Kategori: Feature

  • Jelang Pemilihan Pemimpin Bangsa, Ketua STIBA Makassar Himbau Mahasiswa Perbanyak Doa

    Jelang Pemilihan Pemimpin Bangsa, Ketua STIBA Makassar Himbau Mahasiswa Perbanyak Doa

    porsaniju[stiba.net] : Di akhir sambutannya ketika menutup Pekan Olahraga dan Wawasan Keislaman (PORSANI) VIII STIBA Makassar, Ketua STIBA Ustadz Muhammad Yusran Anshar—hafizhahullah—menghimbau segenap mahasiswa untuk memperbanyak membaca salah satu doa kaffaratul majelis yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dari Abdullah bin Umar—radhiyallahu ‘anhuma:

     

    قَلَّمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُومُ مِنْ مَجْلِسٍ حَتَّى يَدْعُوَ بِهَؤُلَاءِ الدَّعَوَاتِ لِأَصْحَابِهِ :

    اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنْ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا وَلَا تَجْعَلْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا

    Arinya: Sangat jarang Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam berdiri dari majelis kecuali beliau berdoa dengan doa-doa ini untuk para sahabatnya:

    Ya Allah, curahkanlah kepada kepada kami rasa takut kepada-Mu yang menghalangi kami dari bermaksiat kepada-Mu, dan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami kepada surga-Mu. Dan curahkanlah keyakinan yang meringankan musibah di dunia. Berilah kenikmatan kami dengan pendengaran kami, penglihatan kami, serta kekuatan kami selama kami hidup, dan jadikan itu sebagai warisan dari kami. Dan jadikan pembalasan atas orang yang menzhalimi kami, dan tolonglah kami melawan orang-orang yang memusuhi kami. Dan janganlah Engkau jadikan musibah kami pada agama kami. Dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai impian kami terbesar, serta pengetahuan kami yang tertinggi. Serta janganlah Engkau kuasakan (menjadi pemimpin) atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami.”

    (HR. At-Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani).

    “Kami ingatkan agar doa di atas terus kita perbanyak, apalagi berkaitan dengan pemilihan para pemimpin yang akan memimpin kita.

    Kita sangat berharap, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menguasakan atas kita orang-orang yang tidak menyayangi kita, orang-orang yang tidak merahmati kaum muslimin.

    Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menghindarkan kita dari imarotus sufaha, pemimpin-pemimpin yang jahil.

    Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihkan kepada kita pemimpin yang mencintai orang beriman dan mencintai syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Wa maa dzalika ‘alallahi bi ‘azis, dan yang demikian tidaklah sulit bagi Allah,” ujar Ustadz Muhammad Yusran menutup sambutannya. [sq]

     

  • Ketua STIBA Tutup PORSANI VIII

    Ketua STIBA Tutup PORSANI VIII

    tutup porsani[stiba.net] : Ahad, 28 Jumadal Ula 1435 H/29 Maret 2014 M, setelah melalui waktu dua pekan, perhelatan akbar tahunan di Kampus STIBA Makassar yaitu Pekan Olahraga dan Wawasan Keislaman (PORSANI) VIII resmi ditutup oleh Ketua STIBA Ustadz Muhammad Yusran Anshar. Acara yang dilangsungkan usai pertarungan babak final pada cabang sepak bola antara kesebelasan I’dad Lughawi IIC melawan kesebelasan I’dad Lughawi III yang berakhir dengan kemenangan I’dad Lughawi IIC ini dihadiri oleh seluruh mahasiswa dan beberapa dosen dan pengelola.

    Agar pembaca dapat mengambil lebih banyak manfaat dari sambutan Ketua STIBA, berikut kami sajikan transkrip sambutan singkat dari beliau.

    =====================
    “Ada beberapa hal yang perlu kami sampaikan;

    Pertama, setiap muslim memiliki target yang jelas dan niat yang baik. Maka kita harapkan, kegiatan yang telah menyita waktu kita selama dua pekan ini kita telah mengambil sebanyak-banyaknya manfaat.

    Dengan PORSANI ini kita lebih banyak mengenal ikhwah berikut bakat-bakat mereka yang terpendam. Kami yakin, banyak ikhwah hafalannya menjadi lebih baik dengan PORSANI ini. Ini di antara manfaat yang sifatnya a’jilah (disegerakan) dari PORSANI ini dari sekian banyak faedah yang lain. Dan lebih dari itu, tagline PORSANI kita kali ini:

    وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ ﴿٦٠﴾

    “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi…” (QS. Al-Anfal: 60).

