(STIBA.ac.id) Maros – Bayangkan harus naik motor trail plus jalan kaki 40 menit cuma untuk mengajar mengaji atau jadi imam salat Idulfitri. Itulah yang dilakukan lima mahasiswa KKN STIBA Makassar di pelosok Maros. Mereka rela menembus medan sulit demi membuat warga di dusun terpencil bisa salat Idulfitri dengan khidmat.
Dari Jalan Beton Sampai ke Ujung Desa
Lokasinya? Dusun Bara, Cindakko, dan Tanete Bulu di Kecamatan Tompobulu. Aksesnya bukan main, habis jalan beton, tinggal jalan setapak. Tapi mahasiswa-mahasiswa ini pantang mundur. “Ya, jalannya memang berat. Tapi begitu lihat antusiasme warga, lelah langsung terbayar,” kata salah satu peserta, 31 Maret 2025.
“Kami Butuh Dai di Sini!”
Warga setempat ternyata sudah lama kekurangan pembimbing agama. “Salat Id saja biasanya seadanya, karena tak ada yang bisa jadi imam atau khatib,” cerita seorang warga. Makanya, kehadiran mahasiswa STIBA ini kayak jawaban dari langit.
Dosen pembimbing mereka, Ustaz Sirajuddin Syarif, sampai mengatakan, “Ini prestasi luar biasa. Bisa sampai ke pelosok-pelosok yang jarang terjamah.”
Harapan Warga: Jangan Cuma Pas Lebaran Saja
Kepala Desa Bonto Manurung, Mustakim, berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut. “Jangan cuma pas Ramadan saja ada yang mengajar. Kami butuh pembinaan rutin,” pintanya.
Nah, buat mahasiswa KKN ini, pengalaman jadi imam dan khatib di ujung desa mungkin jadi momen paling berkesan selama KKN. Sekalian membuktikan kalau dakwah itu harus sampai ke mana-mana, bahkan ke tempat yang susah dijangkau sekalipun.
(STIBA.ac.id) Maros – Awalnya cuma mau menyalurkan fidyah dan zakat mal, tapi mahasiswi KKN STIBA Makassar posko 2 Desa Toddopulia malah menemukan cerita yang bikin hati terenyuh.
Jumat (28/3) dan Ahad (30/3) jadi dua hari yang membuka mata mereka soal realitas di Dusun Bonto Panno, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros.
Berawal dari Rp50 Ribu Semuanya dimulai dari permintaan seorang teman yang ingin menyumbang Rp50 ribu buat seorang nenek yang benar-benar butuh bantuan. Dari situ, mahasiswi KKN mulai sadar kalau masih banyak warga yang hidup dalam keterbatasan. Hari Jumat, mereka menerima amanah dari Ibu Syatriani Djamal untuk menyalurkan fidyah ibunya.
Dengan dana yang ada, mereka memesan 30 kotak nasi dari salah satu katering terbaik di Toddopulia dan membagikannya menjelang Magrib ke 15 rumah di tiga RT.
Tapi, saat turun langsung ke lapangan, mereka menemukan kondisi yang jauh lebih mengharukan dari yang dibayangkan.
Viral dan Donasi Mengalir Merasa tidak bisa tinggal diam, mereka membagikan kisah ini di media sosial. Respons warganet? Luar biasa! Dalam semalam, donasi yang masuk sudah lebih dari satu juta rupiah.
Bahkan, cerita ini sampai ke Ibu Vebrianti yang akhirnya mempercayakan zakat malnya untuk mereka salurkan.
Hari Ahad, mereka kembali ke lapangan, kali ini dengan paket sembako dan uang tunai Rp300 ribu untuk setiap keluarga penerima. Satu paket sembako ini berisi kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, gula, telur, tepung, mi instan, biskuit, teh, susu kental manis, dan lainnya.
Lebih dari Sekadar Bantuan Bagi mahasiswi KKN, pengalaman ini lebih dari sekadar menyalurkan bantuan. Mereka melihat sendiri bagaimana kehidupan di pelosok yang jauh dari kata cukup.
“Kadang kita tidak sadar ada saudara-saudara kita yang masih sangat membutuhkan. Jadi perpanjangan tangan untuk mereka membuat kita lebih banyak bersyukur,” ujar Nur Azizah, salah satu mahasiswi yang ikut turun langsung.
Cerita ini jadi pengingat bahwa berbagi bukan cuma soal materi, tapi juga soal kepedulian dan perhatian. Semoga kisah ini bisa menginspirasi lebih banyak orang buat terus peduli dan berbagi.
