Blog

  • Kuatkan Peran Pemimpin Salat, UKK Kepesantrenan dan Keasramaan Gelar Pembekalan Imam Wanita

    Kuatkan Peran Pemimpin Salat, UKK Kepesantrenan dan Keasramaan Gelar Pembekalan Imam Wanita

    (STIBA.ac.id) Makassar – Siapa bilang jadi imam itu cuma soal berdiri paling depan? Ternyata, ada banyak hal yang perlu dipelajari dan dipersiapkan. Makanya, Bidang Ibadah UKK Kepesantrenan dan Keasramaan Putri IAI STIBA Makassar menggelar kembali Pembekalan Imam yang sudah jadi agenda rutin tahunan.

    Tahun ini, kegiatan mengangkat tema Ψ§Ω„Ψ―ΩˆΨ±Ψ© Ψ§Ω„Ψͺدريبية Ω„Ψ£Ψ¦Ω…Ψ© Ψ§Ω„Ψ΅Ω„Ψ§Ψ©. Ψ₯Ω…Ψ§Ω…Ψ© Ψ§Ω„Ω…Ψ±Ψ£Ψ©: ΨΉΨ¨Ψ§Ψ―Ψ© ΩˆΩ…Ψ³Ψ€ΩˆΩ„ΩŠΨ© yang berlangsung pada Kamis (09/10/2025), pukul 15.30-17.50 Wita di lantai 2 Aula Ummu Salamah, Kampus Putri IAI STIBA Makassar.

     Bukan Sekadar Jadi Imam, Tapi Jadi Teladan

    Kegiatan yang diketuai oleh Ummul Khair ini diikuti oleh 32 mahasiswi terpilih yang sudah dipercaya menjadi imam di asrama. Tujuannya? Memperdalam ilmu tentang peran dan tanggung jawab imam sekaligus meneguhkan semangat untuk menjadi muslimah yang kuat dalam beribadah, cerdas dalam berpikir, dan lembut dalam memimpin.

    Acara menghadirkan Ustazah Armida, Lc. sebagai pemateri utama yang membahas tuntas tentang kriteria dan tanggung jawab seorang imam. Beliau tidak hanya bicara teori, tapi juga berbagi pengalaman dan tip praktis.

     “Tanggalkan Semua Kedudukan Duniawi”

    Dalam sesi utama, Ustazah Armida menekankan pentingnya niat dan keteladanan bagi seorang imam. Para peserta menyimak dengan penuh perhatian, bahkan beberapa sibuk mencatat poin-poin penting di buku catatan mereka.

    “Saat menghadap kepada Allah, semua kedudukan duniawi harus ditanggalkan,” ujar Ustazah Armida dalam pesan singkatnya yang membuat para peserta makin paham akan esensi dari menjadi seorang imam.

     Sesi Tanya Jawab yang Bikin Makin Paham

    Pembekalan ditutup dengan sesi tanya jawab antara narasumber dan moderator. Salah satu pertanyaan menarik yang diajukan adalah tentang sikap antisipasi seorang imam terhadap kondisi-kondisi tak terduga ketika salat berjemaah. Misalnya, bagaimana kalau tiba-tiba lupa bacaan atau ada hal darurat? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini tentu sangat aplikatif dan penting untuk dipahami.

    Dengan pembekalan seperti ini, diharapkan para imam dapat menjalankan tugasnya dengan lebih percaya diri dan penuh tanggung jawab. Semoga ilmunya berkah dan bisa diamalkan.

  • Himmah HES Talkshow: Kritis dalam Berpikir, Beretika Ketika Bersuara

    Himmah HES Talkshow: Kritis dalam Berpikir, Beretika Ketika Bersuara

    (STIBA.ac.id) Makassar – Lantai 2 Masjid Anas bin Malik IAI STIBA Makassar menjadi saksi diskusi yang digelar Rabu malam, 16 Rabiulakhir 1447 H (8/10/2025). Departemen Dakwah dan Pendidikan Himpunan Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah (Himmah HES) menyelenggarakan talkshow bertema “Kritis dalam Berpikir, Beretika Ketika Bersuara” yang berlangsung dari pukul 20.15 hingga 22.15 Wita.

    Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah dan Persiapan Bahasa (PB) IAI STIBA Makassar, serta seluruh pengurus Himmah HES. Tujuannya jelas: meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa sekaligus menumbuhkan etika dalam menyampaikan pendapat di ruang publik.

    Pembukaan yang Khidmat

    Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan sari tilawah yang dibawakan oleh Ahmad Faqih, mahasiswa semester 3 Program Studi Hukum Ekonomi Syariah IAI STIBA Makassar. Suasana khidmat dan penuh makna tercipta sejak awal. Para peserta mengikuti kegiatan dengan antusias, namun tetap menjaga sikap sopan dan hormat.

    Yusphan, selaku Ketua Umum Himpunan Hukum Ekonomi Syariah IAI STIBA Makassar, menyampaikan sambutan dengan menekankan pentingnya kegiatan ini untuk melatih mahasiswa berpikir secara kritis dan beretika ketika bersuara.

    Materi yang Mencerahkan

    Ustaz Muhtadin Akbar, S.Si., M.Pd., tampil sebagai narasumber dengan memaparkan materi yang sangat menarik dan penuh keteladanan. Penyampaiannya disambut dengan suasana khidmat oleh para peserta. Beliau memberikan wawasan luas tentang bagaimana cara berpikir kritis tanpa melanggar nilai-nilai etika dalam berbicara.

    Salah satu poin yang paling berkesan adalah penjelasan tentang berpikir kritis sebagai kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan menilai sebuah informasi secara logis dan objektif sebelum mengambil kesimpulan.

    Berpikir Logis dan Objektif

    Menurut narasumber, berpikir secara logis berarti berita harus diawali dengan perkenalan konteks, dilanjutkan dengan pengecekan kebenaran isi dan kejelasan sumbernya. Hal ini dilakukan untuk menilai sejauh mana kredibilitas berita tersebut dapat dipercaya oleh pembaca.

    Sementara itu, objektif adalah sikap yang fokus pada isu, topik, dan isi berita itu sendiri tanpa dipengaruhi oleh pendapat pribadi atau emosi. Dengan bersikap objektif, kita dapat menilai suatu berita berdasarkan fakta yang ada, bukan dari sudut pandang yang memihak. Tujuannya adalah agar kita mampu mengambil keputusan dan menyimpulkan informasi secara tepat, sesuai dengan data dan realitas yang disajikan.

    Diskusi yang Interaktif

    Sesi tanya jawab dan diskusi berlangsung dengan interaktif. Peserta aktif mengajukan pertanyaan dan berdiskusi dengan narasumber. Suasana diskusi tetap menjunjung tinggi nilai etika dalam berpendapat serta berpikir kritis, sesuai dengan tema kegiatan.

    Harapan untuk Mahasiswa

    Kegiatan ini berjalan dengan lancar dan mendapat antusiasme tinggi dari para peserta. Melalui talkshow ini, diharapkan seluruh peserta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta menerapkan etika dalam menyampaikan pendapat di berbagai situasi.

    Panitia menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dan mendukung terlaksananya kegiatan ini. Semoga kegiatan ini memberikan manfaat dan menjadi bekal berharga dalam membentuk sikap kritis, santun, dan bertanggung jawab dalam berkomunikasi.

