Kategori: Kegiatan Kampus

  • Ustadz Yusran: Hidayah Ibarat Kado Terindah, Bungkuslah dengan Sampul Terbaik

    Ustadz Yusran: Hidayah Ibarat Kado Terindah, Bungkuslah dengan Sampul Terbaik

    aaaaa

    STIBA.ac.id- Dengan berakhirnya ujian akhir semester,  STIBA Makassar menutup semester ganjil tahun ajaran 1437-1438 H/2016-2017 M dengan menggelar Haflatul Ikhtitam (Kuliah Penutup) di Masjid Anas bin Malik yang dihadiri oleh seluruh mahasiswa (7/1).

    Dasar kegiatan ini diadakan, kata Ustadz Muhammad Yusran Anshar selaku ketua STIBA Makassar adalah untuk menumbuhkan kembali sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam perihal salam yang dikaitkan dengan kegiatan tersebut, sebagaimana dalam setiap pertemuan mesti ada perpisahan.

    Tidak kurang dari 1000 orang yang terdiri dari para dosen, pegawai tata usaha, dan mahasiswa turut hadir di dalam acara penutupan yang rutin dilaksanakan pada setiap mengakhiri pembelajaran setiap semester itu.

    Dalam membuka kegiatan tersebut, Ketua STIBA Makassar yang akrab disapa Ustadz Yusran itu memberikan petuah berharga bagi para mahasiswa yang baru saja mengakhiri semester ganjil ini dan sekaligus sebagai bekal untuk menghadapi masa liburan:
    1. Tidak lupa selalu kita mensyukuri atas nikmat Allah setelah selesainya ujian ini. Sungguh, kesyukuran nikmat tidak akan ada melainkan dengan melihat kepada siapa yang tidak mendapat nikmat itu.
    2. Evaluasi diri setelah selesainya perkuliahan selama 4 bulan lamanya.
    3. Apa yang akan kita lakukan setelah ini? Yang telah lewat layaknya kita hapus dengan istighfar dan taubat, serta melakukan hal yang lebih baik lagi.

    “Bagi yang akan berlibur nanti,” ujar Ustadz Yusran ketika menutup sambutannya, “bagikanlah hidayah yang telah kita dapatkan selama ini kepada keluarga, sanak kerabat, dan masyarakat yang ada di kampung halaman. Hidayah itu ibarat kado terindah, bungkus ia dengan sampul terbaik, yaitu dengan mengedepankan sikap bijak dan lemah-lembut Insya Allah itulah sampul yang akan menarik perhatian mereka terhadap dakwah yang kita sampaikan.” (Marzuki-Infokom BEM).

    =============================

    Pesan Singkat dari Mudir tercinta Ust Muhammad Yusran Hafidzahullahu di Haflah Ikhtitam untuk semester ini

    1. Mari kita kembali bersyukur kepada Allah atas semua nikmat, berapa banyak saudara kita yang bersama dengan kita sejak awal semester namun beberapa diantara mereka ‘berjatuhan’ dan tidak mampu bertahan sampe akhir dan tdk bsa hadir dan mengikuti haflah Ikhtitam ini maka selayaknya kita selalu mengulang-ulang ‘Alhamdulillah alladzi bini’ matihi tatimmus sholihat’.
    2. Muhasabah, banyak target yang kita rencanakan ketika memasuki awal semester ini namun tidak semua yang kita bisa capai, maka kita perlu muhasabah diri dan tidak mengapa kita membandingkan dengan saudara-saudara kita yang lain, bandingkan dengan orang yang lebih berhasil untuk kita mengambil pelajaran bagaimana cara dia berhasil. Sebagaimana kita mengambil pelajaran dari orang-orang yang gagal, “Orang yang bahagia ialah orang yang selalu mengambil pelajaran dari selainnya”
    3. Apa setelah ini? Mari kita bangkit untuk lebih baik, kalau kita telah muhasabah dengan jujur maka kita tau diantara faktor yang membuat saya tdk bsa mencapai target yang telah saya canangkan sebelumnya karena begini dan begitu.
      Yang telah lewat kita hapus dengan istighfar dan taubat dan kita hapus juga dengan kebaikan-kebaikan setelahnya.
      ‘Mungkin kesalahan yang telah kita lakukan tidak sebanyak umur yang diberikan namun ketika kita tutup umur kita dengan kebaikan maka itu Insya Allah bisa menghapuskan kesalahan² kita’, menyesal bagus, bermuhasabah sangat penting namun yang terpenting dari itu adalah apa setelahnya? Maka manfaatkan hari-hari kedepan ini untuk kita menjadi lebih baik.