(STIBA.ac.id) Maros – Mahasiswa KKN STIBA Desa Pucak ikut ambil bagian dalam penyaluran zakat fitrah kepada masyarakat yang membutuhkan. Bersama Remaja Masjid Qurratul Ain, mereka turun langsung ke lapangan untuk memastikan zakat sampai ke tangan yang berhak.
Awalnya, tanggung jawab pengumpulan dan penyaluran zakat fitrah ini sepenuhnya diemban oleh Remaja Masjid Qurratul Ain. Hingga sehari sebelum distribusi, terkumpul 212 liter beras dari 16 keluarga yang telah menunaikan zakatnya. Namun, keterbatasan tenaga dan alat transportasi membuat proses ini cukup menantang.
Melihat kondisi ini, M. Agus Suprianto, Koordinator Kecamatan, mengusulkan agar mahasiswa KKN ikut membantu dalam proses penyaluran. “Ada baiknya kita berpartisipasi, minimal membantu dengan tenaga kita untuk mengantarkan zakat fitrah kepada masyarakat,” ujarnya.
Tanpa ragu, mahasiswa KKN langsung setuju. Setelah berdiskusi dengan Remaja Masjid, tugas pun dibagi: Remaja Masjid menyiapkan zakat dan daftar penerima, sementara mahasiswa KKN bertugas menyalurkan langsung ke rumah-rumah warga.
Keesokan harinya, Sabtu 29 Maret, usai salat Subuh berjemaah, mahasiswa KKN langsung bergerak. Dengan bantuan Ridwan, seorang remaja SMP setempat yang mengenal daerah tersebut, mereka menyusuri desa, mengantarkan zakat dari rumah ke rumah.
Beberapa lokasi dijangkau dengan berjalan kaki, sementara lainnya ditempuh dengan kendaraan. Uniknya, mereka memilih untuk tetap bersama dalam satu kelompok agar suasana lebih hangat dan masyarakat semakin senang dengan kehadiran mahasiswa KKN.
Setelah tugas selesai, mereka kembali ke masjid. Para remaja masjid menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih mereka. “Kami merasa sangat terbantu atas keikutsertaan mahasiswa KKN dalam menyalurkan zakat fitrah ini,” ujar salah satu anggota Remaja Masjid.
Meskipun peran mereka tidak besar, mahasiswa KKN berharap aksi kecil ini bisa meninggalkan kesan baik bagi masyarakat Desa Pucak selama mereka menjalankan pengabdian di sana.
(STIBA.ac.id) Maros – Perjalanan berbagi tak selalu mudah, tapi itulah yang dilakukan mahasiswi KKN VIII STIBA Makassar di Kelurahan Borong, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros pada 29 Maret 2025. Dengan semangat, mereka menelusuri jalan poros, melewati sawah, hingga masuk ke hutan bambu demi menyalurkan hampers kepada warga yang membutuhkan.
Dua dusun yang menjadi tujuan mereka adalah Dusun Ammarang dan Dusun Dulang. Kegiatan ini bukan sekadar membagikan bingkisan, tapi juga menghadirkan kehangatan bagi mereka yang hidup dalam keterbatasan.
Perjalanan penuh Kesan Di tengah perjalanan, tiga remaja lokal, Dini, Tenri, dan Vita, ikut bergabung membantu.
Sesampainya di lokasi, hampers berisi bahan makanan dan kebutuhan pokok mulai disalurkan.
Salah satu momen paling mengharukan terjadi saat mereka bertemu seorang nenek yang tinggal berdua dengan anaknya yang sakit di rumah panggung yang sudah tua.
Dengan suara bergetar, ia berucap, “Alhamdulillah, saya sangat bersyukur ada yang masih peduli dengan kami. Semoga Allah membalas semua kebaikan ini dengan keberkahan.”
Lebih dari Sekadar Bingkisan
Bagi mahasiswi KKN, kegiatan ini bukan hanya soal memberi, tapi juga belajar. Mereka melihat langsung realitas kehidupan di pelosok, merasakan arti berbagi dari dekat, dan memahami bahwa kepedulian sekecil apa pun bisa membuat perbedaan besar.
Sebuah hadis Rasulullah ﷺ mengatakan, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad).
Dengan aksi ini, mereka berharap semangat berbagi bisa terus menyebar, bukan hanya selama KKN, tapi juga di hari-hari berikutnya.
(STIBA.ac.id) Makkah Al Mukarramah – Menghafal 30 juz Al-Qur’an itu butuh perjuangan. Tapi buat Muh. Adib Shafwan Asyraf Nurman, hasilnya sepadan. Mahasiswa Program Studi Ilmu Hadis STIBA Makassar ini sukses menyabet juara 1 kategori 30 juz di Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hafalan (STQH) Afirmasi Virtual 2025.
