Filosofi kegiatan ini adalah angka 860 yakni surah Al-Anfaal ayat 60:
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Anfaal: 60)
Kegiatan ini disebut Islamic camp V dan bertemakan Pendakian menuju Puncak Badar”. Inilah tema kegiatan yang diusung oleh PUSJARWIL II LIDMI yang dikoordinatori oleh Kampus UNM sebagai pelaksana. Kegiatan ini dilaksanakan sekali setahun dan pada tahun ini adalah yang kelima kalinya dilaksanakan sejak tahun 2009. Kegiatan ini dihadiri tujuh kampus se-Makassar yakni STIBA Makassar (15 utusan), UNHAS, POLTEK Ujung Pandang, STMIK Handayani, UIN, UMI dan UNM dengan jumlah peserta 114 orang.
 
Awalnya kegiatan ini menjadi sebuah tanda tanya bagi peserta karena tempat yang disebutkan dalam pamflet adalah “Bumi Allah yang Dirahasiakan”. Akhirnya pada hari Jumat tanggal 14 Rajab bertepatan dengan 24 Mei 2013 setelah pembukaan di ruang senat UNM perjalanan dimulai pukul 17.30 sore menggunakan dua truk besar untuk memobilisi para peserta dan sampai di titik start perjalanan Islamic Camp pukul 21.00 tepatnya di Kabupaten Maros Kecamatan Tompo Bulu.
 
Agenda malam tersebut setalah makan bersama adalah pembentukan regu yang terdiri dari 9 regu pasukan yang diberi nama para sahabat ahlul Badar seperti Hamzah bin Abdul Muththalib dan lainnya. Kegiatan malam ini tidak sampai di sini saja, namun setiap tim dibagi menjadi dua, setengahnya untuk “tafaqquh fiddin” mempelajari secara detail sejarah peperangan perang badar yang akan menjadi pertanyaan di setiap pos yang terdiri dari 6 pos, setengahnya lagi dari keseluruhan regu pasukan akan dijalankan malam itu juga untuk menghidupkan 2 masjid setelahnya yang hanya dipergunakan untuk shalat Jum’at. Malam yang sunyi dan gelap tersebut tidak memadamkan semangat setiap peserta, walau yang terdengar adalah suara-suara serangga dan air sungai serta gemuruh angin yang dibalut dinginnya malam.
 
Titik start dari Kec. Tompo Bulu Kab. Maros

Keadaan di Lapangan
             Start perjalanan dimulai sekitar pukul 07.00 pagi hari Sabtu setelah pemanasan dari seorang Ikhwah LDK Ashabul Kahfi UMI. Akhirnya kami sampai dan berkumpul semua di Pos I sekitar pukul 10.00, perjalanan yang cukup melelahkan sebagai muqaddimah dari Islamic camp kali ini. Selanjutnya para peserta menggelar kembali makan jama’itapi dengan menjama’ makan pagi dan siang. Pukul 11.00 perjalanan kembali dilanjutkan. Di perjalanan inilah seluruh peserta mengetahui bahwa perjalan kita menembus gunung di daerah Malino Kabupaten Gowa. Perjalanan hari ini terhenti sekitar pukul 4 sore, setelah semua pasukan diguyur hujan yang deras sejak pukul 2.30 siang. Basah kuyup, kedinginan, lapar serta letih semua telah bercampur, namun kami ditekankan untuk bersabar dan menguatkan kesabaran tersebut.
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”(QS. Ali Imran: 200)
Pos I Islamic Camp

 

Perjalanan yang cukup melelahkan hari ini dengan berjalan sekitar 8 jam melintasi gunung dan lembah. Di sekitar rumah warga pegunungan inilah kami shalat jama’ qasar Dzuhur dan Ashar, membangun tenda, merawat pasukan yang sakit dan menyiapkan bekal makan malam ini lalu menyiapkan kekuatan untuk perjalanan esoknya.

            Esok paginya hari Ahad setelah melaksanakan shalat Subuh berjama’ah, para pasukan kembali disiapkan dengan perubahan dari 9 regu pasukan menjadi 4 regu saja yang diberi nama 4 khalifah kaum muslimin, tentunya setelah sarapan berjama’ah, mungkin makan di atas gunung ini pantas masuk rekor muri karena para pasukan dijejer berpasangan sampai lebih 30 meter, sebuah kebersamaan yang tak terbayarkan dengan apapun.
Perjalanan Menyusuri Lereng Gunung
 