    Reporter: Galib Permana

  • Kesalehan Orang Tua Pengaruhnya Sampai Tujuh Keturunan: Pelajaran dari Surah Al-Kahfi

    Kesalehan Orang Tua Pengaruhnya Sampai Tujuh Keturunan: Pelajaran dari Surah Al-Kahfi

    (STIBA.ac.id) Makassar β€” “Wakana abuhuma shaliha, dan adalah kedua orang tuanya saleh.”

    Satu kalimat pendek dalam Al-Qur’an. Tapi implikasinya? Luar biasa dalam!

    Ustaz Dr. Muhammad Qasim Saguni membedah ayat 82 dari Surah Al-Kahfi dalam Pengajian Orang Tua Mahasiswa STIBA, Ahad, 5 Oktober 2025. Dan para orang tua yang mengikuti via Zoom langsung terpukau dengan pelajaran parenting islami yang sangat aplikatif.

    Kisah yang Membuat Terenyuh

    Ustaz Qasim mengawali dengan kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir. Kisah yang familier, tapi kali ini dari sudut pandang parenting.

    Setelah tiga materi pembelajaran yang membuat Nabi Musa tidak sabar, tibalah penjelasan terakhir dari Nabi Khidir.

    “Adapun dinding yang roboh itu adalah milik dua anak yatim di sebuah kota. Di bawahnya disimpan harta untuk mereka. Dan adalah kedua orang tuanya saleh…”

    Nah, di sinilah poin pentingnya.

    Allah memerintahkan Nabi Khidir untuk memperbaiki dinding itu. Bukan karena anak-anaknya istimewa. Tapi karena orang tuanya saleh.

    “Bayangkan sampai Allah sendiri yang menjaga harta anak-anak itu. Kenapa? Karena kesalehan orang tuanya,” jelas Ustaz Qasim.

    Yang Bikin Speechless: 7 Keturunan!

    Ada satu fakta yang membuat semua orang terpana.

    Dalam tafsir, yang dimaksud “orang tua” di ayat ini bukan orang tua langsung. Tapi kakek yang ke-7 generasi ke atas!

    “Jadi kedua anak yatim ini, orang tua yang disebutkan saleh itu adalah kakek mereka yang ke-7. Tujuh keturunan ke atas!” tegas beliau.

    Coba bayangkan!

    Kesalehan seseorang bisa berpengaruh sampai tujuh keturunan ke bawah. Sampai Allah sendiri yang menjaga cucu-cucu mereka.

    Ini bukan main-main.

    Analogi yang Gampang Dipahami: Menanam Pohon

    Ustaz Qasim kemudian memberikan analogi yang sangat mudah dicerna. Pendidikan anak itu seperti menanam pohon.

    “Al-Qur’an sendiri menyebutkan pendidik itu sebagai petani. Nabi adalah murabbi utama yang berhasil mendidik para sahabat menjadi manusia-manusia terbaik,” jelasnya.

    Allah dalam Surah Al-Fath mengibaratkan: “Seperti orang yang menanam pohon, lalu tumbuh menjadi besar, hingga petaninya menjadi kagum dengan tanamannya.”

    Nah, dalam konteks ini:

    Orang tua yang saleh = Tanah yang subur

    “Kesalehan orang tua ini ibarat tanah yang subur. Dan tanah yang baik akan mengeluarkan tanaman yang baik dengan izin Allah,” tegas Ustaz Qasim sambil merujuk Surah Al-A’raf.

    “Adapun tanah yang buruk, tidak akan menumbuhkan tanaman kecuali tanaman itu merana.”

    Simple tapi dalam!

    Dua Unsur Utama Keberhasilan Pendidikan Anak

    Tapi Ustaz Qasim mengingatkan: tanah subur saja tidak cukup.

    “Bagaimana tanaman bisa tumbuh dan berbuah? Tidak cukup dengan tanah. Butuh ilmu, butuh metode menanam,” jelasnya.

    Maka ada dua unsur utama:

    Pertama: Kesalehan Orang Tua

    Ini adalah modal dasar. Fondasi. Tanpa ini, pendidikan anak akan sulit berhasil.

    Kedua: Ilmu Parenting Islami

    Kesalehan harus dibarengi dengan ilmu tarbiyatul aulad, ilmu mendidik anak secara islami.

    “Tidak cukup kita hanya saleh secara pribadi (shalihun linafsih). Kita juga harus bisa menyalehkan orang lain (muslihun lighairih). Dan untuk itu, kita butuh ilmu,” tegas beliau.

    Empat Kriteria Orang Tua yang Saleh

    Ustaz Qasim memberi breakdown yang sangat jelas. Orang tua yang saleh itu punya empat kriteria minimal:

    1. Saleh Pemikirannya

    Pemikirannya dibentuk oleh Al-Qur’an, hadis, dan pemahaman ulama salafus saleh. Bukan pemikiran liberal, bukan radikal.

    “Sederhananya: pemahaman yang benar terhadap Al-Qur’an dan sunah sesuai manhaj salafus shaleh,” jelasnya.

    2. Saleh Akidahnya

    Akidah yang sahih, akidah Ahlussunnah wal Jamaah. Pokok-pokok keyakinan yang benar.

    3. Saleh Ibadahnya

    Ibadah yang ikhlas, mutaba’ah (sesuai sunah), dan tekun.

    4. Saleh Akhlaknya

    Terutama dalam hubungan dengan sesama. “Al-muslimu man salimal muslimuna min lisanihi wayadih, orang muslim adalah yang menjamin keamanan orang lain dari lidah dan tangannya.”

    Plus: Bergaul dengan Orang Saleh

    “Orang tua yang saleh juga memiliki komunitas dengan orang-orang saleh. Karena pergaulan menentukan pembentukan karakter,” tambah beliau.

    Warning Penting: Kesalehan Bukan Gen!

    Ustaz Qasim memberikan peringatan penting.

    “Kesalehan ini tidak identik dengan gen. Dia tidak sepenuhnya menurun. Posisinya adalah media, sarana.”

    Artinya?

    Orang tua yang saleh tidak otomatis anaknya saleh. Sama seperti tanah yang subur tidak otomatis menghasilkan tanaman yang bagus.

    Ada dua faktor lain yang berpengaruh:

    Pertama: Ilmu

    Harus ada ilmu membudidayakan tanaman, dalam konteks ini, ilmu parenting islami.

    Kedua: Takdir Allah

    Ini wilayah Allah. Kita tidak bisa mengatur.

    “Wilayah kita adalah dua: jadilah orang tua yang saleh, dan bekali diri dengan ilmu mendidik anak. Kalau sudah dua ini kita lakukan, kita tawakal kepada Allah,” tegas beliau.

    Contoh Nyata: Nabi Nuh

    Ustaz Qasim mengangkat contoh Nabi Nuh.

    “Yang Nabi Nuh pertanggungjawabkan adalah prosesnya. Adapun hasilnya, yang menentukan adalah takdir Allah.”

    Nabi Nuh sudah maksimal mendidik anaknya. Sampai air bah mau menenggelamkan, beliau masih memberi kesempatan anaknya untuk ikut. Tapi anaknya tetap menolak.

    “Barulah kemudian Allah tegur bahwa itu bukan anakmu. Baru Nabi Nuh berhenti mengajak,” jelas beliau.

    Ini reminder: kita bertanggung jawab atas prosesnya. Hasilnya? Allah yang tentukan.

    Empat Metode Sederhana yang Powerful

    Di penghujung materinya, Ustaz Qasim berbagi empat metode praktis yang bisa langsung diterapkan:

    1. Keteladanan

    “Ini kunci utama. Allah sampai turunkan ayat khusus melegitimasi Nabi sebagai teladan. Inilah kunci keberhasilan Nabi dalam mendidik para sahabat.”

