Kategori: Kegiatan Mahasiswa

  • BEM STIBA Adakan Muktamar II

    bem pa1

    Regenerasi kepengurusan suatu organisasi merupakan salah satu bagian urgen dan mutlak untuk dilaksanakan oleh sebuah organisasi yang berada dalam lingkup kampus. Hal Ini sangat berkaitan erat dengan pengembangan organisasi itu sendiri, serta sebagai sebuah bentuk ajang pembelajaran bagi para mahasiswa lainnya agar dapat mengembangkan wawasan dan pengalaman yang mereka miliki.

    BEM STIBA Makassar, baru-baru ini mengadakan MUKTAMAR II dengan tema “Dengan Ilmu dan Amal, Kita Ubah Perjalanan Sejarah” yang dilaksanakan pada hari Jumat-Ahad pada tanggal 05-07 Dzhulhijjah 1436 H/18-20 September 2015 M, bertempat di Gedung Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK), Jl. Moha Lasuloro No. 59, Kec. Manggala, Makassar. Di antara agenda dari kegiatan tersebut adalah pelaporan program kerja pada semester lalu, pembaharuan AD/ART, GBHO, dan Juklak serta pemilihan pengurus baru organisasi mahasiswa intra kampus yang terdiri dari BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), Asrama, BRTM (Biro Rumah Tangga Masjid), P2B (Pengembangan dan Pengawasan Bahasa), dan Formal (Forum Mahasiswa Luar Asrama) masa bakti 1436-1437 H/2015-2016 M .

    Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Ustadz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A. selaku Ketua STIBA Makassar. Setelah memuji Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau mengingatkan kepada mahasiswa bahwasanya kepengurusan ini adalah salah satu bentuk pengabdian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Organisasi ini adalah bagian kecil dari proses pembentukan khiyaarul ummah.

    Pada acara penutupan, terpilih ketua-ketua organisasi intra kampus, yaitu:

    1. Ketua BEM : Iqbal Pri Rachmayadi
    2. Ketua Asrama : Akhmad Satrianto
    3. Ketua BRTM : Hizbullah Shaleh
    4. Ketua P2B : Haris Munandar
    5. Ketua FORMAL : Darlan

    “Kami berharap agar semua pengurus dapat bekerja sama dengan baik dan mohon dukungan serta arahan kepada Majelis Syura agar kepengurusan periode tahun ini dapat berjalan lebih baik dari kepengurusan sebelumnya,” demikian sambutan singkat dari Ketua BEM terpilih.

    bem pa2

     

     

  • UKM Raudhatul Huffaazh Sukses Adakan LPjS Periode 1436-1437 H/2015-2016 M

    raudatul huffazh

    Setelah sukses mengadakan Daurah Sebulan Menghafal  al-Qur’an Jilid II, UKM Raudhatul Huffaazh kembali melanjutkan salah satu proker penting yang bertujuan untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas kepengurusan pada periode selanjutnya, yaitu Laporan Pertanggungjawaban Semesteran (LPjS).  Acara ini berlangsung pada hari Jumat, 27 Dzulqa’dah 1436H bertepatan dengan 11 September 2015 pukul 14.15 – 17.30 WITA di Pusat Kegiatan Mahasiswi STIBA Makassar.

    Dalam LPJS ini UKM Raudhatul Huffaazh mengambil tema  dari firman Allah di Surah al-Najm ayat 39 “وأن ليس لللإنسان إلا ما سعى “ dengan harapan para pengurus bisa lebih memaksimalkan diri dalam mengemban amanah. LPJS ini terlaksana atas partisipasi 5 orang panitia dan dihadiri oleh muhaffizhaat, pengurus, serta para undangan dengan total jumlah 48 orang. Dalam kegiatan ini, UKM Raudhatul Huffaazh menyampaikan laporan pelaksanaan proker yang dibacakan oleh Ketua UKM Raudhatul Huffaazh. Alhamdulilah, dengan taufiq dari Allah sebagian besar telah terlaksana, adapun yang belum terlaksana seperti kajian pengurus dan tahfizh eksternal, itu disebabkan karena kurang maksimalnya kinerja pengurus dan waktu pelaksanaannya bertepatan dengan kegiatan mahasiswa yang juga diprioritaskan. Selama kegiatan ini berlangsung para peserta diberi kesempatan untuk memberikan kritik dan saran atas laporan pertanggungjawaban, guna meningkatkan kualitas kinerja pengurus di periode selanjutnya.

    Acara ini dirangkaikan dengan reshuffle dengan penambahan 3 orang pengurus baru yang dipandu langsung oleh Kasub Unit Kegiatan Mahasiswi STIBA Makassar Ustadzah Riska Nasrun, Lc. Hal ini dilakukan mengingat adanya penambahan program kerja baru. Beliau menekankan kepada seluruh anggota kepengurusan untuk menjaga komitmen dan tanggung jawab dalam menjalankan amanah yang diemban. Kegiatan ini ditutup dengan nasihat dari Kepala Bagian Keputrian STIBA Ustadzah Armida Abdurrahman, Lc. agar para pengurus senantiasa memberikan perhatian khusus kepada al-Qur’an, karena hal tersebut merupakan suatu mizah UKM Raudhatul Huffaazh serta menjaga dengan baik amanah dan kepercayaan umat.