Rekan seangkatannya di STIBA Makassar, Laode Muhammad Izzatul Islam, juga ikut berkompetisi dengan semangat yang sama dan juga meraih predikat 1 kategori hafalan 20 juz. Keduanya punya cerita inspiratif soal perjalanan mereka sebagai penghafal Al-Qur’an.
Kenapa Hafalan Itu Penting?
Buat Adib, hafalan bukan cuma soal mengingat ayat, tapi bagaimana Al-Qur’an bisa jadi pedoman hidup. “Menjadi hafiz itu bukan sekadar hafal, tapi juga menjaga dan mengamalkan isinya,” katanya. Motivasi utamanya? Rida Allah dan doa orang tua. Ia ingin jadi kebanggaan mereka, di dunia maupun akhirat.
Izzatul punya alasan yang mirip. Ia ingin membanggakan orang tua sekaligus almamaternya. “Di kampus, lingkungannya sangat mendukung. Teman-teman dan dosen selalu memotivasi,” ungkapnya.
Bagaimana Cara Menjaga Hafalan?
Adib punya strategi sendiri. Ia menargetkan murajaah (pengulangan hafalan) 5 juz per hari.
“Biasanya saya ulang 1 juz setiap selesai salat fardu. Kalau belum selesai, saya lanjutkan sebelum tidur,” jelasnya.
Foto: Muhammad Adib Shafwan saat Ujian Lomba, ketika Sedang Sai (rangkaian ibadah umrah di Masjidil Haram)
Lalu, bagaimana kalau bosan? Adib memilih refreshing dengan jalan-jalan ke tempat yang tenang, seperti dataran tinggi atau pantai.
Izzatul menambahkan, menjaga lingkungan itu penting. “Di Prodi Ilmu Hadis, banyak mahasiswa dan dosen yang juga hafiz. Jadi, semangat kita ikut terbakar,” katanya.
Dukungan Keluarga dan Kampus yang Bikin Semangat
Perjalanan ini tentu tidak mudah. Makanya, support system dari keluarga dan kampus sangat membantu. Adib bercerita bahwa keluarganya, terutama orang tua dan kakaknya, selalu menyemangatinya. Di kampus, teman-temannya sering menyimak hafalannya dan berbagi tip.
Foto: La Ode Muhammad Izzatul Islam
Izzatul juga berterima kasih kepada Ustaz Muhammad Yusran Anshar, yang pertama kali menginfokan tentang STQH Afirmasi Virtual 2025.
“Beliau mengirimkan link pendaftaran di grup kelas. Saya lihat, daftar, dan akhirnya bisa ikut,” ujarnya.
Momen Paling Berkesan Saat Lomba
Adib punya pengalaman unik saat ujian. “Waktu itu saya lagi sai pas umrah, tiba-tiba jadwal ujian dimulai. Jujur agak gugup, tapi saya yakin kalau sudah siap, Allah pasti mudahkan,” ceritanya.
Lain lagi dengan Izzatul. Karena lombanya virtual, menurutnya tidak ada momen spesial. “Tapi yang penting, semangat menghafalnya tetap ada,” katanya.
Pesan untuk Para Penghafal Al-Qur’an
Buat yang lagi berjuang menghafal, Adib dan Izzatul punya beberapa tip:
Luruskan niat, hafalan bukan sekadar untuk lomba, tapi untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Konsisten, lebih baik hafalan sedikit tapi terjaga, daripada banyak tapi cepat lupa.
Pilih lingkungan yang positif, teman dan pembimbing yang baik bisa membantu kita tetap semangat.
Jadikan Al-Qur’an bagian dari hidup, bukan hanya hafalan, tapi juga diamalkan dalam keseharian.
“Semoga kita semua bisa menjadi Ahlul Qur’an yang dimuliakan Allah,” tutup Adib.
Prestasi ini bukan hanya kemenangan pribadi, tapi juga kebanggaan bagi keluarga dan kampus. Bukti bahwa perjuangan menghafal Al-Qur’an selalu membuahkan berkah.
(STIBA.ac.id) Maros – Mahasiswa KKN STIBA Makassar kembali menebar kebaikan di bulan Ramadan dengan membagikan 100 paket iftar kepada warga Desa Benteng Gajah.
Kegiatan ini berlangsung pada Jumat, 28 Maret 2025, dengan sasaran utama warga di pelosok desa seperti Kampung Tanete Panasa, Dusun Balocci, dan Kampung Taipa Labba, Dusun Sakeang.