    Anak itu meniru, bukan mendengar. Percuma kita ceramah panjang kalau perilaku kita tidak sejalan.

    2. Mendoakan Anak

    “Hadis Bukhari menyebutkan tiga doa yang mustajab. Salah satunya: doa orang tua untuk anak.”

    Ustaz Qasim lalu bercerita tentang Syekh As-Sudais, imam Masjidil Haram yang suaranya melengking itu.

    “Waktu kecil pernah dimarahi ibunya. Tapi ibunya tidak mengutuk. Malah mendoakan: ‘Semoga engkau jadi imam Masjidil Haram.’ Dan 20 tahun kemudian? Terwujud!”

    Ada juga kisah seorang ustaz yang andalannya saat ujian S-2 dan S-3 di Madinah adalah doa ibunya.

    “Sebelum ujian, dia telepon dulu ibunya di Indonesia. ‘Bu, doakan saya.’ Dan dia lulus. Bahkan dapat ranking pertama.”

    “Ini bonus bagi orang tua, Bapak dan Ibu sekalian. Jangan sampai bonus ini kita lalaikan!” tegas beliau.

    3. Memperbanyak Ibadah

    Ustaz Qasim mengutip Said bin Musayyib, ulama besar tabiin.

    “Beliau sampai bilang kepada anaknya, ‘Saya sengaja menambah rakaat salat saya, memperpanjang sujud saya. Ini karena engkau, anakku. Aku mengharap Allah menjaga saya dan menjaga kamu.’”

    Ini berdasar pada hadis: “Ihfazhillah yahfazhka, jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu.”

    Bagaimana caranya kita menjaga Allah? Salehkan diri kita. Jaga perintah-Nya, jaga larangan-Nya.

    “Allah akan menjaga kamu. Salah satu penjelasan ulama: Allah akan menjaga anakmu,” jelas beliau.

    4. Kelemahlembutan

    “Asal dari pendidikan itu adalah kelemahlembutan. Bukan kekerasan.”

    Ustaz Qasim merujuk Surah Ali Imran ayat 159.

    “Apa yang menyebabkan anak menjauh dari orang tua? Boleh jadi karena kasar, karena metode pendidikan yang didahulukan adalah kekerasan.”

    Nabi saja dengan kelembutan hati-Nya bisa membuat para sahabat sangat melekat.

    Pentingnya Pengajian Parenting Islami

    Di akhir, Ustaz Qasim menekankan pentingnya terus menuntut ilmu parenting.

    “Bagaimana kita memadukan tarbiyah islamiyyah sebagai sarana mendidik kesalehan, dengan kajian parenting islami sebagai wadah menambah ilmu.”

    Beliau mengingatkan bahwa pengajian seperti ini bukan cukup sekali dua kali.

    “Terus bersemangat menuntut ilmu parenting. Bukan hanya dari STIBA, tapi dari berbagai sumber yang sahih.”

    PR untuk Orang Tua

    Ustaz Qasim meninggalkan PR besar untuk para orang tua:

    1. Perbaiki kesalehan diri, mulai dari pemikiran, akidah, ibadah, akhlak.
    2. Perbanyak ilmu parenting, jangan cukup dengan feeling saja.
    3. Rajin mendoakan anak, terutama di waktu-waktu mustajab.
    4. Perbanyak ibadah, ada pengaruhnya untuk kesalehan anak.
    5. Bersikap lemah lembut, ini yang membuat anak dekat dengan orang tua.

    Pada akhirnya, warisan terbaik yang bisa kita tinggalkan bukan harta. Tapi anak yang saleh yang terus mendoakan kita bahkan setelah kita tiada.

  • Bukan Cuma Bolehkan Smartphone, STIBA Punya Aturan Ketat dan Pengawasan Berlapis

    Bukan Cuma Bolehkan Smartphone, STIBA Punya Aturan Ketat dan Pengawasan Berlapis

    (STIBA.ac.id) Makassar β€” “Ustaz, kapan boleh pakai HP-nya? Bagaimana kontrolnya? Ada sanksinya tidak kalau melanggar?”

    Pertanyaan-pertanyaan seperti ini membanjiri grup orang tua mahasiswa STIBA sejak kebijakan pembolehan smartphone diumumkan beberapa waktu lalu. Dan Ahad sore, 5 Oktober 2025, semua pertanyaan itu dijawab tuntas lewat sosialisasi khusus dalam Pengajian Orang Tua.

    Ustaz Sirajuddin Qasim, Lc., M.H., Kepala Bagian Pembinaan Karakter, dan Ustaz Muhammad Ridwan, S.Pd., M.Pd., Kepala Bagian Kegiatan Kemahasiswaan, hadir memberikan penjelasan detail. Lengkap dengan slide presentasi yang kemudian diminta di-share oleh para orang tua.

    Latar Belakang: Bukan Keputusan Dadakan

    Sebelum masuk ke aturan, Ustaz Sirajuddin meluruskan dulu persepsi.

    “Peraturan ini bukan keputusan terburu-buru. Ini hasil diskusi panjang, FGD dengan dosen, pengelola, mahasiswa, bahkan hasil penelitian skripsi mahasiswa kita sendiri,” jelasnya tegas.

    Beliau menekankan bahwa kebijakan ini juga mempertimbangkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Jadi bukan sembarangan.

    “Kampus-kampus Islam lain sudah banyak yang memberikan kebebasan. Kita di STIBA, alhamdulillah, mengeluarkan peraturan ini setelah sekian lama kita bahas demi kemaslahatan mahasiswa,” tambahnya.

    Lima Asas yang Jadi Fondasi

    Peraturan Rektor Nomor 5 Tahun 2025 ini punya lima asas dasar yang jelas:

    1. Kemanfaatan

    Smartphone digunakan untuk mendukung pendidikan, pembinaan, dakwah, dan komunikasi positif.

    2. Kedisiplinan

    Penggunaan tidak boleh mengganggu ibadah, belajar, dan kehidupan pesantren.

    3. Keseimbangan

    Ada kebebasan, tapi ada batasan yang terukur.

    4. Tanggung Jawab

    Mahasiswa harus bertanggung jawab menggunakan smartphone secara islami.

    5. Kepatuhan Hukum

    Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Simple tapi jelas!

    Kapan Boleh, Kapan Tidak: Aturan yang Detail

    Nah, ini bagian yang paling ditunggu-tunggu. Kapan boleh pakai HP, kapan tidak?

    Zona Terlarang Total:

    1. Di ruang kelas saat KBM dan ujian (kecuali izin khusus dosen)

    2. Di masjid saat kegiatan berjamaah atau majelis resmi (kecuali panitia)

    3. Kamar mandi/toilet

    4.Waktu istirahat malam, jam 11 malam sampai subuh (kecuali darurat kesehatan/keamanan)

    “Jadi dari jam 23.00 sampai 04.00 subuh, HP harus off. Ini waktu untuk istirahat dan ibadah malam. Bukan waktu scroll TikTok,” tegas Ustaz Sirajuddin.

    Konten yang Dilarang Keras:

    Mahasiswa dilarang mengakses atau menyebarkan pornografi, judi online, kekerasan, game online yang tidak mendukung akademik, hoaks, ujaran kebencian, dan konten yang merugikan nama baik institusi.

    Etika Bermedia Sosial yang Ketat

    Yang menarik, ada aturan khusus soal etika bermedia sosial. Terutama untuk mahasiswi.

