Kategori: Feature

  • Ketua STIBA: Kita Berharap Lahir dari STIBA Tokoh yang Bisa Mengubah Dunia

    Ketua STIBA: Kita Berharap Lahir dari STIBA Tokoh yang Bisa Mengubah Dunia

    umy

    “Kita berharap akan terlahir dari kampus ini tokoh yang mampu mengubah dunia. Meskipun tujuan utama kita menuntut ilmu bukan agar nama kita tercatat dalam sejarah melainkan untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi hal itu merupakan keutamaan yang Allah berikan bagi hamba-Nya yang dikehendaki-Nya di dunia ini sebelum kelak di akhirat.” Hal ini diungkapkan oleh Ketua STIBA Makassar Ustadz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A. dalam sambutannya pada Kuliah Perdana STIBA Makassar Semester Genap TA. 1435—1436/2014—2015, saat menyebutkan sinopsis buku ‘Uzhamaa al Mi-ah alladzina Ghayyaru Majraa at Taarikh” (100 Tokoh yang Mengubah Sejarah Dunia) karya Syaikh Jihad Turbani. Buku yang memuat 100 tokoh paling berpengaruh dan dianggap membawa perubahan dalam sejarah peradaban Islam. Dan yang unik dari buku ini adalah ketika tokoh ke-100 ternyata tidak disebutkan oleh penulis dan hanya berupa tanda tanya. Lalu siapakah tokoh ke-100 itu? Semoga harapan Ustadz Muhammad Yusran Anshar hafizhahullah menjadi kenyataan.

    Sebagaimana diketahui, baru-baru ini STIBA Makassar mengadakan Kuliah Perdana untuk semester genap. Dalam sambutannya, Ketua STIBA menguraikan ayat-ayat dalam Surah at-Tawbah: 119—129 yang dibacakan di awal acara oleh seorang mahasiswa baru.

    Di antara poin-poin penting penyampaian beliau adalah:

    1. Perintah Allah untuk senantiasa bersama orang-orang shadiqin

    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

    shadiqin

     

    “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At-Tawbah: 119).

    Inilah salah satu keutamaan para penuntut ilmu, karena mereka berada dalam komunitas orang-orang shadiqin.

    Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu (agama), maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju ke surga.”

    Jalan penuntut ilmu bukanlah jalan yang singkat dan mudah. Tapi dia adalah jalan yang panjang dan berliku, tak semua orang sanggup bertahan menempuhnya. Sebagian besar bahkan berjatuhan di jalan ini. Namun di ujung jalan ini ada surga yang telah Allah janjikan. Karena itu, untuk tetap kuat dan istiqamah hingga wafat di atas jalan ini maka salah satu caranya adalah dengan hidup bersama orang-orang jujur keimanannya (shadiqin).

    2. Jalan seorang penuntut ilmu adalah jalan yang penuh onak dan duri, godaan dan membutuhkan pengorbanan. Namun pengorbanan tersebut tidak akan disia-siakan oleh Allah.

    Jihad tak selamanya berupa peperangan, namun menuntut ilmu juga adalah salah satu bentuk jihad. Seorang penuntut ilmu mungkin saja ditimpa perasaan haus, lapar, dan keletihan saat belajar. Sementara di sisi lain, perjalanan menuntut ilmu adalah ibadah yang paling dibenci oleh musuh-musuh Allah. Sehingga sedemikian rupa mereka akan berupaya memalingkan para penuntut ilmu dari jalan tersebut. Maka jika berhasil melalui berbagai rintangan dan cobaan ini, para penuntut ilmu di sisi Allah akan mendapatkan ganjaran yang besar.

    dzalika “Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. (QS. At-Tawbah: 120).

    3. Perjalanan menuntut ilmu, kemudian mengamalkan dan menyebarkannya adalah bentuk cinta kita kepada umat ini. Hal ini juga merupakan salah satu upaya untuk mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

    laqad“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Tawbah: 128).

    Kita sedih ketika dakwah kita ditolak bahkan dicela. Tapi kesedihan itu bukan lantaran diri kita yang jadi bahan cemoohan, melainkan sedih karena yang ditolak dan dicela adalah ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam serta perasaan iba dan kasihan akan akibat buruk yang akan didapatkan oleh penentang dakwah tersebut.

    Usai menerangkan beberapa poin yang bisa dipetik dari ayat-ayat yang dibacakan qari’ di awal acara, Ketua STIBA melanjutkan dengan memberikan tips bagi para mahasiswa bagaimana memulai semester baru ini.

    5M seperti yang beliau sampaikan pada pembukaan raker STIBA baru-baru ini:

    1. Musyarathah atau mu’ahadah (menyusun perencanaan), target-target apa saja yang ingin dicapai selama satu semester ini.
    2. Muraqabah, mengontrol pencapaian target-target yang telah dibuat di awal semester.
    3. Muhasabah, senantiasa melakukan evaluasi baik saat memulai semester, di pertengahan maupun di akhir semester. Bahkan muhasabah dibutuhkan setiap saat.
    4. Mu’aqabah, beri sanksi-sanksi bagi diri kita untuk setiap target yang tidak tercapai. Jangan menunggu datangnya sanksi dari orang lain.
    5. Mujahadah, setelah melakukan evaluasi dan melihat hasil yang belum mencapai target, maka jangan berputus asa dan tak lagi mau berusaha. Jadikan itu sebagai momen untuk lebih menambah semangat dan mujahadah dalam meraih target.

