Temu Mudarrisah: Dari Keindahan Tilawah Menuju Pembentukan Generasi Qurani


(STIBA.ac.id) Makassar — Mengajar Al-Qur’an bukan sekadar soal menyampaikan bacaan yang benar. Lebih dari itu, seorang mudarrisah (pengajar) harus mampu menyalakan cahaya cinta Al-Qur’an di hati para santri, bukan memadamkannya dengan sikap yang keras.

Itulah pesan yang ingin ditanamkan dalam kegiatan Temu Mudarrisah Al-Qur’an yang digelar oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Raudhatul Huffaazh Putri IAI STIBA Makassar pada Senin (27 Oktober 2025 M / 5 Jumada al-Ula 1447 H) di Aula Gedung Aisyah. Sebanyak 76 mahasiswi yang telah menjadi mudarrisah Al-Qur’an mengikuti kegiatan ini dengan penuh antusias.

Mengusung tema “من تجويد التلاوة إلى غرس الجيل القرآني” atau “Dari Keindahan Tilawah Menuju Pembentukan Generasi Qurani”, kegiatan ini bertujuan menjalin silaturahmi antar-mudarrisah serta memberikan penguatan rohaniah dalam mengajarkan Al-Qur’an.

Meneladani Abdullah bin Mas’ud: Sahabat dengan Bacaan Terindah

Kegiatan diawali dengan khidmat melalui pembacaan ayat suci Al-Qur’an, kemudian dilanjutkan dengan inti acara yaitu penyampaian materi oleh Ustazah Mardiani, S.H. Dalam kesempatan tersebut, beliau membawakan kisah inspiratif tentang sahabat Nabi Muhammad ﷺ, Abdullah bin Mas’ud—seorang sahabat yang dikenal karena keluasan ilmunya, keindahan bacaan Al-Qur’annya, serta kedekatannya dengan Rasulullah ﷺ.

Selain itu, Ustazah Mardiani juga menjelaskan tentang adab pengajar Al-Qur’an, metode mengajar Al-Qur’an, dan pentingnya sinergi antar-mudarrisah. Dalam penyampaiannya, beliau menekankan, “Mengajar Al-Qur’an dengan hati yang keras memadamkan cahaya, bukan menyalakannya.”

Betul sekali! Di era seperti sekarang, banyak pengajar yang fokus pada kesempurnaan bacaan, tapi melupakan pentingnya membangun kecintaan kepada Al-Qur’an di hati para santri. Padahal, santri yang mencintai Al-Qur’an akan terus belajar dengan sendirinya, bahkan setelah tidak lagi diajar.

Semangat Perjuangan Muṣ’ab bin ‘Umair

Acara juga diisi dengan sesi penguatan motivasi dalam menjalankan amanah sebagai mudarrisah Al-Qur’an. Dalam sesi tersebut, peserta diajak meneladani semangat perjuangan sahabat Nabi ﷺ, Muṣ’ab bin ‘Umair, seorang dai pertama dalam Islam yang rela mengorbankan segalanya demi agama.

Kisah Muṣ’ab bin ‘Umair menjadi pengingat bahwa mengajar Al-Qur’an adalah bentuk dakwah yang mulia, yang membutuhkan pengorbanan, kesabaran, dan keikhlasan yang tinggi.

Asupan Ruhiyah dan Penguatan Ukhuwah

Kegiatan Temu Mudarrisah ini diharapkan dapat menjadi asupan ruhiyah serta mempererat ukhuwah di antara para pengajar Al-Qur’an. Karena pada akhirnya, generasi Qur’ani yang kuat tidak hanya dilahirkan dari hafalan yang sempurna, tapi juga dari hati para mudarrisah yang ikhlas dan penuh cinta kepada Al-Qur’an.

Dengan semangat “dari keindahan tilawah menuju pembentukan generasi Qurani”, para mudarrisah diharapkan dapat menjadi teladan hidup yang menyalakan cahaya Al-Qur’an di hati setiap santri yang mereka bimbing.