    “Adab berpakaian harus sesuai syariat. Kadang-kadang cara berpakaian yang sudah lumrah di masyarakat, tapi sebenarnya tidak sesuai syariat,” jelas Ustaz Sirajuddin.

    Contohnya?

    Celana jeans bagi mahasiswi, baju ketat yang membentuk tubuh meskipun pakai hijab. Ini semua tidak boleh ditampilkan di medsos.

    “Harus sesuai dengan nilai kesopanan islami, bukan sekadar ikut tren,” tegas beliau.

    Pengawasan Berlapis yang Canggih

    Ini yang membuat orang tua tenang. Pengawasannya tidak main-main.

    Siapa yang mengawasi? Dosen, musyrif/musrifah asrama, murabbi/murabbiah, penasihat akademik, bahkan sesama mahasiswa!

    “Jadi pengawasannya sangat berlapis. Semua civitas akademika mengambil peran,” jelas Ustaz Muhammad Ridwan.

    Sistem Kartu Kuning-Merah

    Yang unik, ada sistem kartu seperti di sepak bola.

    Setiap kamar pegang kartu. Kalau ada yang melanggar, dia pegang kartunya. Kemudian memberikan ke teman lain yang melanggar berikutnya. Di akhir pekan, yang terakhir memegang kartu maka dialah yang kena sanksi.

    Kreatif!

    Wi-Fi Kampus Berbasis Whitelist

    STIBA juga menyiapkan Wi-Fi kampus khusus untuk kepentingan akademik dan keislaman. Ada aplikasi pembatasan waktu. Jadi ketahuan siapa yang masih aktif di jam-jam terlarang.

    “Kalau ada yang masih buka HP jam 12 malam, sistem akan mendeteksi,” ungkap Ustaz Sirajuddin.

    Sanksi Berjenjang yang Tegas

    Pelanggaran tidak langsung berat. Ada klasifikasi:

    1. Pelanggaran ringan berupateguran lisan/tertulis kemudian surat peringatan

    2. Pelanggaran sedang berupa larangan penggunaan HP, penahanan smartphone maksimal 7 hari, dan surat peringatan.

    3. Pelanggaran berat berupa penahanan dan pelarangan maksimal satu semester, pemanggilan orang tua, sanksi akademik (pengurangan skor), dan surat peringatan.

    Yang paling penting: kalau mahasiswa tidak capai target hafalan atau nilai sikap (penilaian terintegrasi), HP-nya bisa ditahan sampai target tercapai.

    “Jadi ini bukan cuma soal aturan. Ini juga untuk mendorong prestasi mahasiswa,” tegas Ustaz Muhammad Ridwan.

    Privasi Tetap Dijaga

    Ada yang khawatir: kalau ada pengawasan, berarti HP mahasiswa akan dibuka sembarangan?

    Tidak!

    “Pemeriksaan HP hanya dilakukan kalau ada dugaan pelanggaran atau laporan yang sudah ditabayun. Tidak serta-merta dibuka,” jelas Ustaz Sirajuddin.

    “Kita di STIBA berusaha untuk menutup aib. Hukum asalnya, kalau pelanggaran antara seseorang dengan Allah, ya bertobat kepada Allah. Tidak perlu disebarkan.”

    HP hanya dibuka kalau ada hal yang mencurigakan dan membahayakan untuk kemaslahatan bersama.

    Tiga Lingkungan Harus Kondusif

    Ustaz Sirajuddin memberikan reminder penting untuk orang tua.

    “Pembinaan harus hidup dari tiga sisi: institusi, masjid, dan keluarga.”

    Jadi tanggung jawab bukan cuma di kampus. Ketika mahasiswa pulang, kontrol di rumah harus jalan.

    “Bagaimanapun kita berusaha di kampus menciptakan nuansa imani. Tapi kalau di rumah pengawasannya lemah, ini akan melemahkan kembali pembinaan,” tegas beliau.

    Mahasiswa idealnya hanya berputar di tiga lingkungan ini: kampus, masjid, keluarga. Tidak perlu ke mana-mana untuk menjaga konsistensi.

    Respons Orang Tua: Positif dan Supportif

    Yang menggembirakan, respons orang tua sangat positif. Mereka aktif bertanya, memberi masukan, bahkan meminta slide presentasi di-share.

    Ada yang bertanya soal game online. Ada yang minta lebih ketat lagi. Ada yang apresiasi sistem pengawasan berlapis.

    “Kami juga berharap para orang tua bisa membantu melakukan pengawasan terkait media sosial anak-anak kita,” ujar Ustaz Muhammad Ridwan.

    Harapan Besar untuk Masa Depan

    Ustaz Sirajuddin menutup dengan harapan besar.

    “Kalau kita kerja sama dengan baik, soliditas terbangun antara pihak kampus, para pembina, dan para orang tua, insyaallah anak-anak kita bisa terarah dengan baik.”

    Beliau juga mengingatkan pentingnya mengarahkan mahasiswa ke masjid.

    “Di sana tempat paling kondusif. Di sana ada orang-orang saleh. Insyaallah anak-anak kita bisa mendapatkan ilmu, mengamalkan ilmu, dan punya persiapan untuk pengabdian kelak.”

    Evaluasi Tiga Bulan

    Rektor STIBA dalam sambutannya juga sudah menyampaikan: setelah tiga bulan, akan ada evaluasi menyeluruh.

    “Kami akan lihat apa saja yang perlu diperbaiki. Masukan dari orang tua sangat kami harapkan,” ujar Rektor.

    Jadi ini bukan kebijakan final yang tidak bisa diubah. Ada ruang untuk perbaikan berdasarkan evaluasi di lapangan.

    Intinya

    Kebijakan pembolehan smartphone di STIBA bukan kebijakan “asal bolehkan” tanpa aturan. Ini adalah kebijakan yang terukur, terawasi, edukatif, bertanggung jawab, dan fleksibel.

    Yang paling penting,  ini bukan cuma tanggung jawab kampus. Orang tua juga harus ambil peran aktif dalam pengawasan ketika anak di rumah.

    Dengan kolaborasi solid antara kampus, orang tua, dan kesadaran mahasiswa sendiri,insyaallah smartphone bisa menjadi sarana kebaikan, bukan sumber kerusakan.

  • Orang Tua Saleh, Anak Berprestasi: Pengajian Virtual untuk Orang Tua Mahasiswa IAI STIBA Makassar yang Menyentuh Hati

    Orang Tua Saleh, Anak Berprestasi: Pengajian Virtual untuk Orang Tua Mahasiswa IAI STIBA Makassar yang Menyentuh Hati

    (STIBA.ac.id) Makassar β€” Ratusan orang tua mahasiswa STIBA berkumpul secara virtual lewat Zoom, Ahad sore, 5 Oktober 2025. Ada yang dari Sulawesi, Jawa, bahkan dari berbagai pelosok nusantara. Satu tujuan: mengikuti Pengajian Orang Tua dengan tema yang sangat menyentuh, “Orang Tua Saleh, Anak Berprestasi.”

    Bukan pengajian biasa. Ini adalah momen berkumpul, berbagi, dan saling menguatkan antara pihak kampus dengan para orang tua dalam satu misi mulia: membina generasi terbaik.

    Refleksi dari Surah Al-Kahfi

    Ustaz Dr. Muhammad Qasim Saguni hadir sebagai pemateri utama. Beliau membedah ayat 82 dari Surah Al-Kahfi, kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir yang sampai sekarang masih jadi pelajaran penting tentang parenting islami.

    Wakana abuhuma shaliha, dan adalah kedua orang tuanya saleh.”

