(STIBA.ac.id) Maros (15/03/2025)– Ada cara unik yang dilakukan Mahasiswa KKN VIII STIBA Makassar Posko I Desa Kurusumange untuk lebih dekat dengan pemuda desa. Bukan lewat seminar atau diskusi formal, tapi lewat Fun Futsal!
Bertempat di Lapangan Mandala Futsal, program ini sukses menarik perhatian berbagai kalangan, mulai dari anak-anak SDN 52 Panasakkang, remaja, hingga pemuda dari berbagai dusun di Desa Kurusumange. Demi meramaikan acara, mahasiswa KKN bahkan turun langsung mencari anak-anak muda yang tertarik bergabung, tiga hari sebelum kegiatan dimulai.
Hasilnya? Antusiasme luar biasa! Para pemuda desa sangat menikmati suasana kebersamaan yang terjalin lewat pertandingan futsal santai ini.
Salah satu peserta, Rifki dari Dusun Ka’bung, menyampaikan harapannya agar kegiatan seperti ini bisa terus berlanjut. “Futsal bersama sangat memberikan efek besar terhadap kedekatan antara pemuda dan mahasiswa KKN STIBA. Semoga tidak hanya sekali atau dua kali, tapi bisa rutin diadakan. Insyaallah saya juga akan mengajak lebih banyak teman lain untuk bergabung.”
Senada dengan itu, Nursal selaku Koordinator Posko I Desa Kurusumange berharap semangat kebersamaan ini tetap terjaga selama masa KKN berlangsung. “Semoga dengan adanya program ini, mahasiswa KKN dan para pemuda makin solid selama kami masih berada di Desa Kurusumange.”
Kegiatan ini membuktikan bahwa menjalin keakraban tidak harus selalu dengan acara formal. Kadang, cukup dengan bola dan semangat kebersamaan, hubungan bisa terjalin lebih erat!
(STIBA.ac.id) Maros – Bulan Ramadan selalu menjadi momen yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai Islam pada anak-anak. Salah satu cara yang dilakukan oleh SDN 119 Wasito adalah menggelar Pesantren Kilat selama tiga hari, dari Rabu hingga Jumat (13–15 Maret 2025). Kegiatan ini menghadirkan mahasiswa KKN STIBA Makassar sebagai pemateri, dengan tujuan meningkatkan pemahaman keislaman serta membentuk karakter islami siswa.
Hari Pertama: Semangat Menuntut Ilmu dan Belajar Wudu
Kegiatan dimulai dengan Salat Duha berjemaah, diikuti dengan tadarrus Al-Qur’an, yang menjadi bagian dari pembiasaan amalan harian di bulan Ramadan. Setelah itu, acara resmi dibuka oleh Kepala Sekolah SDN 119 Wasito, Ibu Erni Hendrayani. Dalam sambutannya, beliau berpesan agar para siswa mengikuti kegiatan ini dengan sungguh-sungguh dan menghadirkan hati dalam setiap sesi pembelajaran.
Materi pertama yang disampaikan adalah “Indahnya Menuntut Ilmu”, yang membahas keutamaan ilmu dalam Islam dan bagaimana seorang Muslim seharusnya selalu bersemangat dalam belajar. Disajikan dengan metode interaktif, sesi ini membuat para siswa lebih antusias dalam memahami pentingnya ilmu.
Setelah itu, dilanjutkan dengan materi “Ibadah Praktis”, yang berfokus pada cara bersuci atau wudu sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ. Dalam sesi ini, siswa tidak hanya mendapatkan teori, tetapi juga praktik langsung, mulai dari niat hingga tata cara membasuh anggota tubuh dengan benar.
