Dari Evaluasi ke Arah Baru: Cerita di Balik Muktamar XI UKM Raudhatul Huffaz Putri IAI STIBA Makassar

(STIBA.ac.id) Makassar – Aula Ummu Salamah menjadi saksi satu fase penting perjalanan UKM Raudhatul Huffaz Putri IAI STIBA Makassar. Di sanalah Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Akhir Kepengurusan yang dirangkaikan dengan Muktamar XI Tahun 2025 digelar, Senin (15/12/2025). Penuh refleksi, evaluasi, dan semangat menata arah ke depan.

Seluruh pengurus UKM Raudhatul Huffaz Putri hadir, ditemani para ustazah, pembina UKM, serta pengurus inti atau perwakilan dari UKM lain. Suasananya hangat, serius tapi tidak tegang. Semua datang dengan satu tujuan: melihat kembali apa yang sudah dilalui, lalu melangkah lebih matang ke depan.

Tahun ini, tema yang diusung cukup dalam maknanya: “Evaluasi Strategis dan Peneguhan Arah Organisasi” (التقويم الاستراتيجي والتعزيز التنظيمي). Tema ini juga menjadi benang merah seluruh lembaga kemahasiswaan putri IAI STIBA Makassar, seolah mengingatkan bahwa setiap organisasi perlu jeda sejenak, bukan untuk berhenti, tapi untuk memastikan arah.

Acara dimulai dengan pemaparan laporan dari tiga bidang utama: Bidang Perbaikan Bacaan, Bidang Hafalan, dan Bidang Murajaah. Satu per satu, capaian, tantangan, hingga catatan evaluasi disampaikan secara terbuka. Tidak ada yang ditutup-tutupi, semua dibahas sebagai bahan belajar bersama.

Masuk ke sesi tanya jawab, suasana semakin hidup. Pertanyaan mengalir, saran pun berdatangan. Para pengurus inti dan perwakilan UKM aktif berdiskusi, bukan untuk mencari kesalahan, tapi untuk saling menguatkan. Forum ini terasa seperti ruang tumbuh bersama, bukan sekadar forum laporan.

Salah satu catatan penting datang dari Ustazah Maryam, S.H., M.H., khususnya terkait Bidang Murajaah. Beliau mengingatkan bahwa pengambilan sanad bukanlah semata untuk me-mutqin-kan hafalan 30 juz. Lebih dari itu, sanad adalah upaya menjaga keaslian bacaan Al-Qur’an. Menurut beliau, pengambilan sanad berbeda dengan ijazah hafalan, sementara kemantapan hafalan akan terus mengikuti proses tersebut. Sebuah pengingat yang menenangkan sekaligus meluruskan niat.

Apresiasi dan semangat juga mengalir dari Ustazah Dewi Indriani, Lc., M.H. Beliau menyampaikan terima kasih kepada seluruh pengurus atas dedikasi yang telah dicurahkan selama satu periode. Di balik laporan dan angka-angka, ada perjuangan panjang, lelah, air mata, dan keikhlasan yang sering kali tak terlihat.

Beliau juga menyinggung besarnya amanah yang diemban pengurus UKM Raudhatul Huffaz Putri. Tanggung jawab mereka bukan hal kecil, karena berkaitan langsung dengan pembinaan dan integritas lebih dari seribu mahasiswi, baik yang tinggal di asrama maupun di luar asrama. “Pengurus sering kali dibebani ekspektasi tinggi, harus unggul dalam hafalan, harus jadi teladan, padahal tetap manusia biasa,” ungkap beliau dengan nada penuh empati.

Namun, pesan beliau ditutup dengan penguatan yang menyejukkan. Di balik amanah yang besar, ada penjagaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa menyertai. Proses menjalankan amanah itulah yang akan membentuk pribadi pengurus dan menjadi ladang pahala, selama semua ikhtiar diniatkan karena Allah, bukan sekadar untuk terlihat bertanggung jawab.

Muktamar XI ini pun bukan sekadar akhir. Ia menjadi titik jeda untuk menoleh ke belakang dengan jujur, lalu melangkah ke depan dengan lebih yakin. Sebuah proses yang mungkin melelahkan, tapi penuh makna, seperti perjalanan menghafal dan menjaga Al-Qur’an itu sendiri.

Reporter: Tim Humas Jurnalistik Putri IAI STIBA Makassar (Tiara)