    Satu kalimat pendek. Tapi maknanya? Sangat dalam.

    Beliau menjelaskan bahwa Allah memerintahkan Nabi Khidir untuk memperbaiki dinding rumah yang roboh milik dua anak yatim. Kenapa? Karena orang tua mereka, bahkan kakek mereka yang ke-70 generasi ke atas adalah orang saleh.

    Bayangkan!

    Kesalehan orang tua itu pengaruhnya bisa sampai 70 keturunan ke bawah. Sampai Allah sendiri yang menjaga harta anak-anak itu.

    Empat Metode Sederhana Mendidik Anak

    Di akhir materinya, Ustaz Qasim berbagi empat metode praktis yang bisa langsung diterapkan:

    1. Keteladanan

    Ini kunci utama. Allah sampai turunkan ayat khusus melegitimasi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai teladan. Anak itu meniru, bukan mendengar.

    2. Mendoakan Anak

    Ini bonus besar bagi orang tua. Hadis Bukhari menyebutkan tiga doa yang sangat mustajab, salah satunya adalah doa orang tua untuk anak.

    Beliau menceritakan tentang Syekh As-Sudais, imam Masjidil Haram. Waktu kecil pernah dimarahi ibunya, tapi ibunya tidak mengutuk. Malah mendoakan, “Semoga engkau jadi imam Masjidil Haram.”

    Dan 20 tahun kemudian? Terwujud!

    3. Memperbanyak Ibadah

    Said bin Musayyib, ulama besar, sampai mengatakan, “Saya sengaja menambah rakaat salat saya, memperpanjang sujud saya. Ini karena engkau, anakku. Aku mengharap Allah menjaga saya dan menjaga kamu.”

    4. Kelemahlembutan

    Dasar dari pendidikan itu adalah lemah lembut. Bukan kekerasan. Anak menjauh dari orang tua biasanya karena perlakuan kasar.

    Sambutan Rektor: Update Kampus dan Kebijakan HP

    Sebelum sesi materi utama, Rektor STIBA, Ustaz Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D.  memberikan update penting.

    Akreditasi Prodi PBA

    Tanggal 10-11 Oktober akan ada asesmen lapangan untuk akreditasi Prodi Pendidikan Bahasa Arab. Beliau meminta doa dari semua orang tua.

    Program S2 Segera Dibuka

    Kabar gembira! STIBA akan membuka program S-2 Perbandingan Mazhab. Prosesnya sudah di Kementerian Agama.

    Kebijakan Smartphone

    Nah, ini yang paling banyak dibahas. Rektor menjelaskan bahwa kebijakan pembolehan HP ini bukan keputusan terburu-buru.

    “Sejak awal kami sudah memprediksi akan ada polemik. Tapi kami yakini kemaslahatan dan kemanfaatannya lebih besar,” jelasnya.

    Beliau menekankan bahwa smartphone itu seperti senjata bermata dua. Kalau digunakan dengan bijak, akan memberikan manfaat. Kalau tidak? Ya mudarat.

    “Oleh karena itu, kami berusaha maksimal untuk selalu memberikan edukasi, pengarahan, dan penguatan kepada mahasiswa,” tambah Rektor.

    Sosialisasi Aturan Smartphone yang Detail

    Sesi berikutnya diisi dengan sosialisasi lengkap tentang aturan penggunaan smartphone yang dipandu oleh Ustaz Sirajuddin Qasim, Lc., M.H. dan Ustaz Muhammad Ridwan, S.Pd., M.Pd.

    Antusiasme Orang Tua yang Luar Biasa

    Para orang tua mahasiswa setia dari awal sampai akhir. Padahal acaranya dari bakda Asar sampai menjelang Magrib. Mereka aktif bertanya, memberi masukan, bahkan meminta slide presentasi di-share. Ini menunjukkan kepedulian tinggi orang tua terhadap pendidikan anak-anak mereka di STIBA.

  • HES Championship 2025: Bangun Semangat Juang dan Sportivitas dalam Setiap Pertandingan

    HES Championship 2025: Bangun Semangat Juang dan Sportivitas dalam Setiap Pertandingan

    (STIBA.ac.id) Makassar – Semangat kebersamaan dan sportivitas mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah memenuhi lapangan The Futsal NTI Makassar, Jalan Nusa Tamalanrea Indah, Kota Makassar, pada hari Ahad, 5 Oktober 2025. Di bawah langit pagi yang cerah, gema sorak dan teriakan semangat peserta menandai dimulainya kegiatan HES Championship 2025 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah (Himmah HES) IAI STIBA Makassar.

    Pembukaan yang Meriah

    Kegiatan ini dihadiri oleh para pengurus, peserta, dan mahasiswa HES yang datang dengan penuh antusias. Acara dibuka secara resmi oleh Ketua Umum Himmah HES IAI STIBA Makassar, Yusphan, yang dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada seluruh panitia dan peserta. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini bukan hanya tentang kompetisi, tetapi juga tentang persaudaraan, kerja sama, dan semangat juang yang menjadi jati diri mahasiswa HES.

    Enam Tim Bertarung

    Enam tim tangguh turut berpartisipasi dalam kompetisi ini, yaitu:

    1. HESYNC
    2. HESTIORA
    3. HESLUMEN
    4. HESRAYA
    5. HESFALAH
    6. HESPIRE

    Pertandingan yang Penuh Semangat

    Sorak sorai penonton menggema di sepanjang pertandingan. Setiap gol yang tercipta disambut dengan riuh tepuk tangan dan teriakan dukungan dari para pendukung. Selama sehari penuh, 15 pertandingan berlangsung dengan seru dan menegangkan. Para pemain menunjukkan kemampuan terbaiknya dengan penuh strategi, kerja sama, dan sportivitas yang tinggi.

    Setelah melalui berbagai pertandingan yang sengit dan penuh semangat, akhirnya diperoleh hasil akhir sebagai berikut:

    πŸ† Juara I: Tim HESFALAH yang tampil luar biasa dengan permainan solid dan determinasi tinggi.

    πŸ₯ˆ Juara II: Tim HESPIRE yang menunjukkan semangat pantang menyerah hingga akhir.

    πŸ₯‰ Juara III: Tim HESYNC yang berhasil mempertahankan performa dan kekompakan sepanjang turnamen.

    Penutupan yang Membanggakan

    Kemeriahan semakin terasa saat penyerahan piala dan penghargaan kepada para pemenang. Senyum bahagia, tepuk tangan, dan sorak kemenangan memenuhi lapangan. Kegiatan ditutup dengan sesi foto bersama antara panitia, peserta, dan pengurus Himmah HES, menandai berakhirnya HES Championship 2025 dengan penuh kehangatan.

    Nilai-Nilai yang Tertanam

    Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah tidak hanya berprestasi dalam bidang akademik, tetapi juga memiliki semangat juang, sportivitas, dan rasa solidaritas yang tinggi. Melalui kegiatan ini, nilai-nilai kebersamaan, kerja sama, dan ukhuwah Islamiyah semakin kuat tertanam di antara mahasiswa HES.

    Reporter: Andi Ahmad Mappangaja

  • Seminar Ekonomi Nasional, Bahas Ekonomi Syariah di Era Ketidakpastian Global

    Seminar Ekonomi Nasional, Bahas Ekonomi Syariah di Era Ketidakpastian Global

    (STIBA.ac.id) Makassar – Di tengah perkembangan teknologi dan globalisasi yang semakin pesat, Indonesia membutuhkan generasi muda yang mampu menjadi penggerak ekonomi. Melihat urgensi tersebut, Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Institut Agama Islam STIBA Makassar menyelenggarakan Seminar Ekonomi Nasional yang terbuka tidak hanya untuk mahasiswa IAI STIBA Makassar, tetapi juga untuk seluruh mahasiswa umum lainnya.