    Ini memang telah terwujud dalam 2 pekan ini. Kita telah memiliki kekuatan-kekuatan yang bisa kita berikan atau kita bisa munculkan pada saat dibutuhkan. Karenanya, kalau dalam pembukaan kita sebutkan “Wa a’iddu lahum mastatha’tum min quwwah” maka penutupan ini lebih ditekankan pada

    إِنَّ اللّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْداً عَلَيْهِ حَقّاً فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللّهِ فَاسْتَبْشِرُواْ بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُم بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ﴿١١١﴾

    Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan alQur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 11).

    Setelah kita mempersiapkan kekuatan, maka saatnya untuk mempertaruhkan nyawa dan harta kita untuk membela agama Allah Subhana wa Ta’ala. Dengan demikian kita sudah memiliki kekuatan-kekuatan yang dengannya kita sudah siap menjadi Anshorullah, pejuang-pejuang agama Allah Subhana wa Ta’ala.

    Kami sangat yakin, dengan PORSANI ini ukhuwah di antara ikwah semakin menguat. Dan jangan lupa, ketika Allah mengatakan وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ,  tiga ayat setelahnya adalah:

    هُوَ الَّذِيَ أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً مَّا أَلَّفَتْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَـكِنَّ اللّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

    “Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mu’min. Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Al-Anfal: 62-63).

    Agar kita yakin dan tahu bahwasanya kemenangan hakikatnya datang dari Allah namun mesti ada Anshorullah. Siapa Anshorullah tersebut?

    Di antara kekuatan yang mesti dimiliki oleh para mukminin ialah kekuatan ukhuwah, makanya Allah mengatakan, “Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka”. Lewat para mukminin yang telah berukhuwah dengan baiklah Allah memenangkan agama ini. Semoga kekuatan ukhuwah ini makin kuat, makin mantap pada diri kita semuanya.

    Dan di antara kekuatan yang juga sangat diperlukan adalah kekuatan hubungan kita dengan Allah Subhana wa Ta’ala. Karenanya, ketika Allah mengatakan,

    Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan alQur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 11).

    Allah mengatakan, siapa orang-orang beriman yang diharapkan berperang pada jalan Allah? Dalam ayat lain, Allah mengatakan bahwa mereka adalah:

    التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدونَ الآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللّهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ ﴿١١٢﴾

    “Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji (Allah), yang melawat, yang rukuk, yang sujud, yang menyuruh berbuat makruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.” (QS. At-Taubah: 112).

    Merekalah para mujahidun fi sabilillah, maka tidak mungkin jihad tercemari dengan maksiat-maksiat, kemalasan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah. Para mujahidun yang diharapkan ialah yang memiliki sifat-sifat seperti ini.

    Semoga PORSANI ini bisa melahirkan orang-orang  yang kuat fisik, jalinan ukhuwahnya kuat, dan kuat pula ibadahnya kepada Allah Subhana wa Ta’ala.

    Hal yang kedua, kami mengingatkan akan firman Allah,

    فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ

    “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS. Al-Insyirah: 7).

    Orang muslim itu memiliki banyak agenda dalam kehidupannya. Al wajibats aktsaru minal awqot, kewajiban yang ada lebih banyak dari pada waktu yang tersedia. Maka seorang muslim mengagendakan waktu-waktunya sebaik-baiknya. Ada masa ketika dia disibukkan dengan kebaikan-kebaikan seperti ini, dan setelah itu ada kewajiban lain yang datang menantinya. Maka begitulah seorang muslim, dalam kehidupannya yang 60 atau 70 tahun ini berpindah dari satu ibadah ke  ibadah berikutnya.

    Kita harapkan, waktu yang tersita dua pekan ini insya Allah bernilai ibadah di sisi Allah. Sudah saatnya kita berpindah ke ibadah berikutnya. Kita kembali pada kewajiban kita yang paling asasi di ma’had kita ini untuk konsentarasi dalam perkuliahan di kelas, taklim, dirosa ta’siliah, dan kegiatan-kegiatan lain yang sempat terhenti selama PORSANI.

