(STIBA.ac.id) Makassar — Perpustakaan Fathul Mu’in STIBA Makassar kedatangan koleksi baru yang tidak biasa pada Selasa (3/6/2025). Buku berjudul “Konsep Wakaf Produktif Berbasis Agrowisata Kelor Organik Ormas Wahdah Islamiyah” resmi diserahkan oleh dua penulisnya: Ariesman M., dosen STIBA Makassar, dan Hariadi, dosen Politeknik Gorontalo.
Bukan karya ilmiah biasa, tapi buku ini merupakan hasil nyata dari program Pengabdian kepada Masyarakat yang didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam melalui program Litapdimas Tahun Anggaran 2022. Judul proposalnya cukup panjang, tapi isinya sangat relevan: “Pemberdayaan Lahan Terpadu Berbasis Agrowisata Tanaman Kelor sebagai Proyek Percontohan Wakaf Produktif Ormas Wahdah Islamiyah.”
Dalam kata pengantarnya, Ustaz Ariesman mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak, mulai dari sponsor program, mitra ormas, praktisi kelor, akademisi, hingga pimpinan dan LPPM STIBA Makassar yang turut mendukung dan memfasilitasi kegiatan.
Buku ini diharapkan menjadi sumber literatur penting, terutama dalam mengembangkan gagasan wakaf produktif yang tidak hanya stagnan dalam bentuk lahan kosong, tetapi bisa berkembang menjadi proyek yang bermanfaat, bernilai ekonomi, dan memberdayakan masyarakat.
Salah satu pendekatan menarik dalam buku ini adalah konsep agrowisata berbasis kelor organik. Lahan yang dulunya hanya untuk pertanian, kini disulap menjadi tempat edukatif, produktif, dan berdaya tarik wisata, tentu tetap dalam bingkai kebermanfaatan wakaf.
“Semoga buku ini menjadi rahmat dan wasilah keberkahan, serta ikut andil dalam mencerdaskan umat melalui literasi wakaf yang aplikatif dan berkelanjutan,” harap Ariesman.
Dengan hadirnya buku ini, Perpustakaan Fathul Mu’in STIBA Makassar kembali memperkaya khazanah literatur Islam dan pengembangan masyarakat, khususnya di bidang ekonomi syariah dan pemberdayaan wakaf.
(STIBA.ac.id) Makassar – Senin siang (2/6/2025), mahasiswa Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES) STIBA Makassar dapat kesempatan emas belajar langsung dari praktisi dunia perbankan syariah. Lewat kegiatan Sharing Session bertema “Regulasi dan Risiko Permodalan pada Perbankan Syariah”, acara ini digelar di lantai 4 Gedung Rektorat STIBA Makassar dan berlangsung dari pukul 13.30 sampai 15.30 Wita.
Kegiatan ini diadakan berkat kolaborasi antara Prodi HES dan Himmah HES, dan yang jadi pembicara utama adalah Bapak Basri, Branch Manager BSI (Bank Syariah Indonesia) Cabang Ratulangi. Dari awal, suasana langsung cair, apalagi materi yang disampaikan benar-benar relevan buat mahasiswa yang sedang mendalami dunia keuangan syariah.
Dalam pemaparannya, Basri menjelaskan dengan gamblang soal berbagai regulasi yang mengatur perbankan syariah di Indonesia, mulai dari peran OJK, BI, sampai DSN-MUI. Beliau juga mengupas tuntas risiko-risiko yang harus dihadapi oleh bank syariah, seperti risiko likuiditas, risiko pembiayaan, hingga risiko pasar. Tapi tak hanya mengungkap masalah, beliau juga memberikan wawasan tentang strategi mitigasi risiko yang diterapkan di lingkungan BSI.
Yang membuat makin seru, sesi tanya jawab berlangsung aktif dan penuh antusiasme. Mahasiswa tidak ragu untuk angkat tangan dan mengajukan berbagai pertanyaan, mulai dari kinerja internal bank syariah, sistem pembiayaan, sampai bagaimana keputusan-keputusan penting diambil dalam pengelolaan risiko.
