(STIBA.ac.id) Maros – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) VIII STIBA Makassar sukses menggelar Festival Anak Saleh di Masjid Darul Jama’ah, Desa Jenetaesa. Dengan mengusung tema “Membangun Generasi Islami di Desa Jenetaesa,” kegiatan ini bertujuan membina generasi muda agar semakin mencintai dan memahami ajaran Islam sejak dini.
Festival ini dibuka secara resmi pada 22 Maret 2025 oleh Kepala Desa Jenetaesa, yang langsung memberikan apresiasi kepada mahasiswa KKN atas inisiatifnya.
“Kegiatan seperti inilah yang kami tunggu! Sudah lama kami memikirkan apa yang kurang di desa ini. Terima kasih kepada adik-adik mahasiswa STIBA, semoga ini menjadi motivasi bagi anak-anak kami untuk tumbuh menjadi generasi yang berakhlak mulia, berilmu, dan bertakwa,” ujarnya.
Selama dua hari, festival ini dipenuhi dengan berbagai perlombaan seru dan edukatif: ✅ Hari Pertama (22 Maret 2025): MTQ, hafalan surah pendek, dan kuis Rangking 1. ✅ Hari Kedua (23 Maret 2025): Lomba dai cilik, azan, dan hafalan doa harian.
Acara puncak diakhiri dengan penutupan dan pengumuman pemenang. Para peserta yang berprestasi mendapatkan penghargaan sebagai bentuk apresiasi atas usaha dan dedikasi mereka dalam bidang keislaman.
Bagi mahasiswa KKN STIBA, festival ini bukan hanya ajang perlombaan, tetapi juga wadah untuk edukasi, motivasi, dan pembentukan karakter islami bagi anak-anak Desa Jenetaesa. Semoga semangat ini terus berlanjut dan menginspirasi kegiatan serupa di masa mendatang!
(STIBA.ac.id) Maros – Ramadan selalu punya cara bikin orang lebih dekat. Itu juga yang dilakukan para mahasiswi KKN VIII STIBA Makassar dari Posko II Kelurahan Borong. Mereka menggelar taklim khusus muslimah yang disambung dengan buka puasa bareng di Masjid Syuhada, Dusun Dulang, Kelurahan Borong, Kecamatan Tanralili, Sabtu (22/3), kegiatan ini bertema: “Ramadan Akan Usai, Apa yang telah Dicapai?”
Kegiatan ini bukan cuma soal kumpul-kumpul santai jelang Magrib. Mereka sengaja membuat forum kecil untuk membicarakan hal-hal yang membuat kita berpikir ulang: “Ramadan sudah mau habis, apa kabar amalan kita?” Materi ini dibawakan oleh Afifah At-Thohirah, salah satu mahasiswi KKN yang turun langsung ke masyarakat.
Di sesi taklim, Afifah mengajak peserta untuk siap-siap menyambut 10 malam terakhir Ramadan. Ia mengingatkan pentingnya menjaga semangat ibadah, memperbanyak doa, dan tetap ikhlas dalam beramal, siapa tahu bisa bertemu malam spesial, Lailatulqadar.
Ternyata, respons para ibu-ibu peserta luar biasa. Mereka antusias, aktif bertanya, dan berharap acara semacam ini bisa jadi agenda rutin. Tak cuma dapat ilmu, para peserta juga pulang bawa souvenir sederhana: sabun cuci piring, spons, dan penggosok panci. Kecil memang, tapi bikin senyum lebar. “Alhamdulillah, insyaallah bermanfaat sekali,” kata salah satu ibu.
Setelah taklim selesai, suasana makin hangat saat semua duduk bersama untuk berbuka. Obrolan mengalir begitu saja, mulai dari kesan soal acara, sampai cerita ringan seputar kampung. Salah satu ibu bahkan mengatakan, “Bagus sekali ini, Nak. Kalau bukan mahasiswa KKN yang datang, tidak ada yang adakan kegiatan seperti ini.”
Kejutan kecil lainnya datang setelah makan. Seorang ibu yang juga ikut belajar di kelas Dirosa binaan mahasiswi STIBA, spontan menawarkan mobilnya buat mengantar pulang para mahasiswi.