Hari Kedua: Al-Qur’an sebagai Pedoman dan Adab Harian Muslim
Hari kedua dimulai dengan rutinitas Salat Duha berjemaah dan tadarrus Al-Qur’an. Materi pertama hari itu adalah “Al-Qur’an sebagai Pedoman Hidup”, yang mengajak siswa memahami pentingnya membaca, menghafal, dan mengamalkan isi Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah istirahat, sesi berikutnya membahas “Adab-Adab Harian Seorang Muslim”, yang mencakup adab dalam berbagai aspek kehidupan, seperti adab bangun tidur, berbicara, makan dan minum, hingga saat bersin dan menguap. Penyampaian yang interaktif, dengan simulasi dan praktik langsung, membuat anak-anak lebih mudah memahami dan mengingatnya.
Suasana belajar di hari kedua ini sangat kondusif dan penuh antusiasme. Para siswa tampak bersemangat, terutama saat praktik adab-adab harian, yang diharapkan dapat membentuk kepribadian islami sejak dini.
Hari Ketiga: Berbakti kepada Orang Tua dan Refleksi Akhir
Hari terakhir Pesantren Kilat SDN 119 Wasito memiliki suasana yang sedikit berbeda. Kegiatan dimulai setelah salat Ashar, dengan menghadirkan Kak Islahuddin, koordinator desa, yang menyampaikan materi bertema “Berbakti kepada Orang Tua”.
Dalam sesi ini, siswa diajak memahami pentingnya berbakti kepada orang tua, baik melalui perkataan yang lembut dan penuh hormat maupun perbuatan yang menunjukkan rasa cinta dan kepatuhan. Kak Islahuddin memberikan contoh konkret, seperti membantu orang tua tanpa disuruh, berbicara dengan santun, dan selalu mendoakan mereka.
Sebagai praktik langsung, para siswa diajak membaca doa untuk kedua orang tua bersama-sama, kemudian diminta untuk menghafalnya agar bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menjelang penutupan, diadakan acara refleksi dan pembagian hadiah bagi siswa yang paling aktif selama tiga hari ini. Suasana haru terasa ketika beberapa siswa menyampaikan kesan dan pesan mereka. Banyak yang mengaku senang dan bersyukur bisa mengikuti kegiatan ini karena mendapatkan ilmu baru yang bermanfaat.
Dalam sambutan penutupnya, Kepala Sekolah Ibu Erni Hendrayani mengapresiasi antusiasme para siswa dan dedikasi mahasiswa KKN STIBA Makassar. “Semoga ilmu yang sudah didapatkan bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi bekal untuk menjadi generasi Muslim yang lebih baik,” ujarnya.
Pesantren Kilat ini bukan sekadar kegiatan tahunan, tetapi juga bagian dari upaya nyata dalam membentuk karakter islami anak-anak sejak dini. Dengan adanya program seperti ini, diharapkan semangat belajar agama tetap terjaga, tidak hanya selama Ramadan, tetapi juga seterusnya.
Reporter: Muh. Islahuddin Dahri Foto: Tim Media Mahasiswa KKN STIBA Makassar
(STIBA.ac.id) Maros – Sabtu pagi di Masjid Al-Mujahidin, Dusun Billa, Desa Damai, suasananya beda dari biasanya. Sekitar 37 muslimah dari berbagai usia berkumpul dengan penuh antusias untuk mengikuti Taklim Muslimah Jilid 2 yang diadakan oleh mahasiswi KKN VIII STIBA Makassar (15 Maret 2025). Acara ini bukan cuma soal kajian keislaman, tapi juga ada pembagian baju preloved yang membuat para peserta makin semangat.
Mutiara Sella, salah satu mahasiswi KKN sekaligus pemateri, membawakan tema “Jangan Pandang Remeh Nikmat Allah: Syukuri yang Ada, Raih Keberkahan.” Dalam pemaparannya, ia mengingatkan pentingnya bersyukur atas setiap nikmat yang Allah berikan, sekecil apa pun itu. “Bersyukur itu bukan cuma dengan lisan, tapi juga lewat perbuatan,” jelasnya.