    Kuliah Perdana kali ini menghadirkan Ustadz Aswanto Muhammad Takwi, Lc., sebagai narasumber.

  • Ustadz Muhammad Zaitun Canangkan Getar Nusantara

    Ustadz Muhammad Zaitun Canangkan Getar Nusantara

    IMG_0319

    Ahad, 13 Rabiul Akhir 1436/01 Februari 2015, Wahdah Islamiyah mengadakan Tarbiyah Gabungan sekaligus launching Getar Nusantara (Gerakan Tarbiyah Nusantara) di Aula Gedung Perkuliahan STIBA Putri. Tarbiyah gabungan ini selain dihadiri oleh sivitas akademika STIBA Makassar juga dihadiri oleh Ketua Umum DPP Wahdah Islamiyah beserta seluruh jajarannya dan kader-kader Wahdah Islamiyah se-Kota Makassar.

    Dalam penyampaiannya, Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A. mengungkapkan keprihatinannya akan banyaknya fitnah yang mendera bangsa ini, khususnya kaum muslimin baik dalam maupun luar negeri. Gerakan-gerakan destruktif yang dapat menghancurkan akidah, persatuan, dan akhlak kaum muslimin. Demikian pula dengan konspirasi-konspirasi dari musuh-musuh Islam yang hanya menawarkan dua pilihan, mengikuti keinginan mereka atau dieliminiasi dari muka bumi.

    Kondisi kelam umat saat ini, kata Ustadz Zaitun merupakan tanggung jawab kita bersama. Karena itu, beliau memotivasi kader-kader Wahdah Islamiyah untuk lebih memaksimalkan program dakwah dan tarbiyah untuk memperbanyak kader.

    Memperbanyak kader yang dapat dilibatkan dalam dakwah dan tarbiyah merupakan hal yang urgen. Setidaknya tiga alasan disampaikan oleh Ketua Ikatan Ulama dan Duat se-Asia Tenggara ini:

    1. Ajaran Islam diturunkan untuk seluruh manusia, bahkan untuk jin sekalipun.

    2. Dalil khusus sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

    tazawwaju

     

     

    “Nikahilah wanita yang penyayang dan subur karena aku berbangga dengan banyaknya ummatku di hadapan para nabi pada hari kiamat.”

    3.  Sisi pendalilan dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah al-Anfal: 65-66 menunjukkan bahwa perjuangan Islam ada kaitannya dengan jumlah.

    anfal

    “Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.  Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika di antaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal: 65—66).

    4. Dalil aqli, kenyataan bahwa kondisi kaum muslimin saat ini pada daerah-daerah yang mayoritas berpenduduk      Islam, kualitas keislaman  mereka pada umumnya masih lebih baik.

    Kendati dalil-dalilnya jelas, ada saja kaum muslimin yang tidak menyadari hal ini, entah karena tidak sadar, tidak peduli, atau pun karena syubhat. Karena itu, pada kesempatan ini pula, Ustadz Muhammad Zaitun menyebutkan beberapa syubhat terkait persoalan memperbanyak jumlah kader beserta tanggapan untuk syubhat-syubhat tersebut.

    Syubhat Pertama

    “Yang penting adalah kualitas”. Seolah-olah mereka mengatakan bahwa persoalan kuantitas tidak urgen.

    Menanggapi syubhat ini, Ustadz Zaitun mengatakan, “Betul bahwa kualitas itu penting, tapi tidak menafikan pentingnya persoalan jumlah.  Ketika kita mengatakan bahwa jumlah atau kuantitas itu penting, maka tidak berarti bahwa kualitas yang ingin diraih adalah sama bagi semua orang. Tapi yang dimaksud adalah kualitas standar. Tidak berarti semuanya harus memiliki kualitas terbaik. Bahkan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sekalipun kualitasnya bertingkat-tingkat.”

    Kualitas standar yang dimaksud seperti mengetahui hal-hal yang harus diketahui oleh seorang hamba. Dalam hal akidah misalnya, minimal tidak terjatuh pada perkara-perkara syirik. Ibadah, mengetahui dan melaksanakan perkara-perkara yang wajib dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan. Dalam perkara dakwah, paling tidak memiliki kepedulian untuk mendakwahi keluarga, tetangga, dan teman-teman dekatnya.

    Adakalanya, pada kondisi-kondisi tertentu sudah sangat sulit untuk meningkatkan kualitas. Berbagai cara dan seluruh potensi sudah dikerahkan namun tetap saja tak membawa hasil. Maka pada saat seperti ini, untuk tidak menyia-nyiakan waktu dan potensi yang ada, strategi yang ditempuh adalah dengan menambah jumlah.

    Syubhat Kedua

    “Yang dianggap menambah jumlah adalah jika orang kafir yang masuk Islam.”

    Tanggapan Ustadz Muhammad Zaitun, “Jangan menutup mata akan fenomena banyaknya kaum muslimin yang mengaku Islam namun pada hakikatnya telah keluar dari Islam. Kita tahu ada nawaqidhul Islam (pembatal-pembatal keislaman). Karenanya, menyelamatkan mereka tak beda dengan mengajak orang luar Islam masuk Islam.

    Selain itu, jika mereka dapat ditarbiyah dan ditingkatkan kualitasnya, maka kehadiran mereka dapat menambah kekuatan barisan kaum muslimin.”

    Karena alasan-alasan inilah, pimpinan Wahdah Islamiyah dalam menunjang langkah percepatan jumlah kader ini mencanangkan program Getar Nusantara (Gema Tarbiyah Nusantara).