Harapannya, acara seperti ini tidak berhenti hanya di Ramadan tahun ini. Semoga bisa terus berlanjut, jadi ruang belajar, berbagi, sekaligus mempererat tali ukhuwah di tengah masyarakat. Karena Ramadan, sejatinya, bukan sekadar menahan lapar, tapi juga soal bagaimana kita memperbaiki diri bersama.
(STIBA.ac.id) Maros – Malam-malam terakhir Ramadan selalu punya suasana yang berbeda. Dingin, syahdu, tapi juga penuh harapan. Para ulama terdahulu menghabiskan 10 malam terakhir ini dengan ibadah yang lebih intens. Begitu juga yang dilakukan oleh mahasiswa KKN VIII STIBA Makassar.
Bekerja sama dengan pengurus Masjid An-Naim, mereka menggelar salat lail berjemaah di masjid yang berlokasi di kompleks Yon Arhanud, Desa Sudirman, Kecamatan Tanralili. Meskipun hujan deras mengguyur, semangat jemaah tetap tinggi.
Awalnya, yang datang hanya 11 orang: 2 perempuan, 4 mahasiswa KKN, dan 5 jemaah laki-laki. Tak lama, seorang laki-laki lagi bergabung, melengkapi jumlahnya menjadi 12 orang.
Salah satu pengurus Masjid An-Naim, Sulfahmi, mengaku merasakan ketenangan luar biasa setelah mengikuti salat lail di tengah hujan deras.
“Saya merasakan ketenangan dan sangat bersemangat,” ujarnya, Sabtu (22/3/2025).
Mahasiswa KKN berharap tradisi ini tetap hidup, bahkan setelah mereka kembali dari masa pengabdian. Karena bagi mereka, malam-malam terakhir Ramadan bukan sekadar rutinitas ibadah, tapi juga momen mendekatkan diri kepada Allah dengan lebih khusyuk.
Reporter: Nur Imanullah Dokumentasi: Sudirman, dkk.
(STIBA.ac.id) Maros – Pengobatan ala Nabi makin diminati, dan mahasiswa KKN VIII STIBA Makassar tak mau ketinggalan untuk berbagi ilmunya. Bertempat di Masjid Jami’ Jabal Nur, Desa Damai, mereka menggelar kajian Tibbun Nabawi pada Sabtu, 22 Maret 2025. Lewat acara ini, masyarakat diajak mengenal lebih dalam tentang rukiah dan bekam sebagai metode penyembuhan yang sesuai dengan sunah.
Acara ini disambut baik oleh warga dan dihadiri oleh Babinsa serta imam Desa Damai. Imam desa bahkan mengapresiasi penuh kegiatan ini, karena selain menambah wawasan keislaman, juga bisa meningkatkan semangat membaca Al-Qur’an. “Metode pengobatan seperti rukiah dan bekam ini sudah terbukti efektif, dan penting untuk kita pahami dengan benar,” ujarnya.
Sebagai pemateri utama, Ustaz Taufik Rasyid membongkar mitos tentang rukiah. Ia menegaskan bahwa rukiah bukanlah hal yang menyeramkan seperti yang sering digambarkan di media atau cerita-cerita mistis. “Rukiah adalah cara penyembuhan dengan ayat-ayat Al-Qur’an, dan setiap orang bisa melakukannya sendiri, asalkan dengan niat yang benar dan keyakinan penuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,” jelasnya.
Dalam kajian ini, Ustaz Taufik juga mengajarkan tata cara rukiah mandiri, mulai dari bacaan ayat-ayat rukiah seperti Surah Al-Fatihah, Ayat Kursi, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Masyarakat yang hadir tampak antusias, banyak yang bertanya dan bahkan mencoba langsung melantunkan ayat-ayat tersebut.
Diharapkan, kajian ini bisa menjadi langkah awal bagi masyarakat Desa Damai untuk lebih memahami dan mengamalkan pengobatan ala Nabi dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa KKN VIII STIBA Makassar pun berharap kegiatan serupa bisa terus digelar agar semakin banyak orang yang mengenal manfaat rukiah dan bekam sesuai sunah.
Reporter: Muhammad Azyad Khairi Dokumentasi: Faqih
(STIBA.ac.id) Maros – Ramadan di Desa Bonto Tallasa semakin semarak dengan hadirnya Festival Anak Saleh (FAS) 2025, ajang tahunan yang sudah berjalan tiga tahun berturut-turut. Tahun ini, festival yang berlangsung pada 19–22 Ramadan 1446 H (19–22 Maret 2025 M) terasa lebih istimewa karena digelar berkat kerja sama Mahasiswa KKN VIII STIBA Makassar dan Irmas Al-Anshar Banyo, bertempat di lapangan masjid desa.