    Pesan terakhir untuk ikhwah yang pulang kampung (mata beliau berkaca-kaca), “Manfaatkan Ketika Allah menakdirkan bertemu dengan ibu bapak dan keluarga antum, mereka telah sekian lama menunggu antum untuk mendapatkan” oleh-oleh” yang sangat berharga yang telah antum dapatkan selama satu semester ini yang karenanya mereka rela melepaskan antum dengan harapan antum² pulang membawa oleh oleh yang bernilai,

    Bawa kepada mereka oleh oleh ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, sampaikan secara hikmah kepada mereka, kata Syekh Thuraifi Hafidzahullahu ‘Bahwa hidayah adalah hadiah yang paling berharga yang kita hadiahkan kepada orang lain’ maka karena dia adalah hadiah, bungkuslah hidayah terus dengan bungkus yang terindah, jangan hanya isi yang berharga namun usahakan sampul nya juga menarik, kado sepatutnya disampul dengan sampul yang indah maka begitu juga hidayah, dan hidayah sampulnya adalah kelembutan.
    Hadiahkan hidayah kepada keluarga kita dengan sampul yang paling menarik yaitu sifat kelemah-lembutan, cara yang bijak dalam membagi-bagi hidayah tersebut.

    Sumber status facebook Abdullah

     

  • STIBA Makassar Uji Coba Budidaya Tanaman Hidroponik

    STIBA Makassar Uji Coba Budidaya Tanaman Hidroponik

    IMG-20170101-WA0024

    Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar sukses menerapkan budidaya tanaman dengan sistem hidroponik. Panen perdana dilakukan pada 17 Rabiul Awal 1438 H/16 Desember 2016 lalu.

    Ariesman S.T.P., M.Si, Dosen STIBA sekaligus Ketua Unit Lingkungan Hidup DPP Wahdah Islamiyah menjadi prakarsa dalam penerapan sistem ini di lingkup STIBA. Proses awal pembuatan sistem hidroponik dimulai pada Sabtu, 21 Muharram 1438 H/22 Oktober 2016.

    Bertempat di area Masjid Anas bin Malik, Ariesman memberikan arahan dan bimbingan kepada sekitar 140 Mahasiswa PMH 3 A-E dalam pembuatan kerangka dan struktur bangunan hidroponik. Mahasiswa juga diperkenalkan dengan seluruh perangkat dan bahan yang dibutuhkan serta tips bercocok tanam hidroponik. Selang 45 hari setelah penanaman, sayuran kangkung, sawi, dan selada sudah dapat dipanen.

    Pasca panen perdana, tanaman yang dibudidayakan semakin bervariasi seperti bayam, selada, pakcoi dan jenis tanaman hortikultura lainnya. Selain itu, mahasiswa sudah semakin terbiasa dan mulai terampil bercocok tanam dengan sistem yang menggunakan media tanam berupa rockwool ini.

    Menurut Ariesman, bercocok tanam dengan hidroponik menjadi langkah awal yang dilakukan untuk menjadikan STIBA Makassar sebagai institusi yang mandiri dalam hal pangan. Sistem yang sederhana, tanpa media tanah, dan nutrisi tanaman lebih terkontrol, menjadikan hidroponik pilihan utama dalam pengembangan pertanian di STIBA dan khususnya di daerah perkotaan. “Apalagi lahan pertanian yang semakin sedikit akibat alih fungsi lahan menjadi pemukiman.” ungkap alumni Unhas ini.

