Blog

  • Tabligh Akbar: Sebab-Sebab Kemenangan dan Kejayaan

    Tabligh Akbar: Sebab-Sebab Kemenangan dan Kejayaan

    harb

    Umat Islam belakangan ini sedang mengalami masa-masa ujian. Di mana-mana, ada saja yang ditindas. Di sebagian negeri, antar sesama muslim berselisih, saling bermusuhan, dan bahkan saling mengkafirkan.

    Atas berbagai fenomena itu, Syekh Abdullah bin Salim al-Harbi, imam dan khatib Masjid Jami Ridwan Dammam, Arab Saudi memberikan sejumlah nasihat. Dia hadir dalam tablik akbar yang berlangsung di Masjid Anas bin Malik, kompleks kampus Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab (STIBA) Makassar, Sabtu (1/4/2017).

    Dalam tablik akbar bertema, “Sebab-sebab Kemenangan dan Kejayaan” itu, Syekh Abdullah mengingatkan bahwa kemenangan akan datang jika umat muslim bersatu. Perselisihan, sekecil apapun, adalah benih-benih kegagalan dan kehancuran. Makanya, dia meminta para ulama agar selalu mengupayakan persatuan.

    Bagaimana agar bisa bersatu? Salah satu kuncinya adalah dengan memperbaiki niat dan hati. Aktvitas dakwah dan ibadah yang dilakukan semata-mata bersandar pada Alquran dan Sunnah dan demi mengharap keridhaan Allah Subhanahu wata’ala. Jika terjadi perselisihan, dia mengimbau agar dilakukan dialog. Bukan saling menjelekkan satu sama lain.

    “Kalau niatnya sama, lalu untuk apa berselisih?” kata Syaikh Abdullah dalam bahasa Arab yang diterjemahkan Ustaz Fadhlan Akbar, Lc., M.H.I., dosen STIBA Makassar yang sekaligus ketua DPD Wahdah Islamiyah Makassar.

    Menurutnya, dengan dialog, persatuan bisa diwujudkan. Kalaupun pihak tertentu tidak menerima tawaran dialog, maka tidak perlu dimusuhi. “Jangan musuhi dia karena Allah lebih mengetahui keinginanmu untuk bersatu,” lanjutnya.

    Dalam setiap perjuangan, katanya, memang selalu akan ada ujian. Allah Subhanahu wata’ala menurunkan ujian sebagai hukuman atau sebagai teguran bahwa langkah yang dilakukan keliru. Ujian menjadi keniscayaan dalam kehidupan manusia untuk naik ke level yang lebih tinggi.

    Dalam menghadapi ujian itu, Syaikh Abdullah menasihatkan agar seseorang itu tetap istiqamah, teguh, dan konsisten berpedoman pada Alquran dan Sunnah. Seluruh potensi harus dimaksimalkan sambil bertawakkal kepada Allah Subhanahu wata’ala.

    “Walaupun kita memiliki semuanya, akal, harta, dan segala fasilitas, tetapi jika Allah tidak berkehendak, maka tidak akan ada kesuksesan,” tambahnya dalam tablik akbar yang dihadiri Ketua STIBA Ustaz Muhammad Yusran Anshar Lc., M.A. itu.

    Ujian juga bertujuan menyaring orang-orang yang tidak jujur, tidak ikhlas. Mereka akan berguguran dengan sendirnyai. Pada akhirnya, akan menyisakan orang yang benar-benar murni keikhlasannya.

    Salah seorang jemaah sempat bertanya, kapan pertolongan Allah turun di Indonesia. Belakangan ini, negara berpenduduk muslim terbesar di dunia ini diterpa berbagai ujian, namun sepertinya pertolongan Allah belum turun sejauh ini.

    Syaikh Abdullah lantas menceritakan secara singkat kisah-kisah orang terdahulu. Menurutnya, ujian yang dialami muslim di Indonesia masih jauh lebih ringan dibandingkan cobaan orang-orang terdahulu. Ada yang sampai digergaji karena teguh memperjuangkan syariat Allah Ta’ala.

    Menurutnya, pertolongan Allah akan turun ketika segala usaha sudah mencapai puncaknya. Ketika semua upaya dan potensi telah dikerahkan. Manusia tidak boleh berputus asa. Segala usaha harus tetap dilakukan sambil terus berharap kepada Allah yang Maha Berkehendak. (sumber: fajaronline)

  • Walikota Makassar Siap Buka Porsani XI STIBA Makassar

    Walikota Makassar Siap Buka Porsani XI STIBA Makassar

    WhatsApp Image 2017-03-31 at 21.58.53

    Panitia Porsani XI BEM STIBA Makassar melakukan kunjungan ke kediaman walikota Makassar. Kunjungan ini bertujuan untuk meminta kesediaan walikota untuk hadir membuka kegiatan Porsani XI hari Ahad mendatang.