Lebih dari Sekadar Lomba, Ini Tentang Membangun Generasi Qur’ani
FAS 2025 bukan sekadar festival lomba, tapi juga ajang pembinaan karakter islami bagi anak-anak dan remaja. Dengan tema “Membangun Semangat Al-Qur’an di Bulan Suci Ramadan dalam Bingkai Ukhuwah”, acara ini bertujuan untuk menanamkan kecintaan terhadap Al-Qur’an, mendorong jiwa kompetitif dalam kebaikan, dan mempererat ukhuwah islamiyah di tengah masyarakat.
Menariknya, para peserta terbaik dari festival ini akan melaju ke Festival Anak Saleh tingkat Kecamatan Simbang, mewakili Desa Bonto Tallasa.
Rangkaian Acara: Dari Perlombaan Seru Hingga Tabligh Akbar
Festival dibuka secara resmi oleh berbagai tokoh, mulai dari mahasiswa KKN VIII STIBA Makassar, pengurus Irmas Al-Anshar Banyo, kepala dusun, imam masjid, hingga tokoh masyarakat setempat.
Panitia menegaskan pentingnya acara ini sebagai bagian dari pembinaan generasi Islam yang berakhlak mulia dan berpegang teguh pada ajaran Al-Qur’an.
Selain itu, acara semakin spesial dengan adanya Tablig Akbar yang menghadirkan Ustaz H. Awal Rifai, Lc., M.H. Dengan tema “Masuk Surga Sekeluarga”, beliau menyampaikan pesan mendalam tentang peran keluarga dalam membangun generasi Qur’ani dan bagaimana orang tua dapat membimbing anak-anak menuju jalan yang diridai Allah.
Antusiasme Warga: Lapangan Masjid Penuh Setiap Malam
Sejak malam pertama, lapangan masjid dipadati masyarakat yang berbondong-bondong datang untuk menyaksikan jalannya festival. Sorak-sorai dari keluarga dan teman-teman membuat suasana semakin hidup.
Puncak acara terjadi pada malam penutupan, dihadiri oleh imam dusun, imam masjid, kepala dusun, serta tokoh masyarakat.
Ketua Takmir Masjid Al-Anshar yang juga merupakan Ketua Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI) Kabupaten Maros, Ustaz Hamzah Ahmad, S.Ag., M.A., menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya acara ini.
Beliau mengatakan bahwa acara tahun ini merupakan yang terbaik dari tahun-tahun sebelumnya.
Sementara itu, salah satu warga, Harifuddin, mengungkapkan kebanggaannya terhadap acara ini.
“Festival Anak Shaleh memang selalu diadakan setiap tahun di bulan Ramadan, tetapi tahun ini terasa berbeda. Lebih menarik, lebih meriah, dan lebih lengkap! Semoga acara seperti ini terus berkembang dan semakin baik ke depannya.”
Dengan berakhirnya Festival Anak Saleh 2025, semangat Ramadan di Desa Bonto Tallasa semakin terasa. Bukan sekadar ajang kompetisi, tapi juga momentum membangun generasi yang lebih cinta Al-Qur’an dan Islam.
Reporter: Edwin, Muhammad Ashim, Fahril Angga, Foto: Awal Atanni, Cahyo, Nasrul
(STIBA.ac.id) Maros – Ramadan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tapi juga tentang berbagi dan peduli. Dengan semangat itu, mahasiswi KKN VIII STIBA Makassar Posko II Desa Allaere menggelar aksi Tebar 60 Paket Sembako di Desa Allaere, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, 21 Maret 2025.
Berbagi untuk Menjalin Kebersamaan
Kegiatan ini tak hanya membagikan sembako, tapi juga menjadi momen silaturahmi dengan warga setempat, khususnya ibu-ibu yang mengikuti halakah Dirosa dan anak-anak TK/TPA binaan. Dengan memberikan sedikit kebahagiaan di bulan suci ini, para mahasiswi ingin semakin dekat dengan masyarakat dan memahami kondisi mereka lebih dalam.