    Semua ibadah yang diperintahkan oleh Allah ditutup dengan istighfar, memohon ampun kepada Allah atas hal-hal yang kurang dan kelalaian selama kita mengadakan kegiatan ini. Maka semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni apa-apa yang telah terjadi dan menjadikan perpisahan dan penutupan ini tafarruqan ma’shuma.” [sq]

     

  • Dosen STIBA Dikukuhkan sebagai Ketua MIUMI Sulsel

    Dosen STIBA Dikukuhkan sebagai Ketua MIUMI Sulsel

    miumi[stiba.net] : Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Sulawesi Selatan akhirnya dikukuhkan oleh Sekjen MIUMI Pusat Ustadz Bachtiar Nasir, Lc., M.M. Acara pengukuhan yang digelar di Auditorium Gedung Menara Phinisi Universitas Negeri Makassar (UNM) berlangsung dari pukul 07.30—12.00 Wita, hari Sabtu 27 Jumadal Ula 1435 H, bertepatan dengan 29 Maret 2014 M. Hadir dalam perhelatan ini Gubernur Sulawesi Selatan, tokoh-tokoh agama, ormas, akademisi, dan lembaga-lembaga dakwah kampus.

    “Kita merasa prihatin akan kondisi keulamaan di Sulawesi Selatan, karena itu mudah-mudahan MIUMI bisa mengambil peran untuk melahirkan kader-kader ulama dan pematangan di tingkat organisasi lembaga-lembaga Islam seperti MIUMI Provinsi Sulawesi Selatan,” ujar Ust. Dr. Rahmat Abdurrahman, Lc., M.A. ketua MIUMI Provinsi Sulawesi Selatan dalam sambutannya.

    Sementara itu, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan harapannya kepada MIUMI Sulsel, “Saya selalu bercita-cita setiap desa mempunyai ulama dan kecamatan punya pesantren, mudah-mudahan MIUMI bisa melihat peluang ini hingga bisa kerjasama dengan Pemprov Sulsel.”

    Selain Ustadz Rahmat, empat orang pejabat dan dosen STIBA Makassar ikut dikukuhkan sebagai pengurus dan anggota MIUMI Sulsel. Mereka adalah Ustadz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A. (Ketua STIBA Makassar), Ustadz Kasman Bakry, S.H.I., M.H.I. (Pembantu Ketua I), Ustadz Muhammad Ihsan Zainuddin, Lc., M.Si. dan Ustadz Ir. Muhammad Qasim Saguni, M.M. keduanya adalah dosen STIBA Makassar—hafizhahumullah. [sq]

  • Syaikh Dr. Khalid as-Sabt Khotbah Jumat di STIBA Makassar

    Syaikh Dr. Khalid as-Sabt Khotbah Jumat di STIBA Makassar

    altAnpD3MT5B53VJC0SdosXmW5oGFxUSj8BhqU2p2gD5e8o[stiba.net] : Seperti sudah jadi kebiasaan, setiap kali Makassar kedatangan ulama-ulama asal Timur Tengah maka mereka akan menyempatkan diri untuk berkunjung ke kampus STIBA Makassar. Meskipun pada umumnya kehadiran mereka di Makassar memang dalam rangka kunjungan ke STIBA. Seperti baru-baru ini, STIBA kembali mendapat kehormatan dengan hadirnya salah seorang ulama besar Saudi Arabia. Beliau adalah Syaikh Dr. Khalid bin Utsman as-Sabt—hafizhahullah, penulis kitab Qawaid at-Tafsir.

    Kehadiran Syaikh di kampus STIBA khusus untuk mengisi khotbah Jumat. Dalam khotbah singkatnya, Syaikh menguraikan tentang hakekat keislaman yaitu berserah diri kepada Allah.

    “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).

    Dalam ayat ini Allah memerintahkan setiap insan untuk bermuhasabah, apa yang telah mereka persiapkan untuk akhirat mereka, sebab akhirat itu dekat. Karenanya, Allah ‘Azza wa Jalla mengungkapkan dengan satu kata “ghad” yang berarti besok. Kehidupan di dunia ini singkat walaupun hari-harinya terasa panjang, namun sebenarnya hari-hari itu berlalu dengan cepat.

    Ketika Ashhabul Kahfi yang Allah jadikan mereka tertidur selama 309 tahun ditanya, “Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini)?”, mereka berkata, “Kami hidup hanya sehari atau dua hari.” Padahal mereka telah menghabiskan hari-hari yang sangat panjang saat mereka tidur.

    Sementara ketika kelak manusia berdiri di hadapan Allah, “Ketika berkata orang yang paling lurus jalannya di antara mereka, “Kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanyalah sehari saja”. (QS. Thaha: 104).

    Seseorang akan menyadari bahwa hari-hari yang telah mereka lalui, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun seolah terasa hanya sehari saja. Maka demikian pula halnya dengan setiap cobaan, musibah, perasaan letih dan lelah semuanya akan berlalu dengan cepat. Kehidupan seluruhnya seolah hanya membutuhkan kesabaran selama sejam saja.