    Kunjungan ini diterima langsung oleh Danny Pomanto di rumah jabatannya pada Jumat, 31 Maret.
    Dalam audiensi tersebut Abdullah Azzam selaku perwakilan panitia Porsani XI mengucapkan terima kasih kepada Walikota Makassar karena telah meluangkan waktu untuk menyambut panitia porsani.

    Azzam kemudian mempresentasikan kegiatan porsani yang akan dibuka pada hari Ahad mendatang.
    Dalam paparannya, Azzam menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan sebuah momen tahunan yang diadakan oleh STIBA Makassar dan melibatkan seluruh sivitas akademika, sehingga kegiatan ini terhitung kegiatan besar yang dilakukan oleh STIBA Makassar.

    Isra’ Syarif selaku ketua panitia juga mengungkapkan bahwa kegiatan porsani ini bertujuan untuk kembali memacu potensi mahasiswa melalui lomba-lomba yang diadakan.

    Walikota Makassar memberikan apresiasi usai mendengarkan pemaparan kegiatan oleh panitia. Ia menyatakan salut atas usaha yang telah ditempuh oleh mahasiswa STIBA Makassar dalam mempersiapkan diri melalui kegiatan Porsani XI ini.

    Saat audiensi ini panitia porsani  didampingi oleh Abdul Kahar selaku petiggi Badan Eksekutif Mahasiswa STIBA. Mahasiswa asal Pangkep ini menambahkan bahwa kegiatan ini dihadiri oleh seluruh sivitas akademika serta turut melibatkan alumni yang selama ini telah berkiprah di masyarakat secara umum. Karenanya, ia mengharapkan Walikota Makassar untuk hadir dan memberikan arahan sekaligus membuka kegiatan tersebut.
    Danny Pomantopun menyatakan kesiapannya untuk hadir dalam kegiatan tersebut selama tidak ada agenda mendadak yang bertepatan.

    Di sesi akhir, Kahar memberikan masukan kepada pemerintah kota terkait pengembangan program Ngaji Rong untuk bisa ditingkatkan ke program Tahfizh Rong. Ide inipun diapresiasi oleh Danny.
    Dalam kesempatan itu, Walikota Makassar menjanjikan bantuan konsumsi bagi panitia porsani khusus hari pembukaan. (Abdul Kahar_Infokom BEM)

    WhatsApp Image 2017-03-31 at 08.49.52 WhatsApp Image 2017-03-31 at 22.30.53

  • Ustadz Rahmat kepada Mahasiswa Qashim: Kalian adalah Duta-Duta Wahdah

    Ustadz Rahmat kepada Mahasiswa Qashim: Kalian adalah Duta-Duta Wahdah

    IMG-20170328-WA0002

    Sejumlah alumni STIBA Makassar yang kuliah di kampus Qassim University (QU) bersilaturrahim dengan Ketua Harian Wahdah Islamiyah Ustadz Dr. Rahmat Abdul Rahman, MA. di kota suci Makkah.

    Pertemuan yang diadakan pada Jumat, 24 Maret 2017 ini dilaksanakan di teras Hotel Zam-zam, Makkah. Kehadiran Ustadz Rahmat di kota suci ini dalam rangka menunaikan ibadah umrah.

    Dalam pertemuannya, Ketua Harian WI mengingatkan kembali tujuan utama mereka diutus belajar ke luar negeri, di antaranya untuk menimba ilmu semaksimal mungkin dan pulang ke kampung halaman menjadi penyokong dan penerus dakwah para pendahulu mereka.

    “Salah satu nikmat terbesar untuk kita adalah dipilihnya kita sebagai tholibul ilmi karena dengannya kita bisa meniti jalan untuk meraih izzah dan karamah,” ujar dosen tetap di STIBA Makassar ini.

    Ia menambahkan bahwa ulama merupakan garda terdepan untuk menyokong umat, sehingga kalau mereka berubah maka umatpun bisa berubah.

    “Untuk melahirkan kader seperti kalian bukanlah hal yang mudah dan kewajiban kita untuk ‘menjaga’ kalian semua,” tuturnya memotivasi.

    Menurut Ketua MIUMI Sulsel ini, umat membutuhkan banyak pejuang, dai dan tholibul iImi mengingat wilayah dakwah yang begitu luas dan Indonesia tidak mungkin bisa ditangani oleh satu lembaga dakwah saja.

    “Karena kalian adalah duta dan perwakilan luar negeri kami, maka program-program dakwah senantiasa harus berjalan sesuai dengan nilai-nilai tarbawi yang sudah ditanamkan,” pungkasnya.

    Setelah menunaikan ibadah umrah di kota suci Makkah, pada Sabtu pagi 25 Maret 2017, kafilah safar mahasiswa QU bertolak ke kota suci Madinah untuk selanjutnya balik ke Provinsi Qosim.