Di akhir sesi, Pak Basri menutup dengan pesan yang cukup dalam buat mahasiswa, “Pelajarilah hal-hal yang berkaitan dengan keuangan, seperti produk-produk bank, karena banyak orang sukses yang akhirnya jatuh kembali hanya karena masalah keuangan seperti terlilit utang.”
Acara ini jadi ajang yang bukan hanya menambah wawasan mahasiswa tentang dunia perbankan syariah, tapi juga mempererat hubungan antara dunia akademik dan industri. Harapannya, ilmu yang didapat bisa jadi bekal penting saat nanti terjun langsung ke lapangan.
(STIBA.ac.id) Makassar — Ada yang sedikit berbeda di salah satu ruang kelas STIBA Makassar pada Senin malam (2/6/2025). Bukan belajar kitab atau kuliah umum, tapi pelatihan totok punggung yang digelar oleh UKM Kesehatan STIBA Makassar.
Pelatihan ini jadi ajang menambah wawasan anggota UKM seputar teknik terapi alternatif yang ternyata punya manfaat luar biasa. Dibimbing langsung oleh Ustaz Ibrahim Rauf Mande, selaku Kepala Klinik STIBA dan pembina UKM Kesehatan, para peserta diajak mengenal lebih dalam tentang totok punggung, bukan sekadar pijat, tapi bisa bantu deteksi masalah organ dalam.
“Banyak keluhan kesehatan yang bisa kita lihat dari kondisi punggung, mulai dari pencernaan, liver, ginjal, sampai masalah reproduksi ringan. Kalau tahu titiknya dan tekniknya, totok ini bisa jadi ikhtiar membantu meredakan gejalanya,” jelas Ustaz Ibrahim.
Setelah sesi penjelasan, suasana makin hidup saat masuk ke sesi tanya jawab. Peserta aktif melempar pertanyaan, mulai dari batasan praktik sampai cara mengenali titik-titik masalah. Banyak yang baru tahu kalau punggung bisa menjadi ‘peta’ tubuh kita.
Selanjutnya, para peserta langsung praktik berpasangan. Mencari titik, meraba ketegangan otot, menyesuaikan tekanan, semuanya dilakukan dengan penuh antusias. Meski sempat kaku di awal, suasana jadi makin santai dan rileks setelah sesi praktik.
“Harapannya, keterampilan ini bisa teman-teman pakai untuk bantu sesama. Di kamar, di rumah, bahkan kalau pulang kampung nanti,” pesan Ustaz Ibrahim di akhir kegiatan.
Selain menambah ilmu, pelatihan ini juga makin mempererat kekompakan anggota UKM Kesehatan. Banyak peserta berharap agenda seperti ini bisa terus berlanjut dengan tema-tema menarik lainnya.
(STIBA.ac.id) Gowa — Selama tiga hari penuh, Jumat hingga Ahad (30 Mei–1 Juni 2025), Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) STIBA Makassar sukses menggelar kegiatan Diklatsar IX di salah satu tempat eksotis Sulawesi Selatan: Lembah Ramma, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa.
Dengan mengusung tema بناء التضامن نحو كوادر ذوي قوة وثقة (Membangun Solidaritas Menuju Kader yang Kuat dan Tangguh), kegiatan ini bukan sekadar naik gunung dan mendirikan tenda, tapi juga jadi momentum untuk membentuk karakter calon anggota Mapala yang solid, disiplin, dan punya daya juang tinggi.
Start dari Kampus, Finish di Lembah
Acara dibuka dengan pelepasan peserta pada Kamis sore (29/05) oleh Ustaz Ridwan, S.Pd., M.Pd., dari BKK STIBA Makassar. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan pesan,
“Saya harap kegiatan ini mempererat ukhuwah kalian, mengasah soft skill seperti kepemimpinan, disiplin, dan public speaking. Tapi jangan lupa, tujuan utama kita di STIBA adalah menuntut ilmu,” pesan beliau sebelum melepas keberangkatan peserta.
Tepat pukul 23.00 Wita di malam Jumat, 57 peserta—terdiri dari calon anggota baru, anggota aktif, dan para demisioner—memulai perjalanan panjang dari daerah Panaikang. Rute mereka tidak main-main: menyusuri jalan setapak, naik turun perbukitan, melewati Danau Slank, hingga menyebrangi sungai. Butuh waktu sekitar sembilan jam sebelum akhirnya mereka tiba di Lembah Ramma keesokan paginya.