    Nikmat yang dirasakan oleh pelaku-pelaku maksiat saat melakukan dosa sangatlah sedikit dan akan segera berlalu. Ia seperti yang dikatakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. (QS. Al-Kahfi: 45).

    Angin yang datang dan menyapu tumbuh-tumbuhan itu seolah menjadikannya tidak pernah tumbuh, rindang, hijau, dan menghasilkan buah. Demikian pulalah ketika seseorang beramal dengan amal shaleh. Ketika seseorang merasa berat untuk mengerjakan amal shaleh, maka ketika ia bersabar sedikit saja, maka seluruh kesulitan, musibah, dan persoalan-persoalan akan berlalu dengan segera, meninggalkan pahala yang kekal.

    Karena itu, Syaikh menasihatkan kepada seluruh jamaah agar bersabar dalam mengerjakan amal-amal saleh.

    Usai melaksanakan shalat Jumat, Syaikh lanjutkan dengan muhadharah singkat sebelum bertolak bersama rombongan menuju Gedung LAN Antang untuk melanjutkan daurah syar’iyah yang diikuti oleh seluruh dosen dan alumni STIBA.

    Sabtu malam, Syaikh mengisi taklim malam Ahad di masjid al-Markaz al-Islami Makassar dan diterjemahkan oleh Ustadz Dr. Rahmat Abdurrahman, Lc., M.A. [sq]

    Situs resmi Syaikh Khalid as-Sabt: http://www.khaledalsabt.com/

     

  • Syaikh Dr. Khalid as-Sabt: Kalian di Atas Jalan yang Benar

    Syaikh Dr. Khalid as-Sabt: Kalian di Atas Jalan yang Benar

    lanSalah seorang ulama besar asal Saudi Arabia kembali berkunjung ke Makassar. Beliau adalah Syaikh Dr. Khalid bin Utsman as-Sabt—hafizhahullah, salah seorang ulama yang menjadi referensi para ulama dan dai di Saudi bagian timur, tepatnya di Dammam. Syaikh adalah penulis salah satu buku fenomenal dalam bidang ilmu tafsir, Qawaid at-Tafsir yang merupakan disertasi doktor beliau.

    Salah satu agenda utama Syaikh selama di Makassar adalah menjadi pemateri dalam daurah syar’iyah yang dikoordinir oleh DPP Wahdah Islamiyah. Daurah yang berlangsung selama dua hari di lantai empat gedung LAN Antang ini dibuka langsung oleh Ketua Umum DPP Wahdah Islamiyah, Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A. Sebagai pesertanya adalah seluruh dosen dan alumni STIBA Makassar.

    Syaikh Khalid as-Sabt—hafizhahullah—di awal daurah mengungkapkan perasaan gembira ketika berkumpul dengan para asatidzah. “Saya ingin memberikan kabar gembira bagi Antum sekalian. Antum berada di atas jalan yang benar. Antum di atas kebaikan. Antum berkumpul dalam nuansa ilmu dan mengikuti sunnah dengan i’tiqad yang benar, dakwah di jalan Allah.”

    Beliau juga menyampaikan perasaan takjub ketika di pagi hari, dari hotel tempat beliau menginap tak jauh dari Pantai Losari, Syaikh menyaksikan sekumpulan muslimah yang hampir seluruhnya berhijab, bahkan sebagian menutup wajah dengan cadar. Semua ini menurut beliau adalah dampak positif dari geliat dakwah di kota ini. “Lanjutkan, kalian di atas jalan yang benar,” ujar Syaikh memotivasi peserta daurah.

    “Saya tahu bahwa Antum adalah lulusan-lulusan ilmu syar’i, dan saya tahu bahwa kalian mengagendakan kegiatan-kegiatan yang dapat mengumpulkan kalian dalam menuntut ilmu. Tapi di sisi lain saya juga tahu bahwa kalian menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk kegiatan-kegiatan dakwah dan agenda-agenda berberkah lainnya. Semua ini adalah kebaikan. Dalam hal apa pun kalian beraktivitas, aktivitas itu adalah ibadah,” ungkap Syaikh.