Sepanjang sesi, peserta aktif bertanya dan berbagi pengalaman, membuat suasana taklim terasa hidup. Salah satu ibu-ibu yang hadir bahkan mengungkapkan bahwa acara ini bukan hanya menambah ilmu, tapi juga mempererat silaturahmi antarwarga.
Yang membuat acara ini makin spesial, di akhir sesi para peserta mendapat baju preloved yang masih layak pakai. “Dapat ilmu, dapat hadiah juga! Semoga ada lagi taklim seperti ini,” ujar salah satu peserta dengan wajah sumringah.
Taklim Muslimah ini bukan sekadar kajian rutin, tapi jadi momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya bersyukur dan berbagi. Semoga kegiatan seperti ini terus berlanjut dan membawa manfaat bagi banyak orang!
(STIBA.ac.id) Maros – Antusiasme tinggi terlihat di Masjid Nurul Amin, Kelurahan Borong, saat mahasiswi KKN VIII STIBA Makassar Posko 2 menggelar Taklim Muslimah pada Sabtu, 15 Maret 2025. Kegiatan yang bertajuk “Raih Berkah Ramadan dengan Al-Qur’an” ini sukses menarik perhatian para muslimah setempat yang hadir dengan semangat belajar yang tinggi.
Menghidupkan Ramadan dengan Al-Qur’an
Ridha Mardiyah, perwakilan dari mahasiswi KKN VIII STIBA Makassar, membawakan materi seputar Keutamaan Al-Qur’an di bulan Ramadan, Cara menghidupkan Ramadan dengan Al-Qur’an, dan Motivasi untuk lebih dekat dengan kitab suci.
Taklim ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman masyarakat tentang pentingnya Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan, para peserta semakin mencintai dan mengamalkan Al-Qur’an, terutama di bulan suci Ramadan yang penuh berkah.
Diskusi Hangat dan Suasana Kekeluargaan
Jalannya acara berlangsung lancar dan penuh keakraban. Para peserta sangat aktif dalam sesi diskusi dan tanya jawab. Hal ini menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap materi yang disampaikan.
Salah satu peserta, Krg. Labbi Hj. Nurmi, mengungkapkan kegembiraannya, “Alhamdulillah, banyak ilmu baru. Semoga taklim seperti ini terus dilaksanakan.”
Tak sekadar berbagi ilmu, kegiatan ini juga mempererat ukhuwah islamiyah di antara para muslimah Kelurahan Borong.
Harapan ke Depan
Sebagai tindak lanjut, diharapkan akan ada lebih banyak program serupa yang memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat. Semoga kegiatan ini menjadi langkah awal dalam membangun generasi muslimah yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dalam setiap aspek kehidupan mereka.
(STIBA.ac.id) Maros – Suasana haru menyelimuti SMK Persatuan Indonesia Kabupaten Maros pada Sabtu, 15 Maret 2025. Setelah enam hari penuh ilmu dan inspirasi, Pesantren Kilat yang diselenggarakan oleh Mahasiswa KKN VIII STIBA Makassar resmi ditutup. Sejak dimulai pada 10 Maret, program ini mendapat sambutan hangat dari para siswa dan siswi. Dengan materi seputar tauhid, fikih ibadah, akhlak, dan motivasi islami, peserta tak hanya menyimak, tapi juga aktif berdiskusi tentang berbagai tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih dari Sekadar Pesantren Kilat
Pesantren kilat ini bukan cuma soal ceramah dan hafalan, tapi juga ruang untuk berbagi dan merenung. Para siswa diajak memahami Islam dengan cara yang lebih relevan dengan kehidupan mereka. Diskusi tentang nilai-nilai moral dan akhlak baik memantik banyak pertanyaan kritis dari peserta, yang semakin menunjukkan semangat mereka untuk belajar dan berubah. Pada acara penutupan, suasana menjadi semakin emosional. Kepala Sekolah SMK Persatuan Indonesia, Ibu Hj. Hapsah, mengungkapkan apresiasi dan harapannya dengan penuh rasa bangga.”Saya sangat bersyukur dan mengapresiasi kedatangan rekan-rekan mahasiswa KKN VIII STIBA Makassar yang dengan penuh loyalitas membina para siswa dan siswi kami. Ini adalah pengalaman berharga bagi mereka, dan saya yakin, kehadiran mahasiswa KKN STIBA Makassar menjadi langkah awal perubahan besar bagi akhlak dan kualitas pendidikan siswa kami.”