  • 10 Wasiat Ustadz Aswanto dalam Kuliah Perdana STIBA

    10 Wasiat Ustadz Aswanto dalam Kuliah Perdana STIBA

    IMG_0235

    Kuliah Perdana Semester Genap TA. 1435—1436/2014—2015 yang baru-baru ini digelar, menghadirkan Ustadz Aswanto Muhammad Takwi, Lc. sebagai narasumber utama. Ustadz Aswanto adalah salah seorang dosen STIBA Makassar yang mendapat amanah tugas belajar di Universitas King Su’ud Riyadh. Jebolan Fakultas Hadits Universitas Islam Madinah ini memilih jurusan Tafsir Hadits.

    Di hadapan seluruh mahasiswa dan para dosen, Ustadz Aswanto menyampaikan tak kurang dari 10 wasiat yang ditujukan bagi para penuntut ilmu. Di antara 10 wasiat itu adalah:

    1. Ikhlaskan niat

    Menuntut ilmu adalah ibadah terbaik setelah al-faraidh. Namun keutamaan-keutamaan menuntut ilmu yang telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya tak akan pernah diraih tanpa niat yang ikhlas.

    2. Tentukan skala prioritas dalam menuntut ilmu

    Mulailah dari yang paling penting sebelum perkara-perkara yang kurang penting lainnya. Sebagai contoh, seorang mahasiswa di program studi I’dad Lughawi, maka cabang ilmu yang paling penting yang harus ia pelajari adalah bahasa Arab.

    3. Bertahap dalam menuntut ilmu

    Titik start menuntut ilmu bukan pada perkara-perkara yang rumit, tapi dimulai dari hal-hal sederhana sebelum beralih kepada persoalan-persoalan yang lebih jelimet.

    4. Menuntut Ilmu dari guru yang terpercaya

    Jangan ceroboh dalam memilih guru agar tidak mendatangkan penyesalan kelak di kemudian hari. Ilmu adalah dien, maka lihatlah dari siapa Anda mengambil ilmu itu.

    5. Sumber ilmu

    Ambillah ilmu dari sumber-sumbernya yang valid. Bukan sekadar membaca majalah-majalah lalu mencukupkannya tanpa merujuk ke sumbernya yang autentik.

    6. Sederhana dalam menuntut ilmu

    Kontrol semangat agar tidak melebihi kemampuan dan waktu yang ada. Bersikaplah pertengahan. Tidak berambisi untuk menguasai seluruh cabang ilmu, atau menghafal di luar batas kemampuan. Sederhana namun kontinyu itu lebih baik, daripada banyak namun berakhir pada sikap futur.

    7. Jauhi sikap fanatik terhadap ustadz atau guru yang dapat berujung pada pengultusan, di mana seluruh perkataannya adalah benar dan yang menyelisihinya dijamin salah. Semua manusia bisa benar, mungkin juga salah.

    8. Manfaatkan waktu dengan baik. Tujuan kita ke STIBA untuk menuntut ilmu, maka gunakan waktu yang ada untuk meraih tujuan tersebut.

    9. Amalkan ilmu

    Tujuan menuntut ilmu adalah untuk diamalkan. Allah akan memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya yang banyak beramal.

    ayat

     

     

    “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69).

    10. Kampus kita adalah amanah, milik bersama, maka jagalah nama baik kampus kita di manapun kita berada. Jika sedang berada di luar kampus, maka ingat bahwa kita adalah duta-duta STIBA. Kebaikan maupun keburukan yang kita lakukan—wal ‘iyadzu billah—tidak akan dipandang masyarakat sebagai tindakan person-person, tapi sebagai wakil dari institusi; Kampus STIBA yang kita cintai.

    Ustadz Aswanto Muhammad Takwi—hafizhahullah—selama beberapa waktu akan menghabiskan sisa hari liburnya di tanah air, sebelum akhirnya akan bertolak ke negeri Saudi untuk kembali bergelut dengan rutinitas-rutinitas seorang penuntut ilmu. Semoga Allah memudahkan segala urusan beliau.

     

     

  • Kuliah Perdana Semester Genap Tahun Akademik 1435—1436 H/2014—2015 M

    Kuliah Perdana Semester Genap Tahun Akademik 1435—1436 H/2014—2015 M

    IMG_0234

    Senin, 5 Rabiul Akhir 1436/26 Januari 2015, di aula gedung perkuliahan mahasiswi, kembali diadakan Kuliah Perdana (Haflah Iftitahiyah) setelah dua pekan sebelumnya di tempat yang sama diadakan Kuliah Penutup (Haflah Ikhtitamiyah).

    Selain dihadiri oleh para sivitas akademika STIBA Makassar, acara ini juga dihadiri oleh Wakil Ketua Umum Wahdah Islamiyah Ustadz Muhammad Ikhwan Abdul Djalil, Lc. Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci al-Qur’an oleh salah seorang mahasiswa baru yang telah menamatkan hafalan al-Qur’annya, Muhammad Yahya. Yahya membacakan Surah at-Taubah ayat 119-129. Ayat-ayat inilah yang kemudian dijelaskan oleh Ustadz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A. dalam sambutannya.

    Sebelum memasuki materi Kuliah Perdana yang disampaikan oleh Ustadz Aswanto Muhammad Takwi, Lc., sambutan dari Wakil Ketua Umum Wahdah Islamiyah. Ustadz Muhammad Ikhwah banyak berkisah tentang tokoh-tokoh Islam masa lalu. Termasuk sejarah yang didistorsi oleh musuh-musuh Islam untuk tujuan-tujuan tertentu.