    Syaikh juga menjelaskan bahwa ada golongan manusia yang dianugrahi ilmu, ia menghabiskan siang dan malamnya untuk mendapatkan ilmu, tapi orang terdekatnya sekalipun tidak mendapatkan manfaat apa-apa dari ilmunya itu. Bahkan bisa jadi, ia sendiri tidak mengambil manfaat dari ilmunya itu. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memohon perlindungan dari ilmu yang tidak bermanfaat. [sq]

    Situs resmi Syaikh Khalid as-Sabt: http://www.khaledalsabt.com/

  • Tawarkan Zakat Jadi Sumber Pendapatan Negara

    Tawarkan Zakat Jadi Sumber Pendapatan Negara

    rahmKetua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah, Dr. Rahmat Abdul Rahman, Lc., M.A. menyampaikan gagasannya terkait pendapatan zakat dijadikan sebagai salah satu item dalam anggaran pendapatan negara.

    Menurutnya, sumber pendapatan negara masih bertumpu pada pendapatan pajak sebagai sumber pendapatan terbesar. Sehingga, melalui perspektif hukum Islam, pendapatan zakat dapat menjadi sumber pendapatan bagi negara.

    Hal tersebut ia sampaikan dalam Sidang Promosi Doktor dalam bidang Ilmu Hukum Islam pada Program Pascasarjana, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Selasa (18/3/2014).

    Dalam sidang promosi doktor tersebut, Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Sulawesi Selatan tersebut mempertahankan disertasinya berjudul Keuangan Negara Perspektif Hukum Islam dan Implementasinya di Indonesia (Studi Komparasi Kitab Al Ahkam Al Sultaniyyah Wa Al Wilayat Al Diniyyah Karya Al Mawardi dan Kitab Al Ahkam Al Sultaniyyah karya Abu Ya’la.

    “Saya berharap mengenai pendapatan dari zakat ini tidak hanya diatur mengenai pengelolaannya saja karena dengan potensinya yang sangat besar, bahkan untuk potensi zakat harta bisa mencapai 18 persen seluruh anggaran APBN,”ujarnya.

    Hasil penelitian yang dilakukan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) pada tahun 2013, potensi zakat nasional yang terdiri atas zakat harta, zakat perusahaan, zakat atas tabungan deposito syariah mencapai Rp 217 trilyun.

    Dengan memasukkan zakat sebagai pendapatan negara, dapat menambah jumlah pendapatan negara karena juga memasukkan jenis-jenis lain pendapatan zakat seperti hasil tambang, hasil pertanian dan perkebunan, serta peternakan.

    “Jika seluruh jenis pendapatan zakat lain tersebut juga dimasukkan sebagai pendapatan negara, saya yakin dapat menutupi 75 persen dari anggaran APBN. Sehingga, disertasi saya ini bisa berimplikasi pada zakat ke depannya tidak hanya dikelola sebuah badan. Tapi, dikelola sebuah direktorat jenderal di bawah kementerian keuangan,” jelasnya. (*)

    http://makassar.tribunnews.com/2014/03/18/tawarkan-zakat-jadi-sumber-pendapatan-negara

  • Kesimpulan dan Faedah Kitab Rasy al-Barad Syarhu al-Adab al-Mufrad (Bag. ke-2)

    Kesimpulan dan Faedah Kitab Rasy al-Barad Syarhu al-Adab al-Mufrad (Bag. ke-2)

    2- باب بر الأمشيشلا

    2. BAB : BERBAKTI KEPADA IBU

    [3] حَدَّثَنَا أبو عاصم, عنْ بَهْز بْن حَكِيمٍ عن أَبِيه عَنْ جَدِّه, قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ: « أُمَّكَ ». قُلْتُ: مَنْ أبر؟ قَالَ « أُمَّكَ ». قُلْتُ: مَنْ أبر؟ قَالَ « أُمَّكَ ». قُلْتُ: مَنْ أبرّ؟ قَالَ: « أَبَاكَ ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ ».

    3. (Imam Bukhari rahimahulloh) berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Ashim, dari Bahz bin Hakim, dari bapaknya dari kakeknya ia berkata; Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang lebih berhak aku berbuat baik kepadanya?” Beliau shallallohu alaihi wasallam menjawab, “Ibumu.” Kutanyakan lagi, “Lalu siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Aku bertanya lagi, “Siapakah lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Aku bertanya lagi, “Siapakah lagi?” Beliau baru menjawab, “Kemudian barulah bapakmu, kemudian kerabat yang paling terdekat lalu yang terdekat (setelahnya).”