    IMG-20170101-WA0023

  • UPM STIBA Magangkan Stafnya di LPM UMI

    UPM STIBA Magangkan Stafnya di LPM UMI

    WhatsApp Image 2016-11-30 at 06.07.07

    Makassar (stiba.ac.id) : Sebagai upaya meningkatkan keahlian dan keterampilan staf Unit Penjaminan Mutu (UPM) STIBA dalam menjalankan tugas-tugas, Kepala UPM STIBA Makassar Ustadz Sofyan Nur, Lc. mengutus dua orang stafnya untuk magang sebulan penuh di LPM UMI.

    Menurut Ustadz Sofyan, kegiatan ini disambut baik oleh pihak UMI Prof. Abdul Makshud selaku ketua LPM. Selama sebulan penuh, sejak tanggal 31 Oktober-28 November 2016, Ihwan Wahid dan Anhar menjalani magang.

    Senin, 28 November 2016, diadakan pelepasan kembali untuk kedua staf magang ini sekaligus dirangkaikan dengan pemberian cenderamata  oleh STIBA Makassar kepda LPM UMI.

  • Iqbal Parewangi: Indonesia Kado Terindah Umat Islam

    Iqbal Parewangi: Indonesia Kado Terindah Umat Islam

    iq

    Aksi Bela Islam I, II dan akan berlangsung yang III, merupakan ekspresi cinta umat Islam kepada Indonesia. Hal tersebut diungkapkan senator asal Sulawesi Selatan AM Iqbal Parewangi saat berbicara di ajang sosialisasi empat konsensus kebangsaan MPR RI bertema ‘Peran Mahasiswa dalam Menjaga Keutuhan NKRI’ di Makassar,’ akhir pekan ini.

    Sosialisai yang dilaksanakan bekerja sama dengan DPP Wahdah Islamiyah dan Sekolah Tinggi Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar tersebut dihadiri sekitar 1.300 peserta. Mereka terdiri atas dosen, alumni dan mahasiswa STIBA. Selain Iqbal turut hadir sebagai narasumber adalah ahli sejarah Jahada Mangka, Ketua STIBA Makassar Muh Yusran Anshar dan secara resmi dibuka oleh Rahmat Abd Rahman, Ketua Harian DPP Wahdah Islamiyah.

    Iqbal mengatakan, Indonesia adalah kado terindah umat Islam kepada bangsa dan negaranya dan hal itu adalah fakta sejarah. Sayangnya, kini kado terindah itu sedang menangis. “Butuh dirawat, butuh banyak cinta. Dan yang ikhlas merawat dan mencintainya tentu saja pemiliknya, umat Islam,” kata Iqbal, ujarnya kepada Republika.co.id Senin (28/11).

    Namun dia mengatakan, ada banyak orang yang hanya berpura-pura mencintai Indonesia. Tujuannya agar dapat mengeruk keuntungan bahkan mungkin mau merusaknya.

    Apa alasannya menyebut Indonesia adalah kado terindah? Iqbal mempersilakan membaca kembali dasar konstitusi pembentukan NKRI. Ayah dari empat anak ini menjelaskan, sekalipun tujuh kata dalam Piagam Jakarta sudah diganti, namun jiwa ke-Islaman tetap terpancar jelas melalui frasa ‘dengan rahmat Allah, kalimat ‘Ketuhanan Yang Maha Esa, dan lainnya.

    Selain itu, jika menelisik fakta tentang kepahlawanan, maka yang tercatat hingga hari ini adalah 80,6 persen Pahlawan Nasional Indonesia adalah para syuhada yang bersyahadatain. Mereka meliputi 100 persen yang lahir sebelum abad 19, kemudian 81,7 persen lahir abad 19, dan 75,8 persen yang lahir setelahnya. “Ada begitu banyak fakta sejarah negeri tercinta ini yang menjelaskan bahwa Indonesia kado terindah umat Islam,” katanya/

    Sayangnya, kado tersebut kini sedang menangis. Dia meyebutkan beberapa contoh misalnhya, Presiden ber-IQ tertinggi di dunia adalah dari Indonesia, yakni BJ Habibie. Namun mirisnya, IQ rata-rata orang Indonesia kini 89. Angka yang berada di bawahnya orang Vietnam, Malaysia, Brunei dan Singapura.