Tidak hanya itu, beliau juga menyampaikan harapan besar agar program ini terus berlanjut.
“Saya berharap setiap tahun sekolah ini selalu menjadi tempat bagi mahasiswa KKN STIBA Makassar untuk berbagi ilmu dan mendidik generasi muda kami. Kami melihat dampak luar biasa yang diberikan, dan kami ingin melihat perubahan ini terus berkembang.”
Bukan Akhir, Tapi Awal Perubahan Walau acara sudah resmi ditutup, semangatnya masih terasa. Pesantren kilat ini telah menanamkan benih kebaikan yang diharapkan terus tumbuh, membentuk generasi yang lebih kuat secara spiritual, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan zaman.
Semoga program ini tidak hanya menjadi kenangan, tapi juga titik awal bagi lebih banyak sekolah untuk membuka ruang pembinaan seperti ini. Karena membangun generasi hebat bukan soal sehari-dua hari, tapi perjalanan panjang yang harus dimulai dari sekarang.
(STIBA.ac.id) Maros – Ramadan memang selalu membawa cerita kebaikan. Salah satunya datang dari Dusun Carangki Selatan, di mana Mahasiswa KKN VIII STIBA Makassar bersama DPC Wahdah Islamiyah (WI) Tanralili dan Masjid Darul Faizin menggelar aksi Tebar Iftar Ramadan, 14 Maret 2025.
Konsepnya simpel tapi membawa kesan: berbagi hidangan berbuka langsung ke rumah-rumah warga. Bukan sekadar bagi-bagi makanan, kegiatan ini juga jadi ajang mempererat silaturahmi. Para mahasiswa dan tim bergerak menyusuri dusun, mengetuk satu per satu pintu rumah, menyampaikan paket iftar dengan senyum dan doa.
Respon warga? Luar biasa. Hampir semua yang didatangi menyambut dengan hangat, mendoakan para pelaksana, dan mengapresiasi kebersamaan yang terasa di momen ini.
Selain jadi bentuk kepedulian sosial, aksi berbagi ini juga jadi bukti bahwa sekecil apa pun kebaikan yang dilakukan, dampaknya bisa terasa besar. Harapannya, semangat berbagi seperti ini bisa terus hidup, bukan cuma di Ramadan, tapi di setiap kesempatan.
(STIBA.ac.id) Maros – Hujan gerimis yang turun di lingkungan Amma’rang sore itu tidak menyurutkan langkah mahasiswi KKN VIII STIBA Makassar Posko II Kelurahan Borong. Dengan semangat berbagi, mereka tetap menjalankan aksi Tebar Iftar pada Jumat, 14 Maret 2025.
Momen berbagi ini bukan sekadar tentang membagikan makanan berbuka, tapi juga mempererat hubungan dengan masyarakat setempat.
Kehangatan begitu terasa meskipun langit mendung. Salah satu warga yang melintas bahkan sempat bercanda dengan para mahasiswi, “Kehujanan ki, nak. Mauka payungi semua, tapi payungku cuma satu.” Sontak, ucapan itu disambut dengan tawa dan obrolan ringan, membuat suasana semakin akrab.
Dengan penuh antusias, paket iftar dibagikan langsung ke warga sekitar. Bagi para mahasiswi, kegiatan ini bukan hanya soal membantu mereka yang membutuhkan, tapi juga menumbuhkan rasa empati dan solidaritas di tengah masyarakat. Hujan yang turun seolah menjadi saksi semangat kebersamaan yang semakin erat.