    Fikih & Faedah Hadits :   

    1. Bertanya adalah di antara sarana dan metode yang penting dalam mempelajari serta mendalami ad Dien.
    2. Disyariatkannya bertanya kepada seorang yang berilmu tentang amalan yang terbaik.
    3. Manusia adalah makhluk sosial yang satu sama lain saling memberi manfaat di antara mereka.
    4. Kewajiban berbakti kepada kedua orang tua dan haramnya durhaka kepada keduanya.
    5. Bakti kepada ibu dan bapak didahulukan dari berbuat baik kepada selain keduanya.
    6. Keridhoan ibu didahulukan dari ayah; ibu diutamakan dari bapak dalam berbakti sebanyak tiga kali karena ibulah yang melakukan tiga pekerjaan yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang ayah yaitu mengandung, melahirkan dan menyusui anaknya.
    7. Anjuran untuk berbuat baik kepada seluruh keluarga sesuai dengan urutan kedekatannya dalam pertalian keluarga.

     

    [4] حدثنا سعيد بن أبى مريم قال أخبرنا محمد بن جعفر بن أبي كثير قال أخبرني زيد بن أسلم عن     عطاء بن يسار عن ابن عباس رضي الله عنهما, أَنَّهُ أَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ : إِنِّيْ خَطَبْتُ امْرَأَةً, فَأَبَتْ أَنْ تَنْكِحَنِيْ وَخَطَبَهاَ غَيْرِيْ فَأَحَبَّتْ أَنْ تَنْكِحَهُ, فَغِرْت عَلَيْهَا فَقَتَلْتُهَا, فَهَلْ لِيْ مِنْ تَوْبَةٍ؟ قاَلَ : «أُمُّكَ حَيَّةٌ»؟ قَالَ: لَا, قَالَ: «تُبْ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ, وَتَقَرَّبْ إِلَيْهِ مَا اسْتَطَعْتَ», فَذَهَبْتُ فَسَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ: لِمَ سَأَلْتَهُ عَنْ حَيَاةِ أُمِّهِ؟ فَقَالَ: «إِنِّيْ لَا أَعْلَمُ عَمَلًا أَقْرَبُ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ بِرِّ الْوَالِدَةِ»

    4. (Imam Bukhori rahimahullohu) berkata Said bin Abi Maryam menceritakan kami berkata Muhammad bin Ja’far bin Abi Katsir berkata Zaid bin Aslam telah mengabarkan kepadaku dari Atho bin Yasar dari Abdullah bin Abbas radhiyallohu anhuma bahwa beliau didatangi seorang laki-laki yang berkata kepadanya, “Aku melamar seorang wanita akan tetap dia menolak lamaranku lalu ada seorang laki-laki yang datang meminangnya dan dia menerima pinangan lelaki tersebut maka aku cemburu kepadanya hingga aku membunuh wanita tersebut, apakah aku masih memiliki peluang untuk bertaubat?” Beliau (Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma) bertanya, “Apakah ibumu masih hidup?” Orang itu menjawab, “Tidak.” Ibnu Abbas berkata, “Tobatlahlah kepada Allah dan perbanyaklah taqarrub kepada-Nya semampumu”. Atho bin Yasar berkata, aku menemui Ibnu Abbas dan bertanya kepadanya, “Mengapa Anda bertanya tentang apakah ibunya masih hidup?” Ibnu Abbas menjawab, “Aku tidak mengetahui suatu amalan yang lebih mendekatkan diri kepada Allah melebihi berbakti kepada Ibu.

    Fikih & Faedah Hadits :

    1. Disyariatkannya laki-laki meminang wanita yang ingin dinikahinya.
    2. Wanita memiliki hak menerima atau menolak lamaran.
    3. Bahaya kecemburuan yang tidak didasari dengan Ad-Dien karena dapat menjatuhkan kepada dosa yang sangat besar.
    4. Keutamaan ilmu dan ulama yang senantiasa memberikan solusi terhadap setiap permasalahan yang kita hadapi termasuk memberikan jalan yang terbaik bagi seseorang untuk bertaubat dari dosa dan kesalahannya.
    5. Pintu tobat senantiasa terbuka bagi setiap hamba yang bertekad untuk taubat selama ajal belum datang menjemput dan kiamat belum tiba.
    6. Pentingnya seorang alim mengetahui secara baik kasus dan keadaan seseorang sebelum memberikan fatwa dan arahan yang tepat terhadap permasalahannya.
    7. Seorang pembunuh dinasihati untuk bertobat nasuha dan bertaqarrub kepada Allah Azza wa Jalla dengan berbagai amal sholeh semaksimal kemampuannya.
    8. Di antara indikasi taubat yang nasuha adalah memperbanyak amal sholeh setelahnya karena sesungguhnya kebaikan mampu menghapuskan kesalahan dan dosa.
    9. Bolehnya bertanya kepada seorang yang berilmu tentang sebab dan dasar pijakannya dalam berfatwa.