Kata seorang SC, perjalanan hari ini akan memakan waktu sekitar 10 jam, karena tempat yang seharusnya dituju dan dijadikan tempat camping adalah puncak Badar (puncak tertinggi yang menjadi perbatasan kabupaten Maros dan Gowa). Akhirnya perjalanan pun dimulai sekitar pukul 8 pagi, setiap pasukan diberangkatkan bersama tim pendamping yang telah cek lokasi beberapa hari sebelumnya. Sebuah perjalanan yang sangat meletihkan, dari puncak Badar yang ingin dituju, dari setiap puncak ada lagi puncak yang serasa tak pernah habis, akhirnya kami mendapati pendakian puncak Badar yang curam, tapi tiada kalimat patah semangat, di setiap regunya bergumuruh suara takbir “ALLAHU AKBAR” yang menggetarkan setiap gunungnya. Sampailah kami di pendakian yang berat ini, semua regu berkumpul di sini, menyiapkan tenaga dengan bekal yang tersedia, sambil menikmati pemandangan indah yang tak terbayarkan, seolah-olah melihat gunung-gunung lebih rendah dari kami, melihat perbatasan laut yang jauh di sana dan segarnya udara yang tak tercemar dari polusi kota.

Foto Bersama Peserta dari Tim BEM STIBA Makassar di “Puncak Badar”

 

            Perjalanan pun dilanjutkan sekitar pukul 11 melewati begitu banyak gunung dan lembah yang tak bisa kami hitung lagi karena letihnya perjalanan. Perjalanan dari Puncak Badar, semua tim kembali dipertemukan di sebuah sungai besar dan deras, para pasukan pun menghilangkan letih dengan mandi di sungai ini dan santap siang dengan bekal sekadarnya, kemudian melanjutkan perjalanan ke Kota Malino. Tim pertama Abu Bakar Ash Shiddiq sampai di lokasi sekitar pukul 4.30 sore, adapun tim terakhir yakni Umar bin Khattab (Tim Utsman dan Ali diperjalankan dahulu) sampai di lokasi sekitar pukul 6.30 malam. Akhirnya perjalanan yang panjang ini sekitar 28 km berakhir pula dalam ekpedisi 3 hari dua malam.
 
Ibrah Yang Dapat Yang Dapat Diambil: 
a.       Merasakan sedikit perjuangan para sahabat dalam mendampingi Rasulullah di setiap perang melawan kaum musyrikin.
b.      Pentingnya kesabaran dalam perjuangan karena ia sangat berat dan penuh ujian.
c.       Menguatkan jasad para aktifis dakwah dari beban ummat ini untuk tetap semangat dalam memperjuangkan dien ini.
d.      Keyakinan bahwa akhir dari sebuah perjuangan yang berat adalah kebahagiaan dan kenikmatan yakni di surga Allah.
e.       Menyiapkan diri baik fisik dan ilmu sebelum adzan jihad yang sesungguhnya dikumandangkan.
f.       Memahami perjalanan para ulama dahulu yang begitu panjang dan lama (berbulan-bulan) dalam menuntut ilmu demi mengambil satu hadits saja dari guru-guru mereka.
g.      Mengambil ibrah (pelajaran) dari setiap perjalanan tentang penciptaan bumi, laut, gunung dsb untuk menambah keimanan dari tadabur alam ini, sekaligus meyakinkan bahwa semuanya tidaklah Allah ciptakan begitu saja, dan semuanya tunduk di hadapan Allah.
 “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika ialah yang kamu hendak sembah” (QS. Fushshilat: 37).
h.      Memahami kicauan burung, serangga yang dilalui bahwa semua makhluk senantiasa berdzikir kepada Allah, maka pantaskah bagi seorang manusia terus lalai dari kemaksiatannya kepada Allah, sementara apa yang kita lakukan semuanya akan dihisab oleh Allah!?
i.        Kesiapan para sahabat untuk senatiasa dipimpin dan mendampingi Rasulullahshallallahu alaihi wasallam, dan itulah yang harus dilakukan para pasukan mengikuti aturan yang telah dibuat oleh SC dan OC.
j.        Bahayanya sikap membangkang kepada pemimpin seperti yang terjadi pada Perang Uhud, yang berujung dengan kekalahan kaum muslimin.
k.      Indahnya kebersamaan dalam ukhuwah imaniyah dengan saling berbagi akan apa yang dimiliki  demi memperoleh keberkahan.
l.        Mentarbiyah diri ini untuk bersikap itsar (mendahulukan) terhadap saudara seiman sebagaimana yang terjadi pada Perang Yarmuk.
Inilah yang dapat kami kisahkan sedikit dari perjalanan ukhuwah dan perjuangan yang penuh ibrahyang kami sebutkan dan mungkin setiap peserta bisa mendapatkannya, namun yang tidak kalah pentingnya setelah perjalanan ini, untuk tetap istiqamah memperjuangkan dien ini dan bersabar dalam setiap ujian yang ada, karena semuanya akan berakhir dengan kebahagiaan di Jannah-Nya.
 “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (QS. Fushshilat: 30).
           Oleh : Askar Fatahuddin (peserta utusan STIBA Makassar)


Loading

Tinggalkan Balasan