     

    Usai shalat Zhuhur di Masjid Nabawi, kafilah safar melakukan pertemuan dengan Ustadz Ridwan Hamidi, Lc., M.A. yang saat bersamaan berada di Madinah. Ustadz yang menjabat sebagai Wasekjen III WI ini juga tidak lupa memberikan pesan-pesannya kepada para mahasiswa QU.

    Kafilah safar mahasiswa QU berjumlah 25 orang dengan tujuan ibadah umrah di kota Makkah selama 2 malam terhitung dari Kamis hingga Sabtu, dan selanjutnya balik melewati kota Madinah untuk shalat Zhuhur di Masjid Nabawi. (Mu’tashim Billah)

    IMG-20170328-WA0003

  • Daurah 10 Hari Muraja’ah al-Qur’an Jilid II

    Daurah 10 Hari Muraja’ah al-Qur’an Jilid II

    daurah murojaah

    Rabu, 27 Rabiul Akhir 1438 H/25 Januari 2017, UKM Raudhatul Huffaazh STIBA Makassar mengadakan Haflah Ikhtitam Daurah 10 Hari Muraja’ah Al-Qur’an Jilid II. Daurah  yang berlangsung sejak tanggal 10 Januari 2017 hingga 21 Januari 2017 ini diikuti oleh 22 peserta yang mampu bertahan hingga hari terakhir.

    Acara Haflah Ikhtitam yang diadakan di Aula Gedung Putri STIBA Makassar ini bertema “Peran Penghafal Al-Qur’an dalam Mengukir Peradaban”. Acara ini dihadiri oleh seluruh mahasiswi STIBA Makassar.

    Acara dimulai pada pukul 13.00 WITa, dibuka dengan pembacaan ayat suci al-Qur’an, dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dari Kabag. Keputrian STIBA Makassar dan Ketua Panitia.

    Selanjutnya penyerahan hadiah kepada Peserta Dauroh 10 Hari Muraja’ah Al-Qur’an Jilid II dengan beberapa kategori, yaitu Peserta Terbaik Muraja’ah, Peserta Terbaik dalam menghafal Al-Qur’an, dan Peserta Teladan.

    Ustadz Muhammad Yusran Lc., M.A. selaku Ketua STIBA Makassar saat menyampaikan arahan dalam kegiatan tersebut menghimbau kepada para mahasiswi untuk senantiasa menjaga hafalan dengan memperbanyak muraja’ah.

  • Pengurus Asrama Putri Adakan Daurah Sepekan Menghafal Hadits Jilid II

    Pengurus Asrama Putri Adakan Daurah Sepekan Menghafal Hadits Jilid II

    daurah hadits

    Memanfaatkan masa liburan semester ganjil, Bidang Ibadah Pengurus Asrama Putri STIBA Makassar berinisiatif membuat sebuah acara yang sangat bermanfaat, yakni Daurah Sepekan Menghafal Hadits Jilid II. Daurah ini memfokuskan para peserta untuk memahami dan menghafal hadits-hadits dari Kitabul Jami’ yang dikhususkan bagi para muslimah. Para peserta daurah ini bukan hanya para mahasiswi  STIBA, namun banyak juga dari kalangan dosen, murabbiyah hingga ibu rumah tangga.  Tingginya antusias masyarakat mengikuti acara ini menjadikan target peserta yang awalnya hanya 150 orang terlampaui.

    Jadwal kegiatan telah diatur sedemikian rupa, mulai dari pembukaan pada hari Senin, 12 Rabi’ul Akhir 1438 H/9 Januari 2017 M sampai acara ditutup pada Selasa pekan berikutnya, 19 Rabi’ul Akhir 1438 H/17 Januari 2017 M.

    Sebanyak 175 peserta diharuskan untuk mengikuti peraturan yang telah dibuat oleh panitia pelaksana. Setiap hari kegiatan dimulai pada pukul 08.00 – 16.30 WITA , para peserta ditargetkan menghafal lima hadits dengan tiga kali penyetoran kepada para pembina plus muraja’ah.

    Para peserta juga mendapatkan syarah hadits-hadits oleh Ustadz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A. yang tidak lain adalah Ketua STIBA Makassar.  Dalam syarahnya, alumnus Jurusan Hadits Universitas Islam Madinah ini tidak hanya menjelaskan faidah hadits yang terkait dengan kehidupan sehari-hari, tapi juga menyebutkan takhrij, derajat serta pendapat para ulama berkaitan dengan hadits tersebut.

    Walaupun agenda harian begitu padat selama 8 jam 30 menit, para peserta tetap diberi kesempatan qailulah atau waktu istirahat sejenak agar mereka bisa memulihkan konsentrasi dalam menghafal.