    10. Berbakti kepada ibu adalah di antara amal sholeh yang paling tinggi derajat kedudukannya di sisi Allah azza wa Jalla dan mendekatkan diri seseorang kepada-Nya serta menjauhkannya dari berbagai dosa.(*)

     

  • Ketua STIBA Buka PORSANI VIII

    Ketua STIBA Buka PORSANI VIII

    porsani bukGerimis yang membasahi sebagian wilayah Kota Makassar ternyata tak menyurutkan antusias segenap sivitas akademika STIBA untuk memeriahkan pembukaan PORSANI VIII. Pembukaan yang berlangsung usai shalat Ashar ini dibuka dengan pembacaan Kalamullah oleh al-Akh Idris, salah seorang mahasiswa I’dad Lughawi.

    Dalam laporannya, Ketua Panitia Pelaksana al-Akh Harismunandar Hamka menyebutkan bahwa PORSANI kali ini diadakan dalam rangka lebih meningkatkan ukhuwah antara sesama mahasiswa maupun mahasiswa dengan dosen.

    Sementara Ketua STIBA, Ustadz Muhammad Yusran Anshar dalam sambutannya menyebutkan tiga poin:

    Pertama, firman Allah subhanahu wata’ala (artinya), “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56).
    “Tujuan hidup kita adalah ibadah,  setiap gerak-gerik kita dan setiap waktu yang kita lewati di dunia ini haruslah bernilai ibadah. Jangankan dua pekan yang akan kita lewati dalam kegiatan PORSANI, bahkan setiap detik dan setiap menit yang kita lewati harus benilai ibadah,” ungkap Ustadz Yusran memulai sambutannya.

    “Makanya ikhwah  sekalian, di pembukaan ini kami ingatkan kepada seluruh dosen, pengelola, dan seluruh mahasiswa, mari kita niatkan apa yang kita lakukan ini adalah ibadah kepada Allah Subhanahu wata’ala. Dan tujuan ibadah adalah untuk mencapai ketakwaan yang merupakan modal utama untuk masuk surga Allah Subhanahu wata’ala, karenanya Allah mengatakan, (artinya),

    “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 21).

    Kita beribadah untuk bisa bertakwa, dan untuk bertakwa tidak mudah.  Kita harus mencari berbagai wasilah.

    Allah subhanahu wata’ala mengatakan (artinya),

    “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah: 35).

    Wasaa`il untuk meningkatkan ketakwaan itu perlu kita cari dan tentu saja wasaa`il syar’iyyah. Dan di antara wasaa`il yang kita pahami adalah kegiatan yang seperti ini. Kegiatan ini bisa kita jadikan wasilah dan sarana untuk kita bertakwa kepada Allah ketika kita niatkan untuk ibadah dan tentu saja dengan menjalankan contoh-contoh atau kaedah-kaedah yang diajarkan dalam syari’at ini.”

    Hal yang kedua yang dipaparkan oleh Ketua STIBA Makassar adalah tentang syiar yang dijadikan tagline oleh panpel.

    وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ

    “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi.” (QS. Al-Anfal: 60).

    “Ayat ini sangat jelas bagi kita bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh kita untuk mempersiapkan segala kekuatan untuk menghadapi musuh-musuh Islam. Dari sini kita istisy’aar bahwasanya ada tujuan utama dari kegiatan kita ini, dan sekaligus menunjukkan kesadaran para ikhwah bahwa kita ini sedang menghadapi suatu tantangan yang berat. Umat Islam hari ini dan sejak dulu hingga Hari Kiamat akan senantiasa berhadapan dengan ahlul batil. Dan itulah kehidupan, ashshiraa’ bainal haqqi wal baatil daa`im ilaa yaumil qiyaamah, aljihaadu maadin ilaa qiyaamissa’ah.

    Maka kita perlu mempersiapkan berbagai macam kekuatan. Dan inilah di antara wasilah itu. Walaupun para ahli tafsir ketika menafsirkan ayat ini semuanya atau kebanyakan menukil ‘atsar yang shahih dari Nabi Shallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, “Alaa innal Quwwah Arromyu”, sesungguhnya kekuatan yang dimaksudkan adalah kekuatan melempar. Ulama kita menyebutkan bahwa tafsiran yang seperti ini bukan pembatasan. Dia mirip dengan sabda Nabi Shallahu ‘alaihi wasallam “Alhajju ‘Arofah” atau yang semacamnya.