    Salah satu faktor yang berpengaruh buruk terhadap IQ adalah konsumsi gula berlebih. Mengutip data standar WHO, kebutuhan gula adalah 27 gram per hari per orang. Atau standar Kemenkes 30 gram per hari per orang. “Tapi konsumsi gula di Indonesia 62 gram per hari per orang. Akibatnya, karena produksi gula dalam negeri sekitar 2,3 juta ton per tahun hanya cukup jika sesuai standar kesehatan, maka kekurangannya sekitar 3,2 juta ton per tahun harus diimpor,” jelasnya.

    Padahal, sebelum merdeka Indonesia tercatat sebagai pengekspor gula terbesar di dunia, periode 1920-1930. Namun setelah merdeka Indonesia justru menjadi pengimpor gula terbesar kedua di dunia. Itu baru satu ironi, yakni impor gula. Padahal Iqbal menyebut masih ada lain lagi yang pantas membuat Ibu Pertiwi berurai air mata. Misalnya, impor sapi, impor kedelai, bahkan garam dan cangkul.

    Meski tidak hanya melulu ironi, dia mengatakan, sulit disangkal bahwa memang banyak ironi di kekinian Indonesia. Dia menyebut utang luar negeri yang melonjak, heboh tenaga kerja asing dan ilegal serta penegakan hukum yang dirasa tidak berkeadilan.

    Realitas yang bertabur ironi itulah, menurut Iqbal yang membangkitkan umat Islam yang mencintai Indonesia dengan tulus ikhlas. Dia pun menyebut aksi damai yang dilakukan 4 November, lalu merupakan ekspresi rasa cinta umat Islam terhadap Indonesia. Jika pengungkapannya tidak umum, dia menyebut begitulah cinta sejati. “Tidak ingin ada dusta, tidak boleh ada nista. Tapi boleh ada aksi, apalagi aksi damai, apalagi aksi super damai,” katanya.

    Sumber: Republika

    iq1

  • Senator RI Sosialisasi  Empat Pilar MPR di STIBA Makassar

    Senator RI Sosialisasi Empat Pilar MPR di STIBA Makassar

    iq1

    Kuliah Umum Sosialisasi Empat Pilar MPR yang dilaksanakan atas kerjasama DPD MPR RI bersama Bidang I DPP Wahdah Islamiyah beserta STIBA Makassar digelar pada Ahad  27 Safar 1438 H/27 November 2016 M, bertempat di Gedung Aula STIBA Putri. Kegiatan ini mengusung tema Peran Mahasiswa dalam Menjaga Keutuhan NKRI.
    Kuliah umum ini dihadiri oleh selurus sivitas akademika STIBA Makassar beserta beberapa alumni dengan harapan dapat memberi kesadaran bagi para mahasiswa maupun alumni akan urgensi menjaga keutuhan NKRI.
    Dalam sambutannya Ustadz Muhammad Yusran Anshar selaku ketua STIBA Makassar menyampaikan keadaan dan perkembangan STIBA dari awal berdirinya hingga saat ini, dan memperkenalkan bahwa ini merupakan satu–satunya perguruan tinggi yang dimiliki oleh Wahdah Islamiyah. “STIBA merupkan satu–satunya peguruan tinggi yang dimiliki oleh lembaga ini (Wahdah Islamiyah),” kata Ustadz Yusran.
    Dalam kegiatan tersebut hadir pula ketua harian DPP Wahdah Islamiyah yaitu Ustadz Rahmat Abdurrahman sekaligus membuka dengan resmi kegiatan tersebut. Dalam sambutannya Ust Rahmat menyampaikan selayang pandang Wahdah Islamiyah beserta perannya terhadap NKRI. Salah satu penekanannya adalah tema yang diangkat dalam muktamar Wahdah baru-baru inin yaitu Sejuta Cinta untuk Indonesia. Menurutnya, hal itu merupakan sebuah bukti kecintaan kepada Indonesia karena tema ini bukan sekadar mengangkat branding muktamar WI di Jakarta, akan tetapi itu merupakan ungkapan kecintaan dari Wahdah Islamiyah kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
    Ucapan terima kasih beliau disampaikan kepada senator DPD–RI yang sudah menyempatkan waktunya untuk hadir memberikan kuliah umum di hadapan sivitas akademika STIBA.
    Acara dilanjutkan dengan materi kuliah umum yang sampaikan oleh AM. Iqbal Parewangi bersama Ustadz Jahada Mangka.
    iq5 iq4 iq3 iq2

