(STIBA.ac.id) Maros  – Di desa kecil bernama Jenetaesa, suara lirih pelafalan huruf hijaiah perlahan mulai terdengar nyaring. Bukan dari anak-anak TPQ, tapi dari ibu-ibu dan remaja putri yang baru sekarang punya kesempatan belajar Al-Qur’an dari nol.

Semua ini berawal dari langkah kecil para mahasiswi KKN STIBA Makassar. Mereka datang bukan hanya untuk mengabdi, tapi juga membawa mimpi sederhana: menjadikan Al-Qur’an lebih dekat dan ramah bagi siapa saja, terutama bagi mereka yang sempat atau luput dari pendidikan agama di masa kecil.

Mengetuk Pintu, Menyapa dengan Senyum

Tidak mudah membangun sesuatu dari nol, apalagi di tempat yang benar-benar baru. Tapi itu tidak membuat mereka surut langkah. Satu per satu pintu rumah mereka datangi, dengan senyum dan ajakan yang hangat:
“Bu, mau belajar mengaji bersama kami?”

Hasilnya? Sebelas halakah Dirosa (Pendidikan Al-Qur’an Orang Dewasa) terbentuk di berbagai dusun Desa Jenetaesa. Warga datang sendiri, bahkan sebelum azan Subuh berkumandang. Masjid-masjid di desa ini mendadak jadi ruang belajar yang penuh semangat dan harapan.

Belajar dari Nol, Tapi Penuh Harap

Di dalam lingkaran-lingkaran kecil itu, huruf demi huruf dikenalkan. Banyak peserta yang awalnya malu, merasa terlambat. Tapi perlahan, yang ada justru rasa bangga dan percaya diri.

Buat mahasiswi KKN, ini bukan sekadar program. Ini bagian dari dakwah, cara mereka menunjukkan bahwa Islam itu memeluk, bukan menghakimi.

Dari Desa, untuk Umat

Salah satu mahasiswi berkata, “Alhamdulillah, kami hanya ingin jadi bagian kecil dari perubahan. Semoga yang kami tanam hari ini bisa terus tumbuh meski kami pulang nanti.”

Dan benar, meski masa KKN tidak panjang, benih yang mereka tanam sudah mulai tumbuh. Warga mulai terbiasa belajar bersama. Halakah-halakah kecil ini bukan cuma tempat belajar, tapi juga jadi ruang aman untuk saling menyemangati.

Para mahasiswi KKN STIBA Makassar tidak datang sebagai tamu. Mereka hadir sebagai sahabat, guru, sekaligus penyala semangat. Dan di Desa Jenetaesa, cahaya Al-Qur’an kini bersinar lebih terang, karena mereka percaya, perubahan bisa dimulai dari tempat sekecil apa pun.

Loading