    Setelah serangkaian acara yang berlangsung selama sepekan itu, pada hari Selasa, 19 Rabi’ul Akhir 1438 H/ 17 Januari 2017 M, tibalah acara penutupan atau haflah ikhtitamiyah dengan mengambil tema “Generasi Sunnah Harapan Umat ”.

    daurah had

    Acara dimulai pukul 08.00 WITa, dibuka dengan pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’an, lalu dilanjutkan dengan sambutan-sambutan, antara lain dari Ketua Panitia Pelaksana, Kasub Bidang Keasramaan Putri STIBA Makassar, dan Kepala Bagian Keputrian STIBA Makassar.

    Dalam acara ini juga berlangsung prosesi penyerahan penghargaan kepada dua peserta untuk dua kategori yang telah ditentukan oleh panitia pelaksana, yakni kategori peserta dengan skor tertinggi dan kategori peserta terbaik.

    Namun bukan berarti para peserta lainnya tidak mendapatkan apresiasi apapun. Selain telah mendapatkan ilmu yang bermanfaat, seluruh peserta mendapatkan bingkisan berupa parcel bag  yang berisi hadiah menarik serta sertifikat sebagai tanda sah keikutsertaan pada kegiatan daurah ini.

    Seluruh rangkaian kegiatan daurah ini berlangsung di Aula Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha Kampus Putri STIBA Makassar.

    Diharapkan para peserta dapat mengamalkan hadits-hadits yang telah dihafal dan dipahami selama daurah  ini, juga bisa memberi manfaat bagi masyarakat yang lebih luas.

     

  • Multaqa Mahasiswa Pascasarjana se-Saudi, Tiga Dosen STIBA Jadi Pemateri

    Multaqa Mahasiswa Pascasarjana se-Saudi, Tiga Dosen STIBA Jadi Pemateri

    WhatsApp-Image-2017-03-15-at-13.21.56

    Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) cabang Riyadh mengadakan multaqa bagi seluruh mahasiswa pascasarjana se-Saudi Arabia. Multaqa ini mengusung tema “Inna Hadzihi Ummatukum Ummatan Wahidah”, yang berarti “Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu”, terinspirasi dari ayat 52 dalam Surah al-Mu’minun.

    Acara yang akan berlangsung di King Saud University, Riyadh ini rencananya akan digelar pada Kamis, 30 Maret 2017. Dimulai sejak pukul 08:00 – 20:00 WSA. Topik yang diangkat dalam multaqa ini adalah seputar persoalan kontemporer khususnya yang berkaitan dengan upaya meminimalisir perbedaan dan penyatuan umat Islam di Indonesia.

    Tiga dosen STIBA Makassar yang tengah melanjutkan studi di Saudi Arabia saat ini didaulat sebagai pemateri. Ustadz Ahmad Hanafi, Lc., M.A., mahasiswa S3 Fikih dan Ushul Fikih, King Saud University menjadi pemateri pada pembahasan tentang Fiqh Ikhtilaf dan I’tilaf Dalam Tinjauan Maqoshid Syariah. Sementara Ustadz Eko Misbahuddin, Lc., M.A., mahasiswa S3 Fikih dan Ushul Fikih, King Saud University akan membawakan materi seputar Ijtihad Kolektif untuk Masalah Kontemporer dan Kontribusinya Terhadap Persatuan Umat di Indonesia.

    Pada pembahasan tentang Tinjauan Makna Ketaatan kepada Ulil Amri dan Penerapannya dalam Konteks Demokrasi di Indonesia, Ustadz Aswanto Muhammad Takwi, Lc., Mahasiswa S2 Tafsir Hadits, King Saud University bertindak sebagai pembanding.

    Jadwal selengkapnya dapat dilihat sebagai berikut:

     

    I. Ijtihad Kolektif untuk Masalah Kontemporer dan Kontribusinya Terhadap Persatuan Umat di Indonesia

    Pemateri 1: Ust. Ahmad Qadhi, Lc., M.A. (Mahasiswa S3 Aqidah, Universitas Islam Madinah)

    Pemateri 2: Ust. Eko Misbahuddin, Lc., M.A. (Mahasiswa S3 Fikih dan Ushul Fikih, King Saud University)

    Pembanding 1: Ust. Mubarak Ainul Yaqin, Lc. (Mahasiswa S2 Syari’ah, Universitas Ummul Qura)

    Pembanding 2: Ust. Najib Rofi Mushofa, Lc. (Mahasiswa S2 Fikih, Universitas Qassim)

     

    II. Tinjauan Makna Ketaatan kepada Ulil Amri dan Penerapannya dalam Konteks Demokrasi di Indonesia

    Pemateri 1: Ust. Abdullah Roy, Lc,. M.A. (Mahasiswa S3 Aqidah, Universitas Islam Madinah)

    Pemateri 2: Ust. Berian Muntaqo, Lc. (Mahasiswa S2 Aqidah, Universitas qassim)

    Pembanding 1: Ust. Aswanto Muhammad, Lc. (Mahasiswa S2 Tafsir Hadits, King Saud University)

    Pembanding 2: Ust. Syah Riyadh, Lc. (Mahasiswa S2 Ma’had Aly Lil qadha, Universitas Imam Muhammad bin Saud)

     

    III. Fiqh Ikhtilaf dan I’tilaf Dalam Tinjauan Maqoshid Syariah

    Pemateri 1: Ust. Eko Harianto Abu Ziyad, Lc., MA. (Mahasiswa S3 Fikih, Universitas Imam Muhammad bin Saud)

    Pemateri 2 : Ust. Ahmad Hanafi, Lc., MA. (Mahasiswa S3 Fikih dan Ushul Fikih, King Saud University)

    Pembanding 1: Ust. Iqbal Gunawan, Lc., MA. (Mahasiswa S3 Aqidah, Universitas Islam Madinah)

    Pembanding 2: Ust. Muharrar, Lc. (Mahasiswa S2 Ma’had Aly Lil Qadha , Universitas Imam Muhammad bin Saud).

     

  • Lagi, Sembilan Mahasiswa STIBA Dinyatakan Lulus di Madinah

    Lagi, Sembilan Mahasiswa STIBA Dinyatakan Lulus di Madinah

    univ.islam-madinah

    Tahun ini, STIBA Makassar kembali harus merelakan kepergian sejumlah mahasiswanya untuk melanjutkan studi di Universitas Islam Madinah Saudi Arabia. Pengumuman yang disiarkan melalui situs resmi  Universitas Islam Madinah  ini turut memuat nama sembilan mahasiswa STIBA Makasssar. Mereka adalah:

    1. Abdullah Muhammad Yusran
    2. Abdullah Azzam Bishri
    3. Abdullah Muhammad Ali
    4. Muhammad Ade Murphy
    5. Muhammad Herianto Takko
    6. Muhammad Restu
    7. Muhammad Hammam Abdul Qayyim
    8. Rahmatullah
    9. Yoshi Putra Pratama

    Selanjutnya, mahasiswa yang dinyatakan lulus ini akan menjalani tes kesehatan. Mahasiswa yang dinyatakan sehat, merekalah yang benar-benar akan melanjutkan studi di Universitas Islam Madinah.

    Saat ini, sekira 30-an orang mahasiswa STIBA tengah menempuh pendidikan di Universitas Islam Madinah.

     

  • Inilah Bahasa dengan Kosa Kata Terbanyak

    Inilah Bahasa dengan Kosa Kata Terbanyak

    i_love_arabic_magnet-p147077883486873405qjy4_400

     

    Tak ada yang menyangkal, bahasa Arab merupakan bahasa yang peminatnya cukup besar di Barat. Di Amerika misalnya, hampir tidak ada satu perguruan tinggi pun yang tidak menjadikan bahasa Arab sebagai salah satu mata kuliah. Termasuk perguruan tinggi Katolik atau Kristen, tentu saja dengan berbagai maksud dan tujuan mereka dalam mempelajarinya.

    Sebagai contoh, Harvard University, sebuah universitas swasta  paling terpandang di dunia yang didirikan oleh para petinggi dan pemuka Protestan. Demikian pula Georgetown University, sebuah universitas swasta Katolik, keduanya mempunyai pusat studi Arab yang kurang lebih merupakan Center for Contemporary Arab Studies.

    Bahasa Kaya Kosakata

    Pembaca yang budiman! Anda tidak akan menemukan satu bahasa pun di dunia ini yang memiliki kosakata sekaya bahasa Arab.

    Di antara hal yang membuktikan bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang sangat luas yaitu bahasa Arab memiliki lebih dua belas juta tiga ratus lima ribu empat ratus dua belas (12.305.412) bentuk kalimat.

    Bahasa ini juga memiliki kurang lebih enam juta enam ratus sembilan puluh sembilan ribu empat ratus (6.699.400) buah kata. Adapun bahasa Inggris hanya memiliki kurang lebih seratus ribu (100.000) buah kata dan bahasa Perancis memiliki dua puluh lima ribu (25.000) buah kata. (Al-Lughoh Al-Arabiyyah At-Tahaddiyat wa Al-Muwajahah, halaman 14).

    Al-Imam Asy-Syafii berkata, “Bahasa Arab adalah bahasa yang paling luas dan paling kaya dengan kosa kata.”

    Bukti lain yang menunjukkan betapa kaya dan luasnya bahasa Arab yaitu ditemukannya puluhan bahkan ratusan nama dalam bahasa Arab untuk satu benda atau seekor binatang tertentu.

    Ibnu Faris ar-Razi berkata, “Di antara hal yang tidak mungkin dinukil seluruhnya adalah sinonim dari kata pedang, singa, tombak, dan kata yang sepadan. Telah diketahui bahwa bahasa ajam (non-Arab) tidak mengenal kata singa kecuali hanya satu saja. Adapun kita memiliki 150 nama untuk singa. Bahkan telah menyampaikan kepadaku Ahmad bin Muhammad bin Bundar bahwa dia mendengar Abu Abdillah bin Khalawaih berkata, “Aku telah mengumpulkan 500 nama untuk singa dan 200 nama untuk ular.” (Ash-Shahibi fi Fiqhil Lughah al-Arabiyyah, hal. 21-22).