  • BEM Putri STIBA Makassar Bersidang Rumuskan Lpj Semesteran

    BEM Putri STIBA Makassar Bersidang Rumuskan Lpj Semesteran

     

    bem pi

    Semester ganjil Tahun Ajaran  1436-1437 H/2015-2016 M ini,  para pengurus BEM Putri mengawali kerja-kerja kepengurusan dengan melakukan evaluasi dan pergantian beberapa personil, hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja kepengurusan selama satu semester ke depan.

    Kegiatan Laporan Pertanggungjawaban Semesteran (LPJS) ini dilaksanakan pada hari Ahad, tanggal 22 Dzulqa’dah 1436 H/ 6 September 2015, dihadiri oleh pengurus BEM Putri yang berjumlah 54 orang dan juga mengundang beberapa mantan pengurus BEM Putri, pengurus Asrama, UKM Raudhatul Huffaazh dan perwakilan dari setiap kelas.

    Acara dibuka tepat pada pukul 08.00 WITA oleh MC dan dilanjutkan dengan tilawah al-Qur’an.  Kemudian kesempatan pertama persentase laporan pertanggungjawaban diberikan kepada Departemen Sosial dipanel dengan Departemen Tahsin Qiraatil Qur’an (TQ2). Pada sesi ini peserta sidang cukup proaktif memberikan pertanyaan dan masukan. Di antara hal yang banyak  disoroti oleh peserta adalah masih banyaknya masyarakat sekitar kampus yang belum belajar ilmu tajwid atau belajar al-Qur’an.

    Setelah Departemen TQ2 dan Departemen Sosial selesai, kesempatan kedua diberikan kepada Departemen Kaderisasi dipanel dengan Departemen Dakwah. Di antara hal menjadi perhatian peserta adalah sedikitnya jumlah dana yang dimiliki 2 departemen ini dan realisasi  daurah SKS (Satu Kader Satu) yang masih jauh dari target atau belum menembus angka 20 %.

    Kesempatan terakhir diberikan kepada Departemen Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). Berbeda dengan departemen sebelumnya di mana LPJS dibacakan oleh Ketua Departemen, LJPS Departemen Diklat dibacakan oleh Sekertaris  Depatemen, hal ini disebabkan karena Ketua Depertemen Diklat mengambil cuti.

    Pembacaan LPJS semua departemen selesai pada pukul 12:45.  Setelah break untuk sholat dan makan siang sampai pukul 13:45, pembacaan LPJS pada sesi berikutnya dilakukan oleh Pengurus Inti  sekaligus mengakhiri pembacaan laporan pertanggungjawaban seluruh pengurus, sampai masuk waktu Ashar.

    Setelah shalat Ashar acara dilanjutkan dengan pembacaan nama-nama pengurus baru antar waktu (reshuffle) yang diawali dengan taujihat dari Kepala Bagian Keputrian STIBA Makassar Ustadzah Armidah, Lc. Di antara nasihat yang disampaikannya adalah agar para pengurus menjaga tawazun dalam mengemban dua amanah besar, sebagai thalibah al-‘ilmi asy-syar’i dan sebagai pengurus. “Kita tidak inginkan ada pengurus yang aktif mengurus dakwah tapi di kelas mendapatkan sorotan dari para dosen, atau sebaliknya memiliki prestasi akademik yang baik tapi tidak perhatian pada amanah,” tegas beliau.

    Semoga dengan LPJS ini memberikan motivasi baru bagi para pengurus untuk menyebarkan dakwah kepada masyarakat sekitar. (rn)

     

     

     

  • Daurah Sebulan Menghafal Al-Qur’an

    Daurah Sebulan Menghafal Al-Qur’an

    daurah akhwat

    Daurah Sebulan Menghafal Al-Qur’an, adalah salah satu program kerja Unit Kegiatan Mahasiswi   Raudhatul Huffazh yang dikhususkan untuk mencetak para penghafal Al-Qur’an, dengan melalui  tahapan seleksi,  karantina  dan haflah ikhtitam.

    Pada Daurah Sebulan Menghafal Al-Qur’an yang sudah memasuki Jilid II ini, karantina diadakan  pada tanggal 11 Syawwal-13 Dzulqa’dah 1436 H atau 28 Juli- 28 Agustus 2015, bertepatan dengan liburan panjang akhir tahun akademik. Dibandingkan dengan daurah sebelumnya, minat mahasiswi dan alumni untuk mengikuti daurah ini meningkat. Ini nampak dari jumlah peserta yang mendaftar dan ikut seleksi sebanyak 58 orang dan yang lulus 42 orang. Walaupun tidak semua peserta karantina mampu  bertahan sampai akhir, hari pertama karantina 4 orang peserta mengundurkan diri dan yang mengikuti karantina sebanyak 38 orang, peserta yang bertahan sampai hari terakhir karantina dan penutupan 37 orang.

    Kendala yang dihadapi para peserta pada masa karantina di antaranya semangat yang mulai surut di pertengahan karantina, masalah keluarga, kurang sabar dan terburu-buru ingin menyelesaikan hafalan dan masalah-masalah yang lain, yang masih berada dalam batas kewajaran atau sunnatullahdemikianlah ketika kita mencita-citakan hal yang besar tentu membutuhkan pengorbanan yang besar pula. Dan hal ini sudah cukup dipahami oleh pelaksana, panitia dan para muhaffizhah. Sehingga ketika terjadi masalah panitia dengan sigap berusaha memberikan solusi, di antaranya dengan memberikan taujihaat, sharing dengan peserta dan tips-tips menghafal untuk para peserta.