Tanpa perlu warga datang mengambil, mahasiswa KKN STIBA mengantarkan langsung paket nasi kotak ke rumah-rumah. Sambutan hangat dan rasa syukur pun terlihat di wajah para penerima.
“Alhamdulillah, ini sangat membantu kami. Semoga Allah membalas kebaikan adik-adik mahasiswa, diberi kesehatan dan umur panjang,” ujar Pak Bakri, salah satu warga Kampung Tanete Panasa yang menerima paket iftar.
Koordinator Desa Benteng Gajah, Muh. Islahuddin Dahri, menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari program pengabdian masyarakat mahasiswa STIBA Makassar.
“Kami ingin berbagi kebahagiaan di bulan suci ini, terutama kepada warga di pelosok. Semoga program ini bisa terus berlanjut di tahun-tahun mendatang,” katanya.
Kegiatan Tebar Iftar ini pun mendapat apresiasi dari tokoh masyarakat setempat. Dengan semangat berbagi dan kepedulian sosial, mahasiswa KKN STIBA berharap dapat terus memberikan manfaat bagi warga Benteng Gajah sepanjang masa pengabdian mereka.
Reporter: Muh. Islahuddin Dahri Foto: Tim Media KKN Benteng Gajah
(STIBA.ac.id) Maros – Ada yang beda dari pembagian parcel Ied di Dusun Bonto Panno tahun ini. Mahasiswi KKN STIBA Makassar angkatan VIII posko 2 Desa Toddopulia tidak cuma berbagi sembako, tapi juga berbagi hadiah spesial buat muslimah di sana: jilbab cantik hijau sage.
Jumat pagi, suasana di lokasi acara penuh semangat. Para peserta pembelajaran Al-Qur’an yang memenuhi syarat sudah siap dengan kupon masing-masing.
Syaratnya? Cukup ikut kegiatan Dirosa minimal 10 kali dan hadir di Taklim Muslimah pekanan sebanyak dua kali. Setelah itu, mereka bisa menukar kupon dengan parcel Ied.
Dalam satu paket, ada teh satu kotak, minyak goreng, tepung satu kilogram, dan dua bungkus mi instan. Tapi yang paling bikin heboh adalah jilbab hijau sage yang langsung dipakai beberapa ibu-ibu buat berfoto bareng.
Ibu Hasma, Ibu RT 1 Dusun Bonto Panno, tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. “Alhamdulillah, terima kasih banyak buat anak-anak KKN STIBA Makassar. Warna jilbabnya juga bagus sekali. Sekali lagi, terima kasih,” ujarnya dengan senyum sumringah, 28 Maret 2025.
Nurvilla Paputungan, penanggung jawab kegiatan ini, berharap program ini bisa membawa dampak positif. “Kami ingin memotivasi Muslimah di Bonto Panno, terutama ibu-ibu, agar makin semangat ikut pembelajaran Al-Qur’an dan taklim Muslimah. Dengan apresiasi seperti ini, mudah-mudahan mereka makin giat belajar,” katanya.
Lebih dari sekadar bagi-bagi sembako, kegiatan ini jadi ajang mempererat silaturahmi dan menyemangati Muslimah di Bonto Panno buat terus belajar dan memperdalam ilmu agama. Tidak cuma bawa pulang parcel, tapi juga inspirasi dan kebersamaan yang berharga.
(STIBA.ac.id) Maros – Bagi sebagian orang, Ramadan adalah momen berbagi kebahagiaan. Begitu juga dengan mahasiswi KKN STIBA Makassar yang turun langsung ke Desa Jenetaesa untuk menyalurkan bantuan kepada duafa lewat program “Berkah Peduli Santunan Dhuafa”. Aksi sosial ini bukan sekadar membagikan santunan, tapi juga menghadirkan harapan bagi mereka yang hidup dalam keterbatasan.
Dengan penuh semangat, para mahasiswi mengetuk satu per satu pintu rumah warga yang membutuhkan. Ada janda pekerja serabutan yang merawat anak sakit, ibu rumah tangga yang tinggal di rumah mungil 3×3 meter bersama suaminya yang bekerja serabutan, pasangan lansia dengan kondisi kesehatan menurun, kakek sebatang kara, hingga perempuan marbot masjid yang berjuang menghidupi anaknya yang memiliki keterbatasan.
Setiap pertemuan menyisakan cerita haru. Salah satu penerima bantuan bahkan tak bisa membendung air matanya. “Saya tidak menyangka masih ada yang peduli. Bantuan ini sangat berarti bagi kami. Semoga Allah membalas kebaikan kalian,” ucapnya dengan suara bergetar.