    Al-Fairuz Abadi—pengarang al-Qamus al-Muhith—menulis sebuah buku yang menyebutkan nama-nama madu. Beliau menyebutkan dalam kitab tersebut lebih dari 80 nama untuk madu, dan menemukan minimal 1.000 nama untuk pedang.

    Anda sangat pantas untuk berbangga dengan bahasa khas agama Anda. Adakah keutamaan yang lebih tinggi selain itu?

    Bahasa yang Unik

    Yang juga menakjubkan dalam bahasa Arab adalah bahwa Anda bisa merasakan kandungan arti sebuah kata dari susunan huruf-hurufnya. Sebuah kata yang mengandung pengertian keras dan berat, biasanya menggunakan huruf-huruf yang juga berat. Seperti dalam kata “أَغْلَظَ” (bersikap keras), Anda menemukan huruf Ghain (غ) dan Dha’ (ظ).

    Sebaliknya, jika kata tersebut mengandung pengertian yang ringan dan lembut, ia pun akan menggunakan huruf-huruf yang ringan, seperti kata “نسْمَةٌ” (nyawa/jiwa), kata ini mengandung huruf-huruf lunak seperti Nun (ن), Sin (س), dan Mim (م). Begitulah seterusnya.

    Bahasa Arab, bahasa agama kita adalah bahasa yang unik dan luwes. Mengandung segala yang Anda inginkan. Bahasa ini bukanlah bahasa yang beku tak bernyawa, namun sebuah bahasa yang senantiasa hidup dan menyala-nyala.

    Al-Qur’an dan Bahasa Arab

    Di antara poin penting dalam upaya memahami Al Qur’an adalah bahasa Arab, yang sayang sekali tidak banyak dikenal oleh para remaja. Subhanallah, Anda melihat beberapa remaja yang betul-betul getol mempelajari bahasa-bahasa asing, namun mereka betul-betul berbalik sikap dalam kaitannya dengan bahasa Arab. Anda lihat misalnya, mereka begitu bangga dengan mengatakan, “Saya telah menguasai bahasa Inggris!” Namun bahasa Arab seolah-olah tidak memiliki nilai bagi mereka.

    Mari kita tanyakan pada diri kita: Mengapa Al Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab? Tidakkah Allah ‘Azza wa Jalla sejak azali telah mengetahui bahwa pada zaman ini bahasa Inggris akan menjadi bahasa yang banyak digemari orang? Nyatanya, Allah Subahanahu wa Ta’ala justru memilih bahasa Arab sebagai bahasa Al Qur’an.

    Bukanlah suatu kebetulan bahwa Al Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, tapi justru karena kekayaan dan kesaksamaannya. Sulit dibayangkan, kalau suatu wahyu yang diturunkan kepada Sang Nabi terakhir diturunkan dalam lingkungan masyarakat yang bahasanya tidak memadai untuk merekam wahyu yang mencakup perbendaharaan kata tentang iman, hukum, kemasyarakatan, sejarah, politik, dan lain-lain. Kata-kata wahyu seyogyanya saksama tepat, tidak boleh ditukar, baik dalam kekhasannya maupun dalam keumumannya. Dan bahasa Arab istimewa mengenai tepat, saksama, dan terbatasnya (pastinya) pengertian kata-kata tertentu, hingga tidak dapat diartikan atau ditafsirkan lain. Tapi sebaliknya, sebagian kata lagi mempunyai rangkaian arti yang luas. Kadang-kadang dalam satu konteks terdapat dua arti, yakni harfiah dan tamtsiliah (allegorical). Dan inilah yang menjadikan para penerjemah mengalami kesulitan dalam menerjemahkan al-Qur’an.

    Jasa al-Qur’an untuk Bahasa Arab

    Salah satu hal yang juga cukup menarik adalah bahwa bahasa Arab telah mendapatkan faedah yang amat besar dari al-Qur’an. Kalaulah bukan karena al-Qur’an, tentunya bahasa ini sudah pudar dan tercabik-cabik.

    Untuk menjelaskan hal ini, marilah kita cermati bahasa-bahasa Eropa. Bahasa-bahasa ini aslinya dari bahasa Latin dan Romawi. Namun kemudian wilayah Eropa mulai terpecah-pecah, sehingga mulai muncul beberapa dialek pecahan dari bahasa Latin  yang amat beragam. Kemudian Eropa pun betul-betul terbagi-bagi dalam beberapa negara di mana setiap negara memiliki bahasa tersendiri yang independen. Tentunya secara alami, bahasa-bahasa ini pun menjadi amat berbeda dari bahasa induknya, yaitu bahasa Latin. Padahal batas antara negara-negara itu saling bertemu satu sama lain.