Latihan Mental, Fisik, dan Keimanan
Sebelum Diklatsar, para calon anggota telah melewati masa persiapan intensif selama sebulan. Mereka digembleng dari berbagai sisi: fisik, mental, dan spiritual. Jadi, ketika tiba di Lembah Ramma, mereka sudah siap menghadapi tantangan alam bebas.
Di lokasi, berbagai kegiatan dijalankan: mulai dari manajemen pendakian, PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat), teknik survival, jurit malam, latihan fisik, sampai outbound yang seru dan menantang. Semua kegiatan dirancang untuk mengasah ketangguhan dan kekompakan mereka sebagai satu tim.
Momen Sakral: Pengukuhan dan PDL
Di hari terakhir, acara ditutup dengan momen yang paling dinanti: pengukuhan anggota baru. Dengan penuh haru dan bangga, para peserta menerima PDL (Pakaian Dinas Lapangan) sebagai simbol resmi menjadi bagian dari keluarga besar Mapala STIBA. Atribut diserahkan langsung oleh pengurus dan para senior Mapala dalam sebuah seremoni pelepasan slayer dan ikrar pengukuhan.
Setelahnya, seluruh peserta bersiap menempuh perjalanan pulang. Mereka kembali melintasi jalur Lembah Ramma dan naik truk TNI menuju kampus STIBA Makassar.
(STIBA.ac.id) Makassar — Daurah Syar’iyah untuk mahasiswa STIBA Makassar yang berlangsung selama lima hari (Senin—Jumat/26—30/5/2025) dengan narasumber tunggal Syekh Abdullah bin Hamad az-Zaydani resmi ditutup. Penutupan ini dirangkaikan dengan pengumuman pemenang dalam Musabaqah Hifzhil Qur’an (MHQ) Nasional II di STIBA Makassar di Masjid Anas bin Malik, Sabtu (31/5/2025).
Penutupan resmi dilakukan oleh Ketua STIBA Makassar, Ustaz Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D.
“Alhamdulillah, malam ini kita bergembira dan bersyukur. Allah Azza wa Jalla telah mengumpulkan kita di acara mulia ini,” ungkap beliau di hadapan para peserta dan tamu undangan.
Kegiatan ini menghadirkan Ketua Senat STIBA Makassar, Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D., seluruh mahasiswa, serta Syekh Abdullah bin Hamad az-Zaydani.
Syekh Abdullah merupakan murid senior dari ulama besar Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, dan setiap tahun hadir membersamai para penuntut ilmu di kampus ini.
Dalam sambutan penutupnya yang diterjemahkan langsung oleh Ustaz Akhmad Hanafi, Syekh menyampaikan rasa syukurnya bisa kembali hadir di dua agenda besar ini. “Beliau mengatakan, hadir di Daurah Syar’iyah dan MHQ Nasional adalah sebuah syaraf, sebuah kemuliaan bagi beliau pribadi,” ungkap Ustaz Akhmad.
Syekh juga menegaskan bahwa kegiatan seperti ini bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan momen berharga yang harus terus dihidupkan. Dengan tema daurah tahun ini yang membahas al-fitan (fitnah-fitnah besar) dan cara menyikapinya secara ilmiah dan syar’i, Syekh mengingatkan bahwa Al-Qur’an dan ilmu adalah benteng utama umat Islam dalam menghadapi arus zaman yang penuh ujian.
“Ilmu ini jangan hanya jadi catatan di buku. Harus membekas dan diterapkan dalam kehidupan,” pesan beliau.
Sementara itu, pelaksanaan MHQ Nasional II juga menjadi sorotan penting dalam rangkaian ini. Ketua STIBA menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh pihak yang terlibat: panitia, peserta, juri Lajnatut Tahkim, serta para asatizah dan ustazat yang berjibaku dari pagi hingga malam.
“Masyaallah, pasti ini bukan hal ringan. Jazakumullah khairan atas kesabaran dan dedikasinya,” tutur beliau.
Kepada para peserta MHQ, Ustaz Hanafi menyampaikan pesan.