    Tapi ‘ala kulli haal menunjukkan bahwa kekuatan yang sangat penting untuk menghadapi mereka adalah kekuatan melempar. Makanya, sangat tepat bahwa dalam PORSANI ini ada lomba memanah.”

    Kekuatan fisik sangat kita butuhkan, “Almu’min alqowiyyu khairun wa ahabbu ilallah min almu’min addho’if”.

    Sebagian Ulama memang membatasi makna hadits ini, bahwasanya yang mereka maksudkan adalah quwwatul iman. Namun lagi-lagi kita katakan mungkin pendapat yang lebih tepat sebagaimana yang dikatakan oleh Imam An-Nawawi, Syaikh Sindi, dan yang lainnya, bahwasanya kekuatan yang dimaksud adalah kekuatan secara umum. Kekuatan Iman sangat kita butuhkan, kekuatan fisik sangat kita butuhkan, dan kekuatan Ilmiah sangat kita butuhkan. Dengannya, tarbiyah tsaqofiyyah, tarbiyah jasadiyah, dan tarbiyah ruhiyah ini senantiasa kita galakkan di tempat kita ini dan acara-acara serta loma-lomba yang kita adakan juga semuanya mencakup tiga hal ini,” jelas dosen mata kuliah hadits di Medinah International University (MEDIU) ini panjang lebar.

    Kemudian hal ketiga dan yang terakhir yang beliau sampaikan dalam sambutannya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala “Qul hal yastawilladziina ya’lamuuna walladziina laa ya’lamuun”, katakanlah apakah sama orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmui?

    “Pertanyaan dari Allah yang Allah tidak jawab tapi semua sudah tau jawabannya. Allah mengingatkan kita bahwa tidak sama orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu.

    Dengannya, kita selalu ingatkan bahwa kita harus berbeda dengan orang-orang yang belum belajar ilmu syar’i. Untuk menunjukkan bahwasanya kita adalah hamalatul ‘ilm, kita memikul warisan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia sehingga berbeda dengan mereka.

    Ibnu Umar pernah ditanya, “Apakah para sahabat biasa tertawa?” Ibnu Umar menjawab, “Ya, tapi iman mereka laksana gunung.” Iman sahabat sekokoh gunung, tak lalai dengan adanya canda tawa di antara mereka.

    Karena itu, olahraga dan kegiatan-kegiatan lainnya tidak boleh melalaikan kita dari beridah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Di samping itu, kita pun harus berbeda dalam hal penampilan kita, baik kostum maupun bagaimana berekspresi terhadap gol-gol maupun peristiwa-peristiwa seru lainnya yang terjadi di lapangan,” ungkapnya menutup sambutannya.

    Usai seremoni pembukaan, dilanjutkan dengan duel Klub Pengelola dengan Kesebelasan. Hingga wasit meniup sumpritan tanda pertandingan usai, kedudukan masih 3-2 untuk kesebelasan dosen. (sq)

    porsani rah

     

  • Ikatan Ulama Muslim Nobatkan Dua Dosen STIBA Makassar sebagai Anggota

    Ikatan Ulama Muslim Nobatkan Dua Dosen STIBA Makassar sebagai Anggota

    لوجو-رابطة-علماء-المسلمين2Rabithah Ulama al-Muslimin (Muslim Scholars Association) adalah lembaga yang menaungi sekumpulan ulama dari berbagai negara. Lembaga yang telah beranggotakan 117 ulama dari 37 negara ini diketuai oleh Syaikh Prof. Al-Amin al-Hajj. Wakil Ketua Dr. Abdurrahman al-Mahmud dan Dr. Muhammad Yusri. Sementara untuk posisi Sekretaris Jendral, diduduki oleh Syaikh Abdul Muhsin al-Muthairi hafizhahumullahu jami’an.

    Dari Indonesia sendiri ditetapkan sebagai anggota tiga orang ulama, salah satunya adalah Ketua Umum Ormas Wahdah Islamiyah Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A. Sementara dua yang lainnya adalah Ilham Jaya Abdul Rauf, Lc., M.A. dan Harman Tajang, Lc., keduanya adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar.

    Tercatat, beberapa anggota Ikatan Ulama Muslim asal Timur Tengah telah berkunjung ke STIBA Makassar, bahkan salah satu di antaranya adalah Syaikh Prof. Al-Amin al-Hajj. (sq)