    Sesi selanjutnya adalah penyampaian-penyampaian dari para pembantu ketua. Dimulai oleh Ustadz Kasman Bakry, S.H.I., M.H.I. selaku Pembantu Ketua I Bidang Akademik. Ustadz Kasman mengabarkan adanya tiga orang dosen yang akan bergabung dan mengajar di STIBA mulai semester genap ini. Mereka adalah Ustadz Ilham Jaya Abdurrauf, Lc., M.Ag., Ustadz Ramli Bakka, Lc., M.A., dan Ustadz Ridwan Hambali, Lc.

    Sementara Pembantu Ketua II Bidang Umum Ustadz Musriwan Muslimin, Lc. di antara penyampainnya adalah mengenai pemasangan kamera CCTV di beberapa titik di lokasi kampus, seperti asrama dan beberapa tempat lainnya.

    Ustadz Ir. Muhammad Taufan Djafry, Lc., M.H.I., Pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang tampil setelahnya kembali menghimbau kepada seluruh mahasiswa untuk lebih meningkatkan kedisiplinannya. Ustadz juga menjanjikan akan adanya penguatan bahasa Arab, ditandai dengan diangkatnya Ustadz Ahmad Syaripudin, Lc. sebagai ketua Pengembangan dan Pengawasan Bahasa (P2B).

    Pada kesempatan ini pula, Ketua STIBA yang kembali tampil menyampaikan pengumuman terkait mahasiswa, dosen, dan pengelola teladan periode Semester Ganjil Tahun Akademik 1435—1436 H/2014—2014 M. Mahasiswa teladan dari prodi I’dad Lughawi terpilih Hardiansyah Sahruna, sementara Abdullah Ali dari Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum (PMH). Untuk pengelola teladan disematkan kepada Ustadz Hendra Wijaya, Lc. dan Ustadzah Sri Ujiana Mustamin, Lc. Sementara dosen teladan diraih oleh Ustadz Ahmad Syaripudin dan berhak menerima bonus umrah dari salah seorang muhsinin. Dosen teladan putri terpilih Ustadzah Nurhidayah, Lc.

    teladan

    Dari kiri ke kanan: Ustadz Hendra Wijaya (pengelola teladan), Ustadz Ahmad Syaripudin (dosen teladan), Abdullah Ali (mahasiswa teladan/PMH), Hardiansyah Syahruna (mahasiswa teladan/PBA).

     

  • Ustadz Muhammad Taufan Buka Daurah Orientasi Mahasiswa Baru

    Ustadz Muhammad Taufan Buka Daurah Orientasi Mahasiswa Baru

    ???????????????????????????????

    Senin, 2 Rabiul Akhir 1436/23 Januari 2015, bertempat di Masjid al-Ihsan Kampus STIBA Makassar berlangsung pembukaan Daurah Orientasi bagi mahasiswa baru Semester Genap Tahun Akademik 1435—1436 H/2014—2015 M.

    Dalam sambutannya sekaligus membuka daurah orientasi ini, Pembantu Ketua III STIBA Makassar Ustadz Ir. Muhammad Taufan Djafry, Lc., M.H.I. menjelaskan akan pentingnya seorang muslim mengenal Allah.

    “Mengenal Allah adalah sesuatu yang sangat prinsip, asas dan pondasi yang di atasnyalah kita hidup dan membangun kehidupan kita. Orang yang tidak mengenal Allah, maka ia tidak memiliki kehidupan. Di muka bumi ini ia melakukan aktivitas apa saja, tapi ia tidak mengenal siapa yang memberikannya kehidupan. Maka orang ini sama saja dengan orang yang mati. Dianggap tidak ada. Kalaupun ia berada di atas permukaan bumi ini maka ia tidak berbeda dengan binatang,” ungkapnya mengawali sambutannya.

    Ustadz Muhammad Taufan juga mengajak para mahasiswa baru untuk lebih mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena seseorang yang mengenal Allah akan dihargai mahal di sisi Allah, yaitu surga. Seorang hamba tidak dinilai dari penampilan fisiknya, kecantikan atau ketampanannya, asesoris yang dikenakannya, tapi yang dinilai adalah hati dan amal ibadahnya.

    Ayah dari delapan anak ini selanjutnya memotivasi para mahasiswa baru untuk lebih meng-upgrade diri agar bernilai mahal di sisi Allah, dengan jalan:

    1. Meningkatkan iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
    2. Menuntut ilmu agama yang kelak akan membentuk sudut pandang, lalu melahirkan karakter seperti para sahabat. Para sahabat dulunya adalah orang-orang kafir, berada dalam kehinaan, lalu setelah mengenal Islam pola pikir mereka berubah dan berubah pula penyikapan mereka terhadap berbagai bentuk kemaksiatan.

    Sementara untuk mengetahui ilmu agama ini dibutuhkan pemahaman akan bahasa Arab, karena sumber-sumber dan referensi-referensi Islam semuanya berbahasa Arab.

    Sebagaimana diketahui, semester genap tahun ini STIBA kembali menerima sebanyak 52 mahasiswa baru yang berasal dari berbagai daerah di tanah air.