“Juara itu tidak selalu harus berdiri di podium atau membawa pulang piala. Ketika Al-Qur’an bersemayam dalam hati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, itulah kemenangan sejati.”
Ia juga mengingatkan bahwa dalam setiap pelaksanaan acara pasti ada kekurangan, tetapi dengan semangat perbaikan, insyaallah ke depan akan lahir agenda-agenda serupa yang lebih berkualitas.
Menutup rangkaian kegiatan, baik Syekh Abdullah maupun Ustaz Akhmad mendoakan agar STIBA Makassar senantiasa diberkahi dan menjadi salah satu menara ilmu di Indonesia. “Semoga Allah memberikan kekuatan dan keikhlasan kepada para pengelola kampus untuk terus berjuang, membangun lembaga ini agar memberi manfaat sebesar-besarnya untuk umat,” ujar Syekh.
(STIBA.ac.id) Makassar — Kampus STIBA Makassar kembali dipenuhi lantunan ayat-ayat suci nan syahdu. Kali ini lewat gelaran Musabaqah Hifzhil Qur’an Nasional (MHQN) II Tahun 2025, yang sukses digelar sejak 19 Zulkaidah hingga 4 Zulhijah 1446 H (17–31 Mei 2025 M). Mengusung tema “Merajut Semangat Persatuan dalam Bingkai Al-Qur’an,”event ini mempertemukan ratusan penghafal Al-Qur’an dari seluruh penjuru negeri.
Sebanyak 302 peserta turut ambil bagian, dari Aceh hingga Makassar, dari Padang hingga Surabaya. Nama-nama kota besar dan pesantren ternama turut menyemarakkan ajang ini. Mereka hadir dengan semangat yang sama: memuliakan Kalamullah.
Online-Offline, Tetap Syahdu
Ajang MHQN II ini punya dua tahap. Babak penyisihan digelar secara online, lalu para finalis terbaik dipilih untuk hadir langsung ke Kampus STIBA dalam grand final offline. Dari ratusan peserta, terpilih 162 hafiz dan hafizah yang melaju ke tahap selanjutnya, hingga akhirnya disaring jadi 36 finalis yang tampil di babak pamungkas.
Yang bikin haru? Kualitas bacaan mereka luar biasa. Para peserta berkompetisi di tiga kategori: 10 juz, 20 juz, dan 30 juz. Para dewan juri pun dibuat kagum oleh ketenangan dan ketepatan hafalan mereka, bahkan di tengah tekanan suasana lomba.
Nama-Nama Dewan Juri
Tak kalah penting, jajaran dewan juri yang ditunjuk bukan orang sembarangan. Mereka adalah para ustaz dan ustazah ahli di bidang tahfizh dan tajwid yang menilai dengan teliti dan objektif.
Berikut nama-nama dewan juri di babak grand final:
Ikhwan:
Ust. H. Humaedi Hatta, Lc., M.A.
Ust. Dr. Maulana La Eda, Lc., M.A.
Ust. Muhammad Yasir Massi, Lc., M.Ag.
Akhwat:
Ustazah Kokohi Iman Ilmu Amal, Lc., S.H.
Ustazah Husmi Yunus, S.S., Lc.
Ustazah Mariani, S.Pd.I., M.Pd.I, Gr.
Sedangkan untuk babak penyisihan, puluhan nama lain ikut ambil bagian sesuai kategori masing-masing, menunjukkan keseriusan panitia dalam menjaga kualitas ajang ini.
Lebih dari Sekadar Lomba
Ketua STIBA Makassar, Ustaz Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D., menyampaikan harapannya agar MHQN ini tak hanya jadi ajang perlombaan, tapi juga jadi bentuk nyata penghormatan terhadap Al-Qur’an.
“Dengan diselenggarakannya acara ini, mudah-mudahan menjadi wujud penghormatan dan memuliakan Al-Qur’an dan menunjukkan perhatian STIBA terhadap kegiatan-kegiatan Al-Qur’an,” tuturnya.
Senada, salah satu dewan juri grand final, Ustaz H. Muhammad Humaedi Hatta, Lc., M.A., berpesan kepada seluruh peserta:
“Jadikan musabaqah untuk Al-Qur’an, dan jangan jadikan Al-Qur’an untuk musabaqah.”
Hadiah dan Dukungan
Selain penghargaan moral, MHQN II juga menyediakan berbagai hadiah menarik. Pemenang kategori 30 juz berhak mendapatkan paket umrah, ditambah total hadiah senilai lebih dari Rp37 juta untuk pemenang semua kategori.
Yang tak kalah membahagiakan, MHQN II mendapat dukungan luar biasa dari Syekh Abdullah bin Hamd al-Zaidani hafizhahullah, yang menyumbangkan dana puluhan juta rupiah untuk hadiah para juara.
Berikut adalah para pemenang MHQN II Tahun 2025:
🏆PEMENANG FINALIS MUSABAQAH HIFZHIL QUR’AN NASIONAL II AKHWAT IKHWAN🏆
🥇 JUARA KATEGORI 10 JUZ
1. Wizam Ahmad Albiruni — MTSN 1 Takalar — Kabupaten Takalar – predikat nilai 99
2. Azfa Ferza Akbar — Universitas Syiah Kuala – Banda Aceh – predikat nilai 98,2
3. Ibnu Arabi Arasyidi — Komunitas pendakwah keren – Kabupaten Gowa – predikat nilai 96,5
🥈 HARAPAN KATEGORI 10 JUZ
1. Hudzaifah Azzaky Siing — Madrasah Aliyah Haqqul Yaqin – Kabupaten Enrekang predikat nilai 96,2
2. Muh. Riswan Mubarak — PPTQ Imam Al-Jazary – Kabupaten Takalar – predikat nilai 95,9
3. Muhammad Satria S.— PPTQ Ibnu Abbas – Kabupaten Bone – predikat nilai 92
🥇 JUARA KATEGORI 20 JUZ
1. Ahyan Mustafid Taufik — Madrasah Aliyah Haqqul Yaqin – Kabupaten Enrekang – predikat nilai 99
2. Nur Amal — PPTQ Imam Al-Jazary – Takalar predikat nilai 97
3. Andi Muhammad Yusuf Al-Thabari Pasau — Lembaga Tahfidzul Qur’an Darul Imam – Kabupaten Sidrap – predikat nilai 95
🥈 HARAPAN KATEGORI 20 JUZ
1. Muh. Adib Shafwan Asyraf Nurman — IAI STIBA Makassar – Makassar – predikat nilai 93
2. Muhammad Rizky Al-Fatih – Madrasah Tahfizh Al-Qur’an Pesantren Modern Al-Junaidiyah Biru – Kabupaten Watampone – Predikat Nilai 92
3. Muhammad Ahyar – Darul Imam Masjid Agung – Kabupaten Sidrap – Predikat Nilai 82
🥇JUARA KATEGORI 30 JUZ
1. Muh. Rinaldi Ruslan — PPTQ Al-Imam Ashim – Makassar – predikat nilai 97,5
1. Marhamah Jamaluddin — Madrasah Tahfizh Al-Qur’an Pondok Pesantren Modern Al-Junaidiyah – Kab. Bone – 94
🥇JUARA KATEGORI 30 JUZ
1. Nur Fauziah — STIBA Makassar – Makassar – 96,9
2. Nur Aini Mahmud — Yayasan Manarul Qurra Tahfizh Baitul Qurra – Makassar – 96,1
3. Arina Salsabila — Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Safinatul Huda- Jawa Timur – 96
🥈 HARAPAN KATEGORI 30 JUZ
1. Wafiq Mayada — GENZQURANI – Yogjakarta – 94,3
MHQN II bukan cuma tentang siapa yang paling banyak hafalan, tapi siapa yang paling ikhlas menjaga Al-Qur’an dalam dada. Dan lewat kegiatan ini, STIBA Makassar membuktikan bahwa membangun persatuan dan peradaban bisa dimulai dari satu hal yang sama-sama kita cintai: Al-Qur’anul Karim.
Dengan semangat yang terus terjaga, STIBA Makassar bersama Raudhatul Huffaz Putra dan Putri optimis dapat terus mencetak generasi Qur’ani yang siap menjadi pemimpin masa depan yang berakhlak mulia.
(STIBA.ac.id) Maros – Sabtu pagi, 31 Mei 2025, suasana di Masjid Yusuf Patompo, Perumahan Golden Hill, terasa berbeda. Bukan hanya karena udara sejuk dan sinar matahari yang hangat, tapi juga karena hadirnya para mahasiswa STIBA Makassar dari UKK Biro Rumah Tangga Masjid (BRTM) Anas bin Malik yang datang untuk menggelar aksi sosial bertajuk “BRTM Bersih Bersama Masyarakat”.
Dengan mengusung tema “Merawat Rumah Allah, Merajut Ukhuwah”, kegiatan ini jadi bukti nyata bahwa merawat masjid bukan cuma tugas takmir, tapi tanggung jawab kita bersama sebagai umat Islam. “Masjid adalah jantung umat. Menjaganya bersih adalah wujud cinta kita kepada Allah dan sesama,” ujar Fauzan Hastono, Ketua Pelaksana kegiatan.
Aksi ini diikuti oleh para pengurus BRTM, pengurus Masjid Yusuf Patompo, dan warga sekitar. Dimulai dengan pengarahan singkat, kegiatan dilanjutkan dengan kerja bakti membersihkan area masjid, dari halaman, tempat wudu, hingga bagian dalam masjid. Suasana hangat dan guyub terasa selama kegiatan, apalagi ditutup dengan santap hidangan bersama yang makin mempererat ukhuwah antara mahasiswa dan masyarakat.
Menariknya, salah satu warga menyampaikan harapannya agar kegiatan seperti ini bisa rutin dilaksanakan. Bahkan, beliau juga mengusulkan agar ke depannya ada program pengajaran Al-Qur’an khusus untuk orang tua.
Aksi sederhana, tapi punya makna besar. Karena menjaga rumah Allah bukan cuma soal kebersihan fisik, tapi juga cara kita merajut kedekatan, kepedulian, dan cinta antar sesama muslim.
(STIBA.ac.id) Makassar — Setelah 27 tahun setia mengabdi di dunia pendidikan tinggi Islam, STIBA Makassar akhirnya resmi “naik kelas”. Kampus yang dulu dikenal sebagai Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar ini, sekarang berubah menjadi Institut Agama Islam STIBA Makassar. Bukan sekadar perubahan nama, tapi sebuah tonggak sejarah baru yang penting bagi pendidikan tinggi Islam, khususnya di wilayah Indonesia Timur.
Perjalanan perubahan ini dimulai sejak 16 September 2024, ketika Ketua STIBA Makassar, Ustaz Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D. memberikan tugas resmi kepada Ustaz Dr. Kasman Bakry, M.H.I., Kepala Sekretariat, untuk menyusun dokumen borang alih bentuk.
Prosesnya berjalan cukup cepat. Pada 17 Oktober 2024, STIBA Makassar sudah mendaftarkan pengajuan melalui laman Siladiktis Kemenag RI, dan borang lengkap dikirim pada 14 Februari 2025.
Tak lama kemudian, pada 6 Maret 2025, STIBA mendapat kabar dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag tentang pelaksanaan Asesmen Lapangan. Tim asesor pun langsung datang ke kampus pada 12 Maret 2025 untuk memeriksa kesiapan mulai dari aspek kelembagaan, akademik, hingga visi masa depan institusi setelah bertransformasi.
Puncaknya adalah pada 31 Mei 2025, saat STIBA Makassar menerima undangan resmi dari Kemenag untuk menghadiri acara penyerahan Salinan Keputusan Menteri Agama terkait perubahan bentuk STIBA Makassar menjadi Institut Agama Islam STIBA Makassar.
Acara ini akan berlangsung pada Rabu, 4 Juni 2025, di kantor Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Jakarta, bersama sembilan perguruan tinggi lain yang juga mengalami transformasi serupa.
Bagi dunia pendidikan di Indonesia Timur, kehadiran IAI STIBA Makassar tentunya akan membawa angin segar. Semakin banyak pilihan berkualitas untuk generasi muda yang ingin mendalami ilmu-ilmu keislaman dan bahasa Arab.
Transformasi ini bukan cuma soal nama baru, tapi juga bukti kematangan STIBA Makassar sebagai institusi pendidikan yang sudah mengabdi hampir tiga dekade. Sebuah langkah besar yang membuka babak baru dalam perjalanan pendidikan Islam di tanah air.