Program ini bukan cuma soal memberi, tapi juga soal kepedulian dan rasa kemanusiaan. Mahasiswi KKN STIBA berharap aksi ini bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk berbagi. Karena sekecil apa pun kebaikan yang diberikan, bisa menjadi sesuatu yang sangat besar bagi mereka yang membutuhkan.
(STIBA.ac.id) Maros – Bulan Ramadan memang bulan berbagi, dan mahasiswi KKN VIII STIBA Makassar di Desa Tompobulu benar-benar menunjukkan aksi nyata. Untuk pertama kalinya, mereka mengadakan program Tebar Sembako bagi warga yang membutuhkan. Acara yang digelar pada 28 Ramadan 1446 H ini menjadi momen spesial karena belum pernah ada program seperti ini di desa tersebut sebelumnya.
Gagasan berbagi sembako ini muncul setelah mahasiswi KKN berdiskusi dengan perangkat desa dan melihat banyak warga yang kesulitan memenuhi kebutuhan pokok, terutama menjelang lebaran. Akhirnya, mereka bergerak cepat untuk mengumpulkan sembako dan membagikannya kepada warga yang paling membutuhkan.
Respon warga? Luar biasa! Kepala Dusun Masale bahkan mengatakan, “Ini baru pertama kali ada mahasiswa KKN yang tidak hanya mengajar, tetapi juga langsung berbagi kebahagiaan di bulan Ramadan. Kami sangat bersyukur.”
Acara ini berlangsung lancar dan penuh kebersamaan. Mahasiswi KKN bekerja sama dengan perangkat desa untuk memastikan bantuan sampai ke warga yang tepat. Warga sangat antusias, dan momen berbagi sembako ini juga menjadi ajang silaturahmi antara mahasiswi KKN dan masyarakat Tompobulu.
Harapannya, program seperti ini bisa terus berlanjut, bahkan menjadi agenda rutin desa. Sebab, dampaknya benar-benar terasa bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan.
(STIBA.ac.id) Makassar – Saat kebanyakan orang menikmati libur Ramadan dengan bersantai di rumah, kader Departemen Tahsinul Qira’ah UKM Raudhatul Huffazh STIBA Makassar memilih untuk bergerak. Mereka menjalankan GASQAN (Gerakan Asyik Qur’an), sebuah inisiatif yang membawa mereka kembali ke kampung halaman masing-masing untuk berbagi ilmu dan memperkuat syiar Islam.
Dengan semangat, para kader ini menjalankan berbagai program yang berdampak langsung pada masyarakat setempat. Berikut beberapa kegiatan mereka:
Halaqah Tahsin: Memberantas Buta Huruf Al-Qur’an
Di Enrekang dan Mamuju, Azzam Hikmatullah, Ilhamuddin, dan Harun menggelar halakah tahsin untuk adik-adik SD, SMP, hingga SMA. Mereka bukan hanya mengajarkan cara membaca Al-Qur’an dengan benar, tapi juga memberikan motivasi agar generasi muda lebih mencintai Al-Qur’an. Dampaknya? Perlahan, buta huruf Al-Qur’an mulai diberantas di masyarakat setempat.
Ceramah Tarawih: Dakwah untuk Jemaah Masjid
Sementara itu, di Konawe, Ino Adriansyah memilih jalan dakwah melalui ceramah tarawih. Setiap malam, ia menyampaikan nasihat keislaman kepada jemaah, dengan harapan puasa mereka semakin berkualitas. “Bukan cuma ibadah fisik, tapi juga memahami makna Ramadan itu sendiri,” katanya.
Imam Tarawih: Mengamalkan Hafalan Al-Qur’an
Lain lagi dengan Nur Fachriyansyah Al Farisi di Belopa, Kabupaten Luwu. Ia memanfaatkan hafalan Al-Qur’annya untuk menjadi imam tarawih. Ini bukan sekadar memimpin salat, tapi juga bentuk syiar bahwa Al-Qur’an tidak hanya untuk dihafal, tapi harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat menyambut baik kegiatan ini. Tidak hanya para kader yang semangat, tapi juga warga yang merasa terbantu dan termotivasi.
Apa Selanjutnya?
Keseruan belum berakhir. UKM Raudhatul Huffazh STIBA Makassar sudah menyiapkan program baru: ARUS (Al-Qur’an Rumah untuk Semua). Kali ini, mereka akan membawa dakwah hingga ke pelosok-pelosok pedalaman.
Mereka juga membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin berkontribusi dalam gerakan ini. Yuk, ikut serta dalam kebaikan dengan berdonasi melalui rekening berikut: