hadis

    (STIBA.ac.id) Makassar – Menyambut kemuliaan bulan Muḥarram, Program Studi Ilmu Hadis IAI STIBA Makassar mengadakan acara spesial: Majlis Qirā’ah Faḍl Muḥarram wa ‘Āsyūrā’. Acara ini digelar pada Sabtu, 9 Muḥarram 1447 H (5 Juli 2025 M), mengajak para hadirin untuk menyelami keutamaan bulan haram ini lewat pembacaan kitab.

    Acara ini diselenggarakan di Masjid Anas bin Mālik STIBA Makassar setelah salat Asar hingga menjelang Magrib, dengan menghadirkan narasumber utama, Dr. Maulana La Eda, Ketua Prodi Ilmu Hadis IAI STIBA Makassar. Beliau memimpin pembacaan dan penjelasan kandungan kitab klasik Laṭā’if al-Ma‘ārif karya Imam Ibn Rajab al-Ḥanbalī, khususnya pada Bab Kutamaan Bulan Muḥarram dan Hari Asyura.

    Kegiatan ini tidak hanya khidmat, tapi juga semarak dengan antusiasme peserta dari berbagai prodi. Para mahasiswa menyimak dengan serius pembahasan seputar keutamaan puasa Tasu’a dan Asyura, serta nilai-nilai spiritual di balik sejarahnya.

    Sebagai penutup, acara dilanjutkan dengan buka puasa bersama dalam rangka puasa sunah Tasu’a, yang turut mempererat ukhuwah dan semangat kebersamaan di antara civitas academica STIBA Makassar.

    Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya Prodi Ilmu Hadis dalam membumikan tradisi ilmiah melalui pengkajian kitab-kitab turats serta menumbuhkan semangat ibadah dan kecintaan terhadap hadis-hadis Nabi ﷺ di kalangan mahasiswa.

    Reporter: Arfan

  • Ketua Senat IAI STIBA Makassar: Jangan Hanya Bangga Jadi Institut, Tapi Harus Lebih Bertakwa

    Ketua Senat IAI STIBA Makassar: Jangan Hanya Bangga Jadi Institut, Tapi Harus Lebih Bertakwa

    (STIBA.ac.id) Makassar — Pelantikan Rektor dan Ketua Senat IAI STIBA Makassar pada Selasa (1/7/2025) berlangsung khidmat. Tapi ada satu momen yang terasa begitu dekat dan menampar pelan-pelan: pesan penutup dari Ketua Senat yang baru dilantik, Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D.

    Tak hanya bicara soal jabatan dan amanah, pesan-pesannya juga jadi pengingat yang dalam: tentang takwa, keluarga, dunia, dan tujuan berdirinya kampus ini.

    Hidup yang Sebenarnya Dimulai dari Sini

    Dalam sambutannya, Ketua Senat mengulas secara singkat ayat-ayat yang dibacakan qari Muhammad Ghazali Akbar di awal acara.

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَجِيبُواْ لِلّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُم لِمَا يُحْيِيكُمْ

    Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.” (QS. Al-Anfal: 24)

    Beliau menekankan bahwa “hidup” yang dimaksud bukan sekadar keberadaan fisik, melainkan kehidupan yang hakiki, yaitu hidupnya jiwa karena ilmu, amal, dan kontribusi yang nyata dalam dakwah.

    “Kita ingin terus berkiprah di STIBA, karena kita tahu inilah salah satu media untuk menghidupkan diri kita dengan kehidupan yang paling hakiki,” ujarnya haru.

    Menurutnya, umur yang berkah adalah saat ilmu kita terus bermanfaat, bahkan setelah tubuh tiada.

    Waspada Fitnah, Jangan Jadi Sumbernya

    Tak lama, ia beralih ke peringatan yang lebih tajam: fitnah di tubuh lembaga. Kadang, kata beliau, satu kesalahan kecil dari satu orang bisa merembet besar ke nama baik kampus dan dakwah secara keseluruhan.

    “Jangan sampai karena kelengahan kita, ada mahasiswa yang tergelincir dan menimbulkan kerusakan yang mencoreng wajah institusi ini.”

    Menurut beliau, semua dosen dan civitas academica harus punya kesadaran kolektif untuk menjaga nama baik dan suasana keberkahan kampus. Bukan hanya dengan pengawasan, tapi dengan keteladanan dan kepedulian.

    Bersyukur Atas Jumlah, Tapi Jangan Terjebak Kuantitas

    Sebagai institusi baru, IAI STIBA Makassar memang menargetkan pertumbuhan jumlah mahasiswa. Tapi Ketua Senat memberi peringatan keras,

    “Kita pernah bermimpi punya 1.000 mahasiswa. Sekarang sudah ribuan. Tapi ingat, jumlah banyak tidak selalu berarti kualitas bagus.”

    Ia bahkan mengangkat keresahan dari lapangan. Banyak yang mulai membandingkan alumni zaman dulu dengan sekarang, dari sisi militansi, semangat dakwah, dan tanggung jawab. Menurutnya, ini sunatullah dalam perjuangan, tapi bukan alasan untuk menyerah.

    “Kita harus bermujahadah. Kita kejar lagi kualitas itu. Jangan sampai kita hanya bangga jadi institut, tapi lupa membina orang-orang di dalamnya.”

    Waspadai Dunia dan Tantangan dari Dalam Rumah

    Di bagian yang lebih personal, Ketua Senat bicara tentang fitnah dunia dan keluarga.

    “Jangan sampai karena dunia, semangat kita justru menurun. Jangan sampai keluarga malah jadi penghalang, bukan pendukung.”

    Beliau mengajak agar keluarga pun menjadi bagian dari keluarga STIBA, berjuang bersama, bukan sekadar mendampingi dari jauh. Karena menurutnya, fitnah terbesar justru sering datang dari hal-hal yang paling dekat.

    Solusi Paling Ampuh: Takwa

    Di akhir pesan, beliau menyederhanakan semuanya: takwa adalah kunci.

    يِا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إَن تَتَّقُواْ اللّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَاناً وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

    “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. al-Anfal: 29).

    “Mari kita wujudkan syukur atas nikmat besar ini dengan meningkatkan ketakwaan, secara pribadi maupun berjemaah,” ucapnya menutup sambutan dengan nada lembut tapi menghunjam.

    Pelantikan hari itu memang terasa resmi, tapi sambutan Ketua Senat membuatnya lebih dari itu. Ia menjadi ruang perenungan, bukan hanya untuk para dosen dan pengurus, tapi juga untuk setiap jiwa yang pernah menapakkan kaki di kampus perjuangan ini.

    Karena menjadi institut hanyalah satu tahapan. Yang lebih penting dari itu adalah apa yang kita bawa pulang di akhir usia nanti.