(STIBA.ac.id) Maros – Masjid Babul Khairat, Dusun Masale, Kecamatan Tompobulu, menjadi saksi antusiasme luar biasa dari para bapak-bapak yang mengikuti Program Tahsin Qiroah yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Angkatan VIII STIBA Makassar. Program ini dirancang khusus untuk membantu masyarakat memperbaiki bacaan Al-Qur’an selama bulan Ramadan.

Kegiatan ini tak sekadar menjadi rutinitas pengajaran, melainkan seperti ladang tempat tumbuhnya benih-benih cinta pada kalamullah. Setiap pertemuan menjadi momentum yang dinanti-nanti. Para peserta dengan penuh semangat menimba ilmu, meski usia tak lagi muda, meski lidah terkadang masih tergelincir dalam makhraj, namun hati mereka tetap lapang menerima setiap koreksi. Mereka datang bukan hanya untuk belajar, tetapi juga untuk memperbaiki hubungan mereka dengan Al-Qur’an.

Program tahsin ini membuktikan bahwa belajar tidak mengenal usia, dan memperbaiki bacaan bukanlah tanda kekurangan, melainkan bukti cinta yang tulus kepada firman Allah. Setiap malam menjadi saksi, bagaimana huruf demi huruf dibaca ulang, disusun kembali, hingga terdengar lebih tepat, lebih indah, dan lebih menghujam ke dalam jiwa.

Namun di balik semangat itu, ada rona haru yang mulai terasa. Waktu KKN yang kian mendekati ujung bak bulan sabit yang semakin menipis cahayanya. Salah seorang peserta berkata lirih, “Jika kami bisa meminta, kami akan meminta tambahan satu bulan lagi untuk masa KKN ini.” Kalimat itu sederhana, namun sarat makna. Sebuah harapan tulus dari hati yang mulai merasa kehilangan akan hadirnya para pembimbing muda yang tak kenal lelah membina mereka.

Bagi para mahasiswa KKN, program ini bukan sekadar agenda pengabdian, tetapi juga perjalanan batin. Mereka menyadari bahwa keberkahan bukan hanya terletak pada banyaknya kegiatan, tetapi pada ketulusan niat dan manfaat yang ditinggalkan. Dan tahsin ini, insyaallah, menjadi salah satu jejak indah itu, jejak yang akan terus tumbuh dalam ingatan para peserta, bahkan ketika para pengajar telah kembali ke kampusnya.

Semoga Al-Qur’an yang kini dibaca lebih baik, lebih tartil, dan lebih paham, menjadi saksi bahwa di Masjid Babul Khairat pernah ada perjuangan kecil yang membekas besar.

Reporter: Sulfajrul Pratama

Loading