Meski cuaca kurang bersahabat, semangat para mahasiswi KKN tidak surut. Antusiasme warga yang ikut membantu jalannya acara membuat momen ini terasa lebih istimewa. Keceriaan dan ketulusan mereka menjadi energi baru bagi mahasiswi Posko II untuk terus berbuat kebaikan.
Dukungan Donatur, Harapan ke Depan
Salah satu faktor pendukung utama suksesnya kegiatan ini adalah bantuan dari para donatur yang tulus berbagi rezeki. Berkat mereka, 60 paket sembako bisa tersalurkan dengan baik kepada masyarakat yang membutuhkan.
Mahasiswi KKN VIII STIBA Makassar berharap aksi ini bukan sekadar program sekali jalan, tapi bisa menjadi langkah kecil yang membawa dampak besar bagi perjalanan dakwah mereka. Semoga semangat berbagi ini terus menyala dan memberi manfaat lebih luas bagi masyarakat Desa Allaere.
Reporter: Muthi’ah Al Munawwarah Foto: Mahasiswi KKN STIBA Makassar Posko II Desa Allaere
(STIBA.ac.id) Maros – Masjid Al-Hakim di Dusun Damma, Desa Bonto Matinggi, jadi saksi kemeriahan pembukaan Festival Anak Saleh pada Jumat (21/3). Acara ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, mulai dari Kepala Desa, Imam Desa, Dosen Pembimbing Lapangan, hingga warga yang antusias meramaikan acara.
Dalam sambutannya, Kepala Desa Bonto Matinggi menyampaikan rasa syukur dan apresiasinya atas kehadiran Mahasiswa KKN STIBA Makassar. Ia menyoroti keunikan KKN STIBA dibanding kampus-kampus lain yang pernah mengabdi di desa ini. Menurutnya, mahasiswa STIBA tidak hanya menjalankan program kerja di siang hari, tetapi juga aktif berdakwah di masjid-masjid setiap malam selama Ramadan. Ia berharap KKN STIBA bisa kembali hadir tahun depan di Kecamatan Tompobulu, khususnya di Desa Bonto Matinggi.
Imam Desa Bonto Matinggi pun menyampaikan hal serupa. Ia mengaku sangat terbantu dengan kehadiran mahasiswa KKN, terutama karena kegiatan ini berlangsung di bulan Ramadan, yang penuh dengan momen spiritual.
Acara semakin meriah dengan partisipasi murid-murid SD hingga SMP serta santri binaan TK-TPA mahasiswa KKN STIBA. Mereka mengikuti festival dengan penuh semangat dari awal hingga akhir. Sebagai penutup, seluruh peserta, panitia, dan warga desa berkumpul dalam sesi foto bersama, menandai suksesnya acara pembukaan dan semangat kebersamaan yang terjalin.
(STIBA.ac.id) Maros – Dua pekan penuh pembelajaran dan pengalaman seru akhirnya resmi ditutup. Pesantren Ramadan yang diadakan di SMPN Satap 38 dan SDN Inpres 238 Bonto Parang berjalan sukses, meninggalkan kesan mendalam bagi siswa-siswi yang mengikutinya. Acara penutupan berlangsung khidmat pada Jumat, 21 Maret 2025, diramaikan dengan sambutan dari komite sekolah, guru agama, serta buka puasa bersama yang dihadiri kepala sekolah, para guru, dan mahasiswa KKN STIBA Makassar.
Selama dua pekan, para siswa tidak hanya belajar tentang agama, tetapi juga langsung mempraktikkannya. Dari materi akidah dan fikih, latihan wudu dan salat, hingga salat Duha berjemaah, semuanya dijalani dengan penuh antusiasme. Harapannya, pengalaman ini bisa menjadi bekal dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Menurut Pak Zainal, ketua komite sekolah, kehadiran mahasiswa KKN STIBA di sekolah ini membawa dampak yang luar biasa. “Mereka tidak hanya datang, mengajar, lalu pulang. Tapi mereka benar-benar terlibat, membimbing anak-anak dengan sabar. Kami berharap kegiatan seperti ini bisa terus berlanjut di tahun-tahun berikutnya,” ujarnya.
Seorang guru SMP juga ikut memberikan testimoni. “Kami sangat bersyukur dengan keberadaan mahasiswa KKN ini. Mereka membantu kami dalam memperkuat pemahaman agama siswa, khususnya yang masih dasar. Jarang sekali ada mahasiswa KKN seperti mereka, yang pagi mengajar di sekolah, malamnya jadi imam dan penceramah di masjid,” katanya dengan penuh apresiasi.