  • PK III Lantik Pengurus Baru BEM STIBA Makassar

    PK III Lantik Pengurus Baru BEM STIBA Makassar

    Pengurus baru bem

    Pengurus baru BEM STIBA Makassar telah dilantik oleh PK III STIBA Ustadz Muhammad Taufan Djafry, Lc., M.H.I. Tepatnya  hari Selasa tanggal 15 Shafar 1438 H / 15 Novemver 2016 M di masjid kampus Anas bin Malik.

    Saat melantik pengurus baru, Ustadz Taufan  menyampaikan harapannya kepada para pengurus baru BEM STIBA MAKASSAR perioede 1438-1439 H/ 2016-2017 M. Beliau berharap wajah-wajah baru ini dapat memberikan semangat yang baru dan gebrakan-gebrakan baru sehingga dapat meberikan manfaat bagi masyarakat secara luas  dan kampus secara khusus.

    Acara ini  dirangkaikan juga dengan pemberian hadiah dan kenang-kenangan kepada pengurus-pengurus periode sebelumnya oleh Ketua STIBA Makassar Ustadz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A. (Irwansyah)

  • Ulama Saudi Isi Daurah Ilmiyah di STIBA Makassar

    Ulama Saudi Isi Daurah Ilmiyah di STIBA Makassar

    logo stiba

    Sepekan lamanya STIBA Makassar mengadakan daurah ilmiyah. Sebagai narasumber tunggal dalam daurah ini adalah salah seorang murid senior Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah. Beliau adalah Syaikh Abdullah bin Hamd az-Zaydani hafizhahullah yang secara rutin mengunjungi STIBA Makassar dua kali setahun.

    Daurah ilmiyah ini diadakan di masjid kampus Anas bin Malik, dari tanggal 7-12 Shafar 1438 H (7-12/11 /2016).

    Kegiatan dauroh ini diikuti kurang lebih 750 mahasiswa dan mahasiswi Stiba Makassar. Syaikh Zaidani membahas kitab Syarhu as-Sunnah Mu’taqod Ismail bin Yahya al-Muzany karya Imam Al Muzany dan kitab at-Tajriid ash-Sharih li al-Ahadits al-Jami as-Shahih karya Imam Az Zabidi rahimahullah. (Irwansyah)

  • Pererat Ukhuwah, Pengurus Asrama Gelar Taklim Ukhuwah

    Pererat Ukhuwah, Pengurus Asrama Gelar Taklim Ukhuwah

    WhatsApp Image 2016-10-13 at 22.26.18

    Stiba.ac.id-Ratusan mahasiswa STIBA Makassar kembali mengahadiri kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Bidang Kemahasiswaan STIBA Makassar.

    Kegiatan tersebut adalah Taklim Ukhuwah yang diagendakan tiap semester untuk memperkuat ukhuwah islamiyah antar sivitas akademika STIBA Makassar.

    Kegiatan ini dilaksanakan di jantung Kampus STIBA Makassar yaitu Masjid Anas bin Malik pada hari Kamis, 12 Muharram 1438 H (13 Oktober 2016 M).