     

     

     

  • KETUA STIBA: PROYEK BESAR LAHIRKAN KADER MUJAHID, PENGELOLA DIMINTA ITQAN

    KETUA STIBA: PROYEK BESAR LAHIRKAN KADER MUJAHID, PENGELOLA DIMINTA ITQAN

    logo transparan

    Kamis, (1 Rabiul Akhir 1436/22 Januari 2015), berlangsung pembukaan rapat evaluasi semesteran. Acara yang diadakan di kampus ini dibuka oleh Ketua STIBA Makassar.

    Dalam sambutannya sebelum raker dimulai, Ketua STIBA menyampaikan beberapa pengarahan, nasihat dan motivasi bagi segenap pengelola.

    Ustadz Muhammad Yusran menguraikan lima tahapan dalam melaksanakan amal shaleh sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin:

    1. Al-Musyarathah (Perencanaan)

    Musyarathah artinya membuat syarat-syarat, maksudnya sebelum memulai suatu proyek atau pekerjaan, hendaknya kita membuat perencanaan yang jelas dan target-target yang akan kita capai. Inilah perlunya dalam setiap raker ditetapkan rancangan-rancangan program kerja.

    1. Al-Muraqabah (Pengontrolan)

    Setiap pengelola perlu mengontrol atau mengawasi agar hasil-hasil raker ini bukan sekadar menjadi catatan-catatan raker semata. Lalu pada saat rapat evaluasi, kita baru sadar akan banyaknya tugas dan amanah yang terlalaikan. Karena itu, muraqabah perlu dilakukan, bahkan setiap hari. Namun camkan bahwa Pengawas yang paling baik adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    1. Al-Muhasabah (Evaluasi)

    Salah satu fungsi Raker adalah untuk mengevaluasi setiap program kerja yang diagendakan selama satu semester. Namun seorang mukmin menjadikan setiap waktunya untuk muhasabah. Pada saat hendak memulai pekerjaan, ketika sedang berlangsung pekerjaan itu, dan di saat mengakhiri pekerjaan.

    1. Al-Mu’aqabah (Memberi sanksi atas diri sendiri)

    Setelah mengevaluasi diri maka akan terlihat kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan kita. Itulah saatnya kita me-mu’aqabah diri kita. Seorang mukmin selalu merasa kurang dalam ibadah, sehingga setiap usai shalat kita beristighfar. Demikian pula, saat memperoleh kemenangan Allah memerintahkan kita untuk istighfar. Bukan sebaliknya, menunggu ucapan-ucapan selamat atas keberhasilan kerja kita.

    1. Al-Mujahadah (bersungguh-sungguh)

    Sadar akan banyaknya kekurangan dan kesalahan yang telah dilakukan, tidak menjadikan seorang itu berputus asa dan lemah. Sebaliknya, seorang muslim harus bangkit dan bertambah semangat meraih apa yang telah luput darinya.

    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya),

    “Dan orang-orang yang bermujahadah untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-Ankabut: 69).

    Uatadz Muhammad Yusran kembali mengingatkan kepada para pengelola akan visi dan misi STIBA yaitu melahirkan para kader yang berkarakter 5M (Mukmin, Mushlih, Mujahid, Muta’awin, Mutqin).

    “Bukan hanya mahasiswa yang kita inginkan memiliki karakter 5M, bahkan para pengelolapun selayaknya berkarakter demikian,” ujarnya.

    Beliau kemudian menguraikan satu persatu karakter 5M yang dimaksud:

    1. Mukmin

    Persoalan setiap muslim sangat kompleks. Mulai dari persoalan pribadi, keluarga, umat dan bangsa. Tapi akan selalu ada solusinya jika kita bertakwa kepada Allah. Setiap pengelola boleh saja untuk membaca buku-buku pengembangan diri demi menunjang keberhasilan amanah-amanah mereka di kantor. Namun petunjuk itu tetap datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    1. Mushlih

    Para mahasiswa datang dari berbagai penjuru tanah air dengan niat untuk lebih memperbaiki diri. Dan hal ini adalah amanah setiap pengelola. Inilah misi dakwah STIBA. Kegiatan di kantor adalah jihad untuk memperbaiki umat. Tugas-tugas harian di kantor bukan sekadar berkutat dengan kertas-kertas. Tapi lebih dari itu, kita ingin membangun orang-orang yang ada di dalamnya.

    1. Mujahid

    Kita berpacu dengan saudara-saudara kita yang ada di Palestina dan bumi jihad lainnya yang saat ini sedang berjihad. Jika jihad mereka adalah berperang melawan penjajah, maka kita di ma’had ini berjihad untuk melahirkan kader-kader dai dan ulama.

    1. Muta’awin

    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya), “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. ash-Shaf: 4).

    Sebuah bangunan dapat berdiri dengan kokoh karena ada yang menjadi pondasi, bagian tengah maupun puncak bangunan. Demikian pula dengan amanah-amanah kerja di kantor, tidak ada yang bisa bekerja seorang diri. Keberhasilan dan kesuksesan yang kita raih merupakan bantuan dari saudara kita yang lain.

    1. Mutqin

    Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat seorang penggali kubur asal-asalan dalam kerjanya. Maka beliau bersabda,

    إن الله يحب إذا عمل أحدكم عملا أن يتقنه

    “Sesungguhnya Allah menyukai jika salah seorang di antara kalian mahir dalam melakukan pekerjaannya.”

    Jika untuk persoalan menggali kubur saja Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menuntut penggali kubur untuk profesioanal, apalagi untuk sebuah proyek besar melahirkan para kader mujahid. Karena itu, setiap pengelola dituntut untuk sedapat mungkin bisa itqan dalam setiap tugasnya. Dan jangan sebaliknya,

    وهو كلٌ على مولاه أينما يوجه لا يأت بخير

    “Dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun.” (QS. an-Nahl: 76).