    Dari segi pencapaian target, pada  daurah dengan tema “Al-Qur’an di Dadaku Syurga Harapanku” ini 9 orang menyelesaikan hafalan 30 juz—alhamdulillah.  Selebihnya hanya mampu menyelesaikan sampai 20 juz dan paling sedikit 17 juz. Jumlah  ini meningkat dibanding pencapaian hafalan di daurah sebelumnya, di mana hanya 7 orang yang mampu menyelesaikan hafalan 30 juz.

    Momen  terakhir kegiatan ini adalah haflah ikhtitam, yang diadakan sehari setelah masa karantina pada tanggal 14 Dzulqa’dah 1436 H, 29 Agustus 2015. Acara dimulai dengan sambutan oleh Ketua Panitia, Ketua UKM Raudhatul Huffazh, Kepala Sub Unit Kegiatan Mahasiswi, dan Kepala Bagian Keputrian. Dalam sambutannya, Kepala Bagian Keputrian menitipkan pesan dan harapan kepada para peserta, agar senantiasa menjaga hafalan dan semoga para penghafal al-Qur’an bukan hanya sebatas menghafal ayat-ayatnya tapi menjaga aturan-aturan dan hukum-hukum Allah yang ada di dalamnya, serta mampu menjadi qudwah bagi orang di sekitarnya sehingga pantas meraih kedudukan sebagai ahlullah wa khashshatuhu (keluarga dan orang-orang terkhusus Allah).

    Suasana haru menyelimuti peserta serta para undangan ketika salah satu peserta menyampaikan pesan dan kesan, bagaimana perjuangannya untuk melewati rintangan yang tidak sedikit sehingga bisa  menyelesaikan hafalan 30 juz, karena menghafal al-Qur’an adalah nikmat yang sangat besar dan tidak semua orang diberikan nikmat kesempatan menghafalkan  kitabullah.

    Untuk memberikan nasihat dan pesan-pesan kepada para penghafal secara khusus pihak panitia mengundang Ketua BP3Q DPP  Wahdah Islamiyah,  Ustadz Harman Tajang, Lc , M.H.I. Di antara pesan yang beliau sampaikan adalah pentingnya mengikhlaskan niat dalam menghafal al-Qur’an karena al-Qur’an adalah ilmu yang paling utama untuk dipelajari. Barang siapa yang mempelajarinya karena menginginkan dunia maka ia akan hina. Beliau juga mengingatkan untuk banyak muraja’ah, apalagi masa menghafal al-Qur’an yang singkat dapat mengakibatkan peserta cepat lupa.

    “Masih ada tugas yang lebih berat dari menghafal al-Qur’an, yaitu menjaga hafalan Al-Qur’an, karena sebagaimana kata ulama, “Siapa yang mendapatkan ilmu sekaligus, maka akan hilang sekaligus”, tegas Ustadz yang sudah lama menyelesaikan hafalan al-Qur’an ini.

    Dan acara ini ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada semua peserta dan penyerahan beasiswa serta  bingkisan  kepada para peserta yang menyelesaikan hafalan 30 juz. Baarakallaahu fiihinn.(*)

     

  • STIBA Raih Juara I Hafal Hadits Tingkat Nasional 2015

    STIBA Raih Juara I Hafal Hadits Tingkat Nasional 2015

    IMG-20150731-WA0023

    Satu lagi prestasi berhasil ditorehkan oleh salah seorang mahasiswa STIBA Makassar. Asri Amir, mahasiswa semester dua Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum (PMH) mempersembahkan satu medali emas dari Hifzhil Qur’an wa Assunnah Annabawiyyah Tingkat Nasional 2015 yang diikutinya belum lama ini.

    Lomba tingkat nasional yang diadakan oleh Ar-Rahman Qur’anic Learning (AQL) pimpinan Ustadz Bachtiar Nasir ini diadakan pada tanggal 29-31 Juli 2015 di Wisma Umrah dan Haji Indonesia, Jalan Warung Buncit No 88 Mampang Square Blok C, Jakarta Selatan.  Acara ini diikuti sebanyak 48 peserta dari sejumlah pesantren.

    Para juri berasal dari Timur Tengah yang diketuai oleh Syekh Ibrahim Rod dengan tiga anggota Dewan Juri yakni Syekh Manshur Ayyash, Syekh Abkar Ruzaiq, dan Syekh Manshur Arrini.  Keempat juri ini menguji dan menilai tiga cabang/kategori lomba Hifzhil Qur’an dan dua cabang Hadits.

    Asri Amir berhasil meraih peringkat pertama pada kategori Hifzhul Hadits Arbain an-Nawawi wa Ibnu Rajab beserta syarah mufradatnya.

  • Muhadatsah, Kiat Mahasiswa STIBA Latih Percakapan Bahasa Arab

    Muhadatsah, Kiat Mahasiswa STIBA Latih Percakapan Bahasa Arab

    IMG_0836

    Salah satu kegiatan rutin setiap Rabu pagi usai shalat Subuh di Kampus STIBA adalah latihan percakapan bahasa Arab (Muhadatsah). Meskipun dalam percakapan sehari-hari mahasiswa diwajibkan berbahasa Arab, namun ada yang berbeda dengan kegiatan ini. Mahasiswa dibagi dalam 11 kelompok di mana tiap kelompok terdiri dari 20 mahasiswa dengan satu orang pembina dari mahasiswa senior. Tema percakapan berbeda setiap pekan. Fungsi pembina membantu mengawasi dan membenarkan ungkapan yang keliru dari setiap anggota kelompok.