Harapannya, aksi Tebar Iftar ini bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk berbagi di bulan Ramadan. Sebab, kebaikan sekecil apa pun, jika dilakukan dengan tulus, akan membawa dampak besar.
(STIBA.ac.id) Maros – Suasana di Pondok Wahdaniyatillah sore itu terasa lebih hangat dari biasanya. Para santri, guru, dan mahasiswa KKN VIII STIBA Makassar Posko Borong berkumpul dalam satu momen spesial—penutupan Pesantren Kilat dan Arabic Camp yang dirangkaikan dengan buka puasa bersama pada Kamis, 20 Maret 2025. Acara ini sekaligus menjadi penutup dari rangkaian kegiatan edukatif yang sudah berjalan sejak awal Ramadan.
Pesantren Kilat dan Arabic Camp: Dari Tajwid sampai Bahasa Arab
Pesantren Kilat sendiri berlangsung dari 8 hingga 13 Maret 2025, dengan fokus pada pelajaran fikih, tajwid, serta pentingnya menuntut ilmu agama. Mahasiswa KKN mengajarkan berbagai materi, salah satunya bab makhraj dan sifat huruf dalam tajwid, fondasi penting untuk membaca Al-Qur’an dengan benar.
Setelah Pesantren Kilat, kegiatan berlanjut dengan Arabic Camp selama tiga hari, dari 15 hingga 17 Maret. Konsep ini digagas oleh mahasiswa yang pernah aktif di UKM Fusha dan P2B STIBA Makassar. Tujuannya sederhana tapi berdampak besar: mengenalkan betapa pentingnya bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an dan kunci memahami Islam lebih dalam.
Penutupan yang Menginspirasi
Pada 20 Maret, acara penutupan dimulai dengan pembacaan Al-Qur’an oleh Ammar Taqiyuddin, yang kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Pondok, K.M. M. Ilyas Sa’id, S.Ag., M.E. Dalam sambutannya, beliau mengingatkan pentingnya ilmu dan kesabaran, sekaligus mengapresiasi kontribusi mahasiswa KKN yang telah membantu pengajaran di pondok.
“Kami sangat berterima kasih atas dedikasi teman-teman KKN STIBA. Semoga bisa kembali mengajar setelah Ramadan,” ucapnya. Ia juga menyampaikan permohonan maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan selama mahasiswa berada di pondok.
Setelah itu, Ustaz Abdul Munawwir, Lc., M.H.I, menyampaikan ceramah Ramadan bertema “Semangat Puasa di Bulan Ramadan.” Ia menekankan pentingnya niat ikhlas, kesabaran, serta keutamaan malam Lailatul Qadr yang menjadi momen istimewa di bulan suci ini.
Sebagai penutup, panitia membagikan hadiah bagi santri yang paling aktif selama Pesantren Kilat dan Arabic Camp, serta cendera mata sebagai simbol apresiasi atas kolaborasi antara mahasiswa KKN dan Pondok Wahdaniyatillah.
Acara ditutup dengan kebersamaan dalam buka puasa. Mahasiswa KKN STIBA, para santri, dan seluruh peserta menikmati hidangan sederhana namun penuh kebersamaan. Hal ini menandai berakhirnya rangkaian kegiatan edukatif yang telah berjalan sukses.
Bukan Sekadar Kegiatan, Tapi Kenangan yang Berkesan
Bagi mahasiswa KKN STIBA, pengalaman mengajar di Pondok Wahdaniyatillah bukan hanya tentang berbagi ilmu, tapi juga belajar dari masyarakat dan santri. Ramadan tahun ini menjadi lebih bermakna, bukan hanya karena ibadah yang dijalani, tapi juga karena ikatan kebersamaan yang terjalin.
(STIBA.ac.id) Maros – Suasana Pondok Pesantren Sayyidina Ubay bin Ka’ab Maros terasa berbeda selama dua hari terakhir. Para santri tampak antusias mengikuti Daurah al-Lughatul al-’Arabiyah yang diadakan oleh mahasiswi KKN VIII STIBA Makassar Posko 2 Lekopancing pada 11–12 Maret 2025.