    Diberi tugas dan jabatan apapun dia tidak bisa untuk profesional dalam mengemban amanahnya tersebut.

    Raker Semesteran XVII ini berlangsung hingga Jumat, 2 Rabi’ul Akhir 1436/22 Januari 2015. Di antara hasilnya adalah penetapan struktur baru Pengelola STIBA Makassar.

  • Rihlah Pengelola dan Dosen

    Rihlah Pengelola dan Dosen

    IMG_3966

    Salah satu agenda STIBA yang selama beberapa tahun mengalami penundaan karena padatnya kegiatan adalah rihlah keluarga pengelola dan dosen. Ahad, 20 Rabiul Awal 1436/11 Januari 2015, akhirnya disepakati sebagai hari rihlah tersebut.

    Pukul 07.00 rombongan yang terdiri dari sebuah bus dan beberapa kendaraan lainnya bertolak meninggalkan kampus menuju Pantai Gusung. Pantai Gusung adalah salah satu tujuan wisata yang terletak di Galesong Utara Kabupaten Takalar. Meski memiliki pemandangan yang cukup eksotis, lokasi ini belum dikenal luas oleh masyarakat sehingga suasana di sana tidak seramai tempat-tempat wisata lainnya. Alasan inilah yang menjadi salah satu pertimbangan pihak STIBA untuk memilih lokasi ini.

    Rombongan tiba di lokasi wisata sekira pukul 09.00. Usai mencicipi sarapan ringan, rombongan yang terdiri dari para dosen dan pengelola beserta keluarga memilih untuk berjalan-jalan di pantai. Sebagian tampak bermain bola, voli, dan takraw. Beberapa lagi lebih memilih berenang di laut. Adapula yang memboyong keluarganya menepi ke sisi lain untuk agenda khusus keluarga masing-masing. Keceriaan tampak jelas dari raut wajah mereka.

    Agenda terakhir setelah shalat Zhuhur adalah nasihat keluarga yang disampaikan oleh Ustadz Muhammad Taufan Djafry hafizhahullah. Dalam pesan-pesannya, beliau menghimbau kepada para suami untuk banyak berterima kasih kepada para istri yang telah setia mendampingi dan menguatkan suami-suami mereka dalam mengemban tugas-tugas dakwah.

    Pukul 13.30, rombongan bertolak kembali menuju ma’had. Kepenatan-kepenatan akibat banyaknya beban kantor ataupun tugas-tugas dakwah lainnya untuk sementara mereka lepaskan. Dengan harapan bisa memulai tugas di hari-hari yang akan datang dengan semangat baru lagi.

    IMG_4154IMG_4152IMG_4052IMG_3998IMG_3991IMG_4217IMG_3928

  • Pengecoran Masjid Anas bin Malik Kampus STIBA Libatkan Masyarakat

    Pengecoran Masjid Anas bin Malik Kampus STIBA Libatkan Masyarakat

     

    IMG_3906

    Sabtu pagi (19/3/1436) di Kampus STIBA Makassar, tepatnya di areal masjid Anas bin Malik yang telah dimulai pembangunannya beberapa pekan lalu dipenuhi oleh ratusan kaum muslimin. Masyarakat yang berbaur dengan para sivitas akademika STIBA Makassar dan Fokus STIBA pagi itu secara suka rela turut berpartisipasi dalam pengecoran pondasi masjid Anas bin Malik.

    Hadir dalam kerja bakti ini beberapa petinggi Wahdah Islamiyah di antaranya Wakil Ketua Umum DPP WI Ustadz Muhammad Ikhwan Djalil dan Ketua DPW WI Sulsel Ustadz Abdul Rahim. Sementara dari pihak penyelenggara STIBA sendiri tampak Ketua STIBA Ustadz Muhammad Yusran Anshar beserta jajarannya. Beberapa dosen pun tak ingin ketinggalan, Ustadz Rahmat Abdurrahman Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah dan Ketua MIUMI Sulawesi Selatan ini juga tampak bersama dosen-dosen, seperti Ustadz Bahrun Nida, Ustadz Fadlan Akbar, dan lain-lain. Dari pihak Fokus STIBA juga hadir Dr. Marwan, Dr. Nusran, Kurniawan Jaya dan beberapa anggota Fokus lainnya.

    Cuaca yang cukup bersahabat, mendung tapi tidak turun hujan menambah semangat para suka relawan. Meski badan dan pakaian berlumuran campuran semen, semua tampak ceria. Niat yang tulus dan ikhlas untuk turut memberikan andil dan menanam saham dalam proyek pembangunan masjid Kampus STIBA adalah kunci kekuatan mereka. Masjid yang kelak akan menjadi pusat ibadah, pembinaan dan pengaderan calon-calon dai dan ulama di STIBA Makassar.

    Hingga tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 11.30. Satu per satu mereka mulai membubarkan diri.

    Semoga amal ibadah mereka dicatat di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menjadi amal jariyah yang pahalanya tetap mengalir selama masjid ini tetap digunakan untuk mengagungkan Allah Azza wa Jalla.