    Dari sini, lahirlah kemudian bahasa-bahasa lokal yang betul-betul independen dan tidak saling berhubungan, seperti bahasa Jerman, bahasa Perancis, Portugal, Spanyol, dan lain sebagainya.

    Kemudian, bandingkan dengan negara-negara Arab. Semua penduduk negara-negara ini berbahasa Arab. Ini adalah berkat “jasa” Al Qur’an. Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat Islam dan nikmat al-Qur’an.

    Islam dan Bahasa Arab

    Bahasa Arab adalah bahasa Islam. Al-Qur’an, hadits dan literatur-literatur induk Islam ditulis dalam bahasa Arab. Ibadah-ibadah tertentu, seperti shalat dan dzikir, harus dengan bahasa Arab. Ulama-ulama Islam, klasik dan kontemporer, umumnya adalah penutur Arab asli. Hampir tidak mungkin ber-”Islam” secara penuh tanpa bahasa Arab.

    Dalam kaitannya dengan Al Qur’an, Allah Jalla Jalaluh berfirman (artinya),

    “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan berbahasa Arab.” (QS. Yusuf: 2).

    “…Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa `Ajam, sedang al-Qur’an adalah dalam bahasa Arab yang terang”. (QS. Asy Syu’araa: 103).

    Kedua ayat di atas mengandung penegasan bahwa al-Qur’an berbahasa Arab. Sehingga Imam As-Syafi’i—rahimahullah—berkata,Kandungan al-Qur’an tidak akan mungkin diketahui oleh orang yang tidak memahami kekayaan dan keluasan makna yang terdapat dalam bahasa Arab.”

    Sebab, bahasa al-Qur’an hanya bisa dipahami dengan mempergunakan kaedah kebahasaan yang dipergunakan al-Qur’an. Dan bahasa al-Qur’an, dalam hal ini adalah bahasa Arab.

    Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata,

    « احْرِصُوْا عَلَى تَعَلُّمِ اللُّغَةِ الْعَرَبِيَّةِ فَإِنَّهَا جُزْءٌ مِنْ دِيْنِكُمْ »

    “Hendaklah kalian tamak (keranjingan) mempelajari bahasa Arab karena bahasa Arab itu merupakan bahagian dari agama kalian.”

    Mungkin sebelumnya, Anda tidak pernah membayangkan jika belajar bahasa Arab itu hukumnya wajib. Anda heran dan bertanya, “Bagaimana bisa?” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah menjawab keheranan Anda, beliau mengatakan bahwa suatu amalan yang tidak akan sempurna kecuali harus dengan mengerjakan amalan tertentu, maka amalan tertentu itu hukumnya menjadi wajib pula. Misalnya, shalat tidak sah tanpa wudhu, maka wudhu menjadi wajib.

    Jika kewajiban memahami al-Qur’an tidak mungkin sempurna tanpa pemahaman bahasa Arab yang baik, maka memahami bahasa Arab pun menjadi wajib.

    Bahasa Arab dan Keinternasionalan

              Bahasa Arab sampai saat ini masih merupakan bahasa yang tetap bertahan keinternasionalannya, sejajar dengan kedua bahasa internasional modern, bahasa Inggris dan Perancis.

    Yang jelas, angka 0, 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya merupakan kontribusi Arab yang besar sekali sumbangannya terhadap usaha mempermudah hitungan dan penulisan angka Romawi yang kurang realistis. Itulah sebabnya, di dalam semua kamus bahasa Inggris, angka-angka tersebut (0, 1, 2, 3, dst.) dinamakan “Arabic Numerals”. Ini membuktikan keinternasionalan bahasa Arab yang tidak dapat disangkal sama sekali.

    Nah, di manakah posisi Anda dari dua golongan manusia dalam menyikapi bahasa Arab: Minder belajar bahasa Arab atau minder tidak paham bahasa Arab??!

    Semoga Anda termasuk golongan kedua, karena solusinya begitu mudah; BELAJAR. Namun jika sebenarnya Anda termasuk golongan pertama, maka ucapkanlah istirja’ (Innalillahi wa inna ilaihi raji’un), karena ini musibah. Wallahu A’lam Bish Showab.

    Sumber: Buletin Alfikrah STIBA Makassar

     

     

  • Fakhrun Syihab Ikuti Lomba MHQH Tingkat Nasional IX

    Fakhrun Syihab Ikuti Lomba MHQH Tingkat Nasional IX

    fakhrun

    Muhammad Fakhrun Syihab, mahasiswa semester II pada prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum STIBA Makassar mendapat undangan khusus dari panitia Musabaqah Hafalan Al Quran dan Hadits (MHQH) Pangeran Sulthan bin Abdul Aziz Alu Su’ud Tingkat Nasional. Fakhrun akan mengikuti lomba hafalan al-Quran kategori 30 juz. Ajang lomba hafalan al-Quran dan hadis ini akan berlangsung dari 13-16 Maret 2017.