Sebanyak 30 santri terlibat dalam kegiatan ini, yang dirancang untuk memperkuat kemampuan bahasa Arab mereka melalui pendekatan yang lebih interaktif dan menyenangkan.
Istri Pimpinan Ponpes, dalam sambutannya, mengapresiasi inisiatif mahasiswi KKN. Beliau menegaskan bahwa pesantren yang telah berdiri selama enam tahun ini terus berkomitmen mengajarkan bahasa Arab melalui metode kosakata harian, muhadatsah (percakapan terstruktur), serta dasar-dasar nahwu-sharaf.
Beliau berharap kegiatan ini bisa menambah motivasi santri untuk lebih fasih berbahasa Arab dan bahkan melanjutkan studi ke perguruan tinggi seperti STIBA Makassar.
Daurah ini bukan sekadar teori, tapi juga dikemas secara kreatif. Ada sesi muhadatsah, murajaah kosakata lewat permainan tebak sharaf dhamir, hingga kuis interaktif dengan sistem poin dan hadiah yang membuat suasana makin hidup. Para santri terlihat bersemangat, bahkan salah satu dari mereka berkomentar, “Syukran atas ilmunya. Semoga kami bisa mengamalkannya.”
Sebagai penutup, mahasiswi KKN menyerahkan cenderamata berupa buku Serial Dasar-Dasar Islam untuk perpustakaan ponpes. Ustazah Pimpinan menyambut hangat pemberian ini, menyebutnya sebagai tambahan literatur yang sangat bermanfaat bagi para santri.
Daurah ini menjadi bukti bahwa sinergi antara pesantren dan mahasiswa bisa melahirkan metode pembelajaran yang lebih inovatif. Harapannya, kegiatan serupa bisa terus berlanjut sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan bahasa Arab di pesantren.
(STIBA.ac.id) Maros — Media sosial di bulan Ramadan, lebih banyak manfaat atau malah bikin lalai? Itu yang jadi topik utama dalam Pesantren Kilat (Peskil) yang digelar di MTs dan MA JII Bantimurung, Desa Jenetaesa, pada 10 Maret 2025. Mahasiswa KKN VIII STIBA Makassar hadir bukan cuma buat sharing ilmu, tapi juga mengajak para siswa berdiskusi soal bagaimana medsos bisa jadi sarana kebaikan atau justru godaan.
Dalam sesi yang santai tapi berbobot, mahasiswa KKN membahas bagaimana media sosial bisa dimanfaatkan buat hal positif, mulai dari dakwah, berbagi inspirasi, sampai menambah ilmu agama.
Tapi di sisi lain, kalau tidak dikontrol, scrolling tanpa henti bisa membuat waktu terbuang percuma. Diskusi ini menjadikan para peserta makin sadar bahwa cara mereka memakai medsos selama Ramadan akan berpengaruh ke kualitas ibadah mereka.
Antusiasme siswa luar biasa. Mereka tidak cuma duduk diam mendengarkan, tapi juga aktif bertanya dan berbagi pengalaman soal penggunaan media sosial sehari-hari.
Kepala sekolah MA JII Bantimurung pun menyampaikan apresiasinya untuk mahasiswa KKN STIBA Makassar yang sudah berbagi wawasan penting ini.
Selain membahas tentang medsos, mahasiswa KKN juga sempat menyosialisasikan Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) STIBA Makassar. Beberapa siswa dan guru terlihat antusias, bahkan ada yang langsung bertanya lebih lanjut tentang kampus ini.
Pesantren Kilat ini bukan cuma kegiatan tahunan, tapi diharapkan benar-benar bisa membentuk pola pikir siswa dalam memanfaatkan media sosial dengan lebih bijak. Karena di era digital, bukan lagi soal jauh atau dekatnya Ramadan dari gadget, tapi bagaimana kita menggunakannya dengan lebih bertanggung jawab.