    Acara berlangsung pada hari Sabtu, 4 Oktober 2025 M bertepatan dengan 12 Rabiul Akhir 1447 H, di Masjid Anas bin Malik, Masjid Kampus IAI STIBA Makassar. Dimulai pukul 08.30 Wita hingga selesai, seminar ini menghadirkan dua narasumber yang kompeten dan ahli di bidang ekonomi.

    Pembukaan yang Khidmat

    Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan sari tilawah yang dibawakan oleh Hikmah Tiar, mahasiswa persiapan bahasa IAI STIBA Makassar. Pembukaan yang khidmat ini memberikan nuansa spiritual pada kegiatan yang bersifat akademis.

    Sambutan Hangat dari Rektor

    Rektor IAI STIBA Makassar menyampaikan sambutan hangat kepada tamu sekaligus narasumber pada seminar ini, yaitu Dr. Idris Parakkasi, M.M. (Dosen Ekonomi dan Keuangan Syariah UIN Alauddin Makassar) dan Bayu Taufiq Possumah, S.E., M.A., Ph.D. (Peneliti Senior di Pusat Kajian Ekonomi dan Pemikiran Islam/IESTC Malaysia).

    Beliau juga menyampaikan apresiasi kepada mahasiswa. Dalam sambutannya, beliau menegaskan:

    “Kegiatan Seminar Ekonomi Nasional ini menjadi salah satu kegiatan yang perlu kita apresiasi dan perlu diberikan ruang seluas-luasnya kepada mahasiswa kita. Ini menunjukkan bahwa mahasiswa IAI STIBA Makassar tidak hanya berpikir secara lokal atau dalam kerangka yang sederhana, tetapi sebagai seorang mahasiswa kita diminta untuk memiliki wawasan yang luas dan juga dapat menjadi unsur terkuat dalam rangka melakukan islah (perbaikan) di negeri ini.”

    Materi Pertama: Ekonomi Syariah sebagai Pilar Ketahanan Indonesia

    Memasuki sesi inti yang dipandu oleh Yusphan (Mahasiswa Semester 5 Program Studi Hukum Ekonomi Syariah) sebagai moderator, materi pertama disampaikan oleh Ustaz Bayu Taufiq Possumah, S.E., M.A., Ph.D dengan judul “Tantangan Ekonomi dan Keuangan Global”.

    Beliau memulai dengan menyampaikan bahwa ekonomi syariah merupakan satu-satunya jawaban untuk permasalahan ekonomi di tengah ketidakpastian global saat ini.

    “Pasti ekonomi syariah bisa menyelesaikan permasalahan ekonomi umat,” ujar beliau dengan tegas.

    Pemateri kemudian menjelaskan tantangan ekonomi pada kondisi perekonomian dunia saat ini. Ketidakpastian geopolitik yang terjadi menyebabkan munculnya berbagai kebijakan moneter serta terjadinya inflasi yang dipicu oleh suku bunga bank yang terus meningkat.

    Ekonomi syariah memiliki potensi besar sebagai solusi alternatif dalam menghadapi tantangan ekonomi modern yang ditandai oleh ketidakstabilan, kesenjangan sosial, dan krisis moral dalam sistem konvensional.

    Materi Kedua: Investasi Berbasis Syariah dalam Membangun Perekonomian Umat

    Sesi kedua pemaparan materi seminar dipandu oleh Fadli Adliansya (Mahasiswa Semester 5 Program Studi Hukum Ekonomi Syariah) sebagai moderator, dan dipaparkan oleh Ustaz Dr. Idris Parakkasi, M.M., dengan judul “Investasi Berbasis Syariah dalam Membangun Perekonomian Umat”.

    Pemateri memulai sesi ini dengan menyampaikan bahwa investasi merupakan salah satu cara untuk mengembangkan harta, karena harta memang harus dikembangkan. Terkait dengan maqashid syariah, cara mengembangkan harta terbagi menjadi dua, yaitu secara ekonomi seperti jual beli, investasi, mudharabah, dan lain-lain, serta secara nonekonomi seperti infak, zakat, wakaf, dan sedekah.

    Di era ketidakpastian perekonomian global saat ini, investasi syariah menjadi sangat urgen di kalangan masyarakat, terutama kaum muslim dalam membangun perekonomian umat. Hal ini dikarenakan model ekonomi konvensional yang banyak bergantung pada riba dan bersifat spekulatif justru menyebabkan ketimpangan ekonomi di kalangan umat Islam. Oleh karena itu, investasi syariah hadir menawarkan alternatif yang lebih baik.

    Harapan terhadap Investasi Syariah

    Beliau berharap, dengan berkembangnya investasi syariah, akan terjadi peningkatan inklusi keuangan syariah, pengembangan sektor produktif, serta terbangunnya keadilan sosial sehingga terjadi pemerataan ekonomi.

    “Karena keadilan sosial ekonomi kita saat ini sangat rendah sekali, maka dengan investasi syariah ini dapat mendorong yang namanya keadilan sosial,” ujarnya.

    Penutupan dan Penyerahan Penghargaan

    Kegiatan ditutup dengan penyerahan penghargaan dan cenderamata kepada kedua pemateri yang diserahkan oleh Ketua BKK IAI STIBA Makassar, Ustaz Muh. Ridwan, S.Pd., M.Pd., dan Ketua Departemen Ekonomi IAI STIBA Makassar sekaligus Ketua Panitia Seminar Ekonomi Nasional, Andika Pratama.

    Harapan kepada Mahasiswa

    Melalui seminar ini, diharapkan mahasiswa dan peserta lainnya dapat memiliki pemahaman yang komprehensif tentang permasalahan ekonomi syariah serta perekonomian global. Pemahaman ini akan menjadi bekal penting ketika menghadapi berbagai permasalahan ekonomi global serta dapat menjaga diri dari praktik ekonomi yang mengandung unsur riba.

    Lebih dari itu, mahasiswa diharapkan dapat menjadi agen perubahan untuk negeri ini, terkhusus dalam bidang ekonomi, sehingga terciptalah sistem ekonomi yang sehat, berkeadilan, dan diridai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Reporter: Muh. Hayyan Tadulako

  • Ruqyah Syar’iyyah: Bekal Wajib bagi Dai Modern

    Ruqyah Syar’iyyah: Bekal Wajib bagi Dai Modern

    (STIBA.ac.id) Makassar β€” Jumat pagi, 3 Oktober 2025, Lantai 4 Gedung Rektorat sudah penuh sesak. Lima puluh mahasiswa STIBA berkumpul untuk mengikuti Pelatihan Ruqyah Syar’iyyah yang digelar UKM Kesehatan. Bukan sekadar pelatihan biasa, ini adalah bekal penting untuk terjun ke masyarakat.

    Dai Zaman Now: Tidak Cukup Hanya Modal Bahasa Arab

    Ustaz Ibrahim Rauf Mande, S.Kep., Ns., S.H., CWCCA., CH., C.HKn., C.M. langsung membuka dengan statement yang mengajak untuk berpikir.

    “Menjadi dai tidak cukup hanya dengan ilmu bahasa atau fikih semata, tetapi juga perlu dibekali dengan pemahaman yang benar tentang rukiah.”

    Kenapa?