    Menurut Khaerul Tasnim, mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum (PMH) semester enam yang juga menjabat Ketua Biro Pengawasan dan Pengembangan Bahasa (P2B), kegiatan Muhadatsah ini hanya diperuntukkan bagi mahasiswa semester satu sampai empat.

    “Setiap pekan keempat diadakan lomba dan diikuti seluruh perwakilan kelompok. Sebagai jurinya Ustadz Muhammad Ikhwan Abdul Djalil dan Ustadz Ahmad Syaripudin,” ujarnya menambahkan.

    STIBA Makassar adalah lembaga pendidikan sekaligus pembinaan. Karena itu, pihak STIBA terus berupaya membantu mengarahkan mahasiswanya untuk menggunakan waktu mereka selama di kampus untuk hal-hal bermanfaat. Tak hanya belajar di kelas, di luar jam pelajaran pun mahasiswa diarahkan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang sifatnya pembinaan baik mental, fisik, maupun wawasan.

    IMG_0834 IMG_0820 IMG_0816 IMG_0838

     

  • STIBA Turunkan 250 Mahasiswa sebagai Mentor al-Fatihah Majelis Akbar Relawan Qur’an

    STIBA Turunkan 250 Mahasiswa sebagai Mentor al-Fatihah Majelis Akbar Relawan Qur’an

    zaitn

    Ahad, 29 Rajab 1436 H (18/5) main hall Celebes Convention Centre (CCC) yang beralamat di Jalan Metro Tanjung Makassar dipadati sekira 7.000-an jamaah yang seluruhnya adalah laki-laki. Hari itu, Ormas Wahdah Islamiyah menggelar Majelis Akbar Relawan Qur’an, sebuah upaya yang dilakukan sekelompok relawan dari berbagai elemen masyarakat untuk lebih membumikan al-Qur’an di nusantara.

    Majelis Akbar ini diawali dengan pembacaan kitab suci Alquran oleh salah seorang guru besar Universitas Ummul Quro Saudi Arabia, Prof. Dr. Isa al-Masmili hafizhahullah dan dibuka secara resmi oleh Walikota Makassar Ir. H. Moh. Ramdhan Pomanto sekaligus melantik perwakilan tujuh elemen masyarakat Relawan Qur’an.

    Ketua Umum Wahdah Islamiyah Ustadz DR. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A. selain memberikan kata sambutan di awal acara juga sebagai narasumber utama dengan membawakan materi Alquran Solusi Abadi. Sementara narasumber kedua Ustadz Harman Tajang, Lc., M.H.I. membawakan materi 1 Jam Tuntas Ummul Qur’an. Pada sesi ini, dosen Alquran dan tafsir di STIBA Makassar ini secara singkat menjelaskan cara membaca Surah al-Fatihah yang sesuai dengan hukum-hukum tajwid yang benar.

    Usai pemaparan dari Ustadz Harman Tajang, para mentor al-Fatihah yang berjumlah ratusan orang kemudian mengambil alih tahsinul qira’ah ini dengan membagi para peserta dalam beberapa kelompok kecil. Sebanyak 300 kelompok terbentuk pada kesempatan itu dan akan dilanjutkan pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.

    STIBA Makassar sendiri telah menurunkan 200-an lebih mahasiswanya untuk menjadi mentor Surah al-Fatihah dalam kesempatan ini. Tugas mereka selanjutnya adalah menjadi pembina-pembina bagi para siswa di sekolah-sekolah menengah atas yang ada di kota Makassar, sebagaimana disebutkan dalam salah satu poin MoU dengan Dinas Pendidikan yang penandatanganannya juga dilaksanakan pada kesempatan Majelis Akbar ini.

    rq6 rq8rq9 rq5 rq4 rq12IMG_1104 IMG_1117rq3rq1

     

  • STIBA Makassar Sabet Juara II dalam Musabaqah al-Mahir bi Fahmil Qur’an

    STIBA Makassar Sabet Juara II dalam Musabaqah al-Mahir bi Fahmil Qur’an

    DSC_0240

    Untuk pertama kalinya STIBA Makassar (Ma’had al-Wahdah) mengutus tiga mahasiswa penghafal al-Qur’an untuk mengikuti Musabaqah al-Mahir bi Fahmi al-Qur’an. Ketiganya adalah mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum, Mu’tashim Billah (Semester VI), Ashri Amir (Semester II), dan Idris Ridwanul Haq (Semester II). Musabaqah al-Mahir bi Fahmi al-Qur’an tahun ini kembali diadakan di Ma’had Tahfizh Darul Qur’an pimpinan Ustadz Yusuf Mansur.

    Musabaqah al-Mahir bi Fahmi al-Qur’an adalah jenis lomba pemahaman atau pendalaman al-Qur’an dengan penekanan pada pengungkapan ilmu al-Qur’an dan pemahaman kandungan ayat dalam bentuk cerdas cermat. Peserta beregu terdiri dari tiga orang dan ketiganya memiliki hak untuk menjawab. Musabaqah dilakukan dengan menampilkan minimal dua regu, dengan sistem gugur dalam babak penyisihan dan final. Lomba ini berlangsung dengan menggunakan bahasa Arab sehingga syarat peserta selain hafal al-Qur’an 30 juz juga harus cakap berbahasa Arab.

    Lomba ini bersifat nasional dan diikuti oleh beberapa utusan dari beberapa ma’had Tahfizhul Qur’an maupun ilmu syar’i, di antaranya Ma’had ar-Royah Sukabumi, Ma’had ‘Isy Karima Solo, Ma’had Wadi Mubarak Bogor, Ma’had Ibnu Abbas Klaten, Ma’had Ibnu Katsir Jember, Ma’had al-Furqan Garut, ar-Rahman Bogor, dan lain-lain.