    Sedangkan Pemateri yang memberi pemaparan pada kegiatan tersebut adalah Ustadz Askari Yaman,S.Pd.,M.Pd.

    Walaupun kegiatan tersebut diselengkarankan pada malam hari, tidak sedikitpun menyurutkan antusias  mahasiswa untuk menyimak pemaparan-pemaparan narasumber akan pentingnya menjaga ukhuwah islamiyah. (irwansyah).

  • Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc.: Ulama adalah Problem Solver Bukan Problem Maker

    Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc.: Ulama adalah Problem Solver Bukan Problem Maker

    DIDIN

    Setelah menghabiskan masa liburan sejak Ramadhan, Senin (29/8) mahasiswa STIBA Makassar kembali memulai aktivitas pembelajaran. Belajar mengajar, membagi-bagikan warisan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah aktivitas utama di kampus STIBA Makassar, sebagaimana disebutkan Ketua STIBA Ustadz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A. dalam Kuliah Perdana yang diadakan di Masjid Anas bin Malik hari ini.

    “Jumlah mahasiswa kita 1.200 orang. Suatu kesyukuran kepada Allah karena jumlah yang banyak dan berkualitas adalah nikmat yang patut untuk disyukuri. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam QS. Al-A’raf: 86, (artinya), “Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu,” kata Ketua Dewan Syariah DPP Wahdah Islamiyah ini dalam sambutan singkatnya.

    Kuliah perdana TA. 1437—1438 H/2016—2017 M dibuka secara resmi oleh Sekretaris Jendral DPP Wahdah Islamiyah Ustadz Syaibani Mujiono, S.Pd.I. Ustadz muda yang merupakan alumni STIBA Makassar ini dalam sambutannya mengatakan bahwa Wahdah Islamiyah merupakan lembaga yang konsen dalam pembinaan dai dan murabbi. Sementara sumber kader yang paling diharapkan adalah STIBA sebagai lumbung pengaderan dai dan ulama.

    “Alumni-alumni yang selama ini ditempatkan di daerah-daerah tugas mereka sudah melaksanakan amanah dengan baik. Harapan ke depan STIBA bisa lebih meng-upgrade kualitasnya, bisa menjadi pemimpin-pemimpin umat dan penerus estafet perjuangan dakwah yang telah dirintis oleh para ustadz kita,” ujarnya saat membuka secara resmi Kuliah Perdana.

    Kulih Perdana tahun ini dibawakan oleh salah seorang tokoh nasional, Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc. Ketua Dewan Pertimbangan Badan Amil Zakat Nasional (Baz-Nas) di hadapan sivitas akademika STIBA Makassar ini menyebutkan bahwa menuntut ilmu bukan sekadar menambah ilmu pengetahuan tapi juga bagaimana mahasiswa itu memiliki cita-cita yang tinggi, semangat kebersamaan, semangat keumatan dan kebangsaan untuk membangun Indonesia yang lebih baik, lebih sejahtera, beradab dan bertakwa.

    “Tidak mungkin suatu bangsa menjadi bangsa yang terkemuka jika masyarakatnya tidak bertakwa kepada Allah. Karena itu kita membutuhkan kepemimpinan para ulama,” ungkapnya menggugah semangat para mahasiswa.

    Menurut mantan Rektor Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor ini bahwa kemerdekaan Indonesia direbut dari tangan penjajah Jepang dan Belanda oleh para santri, tokoh-tokoh Islam, dan kyai pondok pesantren. Sekarang ini ada upaya sistematis untuk mengaburkan sejarah bangsa, seolah-olah kemerdekaan dibangun bersama oleh semua umat. Padahal menurutnya, kemerdekaan direbut oleh 99.99% umat Islam.

    “Mengapa demikian? Karena mengusir penjajah adalah bagian dari akidah Islam, panggilan keimanan tauhid. Bukan semata-mata panggilan ibu pertiwi,” tegasnya.