    Sederhana. “Banyak masyarakat kita masih terjebak pada praktik-praktik yang menyimpang. Maka, ruqyah syar’iyyah adalah solusi untuk meluruskan mereka,” tegasnya.

    Realita di Lapangan: Masih Banyak yang Salah Kaprah

    Inilah yang membuat pelatihan ini penting. Di luar sana, masih banyak orang tua dan masyarakat yang pemahaman tentang rukiah dan gangguan jinnya agak melenceng dari syariat.

    Ada yang ke dukun. Ada yang percaya ritual-ritual aneh. Ada yang takut berlebihan sampai lupa bahwa Allah Mahakuasa.

    Nah, di sinilah mahasiswa STIBA diharapkan bisa jadi agen perubahan. Meluruskan yang menyimpang. Menjelaskan yang keliru. Dengan ilmu yang benar, bukan asal ngomong.

    Dua Sesi: Teori Plus Praktik Langsung

    Pelatihan ini dirancang apik dengan dua sesi yang saling melengkapi.

    Sesi Pertama: Pembekalan Teori

    Peserta dapat materi lengkap. Mulai dari ciri-ciri orang yang mengalami gangguan, tanda-tanda sihir, sampai cara membentengi diri dari gangguan makhluk halus. Semuanya berdasar Al-Qur’an dan sunah yang sahih.

    Sesi Kedua: Turun Tangan Langsung

    Ini bagian yang paling dinanti. Ustaz Ibrahim memberi contoh langsung bagaimana melakukan rukiah yang benar. Kemudian? Peserta praktik sendiri! Saling bergantian. Belajar sambil melakukan.

    Metodenya efektif: tidak cuma hafal teori, tapi bisa langsung dipraktikkan.

    Bukan Sekadar Tambah Wawasan

    Yang membuat pelatihan ini berbeda adalah fokusnya yang jelas: pengabdian masyarakat.

    Para peserta ini bukan sekadar diajar untuk tahu. Mereka dipersiapkan untuk bisa. Bisa membantu masyarakat yang butuh. Bisa meluruskan kesalahan yang tersebar. Bisa menjadi rujukan yang dipercaya.

    Bayangkan ketika nanti mereka pulang kampung atau berdakwah di daerah terpencil. Masyarakat bertanya soal gangguan jin atau sihir. Mereka sudah siap memberi solusi yang benar sesuai syariat.

    Komitmen UKM Kesehatan yang Luar Biasa

    Perlu diapresiasi, UKM Kesehatan STIBA ini tidak main-main dalam membina anggotanya. Mereka paham bahwa kesehatan itu tidak cuma fisik. Ada dimensi spiritual yang sama pentingnya.

    Maka lahirlah pelatihan seperti ini. Holistik. Menyeluruh. Tidak setengah-setengah.

    Harapan Setelah Pelatihan

    Dengan bekal dari pelatihan ini, mahasiswa STIBA diharapkan bisa jadi rujukan masyarakat dalam hal ruqyah syar’iyyah. Bukan dukun. Bukan paranormal. Tapi orang yang paham syariat dan bisa membantu dengan cara yang benar.

    Mereka diharapkan jadi benteng. Menghadapi praktik-praktik yang bertentangan dengan Islam. Memberi solusi yang sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

    Pelatihan ini bukan main-main. Ini investasi jangka panjang untuk melahirkan dai yang kompeten dan siap terjun ke masyarakat. Dai yang tidak cuma bisa ceramah, tapi juga bisa menyelesaikan masalah nyata yang dihadapi umat.

    STIBA memang beda. Tidak cuma mengajar teori di kelas. Tapi juga membekali skill praktis yang bermanfaat langsung. Dan ruqyah syar’iyyah? Ini salah satu bekal penting yang akan sangat berguna di lapangan nanti.

    Reporter: Muh. Azzam

  • Taklim Pengurus HMJ PBA Menjelang Akhir Periode, Teguhkan Integritas dan Keikhlasan

    Taklim Pengurus HMJ PBA Menjelang Akhir Periode, Teguhkan Integritas dan Keikhlasan

    ((STIBA.ac.id) Makassar – Suasana Lantai 4 Gedung Rektorat STIBA sore itu tampak ramai. Para pengurus HMJ PBA berkumpul dalam kegiatan Taklim Pengurus bertema cukup menohok: β€œPengurus Berintegritas, Ikhlas Berkhidmat, Organisasi Bermartabat.” Kegiatan ini berlangsung pada Kamis, 2 Oktober 2025.

    Timing-nya? Sangat pas. Ini menjelang akhir periode kepengurusan.

    Bukan Acara Formalitas Biasa

    Taklim ini berbeda. Bukan sekadar kumpul-kumpul atau absen-absenan. Ini adalah wadah pembinaan yang dirancang khusus untuk satu hal: meneguhkan kembali komitmen para pengurus di penghujung masa jabatan.

    Kenapa penting?

    Karena di akhir-akhir periode inilah biasanya semangat mulai kendor. Lelah. Jenuh. Merasa sudah cukup berkontribusi. Nah, taklim ini hadir untuk me-recharge energi itu.

    Semangat Juang Harus Kembali Menyala

    Arfa Dwi Cahyo, Ketua Departemen Kaderisasi yang mewakili Ketua Umum, langsung membuka dengan statement yang membakar.

    “Di akhir-akhir kepengurusan kita untuk kembali membangun semangat juang. Kami mengadakan Taklim ini untuk kalian, agar terus semangat menjalani dan menghidupkan HMJ PBA STIBA Makassar.”

    “Dan semoga di akhir kepengurusan kita bisa menyelesaikan amanat yang belum terselesaikan!”

    Ada nada harapan. Ada juga nada… tantangan. Masih ada PR yang harus diselesaikan. Masih ada amanah yang menunggu.

    Kepemimpinan Itu Bukan Cuma Kasih Perintah

    Ustaz Arfan Arifuddin, S.S., M.Ag. hadir sebagai narasumber. Dan beliau langsung masuk ke inti yang sering dilupakan banyak orang.

    “Menjadi seorang pemimpin bukan hanya tentang memberi perintah, tetapi juga memahami kapasitas setiap anggota.”

    Ini sangat penting.

    Beliau melanjutkan dengan analogi yang gampang dipahami.

    “Jika seorang anggota hanya mampu menjalankan tugas pada tingkat A, jangan memaksakan mereka untuk mengemban beban B.”

    Sederhana? Sangat. Tapi sering dilupakan.

    Pemimpin yang Jeli itu Seperti Apa?

    Ustaz Arfan memberi formula yang jelas.

    “Pemimpin harus jeli melihat kualitas, potensi, serta kemampuan anggotanya di bidang masing-masing. Dengan begitu, anggota tidak merasa terbebani, dan amanah bisa dijalankan dengan lancar.”

    Intinya? Tempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat.

    Jangan paksa orang yang kuat di bidang A untuk bekerja di bidang B yang bukan keahliannya. Hasilnya? Stress semua pihak. Pekerjaan berantakan. Organisasi jalan di tempat.

    Masih Ada Waktu untuk Menyelesaikan Amanah

    Yang menarik dari taklim ini adalah timing-nya yang pas di penghujung periode. Ini bukan awal kepengurusan yang masih semangat 45. Ini sudah mendekati finish line.

    Tapi justru di sini letak pentingnya.

    Masih ada waktu. Masih bisa diselesaikan. Masih sempat membuat perubahan. Yang penting: ada kemauan dan kerja sama yang solid.