    Pada sesi penyisihan (Senin, 04/5) utusan STIBA Makassar berhasil mengumpulkan nilai tertinggi mengungguli utusan-utusan ma’had lainnya.

    Tiga Ma’had yang berhasil lolos ke final selain STIBA Makassar adalah Ma’had ‘Isy Karima, Ma’had Ibnu Abbas, dan Ma’had Ibnu Katsir. Pada babak ini, STIBA meski baru pertama kali mengikut Musabaqah al-Mahir bi Fahmi al-Qur’an mampu menyabet peringkat II. Sementara posisi pertama berhasil diraih oleh Ma’had Ibnu Katsir. Posisi ke-3 dan ke-4 masing-masing diraih oleh Ma’had ‘Isy Karima dan Ma’had Ibnu Abbas.

    Musabaqah al-Mahir bi Fahmi al-Qur’an terselenggara atas kerjasama dengan al-Haiah al-‘Alamiyah li Tahfizh al-Qur’an dan diadakan di beberapa negara. Para pemenang pertama di setiap negara akan mengikuti Musabaqah al-Mahir bi Fahmi al-Qur’an tingkat internasional di negara yang telah ditunjuk sebagai tuan rumah musabaqah tahun ini.

    DSC_0266
  • Diklat Murabbi, Bekali Mahasiswa Kiat Mentarbiyah

    Diklat Murabbi, Bekali Mahasiswa Kiat Mentarbiyah

    IMG-20150503-WA0024

    Ahad, 3 Mei 2015 BEM STIBA Makassar menyelenggarakan Diklat Murabbi untuk para Mahasiswa STIBA Makassar yang telah duduk di marhalah takwiniyah. Pelatihan yang dibuka oleh Arif Ahmadi Yusuf selaku ketua BEM ini berlangsung sejak pukul 09:00-15.15 WITA.

    Ustadz Ir. Muhammad Taufan Jafri Lc yang menjadi pemateri pertama menjelaskan dan menegaskan urgensi amanah dalam berdakwah dan bertarbiyah “Sifat amanah adalah aset dakwah dan tarbiyah kita,” tukas beliau di hadapan 70 peserta.

    Materi inti yang membahas berbagai tujuan, keutamaan dan kurikulum Tarbiyah dibawakan oleh Ustadz Ir. Muhammad Qasim Saguni. Yang tak kalah pentingnya,  beliau juga memaparkan sembilan kiat mengatasi rasa grogi dalam menyampaikan khotbah atau tarbiyah.

    Alhasil, semoga pelatihan ini dapat menjadi bekal dan modal serta menambah kepercayaan diri para mahasiswa ketika turun berdakwah dan mentarbiyah kaum muslimin sekarang dan di masa yang akan datang. (Andang Supriana)

    IMG-20150503-WA0025 IMG-20150503-WA0026

  • Tabligh Akbar: Pemuda yang Tumbuh dalam Ketaatan kepada Allah

    Tabligh Akbar: Pemuda yang Tumbuh dalam Ketaatan kepada Allah

    IMG_0666

    Salah seorang ulama yang telah bertahun-tahun secara rutin mengunjungi STIBA Makassar adalah Syaikh Abdullah bin Salim al-Harbi—hafizhahullah. Sabtu malam, tepatnya pada tanggal 24 Jumadal Ula 1436/14 Maret 2015, Syaikh Abdullah al-Harbi kembali menginjakkan kaki di Kota Makassar.

    Mengawali agendanya di Kota Daeng, pagi harinya di Aula STIBA Putri, digelar Tabligh Akbar bertema “Syaab Nasya-a fi ‘Ibadatillah” (Pemuda yang Tumbuh dalam Ketaatan kepada Allah). Lalu dilanjutkan dengan taklim di Masjid Quba Kompleks Perumahan Azalea Panakkukang. Taklim ini juga dihadiri oleh mantan gubernur Sulawesi Selatan Bapak Amin Syam.

    Selain mingisi daurah di aula STIBA Putri untuk para mahasiswa STIBA, agenda syaikh lainnya adalah menjadi narasumber daurah muslimah yang diadakan oleh LM DPP WI di kantor pusat Wahdah Islamiyah. Selain itu, mengisi taklim antara Magrib Isya di beberapa masjid seperti Masjid Bukit Baruga Antang dan Masjid Ali Hizam Tamalanrea.

    Berikut transrip ceramah Syaikh Abdullah bin Salim al-Harby dalam acara Tabligh Akbar dan diterjemahkan oleh Ustadz Fadhlan Akbar, Lc., M.H.I.

    =================================

     

    Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat serta salam kepada baginda Rasulullah shallalaahu ‘alaihi wa sallam..

    Saya sangat bahagia karena saya berada di hadapan pemuda-pemudi yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah..

    Saya akan menceritakan kisah salah seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah. Setelah menceritakan kisah ini, barulah saya akan mengomentari hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang tujuh golongan yang dinaungi oleh Allah di hari kiamat, dengan harapan, contoh ini dapat melekat kuat di benak kita lalu dapat kita terapkan dan aplikasikan.

