
(STIBA.ac.id) Maros — Hujan gerimis dan langit mendung sama sekali tidak menyurutkan semangat puluhan anak-anak Desa Samangki ikut serunya Islamic Fun Day. Bertempat di rumah Kepala Desa Samangki, acara yang digagas oleh mahasiswi KKN STIBA Makassar posko 2 pada Selasa (8/4/2025) ini sukses membuat suasana ramai, seru, dan tentu saja penuh makna.
Sekitar 60 anak dari 4 TK/TPA—TK/TPA Yanbu’ul Qur’an, Al-Multazam, Al-Fitrah, dan Ummu Shalih—datang dengan wajah cerah meski cuaca agak sendu. Mereka tidak datang hanya untuk bermain, tapi juga buat belajar Islam dengan cara yang asyik dan tidak bikin bosan.
Main, Belajar, dan Terinspirasi
Acara dibuka dengan sambutan dari Herawati, ketua panitia, yang terlihat sangat senang melihat antusiasme anak-anak. Lalu ada sambutan dari Koordinator Desa, Pak Taruna Abdi, yang menekankan pentingnya belajar agama dengan cara yang menyenangkan.
Acara ini resmi dibuka oleh Ibu Kepala Desa, Hj. Darwana, yang berharap kegiatan ini bisa jadi awal pembentukan generasi Qur’ani di desa tercinta.
Di Islamic Fun Day ini, anak-anak diajak lomba yang tidak biasa: mulai dari sambung ayat, kuis kisah Nabi, sampai sesi storytelling dari kakak-kakak KKN yang membuat kisah perjuangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jadi hidup dan menyentuh.
Mereka dibagi jadi tujuh kelompok, masing-masing berisi delapan anak. Ada tawa, semangat, dan rasa penasaran yang terus muncul sepanjang lomba.
“Senang sekali, kak, belajar tapi kayak main-main!” kata salah satu peserta sambil memegang snack dan hadiah doorprize-nya.

Lebih dari Sekadar Acara Anak-Anak
Islamic Fun Day ini bukan cuma ajang seru-seruan. Tapi juga bentuk nyata dari dakwah yang dekat, ringan, dan menyentuh. Anak-anak bisa belajar cinta Al-Qur’an, mengenal kisah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tumbuh jadi pribadi yang lebih baik—semua lewat pendekatan yang ramah dan menyenangkan.
Acara ditutup dengan sesi foto bareng, lengkap dengan snack dan hadiah buat para peserta. Sebuah kenangan kecil yang mungkin nanti akan jadi titik awal besar dalam hidup mereka.
Karena jadi bintang itu tidak harus di atas panggung. Di bumi Samangki, mereka sudah mulai bersinar.
Reporter: Nabihatul Basyirah, Yolanda Nova, dan Herawati.
Dokumentasi: Filvy Fatimah Ali