    Baca juga http://stiba.net/2014/09/11/inilah-alasan-mengapa-berinfaq-untuk-pembangunan-masjid-stiba-makassar/

     

    IMG_3784 IMG_3714IMG_3795  IMG_3697 IMG_3652  IMG_3595 IMG_3579 IMG_3573

     

     

     

  • Akhiri Semester Ganjil, STIBA Gelar Haflah Ikhtitam

    Akhiri Semester Ganjil, STIBA Gelar Haflah Ikhtitam

    IMG_3505

    Mengakhiri ujian akhir semester ganjil TA. 1435—1436 H/2014—2015 M, STIBA Makassar selenggarakan Haflah Ikhtitam, tepatnya pada hari Jumat sore, tanggal 18 Rabiul Awal 1436/9 Januari 2014. Kegiatan ini merupakan agenda rutin tiap semester usai pelaksanaan ujian akhir dan jelang masa liburan mahasiswa. Dalam haflah ini, pihak penyelenggara STIBA akan memberikan wejangan-wejangan sebagai bekal mahasiswa dalam menjalani liburan.

    Ketua STIBA Makassar, Ustadz Muhammad Yusran Anshar dalam pesan-pesannya kepada mahasiswa mengulas ayat-ayat dalam surah Fathir ayat 27—35 yang dibacakan di awal acara oleh salah seorang mahasiswa.

    Setidaknya, ada lima poin penting yang disampaikan oleh Ketua STIBA Makassar, di antaranya:

    Pertama, saling mengingatkan untuk terus memperbarui niat dalam menuntut ilmu. Di saat kuliah perdana, kemudian di masa aktif perkuliahan, dan ketika berakhirnya masa kuliah. Ustadz Yusran mengangkat salah satu hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

    مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا.

    “Barangsiapa yang menuntu ilmu yang seharusnya diniatkan demi mengharapkan Wajah Allah namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kenikmatan dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga di hari kiamat”. (HR. Abu Dawud, Sahih).

    Ayah lima anak ini juga menyampaikan bahwa kita sering mendengarkan dan menyaksikan para ulama atau syaikh saat mengajarkan ilmu kepada manusia. Kita ingin seperti mereka, namun bukan karena kedudukan mereka yang dihormati dan dimuliakan oleh manusia, tapi karena

    اِنَّمَا يَخۡشَى اللّٰهَ مِنۡ عِبَادِهِ الۡعُلَمٰٓؤُا ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيۡزٌ غَفُوۡرٌ

    Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama [1259]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

    “Setiap semester ilmu kita bertambah, tapi apakah itu diiringi dengan semakin takutnya kita kepada Allah?” Tuturnya.

    Poin kedua yang disampaikan oleh Ketua STIBA adalah ajakan untuk banyak bersyukur kepada Allah.

    Sekira empat bulan lalu saat di tempat yang sama diadakan Kuliah Perdana, jumlah mahasiswa yang hadir saat itu lebih banyak dari peserta Haflah Ikhtitam. Menurut Ustadz Yusran, hal seperti ini sudah sunnatullah. Akan selalu ada yang berjatuhan saat menempuh jalan-jalan penuntut ilmu, entah karena sakit, atau karena alasan-alasan lainnya. “Kita bersyukur, karena barangkali bukan kita yang paling mampu dari segi finansial untuk membayar biaya kuliah, bukan pula yang paling cerdas di kelas, tapi Allah justru berkehendak memilih kita untuk sampai di penghujung semester ini,” ujar dosen hadits MEDIU ini.

    Ketiga, Faidza faraghta fanshab.

    Masa liburan bukan waktu untuk tidak beraktivitas. Jika telah menyelesaikan suatu pekerjaan, maka beralihlah ke tugas-tugas dan amalan-amalan lainnya. Seperti membaca al-Qur’an,

    إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ

    “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS. Fathir: 29).

    Inilah yang seharusnya dikejar dan diimpikan oleh setiap muslim, perniagaan yang tidak akan merugi. Dan kelak, ujung yang diharapkan adalah surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤًا وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ

    “(Bagi mereka) surga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera.” (QS. Fathir: 33).

    وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ

    “Dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 34).

    “Di dunia ini mungkin saja kita letih mengurus dakwah, belajar, dan berjihad. Namun di surga kelak tak ada lagi perasaan semisal itu, sebagaimana firman Allah,

    الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ

    “Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu”. (QS. Fathir: 35).

    Point ke empat yang menjadi poin terakhir yang disampaikan oleh Ketua STIBA Makassar adalah himbauan kepada para mahasiswa agar menjadi duta-duta STIBA yang membawa risalah-risalah ma’had. Berberkah di mana saja mereka berada. Bertebaran di muka bumi untuk menebar berkah Allah. Bukan menjadikan liburan sebagai kesempatan untuk melakukan hal-hal yang selama di kampus dilarang.

    Ustadz Muhammad Yusran Anshar hafizhahullah menutup nasihatnya dengan permintaan maaf kepada seluruh mahasiswa jika terdapat kekurangan-kekurangan dari para penyelenggara STIBA Makassar selama semester ini.

    Penyampaian selanjutnya adalah dari Pembantu Ketua I Ustadz Kasman Bakry hafizhahullah. Ustadz Kasman menyampaikan beberapa agenda terkait akademik, seperti pengumuman hasil UAS, ujian susulan, dan kuliah perdana.

    Sementara Pembantu Ketua II Ustadz Musriwan Muslimin hafizhahullah yang mewakili Bidang Umum menyampaikan permintaan maaf jika ada kekurangan-kekurangan terkait keterbatasan fasilitas kampus. Terkhusus di gedung kampus putri yang terbilang masih baru dan masih terus dibenahi.

