(STIBA.ac.id) Makassar – Ketua Senat Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar, Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D., membuka Kuliah Perdana STIBA Makassar. Dalam orasinya, ia menyoroti tema yang belum pernah dibahas secara persis dalam kuliah-kuliah perdana sebelumnya, yaitu “Peran Umat Islam dalam Menentukan Arah Politik di Indonesia.”
Ketua Senat juga mengingatkan pentingnya ilmu dalam agama Islam. Ia mengutip hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyatakan bahwa menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap Muslim. Namun, pertanyaan yang muncul adalah apa ilmu yang seharusnya menjadi fardu ain bagi kita.
“Ada fardu ain dan ada fardu kifayah. Kapan ilmu menjadi suatu yang dikatakan fardu ain? Suatu ilmu menjadi fardu ain ketika dia sudah sangat dibutuhkan,” ujarnya.
Selanjutnya, Ustaz Yusran membahas tentang pemilihan umum yang akan datang. Dia mendorong para mahasiswa untuk menentukan sikap dalam memilih pemimpin yang pantas. Mahasiswa diharapkan setelah kuliah perdana ini sudah bisa menentukan sikapnya dalam memilih dan siapa yang pantas untuk dipilih.
Ustaz Yusran juga menekankan pentingnya mengambil pelajaran dari ayat-ayat Al-Quran yang telah dibaca oleh qari dalam acara tersebut, yaitu Surat Al-Baqarah terkait dengan kepemimpinan, khususnya dalam kisah Nabi Ibrahim alaihisalam.
Dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan kepada Nabi Ibrahim alaihi salam, “Inni ja’iluka linnasi imama,” yang artinya, “Aku menjadikanmu sebagai pemimpin bagi manusia.” Namun, menurut Ustaz Yusran, perlu dicatat bahwa Allah menguji Nabi Ibrahim sebelum memberikan kepemimpinan tersebut. Ini merupakan pengingat bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang melewati ujian dan tantangan dengan baik.
Mantan Ketua STIBA Makassar dua periode tersebut juga mengutip pernyataan Imam Syafi’i rahimahullah yang mengatakan, “Laa yumakkan hatta yubtala”, bahwa pemimpin yang ideal adalah mereka yang berhasil melewati ujian.
Faedah lain yang juga diungkapkan Ustaz Yusran dalam ayat tersebut adalah pentingnya seorang pemimpin dalam memperhatikan ibadah kepada Allah. Nabi Ibrahim, sebagai contoh, diamanahkan untuk mengurus Baitullah, tempat peribadatan kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa pemimpin seharusnya menjadi teladan dalam ibadah dan memfasilitasi hamba-hamba Allah untuk mendekat kepada-Nya. Pemimpin yang ideal adalah mereka yang konsisten dalam menjalankan ibadah, seperti salat, dan bahkan bisa memimpin salat bagi umatnya.
Pentingnya doa dalam kepemimpinan adalah faedah berikutnya dari kisah Nabi Ibrahim yang dipaparkan Ustaz Yusran. Nabi Ibrahim dikisahkan dalam Al-Qur’an mendoakan negeri Mekah. Doanya adalah bukti dari kepeduliannya terhadap negeri dan keinginannya agar negeri tersebut diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah ini juga menyoroti pemikiran Nabi Ibrahim tentang kepemimpinan. Nabi Ibrahim sadar bahwa tidak semua keturunannya berhak menjadi pemimpin, di mana Allah mengabarkan bahwa hanya mereka yang taat kepada Allah dari keturunannya yang berhak menjadi pemimpin.
Selain itu, Ustaz Yusran juga membahas pentingnya pemimpin dalam memikirkan masa depan generasi pelanjut. Nabi Ibrahim, misalnya, berdoa agar Allah mengutus rasul-rasul di antara keturunan mereka. Hal ini menekankan pentingnya melahirkan generasi yang kuat dalam iman dan ketaatan kepada Allah.
Poin terakhir dari tadabur ayat yang dibacakan dalam Kuliah Perdana kali ini adalah pesan tentang pentingnya memahami sejarah dan kontribusi bagi umat. Ayat yang dibahas, “tilka ummatun qad khalat lahā mā kasabat walakum mā kasabtum walaa tusʼalu̱na ʿan mā kānū ya’amlu̱n.“
Ayat ini, menurut Ustaz Yusran memberikan sudut pandang bagaimana kita seharusnya melihat masa lalu dan masa depan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa umat-umat yang telah berlalu memiliki peran dan jasa mereka sendiri. Semua amal perbuatan yang telah mereka lakukan adalah milik mereka, dan kita tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas tindakan mereka.
Ustaz Yusran menambahkan, pesan utama yang dapat diambil dari ayat ini adalah bahwa kita tidak hanya harus membanggakan generasi terdahulu atau mengeklaim keturunan terkenal, melainkan kita harus fokus pada apa yang telah kita sumbangkan bagi umat ini. Sejarah bukan hanya untuk dikenang, tetapi juga untuk dijadikan inspirasi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
“Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menganugerahkan kepada kita imamah al-huda, pemimpin-pemimpin yang menunjukkan kepada kebaikan dan membawa perubahan yang lebih baik kepada umat ini. Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan kepada negeri kita, kepada umat kita, dan yang paling penting semoga kita menjadi bagian dari unsur perubahan tersebut,” doa Ustaz Yusran Anshar menutup sambutannya sebelum membuka secara resmi Kuliah Perdana Semester Genap STIBA Makassar.