    Guru Besar IPB ini juga mengangkat dua ayat yang secara eksplisit menyebutkan kata ulama dalam al-Qur’an. Yang pertama dalam surah asy-Syu’ara: 197, firman Allah yang berbunyi (artinya), “Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya?”

    Prof. Didin menjelaskan bahwa ayat ini berkisah tentang Bani Israel dengan para ulamanya. Ulama adalah sosok figur yang menjadi rujukan, tempat bertanya, sehingga mereka dekat dengan masyarakat. Terlibat dalam kegiatan sosial masyarakat dan memberi solusi bagi permasalahan umat. “Ulama berdasarkan ayat ini adalah problem solver bukan problem maker. Sehingga kalau ada ulama yang ucapan dan perbuatannya justru membuat masyarakat makin bingung, maka ia bukan ulama,” ujarnya.

    Ayat yang kedua menurut mantan calon presiden pada pemilu 1999 adalah surah Fathir ayat 28 yang berbunyi (artinya), “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.”

    Ia menjelaskan bahwa ulama berdasarkan ayat ini adalah kelompok orang yang punya integritas pribadi yang kuat, berakhlak yang baik, sehingga disebut dalam ayat ini bahwa hanya merekalah yang paling takut kepada Allah.

    Setelah menyampaikan kuliah umum, Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc. beramah tamah dengan pimpinan STIBA Makassar dan unsur-unsur pimpinan DPP Wahdah Islamiyah, di antaranya Ketua Dewan Syariah, Ketua Dewan Syuro, Ketua Harian, dan ketua-ketua bidang.

    didin2 didin3

  • Ketua STIBA Buka Daurah Orientasi Maba 1437 H/2016 M

    Ketua STIBA Buka Daurah Orientasi Maba 1437 H/2016 M

    Kulper1

    Senin, 19 Dzulqa’dah 1437 H (22/8/2016), Ketua STIBA Makassar membuka secara resmi Daurah Orientasi Mahasiswa Baru STIBA Makassar TA. 1437—1438 H/2016—2017 M. Dalam sambutannya di hadapan 400-an mahasiswa baru, Ustadz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A. mengungkapkan kesyukurannya kepada Allah karena adanya peningkatan jumlah maba setiap tahunnya. Meskipun menurutnya, peningkatan kuantitas tidak selalu berbanding lurus dengan peningkatan kualitas.

    Ustadz Yusran mencontohkan pada perang Hunain, perang pertama setelah Fathu Makkah sehingga diikuti oleh lebih banyak jumlah pasukan kaum Muslimin. Tapi ternyata, jumlah yang besar ini bukan jaminan untuk memperoleh kemenangan dalam peperangan. Terbukti, pasukan kaum Muslimin justru sempat dipukul mundur oleh musuh, meskipun pada akhirnya tetap dimenangkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    “Sehingga pandangan wasathiyah (pertengahan) dalam masalah kuantitas, kita katakan kuantitas yang banyak bukan segala-galanya, namun kapan kuantitas itu dibarengi dengan kualitas yang baik maka itulah yang dikatakan ‘نور على نور’ cahaya di atas cahaya. Terkumpul dua kebaikan antara jumlah yang banyak lalu diiringi oleh kualitas yang baik pula,” kata Ketua Dewan Syariah DPP Wahdah Islamiyah ini.

    Baca juga: Transkrip Sambutan Ketua STIBA Makassar dalam Pembukaan Daurah Orientasi Maba 1437 H/2016 M

    Informasi dari Ketua PMB demisoner Ustadz Hendra Wijaya, Lc., mahasiswa baru tahun ini berasal dari berbagai daerah di nusantra, selain dari Sulawesi tercatat sebagian mahasiswa berasal dari pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Maluku hingga Papua.

    “Insya Allah tren peningkatan jumlah mahasiswa baru setiap tahunnya ini merupakan pertanda baik menuju visi STIBA,” ujar Ketua Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum STIBA yang baru ini.⁠⁠⁠⁠