    Mari kita mulai dengan perang Uhud yang terjadi pada tahun ke-3 H. Ketika perang Uhud usai, maka nampaklah bahwa ternyata perang ini telah menyisakan puluhan tentara yang gugur dan terluka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memeriksa para sahabat yang terbunuh dalam perang tersebut. Saat beliau memeriksa, beliau juga dalam keadaan terluka. Rasulullah memerika satu persatu pasukannya, ini menunjukkan betapa perhatian beliau terhadap umatnya. Pada saat itu beliau berhenti pada salah seseorang yang syahid, beliau berdiri di kepalanya lalu mengangkat kedua tangannya memohon doa, lalu air matanya berlinang kemudian membaca ayat, “Di antara orang-orang yang beriman itu ada orang yang menunaikan perjanjiannya dengan Allah….”

    Lalu siapakah sahabat ini? Dialah Mush’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu. Beliau adalah pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah.

    Mari sejenak kita menelusuri perjalanan kehidupan Mush’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu.

    Sebelum masuk Islam, dahulu beliau sering berkeliling di kota Makkah, melewati pasar-pasar. Ia hadir di saat orang–orang sedang berkumpul. Seorang pemuda yang ramah, harum semerbak, pemuda yang kaya raya. Tidaklah ia makan kecuali dengan makanan terbaik, memakai pakaian terbaik, menggunakan kendaraan termewah, tinggal di rumah yang terindah. Ia adalah pemuda yang sangat tampan. Mungkin perumpamaan saat ini adalah pemuda yang menggunakan mobil termewah, baju bermerk, dan semua orang yang memandangnya dengan tatapan ingin memiliki apa yang ia miliki. Atau diibaratkan jika seorang gadis, seperti seorang gadis yang memiliki harta yang berlimpah, cantik rupawan, kaya raya, punya banyak perhiasan, makan di restoran termewah, di mana seluruh wanita iri dan ingin memiliki seluruh kenikmatan ini.

    Sedang Ibu Mush’ab adalah wanita kaya raya. Ia memberikan segala apa yang diinginkan Mush’ab, beliau sangat mencintai dan memanjakan Mush’ab. Apakah kita bisa membayangkan pemuda ini akan dengan mudah meninggalkan semua kenikmatan yang dimilikinya? Bayangkan sesorang pemuda dengan kendaraan terbaru, menggunakan pakaian termahal, parfum no. 1, makan di restaurant berkelas. Apakah akan mudah baginya meninggalkan segala keutamaan ini?

    Di zaman kita, seseorang terfitnah meski hanya memiliki sebuah HP jadul. Atau terfitnah hanya karena motor butut. Terfitnah hingga meninggalkan shalat jamaah. Terfitnah dengan kenikmatan sederhana seperti ini. Boleh jadi seorang wanita terfitnah dan mendapatkan bencana hanya karena perhiasannya, ketika ia memilikinya ia seolah memiliki segalanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bukanlah kefakiran yang aku takutkan atas kalian, akan tetapi aku khawatir akan dibuka lebar (pintu) dunia bagi kalian, seperti telah dibuka lebar kepada orang-orang sebelum kalian. Nanti kalian akan saling bersaing untuk mendapatkannya, sebagaimana mereka telah bersaing untuknya. Nantinya (kemewahan) dunia akan membinasakan kalian seperti telah membinasakan mereka.” (HR. Al-Bukhari Muslim).

    Oleh karenanya, sangat dianjurkan bagi kita untuk berdoa dan memohon kepada Allah, minta kepada Allah agar seluruh kenikmatan yang diberikan kepada kita dapat mendekatkan kita kepada Allah. Bukan menjadi fitnah dan musibah bagi kita.

    Inilah Mush’ab bin umair disuatu hari berjumpa dengan Rasulullah, pada perjumpaan yang pertama, dan disini pulalah beliau masuk kedalam Islam. Kecintaan beliau pada Allah dan Rasulullah mengalahkan kecintaannya pada dunia.Dan setelah keislamannya.

    Maka berbaliklah keadaaan Mush’ab bin Umair setelah keislamannya. Yang sebelumnya makan makanan nikmat kini kelaparan dan dahaga menyertainya, yang dahulu memakai baju terindah kini tinggal pakaian yang lusuh dan usang. Apakah ada orang yang memaksanya dengan keadaan ini? Ini terjadi datang dari keinginannya sendiri. Bukankah kebahagiaan itu dengan ketenaran, harta dan kedudukan? Beliau telah merasakan kekayaan dan seluruh kenikmatan itu, ia telah memiliki segalanya, namun beliau belum merasakan kebahagiaan yang hakiki. Tapi setelah beliau masuk Islam barulah beliau merasakan kebahagiaan. Karena itu, ia mencukupkan untuk dirinya apa yang ia perlukan saja dari dunia. Karena dunia ini fana dan akan meninggalkannya. Dan inilah petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau mampu mengumpulkan harta, terlebih di akhir kehidupannya. Rasulullah mendapatkan ganimah (rampasan perang) yang melimpah, tapi Rasulullah tidak menumpuk harta-harta itu untuk dirinya.

    Di suatu hari, Mush’ab melewati suatu jalan lalu melintasi sahabat, para sahabat  yang melihat Mush’ab bin Umair menundukkan kepala mereka. Air mata mereka berlinang. Mengapa? Karena keadaan Mush’ab yang jauh berbeda dari keadaannya sebelum masuk ke dalam Islam. Pakaian yang dikenakan Mush’ab kini pakaian yang telah ditambal-tambal. Sedangkan mereka ingat pakaian yang dipakai Mush’ab sebelum masuk Islam merupakan pakaian terbaik dengan wangi yang luar biasa semerbaknya.