    Diselenggarakan sejak 2007, MHQH tingkat Nasional tahun ini merupakan gelaran yang ke-9. Dari data panitia, MHQH Pangeran Sulthan bin Abdul Aziz Alu Su’ud ke-IX diikuti 160 peserta kategori laki-laki dan 30 peserta kategori wanita.

    MHQH Tingkat Nasional ke-IX ini dibuka oleh Duta Besar Kerajaan Saudi Arabia Syekh Usamah bin Muhammad Asyaibi. Usamah dalam sabutannya menyampaikan terimakasih kepada Bangsa Indonesia yang telah menyambut kedatangan Raja Salman dengan suka cita. Menurutnya, selain dikenal memiliki para penghafal al-Quran dan hadits yang baik dan bersuara merdu, masyarakat Indonesia juga sangat ramah dan santun.

    Usamah berharap para peserta dapat mengikuti perlombaan ini dengan sportif. Para pemenang lomba nantinya akan diikutkan dalam MHQH Tingkat Asia Pasifik yang ke-VIII di Jakarta.

    Sekretaris Bimas Islam Muhammadiyah Amin mengatakan, dipilihnya Indonesia sebagai tuan rumah MHQH Pangeran Sulthan bin Abdul Aziz Alu Su’ud karena negeri ini diakui dunia akan kemampuannya dalam bidang Hafidz Quran. Bahkan, Indonesia selalu menempati posisi juara I tingkat Asia.

    Fakhrun sebelumnya telah mengukir prestasi gemilang dalam kancah Musabaqah Hifzhil Qur’an Taj al-Waqar ke-9 di Kuala Lumpur dengan menyabet juara 3 kategori 20 juz. Semoga dalam even kali ini, Fakhrun kembali mengukir prestasi yang lebih baik.

    IMG-20170314-WA0010

  • Didik dan Latih Anggota, Mapala STIBA Adakan Diklatsar

    Didik dan Latih Anggota, Mapala STIBA Adakan Diklatsar

    map1

    Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) STIBA Makassar mengadakan kegiatan Diklatsar Jilid I. Diklatsar Jilid I ini berlangsung selama tiga hari (10-12/3) di Pantai Barombong, Takalar. Kegiatan ini dibuka oleh Ketua UKM Mapala Heri Ja’far dan pembina Syandri Syaban.

    Dalam sambutannya, Syandri menuturkan hakikat Mapala STIBA yang sesungguhnya adalah kasih sayang antara manusia dan alam. “Kita mencintai alam ini, maka alampun akan mencintai kita. Sebabnya adalah cinta terbesar kita curahkan kepada pemilik alam ini,” tuturnya.

    Kegiatan ini dimulai dengan pengukuhan 58 orang anggota dan dilanjutkan dengan penyampaian beberapa materi tambahan seperti rock climbing oleh Heri, mountaineering oleh Musliadi dan Oga Budianto, SAR oleh Tajuddin dg. Tarru dan materi kepemimpinan oleh Syandri Sya’ban. Sementara bertindak selaku instruktur dalam Diklatsar ini adalah Ibrahim Jahada.

    Syandri selaku pembina UKM mengemukakan tujuan dari kegiatan ini untuk mewujudkan generasi yang bertanggungjawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan terhadap kelestarian alam. “Perwujudan dari tema kegiatan adalah bagaimana anggota UKM Mapala STIBA tidak boleh sombong dan berbangga diri dengan apa yang dilakukan, karena manusia tidak akan pernah bisa menembus bumi dan setinggi langit”, ungkapnya.

    “Harapan kami dengan adanya kegiatan ini lahir generasi baru yang memberikan sumbangsih terbaik untuk negara secara umum, dan Umat Islam secara khusus”, tutupnya.

    Usai pengukuhan, peserta kemudian longmarch dari Kampus STIBA Makassar menuju Pantai Barombong yang berjarak sekira 37 km.  Rombongan terlebih dahulu mampir di kantor DPP Wahdah Islamiyah untuk menerima arahan dari Ketua Dewan Syuro Ustadz Muhammad Ikhwan Djalil, Lc., M.H.I. Dalam arahannya, Ustadz Muhammad Ikhwan menekankan pentingnya persiapan ilmu dan fisik bagi calon-calon dai dan ulama.

    Rombongan melanjutkan perjalanan menuju Barombong dengan menelusuri setapak Borong, menyeberangi kanal, hingga akhirnya tiba di Pantai Barombong pukul 2.00 dini hari. (Ihsan Dahri_Infokom BEM)

    map3 map2 map5 map6 map8 map7 map9

    Fotografer: Risal & Munadil Haq