    Integritas dan Keikhlasan: Fondasi yang Tidak Bisa Ditawar

    Tema yang diusung “Pengurus Berintegritas, Ikhlas Berkhidmat, Organisasi Bermartabat” bukan sekadar kata-kata indah.

    Ini adalah reminder.

    Bahwa sukses organisasi bukan cuma dari banyaknya program yang jalan. Tapi dari integritas dan keikhlasan para pengurusnya. Kalau niatnya cuma cari popularitas atau CV? Jangan harap organisasi bisa bermartabat.

    Simbol Komitmen di Foto Bersama

    Acara ditutup dengan foto bersama. Tapi ini bukan foto biasa.

    Ini adalah simbol. Komitmen kolektif. Bahwa mereka masih solid. Masih satu visi. Dan masih siap menyelesaikan sprint terakhir periode kepengurusan ini dengan maksimal.

    Harapan di Sprint Terakhir

    Dengan bekal Ta’lim ini, para pengurus HMJ PBA punya semangat baru. Mereka punya clarity tentang bagaimana seharusnya memimpin. Mereka punya reminder tentang pentingnya integritas dan keikhlasan.

    Sekarang tinggal eksekusi.

    Sprint terakhir ini adalah momen penting. Momen untuk menyelesaikan dengan baik. Momen untuk tidak menyia-nyiakan kepercayaan yang sudah diberikan. Momen untuk membuktikan bahwa mereka memang pengurus yang berintegritas dan ikhlas berkhidmat.

    Ini adalah momentum krusial untuk meneguhkan kembali komitmen dan menyelesaikan amanah dengan baik.

    Karena bagaimana pun, periode kepengurusan ini akan tercatat dalam sejarah HMJ PBA. Dan mereka punya pilihan: mau dikenang sebagai pengurus yang menyelesaikan amanah dengan baik, atau yang meninggalkan PR untuk periode selanjutnya?

    Jawabannya ada di tangan mereka. Dan Taklim ini adalah pengingat bahwa masih ada waktu untuk membuat pilihan yang benar.

    Reporter: Ahmad Mulyadin

  • Bangun Jembatan Kolaborasi: HIMAKIP STIBA Berkunjung ke Sekretariat IKBIM UNM

    Bangun Jembatan Kolaborasi: HIMAKIP STIBA Berkunjung ke Sekretariat IKBIM UNM

    (STIBA.ac.id) Makassar – Senin malam (29/9/2025) menjadi saksi pertemuan dua organisasi mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah. Himpunan Mahasiswa Kartu Indonesia Pintar (HIMAKIP) IAI STIBA Makassar mengunjungi Sekretariat Ikatan Keluarga Mahasiswa Bidikmisi dan KIP Kuliah (IKBIM) Universitas Negeri Makassar usai salat Magrib. Kunjungan ini bertujuan menjalin silaturahmi sekaligus membangun kolaborasi antarsesama mahasiswa penerima KIP Kuliah.

    Sambutan Hangat di Sekretariat IKBIM

    Suasana pertemuan berlangsung sangat hangat dan akrab. Pengurus inti dari kedua organisasi hadir dan berbagi cerita tentang keunikan kampus masing-masing serta pengalaman berorganisasi. Yudistiawan, Ketua Umum IKBIM UNM, tampak antusias menyambut kedatangan tamu dari IAI STIBA Makassar.

    “Pertama-tama saya ucapkan banyak terima kasih atas kunjungannya di sekretariat kami. Selain menjalin silaturahmi, kita juga bisa membangun komunikasi dan relasi antarsesama forum mahasiswa penerima KIP Kuliah di Kota Makassar,” ungkap Yudistiawan dengan ramah.

    Visi Kolaborasi yang Produktif

    Ia melanjutkan dengan menekankan pentingnya kolaborasi konkret.

    “Ini juga bisa menjadi ajang kita berbagi pengalaman bersama terkait kegiatan-kegiatan yang kami lakukan. Bahkan kita bisa saling membantu mencari delegasi ketika ada kegiatan maupun lomba yang melibatkan mahasiswa KIP Kuliah secara umum.”

    Pernyataan ini menunjukkan bahwa kunjungan ini bukan sekadar formalitas, tetapi memiliki agenda konkret untuk membangun sinergi yang produktif.

    Harapan Besar dari HIMAKIP STIBA

    Ahmad Faried, Ketua Umum HIMAKIP IAI STIBA Makassar, mengungkapkan harapan besar dari pertemuan perdana ini.

    “Pertemuan perdana ini kami harap sebagai pijakan awal menuju kolaborasi yang lebih produktif. Kami berharap HIMAKIP IAI STIBA Makassar dan IKBIM UNM dapat saling menguatkan, berbagi pengalaman, serta menghadirkan program-program bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat,” tutur Ahmad Faried.

    Ia menambahkan dimensi yang lebih mendalam, “Lebih dari itu, kunjungan ini adalah upaya untuk merajut silaturahmi dan mempererat persaudaraan di antara kita.”

    Solidaritas Sesama Penerima Beasiswa

    Kunjungan ini mencerminkan semangat solidaritas yang tinggi di antara mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah. Mereka menyadari bahwa dengan bersatu dan berkolaborasi, dampak positif yang dapat diberikan akan jauh lebih besar, baik untuk internal mahasiswa maupun untuk masyarakat luas.

    Potensi Kolaborasi ke Depan

    Pertemuan ini membuka peluang kolaborasi yang sangat luas, mulai dari:

    Berbagi Best Practices

    Kedua organisasi dapat saling belajar tentang program-program sukses yang telah dijalankan.

    Delegasi Bersama

    Ketika ada lomba atau kegiatan yang membutuhkan delegasi mahasiswa KIP Kuliah, kedua organisasi dapat saling mendukung.

    Program Kolaboratif

    Potensi untuk mengadakan kegiatan bersama yang memberikan manfaat lebih luas bagi mahasiswa dan masyarakat.

    Dokumentasi Sebagai Penanda Awal

    Acara ditutup dengan foto bersama yang menjadi dokumentasi penting dari pertemuan bersejarah ini. Lebih dari sekadar foto, momen ini menandakan langkah awal pergerakan HIMAKIP IAI STIBA yang lebih luas dengan bergandengan tangan bersama forum mahasiswa KIP Kuliah se-Kota Makassar.

    Networking Antar-Kampus

    Kunjungan ini juga menunjukkan pentingnya networking antarkampus dalam mengembangkan organisasi kemahasiswaan. HIMAKIP STIBA tidak berjalan sendiri, tetapi aktif membangun jejaring dengan organisasi serupa di kampus lain.

    Harapan untuk Masa Depan

    Dari pertemuan sederhana ini, diharapkan akan lahir berbagai program dan kegiatan yang dapat membuat mahasiswa penerima beasiswa semakin berprestasi dan berkontribusi lebih banyak kepada masyarakat. Kolaborasi ini diharapkan menjadi model yang dapat ditiru oleh organisasi mahasiswa lainnya.

    Komitmen Bersama

    Malam itu memang berakhir, namun semangat kolaborasi baru saja dimulai. Kedua organisasi berkomitmen untuk terus menjalin komunikasi dan mewujudkan program-program kolaboratif yang telah direncanakan.

    Melalui kunjungan ini, HIMAKIP STIBA membuktikan bahwa mereka tidak hanya fokus pada aktivitas internal kampus, tetapi juga aktif membangun relasi eksternal yang dapat memperkuat peran dan kontribusi mahasiswa penerima beasiswa di Kota Makassar.

    Reporter: Said Muhaimin