    Duhai, pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah seharusnya tahu hakekat kehidupn ini. Kita harus pahami hakekat dunia dan akhirat sebaik-baiknya. Hingga dapat memotivasi kita untuk beramal dengan amalan terbaik, menolong orang-orang di sekitarnya dan membawa kita memahami posisi kita pada hakekat dunia dan akhirat itu sendiri.

    Seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah sejatinya akan memahami bahwa dunia ini hanya sementara, bukan tujuan, akan ditinggalkan, berapapun umurnya pasti ia akan mati. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ”Dan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal”, inilah manhaj seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah.

    Dari kisah seorang sahabat yang agung Mush’ab bin Umair, kita dapat mengambil beberapa sifat luar biasa.

    Sifat yang harus dimiliki oleh para pemuda, di antaranya:

    1. Mencintai Allah dan Rasul-Nya di atas segalanya.
    2. Memahami hakekat dunia dan akhirat.
    3. Sifat yang kita dapat ambil dari kisah Mush’ab sesuai dengan keadaan-keadaannya:
    • Keadaan pertama, ketika Ibu Mush’ab menggunakan semua sarana ancaman untuk mengeluarkan Mush’ab dari agama Islam yang baru dianutnya. Bahkan suatu hari Mush’ab dibelenggu. Ibunya memboikot Mush’ab, lalu bersumpah tidak akan makan dan minum, serta tetap duduk di bawah panas matahari dan tidak akan bergeser hingga Mush’ab meninggalkan agama Islam.
    • Keadaan kedua terjadi pada masa pemboikotan masyarakat Makkah kepada Rasulullah dan kaum muslimin. Hingga berhari-hari muslimin tidak makan, termasuk Mush’ab. Beliau mengganjal perutnya dengan batu menahan rasa lapar, hingga beliau tersungkur karena lemah. Maka para sahabat membopong beliau.
    • Mush’ab yang hijrah ke Habasyah (Ethopia) yang berada di Selatan Afrika, atas perintah Rasulullah. Dan perjalanan ini tidaklah mudah. Perjalanan yang sulit dan panjang.

    Sifat yang terdapat dalam ketiga keadaan Mush’ab:

    Sabar pada keadaan pertama, menyikapi ibunya. Seorang pemuda yang berada pada keadaan dibenci, dimusuhi oleh orang yang paling dekat dengan dirinya, ibu kandungnya sendiri. Kesabaran ini di atas kebenaran yang ia miliki. Dari sini, kita membawa pada kehidupan kita, ketika kita berada dalam sebuah kebenaran, mungkin kita akan mendapatkan permusuhan, intimidasi, celaan, dari orang yang paling dekat dari kita, maka kita harus bersabar. Bersabar atas segala penyiksaan dari orang yang paling dekat dari kita. Begitu pula dengan seorang ukhti yang mendapatkan tantangan dari saudaranya, ibunya, bapaknya, maka ia harus menyabarkan dirinya karena ia berada dalam kebenaran.

    Saya mengingat ketika masih SMP, sekitar umur 12 tahun. Dan ketika itu Allah telah memberikan kepada saya hidayah untuk berpegang teguh di atas kebenaran. Dan saat itu saya sudah mulai prinsip Islam, saya sudah mulai menyebarkan salam, tidak isbal, dan menumbuhkan jenggot satu atau dua helai. Suatu hari saat perkumpulan antara siswa-siswa dan guru-guru, dan saat itu tidak ada yang seperti saya kecuali mugkin 1 orang. Sehingga orang-orang mengatakan: “Mengapa kalian seperti ini? Ini kolot.”

    Dan saat itu saya selalu mendapatkan intimidasi, dan celaan di sekolah dan di pasar, namun tidak ada jalan lain saat itu kecuali bersabar. Dan setelah berlalu beberapa masa, SMA hingga ke jenjang kuliah, mulai bergabung dengan komunitas masjid, mulai ceramah di mimbar-mimbar pada hari Jum’at. Maka mulailah datang orang-orang yang dulu mencela kami, bahkan mereka mencium kepala kami, sebagai tanda penghormatan. Bahkan mereka membawa anak-anak mereka.

    Boleh jadi kalian juga berada pada kondisi yang sama. Namun sebenarnya ini belum seberapa, di sana ada para ustadz yang mendapatkan penyiksaan  lebih dari ini. Namun, mereka tetap teguh dan bersabar.

    Ketika kita menghadapi tantangan seperti ini, maka kita harus bersabar. Dan ketika kita bersabar, lalu tersenyum, maka sesungguhnya kita telah mengamalkan sunnah Rasulullah tanpa kita sadari.

    Inilah sifat pertama yang harus dimiliki.

    Lalu, kita dapati dari kisah Mush’ab bersabar dalam menghadapi takdir meskipun takdir itu menyakitkan.

    Ada pula kesabaran yang lain, yaitu teguh dalam menjaga dan memilihara kebenaran yang diyakini. Ketika Mush’ab berhijrah atas perintah Rasulullah untuk membawa agamanya. Itu artinya beliau bersabar menjaga keyakinannya. Berhijrah meninggalkan kampung halaman demi menjaga agamanya

    Juga Mush’ab memiliki sifat utama ketika diutus menjadi da’i. Beliau menjalankan amanah dakwah ini dengan baik. Beliau serius dalam menjalankan amanah, menjawab pertanyaan para tokoh saat itu. Oleh karenanya, lihat siapakah yang masuk Islam melalui dakwah Mush’ab bin umair? Mayoritas dari mereka dari kaum Anshor. Tokoh-tokoh masyarakat Anshor masuk Islam melalui tangan Mush’ab bin umair.