    Ustadz Muhammad Taufan Djafry hafizhahullah sebagai Pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang mendapat giliran terakhir dalam penyampaiannya menghimbau mahasiswa agar tetap menjaga tarbiyah pekanan mereka di masa libur sekalipun. Mahasiswa yang berlibur di daerah masing-masing diwajibkan untuk berkoordinasi dengan DPD Wahdah Islamiyah yang ada di daerah mereka untuk dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan dakwah di DPD.

  • Ustadzah Armida: Allah Muliakan Wanita dengan Hijab

    Ustadzah Armida: Allah Muliakan Wanita dengan Hijab

    hijaber2

    Penghujung tahun 2014, masyarakat disuguhi dengan sederet kegiatan. Jika di luar sana pemuda-pemudi dilenakan dengan suguhan-suguhan yang berbau duniawi, seperti berbagai jenis perlombaan, olimpiade, hingga menghias atribut Natal, dan perayaan menyambut tahun baru Masehi, maka FMDKI (Forum Muslimah Dakwah Kampus Indonesia) bekerja sama dengan Forum Studi Ulul Albab & Keluarga Muslim Politeknik Indonesia, hadir untuk para muslimah dengan suguhan islami yaitu KAJIAN (Kajian, Analisis, Jelajah Intelaktual) dengan tema “The Real Hijabers, Be Inspiring Muslimah”, Ahad 28 Safar 1436 H atau 21 Desember 2014.

    Dibuka dengan pembacaan Al Qur’an, sambutan dari Ketua Forum Studi Ulul Albab, sambutan Wakil Ketua FMDKI disusul pembacaan puisi yang sekaligus membuka acara tersebut.

    Kegiatan yang berdurasi empat jam ini dari pukul 09.00-12.00 siang dihadiri oleh ratusan muslimah se-Makassar. Kebanyakan dari mereka mahasiswi kampus. Materi yang dibawakan oleh salah satu dosen STIBA Makassar, Ustadzah Armida Abdurrahman, Lc. mengupas tuntas bagaimana hijab syar’i yang sebenarnya di tengah maraknya tren hijab dari zaman ke zaman.

    Beliau membuka muhadarahnya, dengan mengajak para muslimah untuk banyak bersyukur atas nikmat-nikmat Allah berupa taufiq-Nya karena bisa hadir di majelis yang mulia ini.

    “Kita sepakat bahwa hijab itu wajib. Seperti yang Allah Subahana wata’ala katakan dalam firman-Nya dalam QS. An-Nur: 31 dan QS. Al-Ahzab: 59. Jika kita memerhatikan dalam QS. An-Nur ayat 30-31, perintah dan larangan lebih banyak datang kepada wanita dibandingkan laki-laki dalam permasalahan hijab.” tuturnya.

    Dijelaskannya beberapa istilah yang berkaitan dengan hijab seperti: Tabarruj ,(التبرج)Khimar (الخمار), Jilbab (الجلباب), dan Hijab (الحجاب), perhiasan (الزينة) dengan menyebutkan beberapa ikhtilaf ulama dalam mendefinisikannya disertai Al Qaulul Rojih (pendapat yang paling kuat). Lalu menjelaskan syarat hijab syar’i itu sendiri.

    Selanjutnya dikatakan, “Allah telah memuliakan wanita dengan hijab dan ketika wanita tidak ingin berhijab berarti mereka telah menghinakan dirinya sendiri. Hijab adalah simbol kesucian wanita, hijab adalah kemuliaan, dan hijab adalah tanda ketaatan kepada Rabb.

    Beliau menutup muhadharahnya dengan beberapa kesimpulan sebagai berikut: Hijab itu wajib, hijab menjaga kehormatan wanita, hijab jalan menuju ketinggian derajat, hijab bukan belenggu bagi wanita, hukum niqab (cadar) dikhilafkan, wajib atau tidak. Namun yang utama bagi wanita adalah memakainya karena itu pendapat yang lebih kuat dan lebih aman dari fitnah. Sebagaimana ucapan salah seorang mereka:

    Jika ia (cadar) itu wajib maka aku telah memakainya

                             Dan jika ia sebuah keutamaan maka aku tidak akan merasa cukup darinya

    (maksudnya bukan orang yang tidak membutuhkan keutamaan itu)

     

    Sederet penyampaian, dari launching buku, penggalangan dana sampai sosialisasi acara-acara dari FMDKI mengisi penghujung acara. Satu kisah menutup segala rangkaian acara tersebut, “Dahulu ada sejumlah wanita datang kepada salah seorang Syaikh (Mufti) di negara tersebut untuk menuntut, mereka mengatakan “Allah tidak adil! Kenapa kita yang cantik dan anggun ini malah disuruh berhijab (menutupinya) mengapa bukan lelaki saja yang dasarnya mereka yang tidak cantik…” tutur salah satu wanita. Lalu Syaikh bertanya, “Kalian dapat darimana anggapan tersebut?” Wanita tersebut menjawab “Lihat ayat ini! “Katakanlah (Muhammad) kepada istri-istrimu, anak-anakmu, dan wanita-wanita orang beriman untuk mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuhnya………” (QS. Al-Ahdzab: 59) kemudian dengan tenang Syaikh tersebut menjawab, “Kalian kenapa pusing? Kalian tenang saja, ini kan hanya ditujukan kepada wanita-wanita MUKMIN..”

    Sekarang pertanyaannya, apakah kita sebagai wanita muslimah tidak ingin termasuk golongan wanita-wanita MUKMIN tersebut??? Ajibna fi nufuusikun…!!! (ns)