Pesantren Ramadan ini bukan sekadar program tahunan, tetapi momentum yang mempererat hubungan antara mahasiswa, sekolah, dan masyarakat. Semoga ke depan, semakin banyak kegiatan seperti ini yang bisa membawa manfaat dan inspirasi bagi generasi muda.
(STIBA.ac.id) Maro – Sore itu, Jumat (21 Maret 2025), gerimis turun membasahi Pasar Ammarang. Tapi tak mampu mendinginkan semangat mahasiswa KKN VIII STIBA Makassar Posko I Desa Allaere. Mereka tetap menggelar Ngaji on the Street, sebuah aksi berbagi iftar dengan syarat: baca Al-Qur’an dulu, baru dapat makanan berbuka.
Kegiatan ini dibuka dengan lantunan ayat suci oleh mahasiswa KKN. Suara mereka menggema di antara hiruk-pikuk pasar, menarik perhatian warga yang lalu lalang. Satu per satu orang mulai mendekat. Anak-anak bersemangat membaca ayat pendek, ibu-ibu ikut serta, bahkan seorang nenek dengan suara lirih tapi penuh ketulusan melantunkan Ayat Kursi. Suasana jadi makin syahdu di tengah hujan rintik yang membasahi Pasar Ammarang.
Menjelang Magrib, masih ada beberapa paket iftar tersisa. Supaya tidak ada yang berbuka dalam keadaan kosong, paket-paket itu langsung dibagikan tanpa syarat membaca Al-Qur’an lagi.
Di akhir acara, mahasiswa KKN mengabadikan momen bareng anak-anak yang ikut berpartisipasi. Senyum ceria mereka jadi bukti kalau kegiatan ini bukan cuma soal berbagi makanan, tapi juga tentang menumbuhkan kecintaan pada Al-Qur’an sejak dini.
(STIBA.ac.id) Maros – Setiap Rabu malam setelah salat Tarawih, suasana Masjid Jabal Nur di Dusun Bonto Panno terasa berbeda. Muslimah dari berbagai usia—mulai dari nenek-nenek, ibu-ibu, hingga remaja—berkumpul dengan penuh semangat untuk mengikuti Taklim Muslimah yang diadakan oleh mahasiswi KKN STIBA Makassar Angkatan VIII Posko 2 Desa Toddopulia.
Taklim pekanan ini bukan sekadar kajian biasa. Selain memperdalam ilmu agama, ada juga hadiah menarik untuk peserta, mulai dari souvenir sederhana hingga hadiah spesial bagi penanya tercepat. “Souvenirnya mewah dan menarik,” ujar Bu Halijah, salah seorang peserta, dengan wajah sumringah, Kamis (20/3/2025).
Pada pertemuan kali ini, Nadya Nurul Ismi sebagai pemateri, dibantu oleh Nabila Ismail sebagai moderator, membahas fikih salat, khususnya tentang salat berjemaah. Mereka mengupas berbagai hal, mulai dari keutamaan salat berjemaah, posisi imam dan makmum, hingga hukum azan dan iqamah bagi perempuan. Antusiasme peserta pun terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan. Beberapa pertanyaan yang mencuri perhatian malam itu antara lain: Jika di masjid sudah dilaksanakan salat Subuh, apakah di rumah tetap dianjurkan salat qabliyah Subuh? Apakah salat berjemaah di rumah tetap harus diawali dengan azan? Apa hukum mengusap wajah setelah salam? Apakah doa qunut pada salat Subuh wajib? Jika waktu salat Zuhur sudah habis, apakah tetap harus mengqada? Bagaimana cara agar bisa lebih khusyuk dalam salat? Diskusi pun berlangsung seru, diakhiri dengan sesi tanya jawab, pembagian hadiah, dan foto bersama.
Ibu Hasmiah, selaku Ibu Dusun Bonto Panno, mengapresiasi kegiatan ini. “Taklim seperti ini sangat bermanfaat. Kami jadi lebih paham tentang Islam dan semakin semangat belajar,” ujarnya.
Kegiatan ini diharapkan terus berlanjut dan semakin banyak muslimah yang ikut serta. Karena di samping ilmu yang bertambah, kebersamaan yang terjalin pun semakin erat.