    Kita dapat melihat perjalanan dakwah Mush’ab bin umair, ketika Sa’ad bin Ubadah datang bersama Ash’ad bin Dzura kepada Mush’ab, dan di samping beliau duduk salah seorang sahabat  lalu berkata kepada Mush’ab, “Wahai Mush’ab, engkau harus jujur kepada Allah dalam berdakwah pada orang ini (Sa’ad bin Ubadah). Karena ia  adalah pemimpin kaum, jika ia beriman maka berimanlah seluruh orang yang berada dalam kaum ini”

    Maka jujurlah dalam berdakwah kepada Allah, sampaikan apa adanya kebenaran yang telah kalian ketahui. Rasulullah bersabda “Sampaikanlah dariku meski hanya satu ayat.”

    Anda telah menghafal satu doa, satu ayat, maka ajarkanlah!

    Para pemuda yang tumbuh dalam ketaatan pada Allah, dari sirah ini kita lihat kecintaan dan loyalitas kepada orang-orang beriman, dan berlepas diri terhadap orang-orang kafir. Kita lihat, ketika beliau masuk Islam apakah beliau goyah dengan intimidasi yang yang dialaminya?

    Dan dalam kisah setelah berakhirnya perang Badr Mush’ab melewati seorang Anshor yang sedang menawan saudara kandung Mush’ab, sahabat Anshor ini mengikat tangannya dengan tangan saudara Mush’ab, lalu Mush’ab berkata pada orang Anshor ini, “Kuatkanlah ikatannya, sesungguhnya ibu orang ini adalah orang yang kaya, ia akan menebus anaknya dengan tebusan harta yang banyak.” Saudara kandungnya berkata, “Wahai Mush’ab, mengapa kamu mengatakan seperti itu, aku adalah saudara kandungmu.” Mush’ab berkata, “Kamu bukan saudaraku, yang menawanmu ini adalah saudaraku”.

    Sifat yang lain adalah berpegang teguh dengan prinsip yang ia yakini sampai ia mati. Pada perang Uhud, beliau yang memegang bendera kaum muslimin. Pada saat itu panji bendera perang harus tetap berdiri. Panji bendera perang adalah sesuatu yang sangat sakral, sebab jika bendera tetap berdiri tegak maka akan memberikan keamanan bagi pasukan. Namun, jika bendera perang jatuh, maka hal ini akan mendatangkan rasa takut dan cemas pada hati-hati pasukan dan menyebabkan kekalahan. Dan siapakah pemegang panji perang pada perang uhud? Ialah Mush’ab bin umair. Saat itu ketika Mush’ab memegang bendera dengan tangan kanannya, maka datanglah musuh memotong tangan kanannya, lalu beliau memegang tangan kirinya, lalu terpotonglah tangan kirinya, maka beliau menahan bendera dengan ototnya yang tersisa maka datanglah tebasan ketiga yang akhirnya membunuhnya.

    Sifat-sifat yang telah kita sebutkan tadi tidak khusus untuk para lelaki, tetapi juga harus dimiliki oleh para wanita. Inilah sifat-sifat pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah dan akan mendapatkan ganjaran yang besar.

    Pada hari kiamat, Allah akan mengumpulkan seluruh manusia dari generasi pertama hingga generasi terakhir. Hari yang amat dahsyat. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk mempersiapkan diri demi menghadapi hari ini. Allah telah memberitakan pada kita keadaan ini pada surah Al Hajj, “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Rabb kalian; sungguh guncangan (hari) kiamat itu adalah suatu (kejadian) yang sangat besar.

    Pada hari itu seorang ibu tidak akan memperhatikan anaknya yang sedang ia susui, mereka mengurus diri sendiri. Pada saat itu pula Allah mengisahkan anak-anak kecil menjadi orang tua, rambutnya, kulitnya berubah seketika. Pada hari itu Allah mendekatkan matahari sedekat-dekatnya sehingga jaraknya hanya satu mil. Tubuh manusia dibanjiri keringat sesuai dengan amal masing-masing. Di antara mereka ada yang keringatnya hingga mata kaki, lutut, perut. Dan dalam riwayat shohih bahwa jumlah keringat pada hari itu 70 hasta jauh dan dalamnya.

    Dan dalam hadits disebutkan ada tujuh golongan yang Allah akan naungi di mana tidak ada lagi naungan selain dari-Nya. Ketika kita tahu tentang keadaan ini seharusnya kita berupaya untuk menshalehkan diri kita dan orang lain, yang pada hakekatnya ini akan bermanfaat bagi diri kita sendiri.

    Kita berdoa kepada Allah semoga kita semua termasuk kedalam tujuh golongan yang akan mendapatkan perlindungan khusus dari Allah. Siapa mereka?

    1. Imam yang adil
    2. Pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah
    3. Dua orang yang saling mengasihi dan mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena Allah.
    4. Orang yang terpaut hatinya dengan masjid.
    5. Seorang yang diajak untuk berzina, lalu berkata : Aku takut kepada Allah.
    6. Orang yang selalu berdzikir kepada Allah.
    7. Orang yang bersedekah dengan tangan kanannya dan tangan kirinya tidak mengetahui.

    IMG_0655 IMG_0657

     

    Foto: Tabligh Akbar “Pemuda yang Tumbuh dalam Ketaatan kepada Allah”

    IMG_0733

     

    Foto: Daurah Syar’iyah untuk para mahasiswa

    IMG_0738

     

    Foto: Taklim di masjid Ali Hisazam Tamalanrea