(STIBA.ac.id) Makassar – Coba pikirkan kembali rutinitas kita hari ini: bangun tidur langsung meraih ponsel, duduk berjam-jam di depan laptop, lalu malamnya menatap layar sambil rebahan hingga larut. Kalau iya, Anda tidak sendiri. Pola ini ternyata cukup umum di kalangan Gen Z—dan diam-diam menyimpan risiko kesehatan yang tidak main-main.
Inilah yang dibahas dalam acara Sosialisasi Kesehatan yang diselenggarakan oleh UKM Kesehatan STIBA Makassar di Masjid Anas bin Malik, Kamis (29/5/2025), dengan tema “Masalah-Masalah Kesehatan yang Mengintai Gen Z.”
Menghadirkan narasumber utama dr. Ihsan Jaya, AKP., M.H., Ketua Program Studi FKIK UNISMUH Makassar, kegiatan ini mengajak mahasiswa melihat lebih dekat gaya hidup mereka sendiri, dari sudut pandang medis.
Dr. Ihsan mengulas langsung kebiasaan-kebiasaan sederhana namun berdampak besar: duduk terlalu lama, minim aktivitas fisik, terlalu akrab dengan gawai, dan kurang interaksi sosial yang nyata.
Menurutnya, pola hidup pasif ini tidak hanya menurunkan kualitas hidup, tetapi juga menjadi pintu masuk berbagai penyakit tidak menular seperti obesitas, hipertensi, bahkan diabetes yang kini mulai mengincar generasi muda.
Namun, bukan hanya masalah yang diangkat. Dalam penyampaiannya yang komunikatif dan penuh solusi, dr. Ihsan juga memberikan tip sederhana dan praktis: cukup lakukan aktivitas fisik minimal 150 menit per pekan, atau sekitar 20–25 menit per hari. Tidak harus nge-gym, jalan kaki, naik tangga, atau peregangan ringan juga sudah sangat bermanfaat.
Yang menarik, acara ini tidak hanya menyoroti fisik, tetapi juga kesehatan mental. Dr. Ihsan mengajak mahasiswa lebih peka terhadap gejala stres, burnout, dan gangguan emosional lainnya yang kerap muncul akibat tekanan akademik atau sosial. Ia mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara tubuh dan jiwa, serta tidak ragu mencari bantuan jika merasa kewalahan.
Salah satu pesan beliau yang paling membekas adalah, “Kita ini punya potensi besar. Tapi kalau tubuh dan jiwa tidak dijaga, potensi itu bisa hilang. Mahasiswa harus mulai peduli dengan kesehatannya, karena itu adalah modal utama untuk jadi generasi yang kuat dan siap menghadapi masa depan.”
Pesan ini menjadi penutup yang kuat dari sesi penuh wawasan tersebut. Para peserta pun pulang tidak hanya dengan pengetahuan baru, tetapi juga dorongan untuk mulai berubah meskipun dari langkah kecil.
UKM Kesehatan STIBA berharap kegiatan semacam ini bisa menjadi pemantik kesadaran lebih luas di kalangan mahasiswa. Sebab kesehatan bukan sekadar urusan pribadi, melainkan fondasi untuk berkontribusi nyata bagi umat dan bangsa.
(STIBA.ac.id) Makassar — Dua pekan penuh semangat, peluh, dan kebersamaan akhirnya resmi ditutup dalam ajang Penutupan Porsani XVIII STIBA Makassar yang digelar Ahad malam, 25 Mei 2025. Tapi seperti yang ditekankan oleh Ketua STIBA Makassar, Ustaz Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Porsani bukan sekadar perlombaan.
“Porsani ini bukan hanya pertandingan, tapi bagian dari pembinaan. Di sinilah karakter dibentuk, kejujuran, sportivitas, kebersamaan. Ini semua bagian dari nilai-nilai yang kita bangun di kampus ini,” ujar beliau dalam sambutannya.
Lomba Meriah, Antusiasme Tinggi
Tahun ini, Porsani menghadirkan total 29 cabang lomba, terdiri dari 18 cabang lomba indoor dan 11 cabang olahraga outdoor.
Lomba indoor mencakup berbagai bidang akademik dan keterampilan, seperti:
Pidato Bahasa Arab: 18 peserta
Pidato Bahasa Indonesia: 23 peserta
Cipta dan Baca Puisi: 13 peserta
Hadits Arba’in: 13 peserta
Matan Al-Bayquniyah: 12 peserta
Matan Tuhfatul Athfal: 19 peserta
Syi’ir Arabi: 11 peserta
Desain Poster: 26 peserta
Videografi: 22 peserta
Menulis Esai: 16 peserta
Debat Bahasa Indonesia: 22 tim
Debat Bahasa Arab: 8 tim
Cerdas Cermat Islam: 25 tim
Musabaqah Syarhil Qur’an: 6 tim
Terjemahan Muhadharah: 12 peserta
Ranking Satu Nahwu Sharaf: 18 peserta
Khat Kaligrafi: 26 peserta
Qiraatul Kutub: 15 tim
Sementara itu, cabang olahraga outdoor pun tak kalah seru dengan jumlah peserta yang membeludak:
Sepak Bola, Futsal, Voli, Tarik Tambang, Takrau: masing-masing 33 tim
Basket: 32 tim
Tenis Meja: 66 peserta ganda, 33 peserta tunggal
Badminton: 33 tim ganda, 33 tim tunggal
Panahan: 18 peserta
Saking ramainya, Ketua STIBA Makassar sampai berkelakar, “Jangan-jangan nanti STIBA berubah jadi Institut Olahraga STIBA Makassar,” yang langsung disambut tawa hadirin.
Evaluasi dan Harapan
Meski begitu, Ustaz Akhmad juga menyoroti pentingnya menjaga identitas kampus sebagai pusat pembelajaran Bahasa Arab. Salah satu catatan pentingnya adalah masih minimnya peserta di lomba debat Bahasa Arab.
“Padahal kampus ini dikenal dengan ciri khas bahasa Arab. Ini perlu menjadi evaluasi,” tegasnya.
Lebih dari itu, beliau menekankan pentingnya menjadikan setiap kegiatan sebagai perhatian dan prioritas.
“Kalau sesuatu sudah jadi perhatian, dibicarakan, dan diperjuangkan, insyaallah hasilnya akan maksimal.”
Beliau juga mengingatkan bahwa semangat yang ditunjukkan di Porsani harus menular ke kegiatan-kegiatan lain.
“Kenapa di Porsani kita bisa tepat waktu? Bisa kompak? Bisa semangat? Telat 10 menit WO (walkover)? Kenapa itu tidak terjadi di kegiatan lain, bahkan untuk salat berjemaah?” tantangnya kepada para mahasiswa.
Penghargaan dan Apresiasi
Dalam acara penutupan, diumumkan juga para peraih juara umum:
Juara Umum III: Kelas PBA 6A (2 emas, 2 perak, 2 perunggu)
Juara Umum II: Kelas PM 4D (3 emas, 3 perak)
Juara Umum I: PM 8 (12 emas, 2 perak, 4 perunggu)
Penyerahan Piala Bergilir kepada Juara Umum I (PM 8) oleh Ketua Senat STIBA Makassar, Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A.
Adapun penghargaan individu terbaik:
Peserta Terbaik Indoor: Alfabhean Mahdani (3 medali emas)
Peserta Terbaik Outdoor: Indra Kurniawan
Tak lupa, Ustaz Hanafi menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh panitia dan civitas academica STIBA Makassar.
“Dua pekan ini sangat berkesan. Dari dosen, pegawai, sampai Ketua STIBA dan cleaning service, semua terlibat dan bertanding. Ini atmosfer yang luar biasa,” ujarnya.
Ketau STIBA pun menutup dengan kutipan yang sudah akrab di telinga para mahasiswa, faidza faraghta fanshab (selesai satu kebaikan, segera lanjut ke kebaikan berikutnya).
“Besok sudah ada kegiatan baru bersama Syaikh Abdullah ibn Hammad Azzaidani. Semoga semangat kalian di Porsani menular ke kegiatan-kegiatan lainnya juga,” harap beliau.
Porsani mungkin telah selesai, tapi semangat, nilai, dan pembelajaran darinya akan terus menjadi bagian dari perjalanan setiap mahasiswa STIBA Makassar.