(STIBA.ac.id) Makassar – Civitas akademika STIBA Makassar dan masyarakat umum sekitar kampus mendapatkan kesempatan berharga mengikuti taklim bersama Ustaz Budi Ashari, Lc. yang dilaksanakan di Masjid Anas bin Malik, pada Jumat malam, 27 September 2024. Dalam ceramahnya, Ustaz Budi mengangkat tema “Membangun Peradaban dari Kampus” yang dinilai sangat relevan dengan konteks dunia pendidikan hari ini.
“Membangun peradaban dari kampus itu sudah 100% benar, tetapi jangan berharap kampus dengan model seperti yang ada saat ini bisa melakukannya,” ungkap Ustaz Budi yang kemudian menekankan pentingnya memenuhi syarat dan rukun agar kampus dapat menjadi pusat peradaban. Menurutnya, budaya membaca menjadi fondasi utama dalam membangun peradaban Islam.
Ustaz Budi menjelaskan bahwa perintah pertama yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ adalah “Iqra’” (bacalah) yang menunjukkan betapa pentingnya membaca sebagai langkah awal transformasi peradaban. Namun, ia menyayangkan rendahnya budaya membaca di kalangan mahasiswa dan dosen saat ini.
“Bacaan itu seharusnya menjadi konsumsi utama di kampus, baik oleh dosen maupun mahasiswa. Tapi pertanyaannya sederhana: Berapa jam dalam sehari Anda membaca? Dan masih berani bicara tentang peradaban?,” tegasnya.
Ceramah ini juga menyentuh sejarah perkembangan ilmu dalam Islam yang diawali dari masa Rasulullah ﷺ dan dilanjutkan oleh para sahabat ke berbagai penjuru dunia. Ustaz Budi menyebut empat pusat utama ilmu pada masa sahabat, yaitu Madinah, Makkah, wilayah Persia (Irak), dan Syam, yang masing-masing dipimpin oleh sahabat-sahabat besar dengan karakteristik keilmuan yang unik.
Beliau mengingatkan bahwa kebangkitan peradaban Islam selalu diukur dari tingkat “Iqra” (membaca) di kalangan umatnya.
“Jika mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk scroll TikTok daripada membaca kitab, maka itu adalah musibah besar,” ujarnya tanpa basa-basi, menyuarakan kekhawatirannya terhadap generasi muda yang lebih tertarik pada media sosial daripada mencari ilmu.
Ustaz Budi juga menjelaskan bahwa ilmu harus dipelajari dengan itqan, yakni penguasaan yang mendalam dan sempurna, sehingga menjadi bagian tak terpisahkan dari diri seorang penuntut ilmu.
“Lebih baik memiliki ilmu yang sedikit tetapi dipahami dengan mendalam (mutqin), daripada belajar banyak ilmu tanpa penguasaan yang mendalam,” ujar Ustaz Budi.
Ia menyatakan bahwa tanpa itqan, ilmu yang dipelajari tidak akan memberi manfaat yang nyata, seperti layaknya salat yang batal jika syarat dan rukunnya tidak dipenuhi.
Tradisi penguasaan mendalam ini, menurut Ustaz Budi, menjadi ciri khas pendidikan Islam sejak dahulu. Di empat pusat ilmu utama pada masa sahabat, yaitu Madinah, Makkah, wilayah Persia, dan Syam, proses pendidikan dilakukan secara sistematis dan mendalam. Para ulama juga menggunakan metode penghafalan mutun ilmiah (teks-teks ilmiah) dalam bentuk syair untuk memudahkan proses belajar dan penguasaan ilmu.
“Budaya menghafal adalah standar dalam pendidikan Islam, baik untuk ilmu agama maupun ilmu lainnya, seperti matematika dan kedokteran,” jelasnya.
Ustaz Budi juga memberikan contoh bahwa karya besar para ulama, seperti “Urjuzah Alyasminiyah” oleh Ibnu Yasmin tentang matematika dan Urjuzah As-Sinaiyah karya Ibnu Sina tentang kedokteran, ditulis dalam bentuk syair agar mudah dihafal.
Wakaf, Solusi Pendanaan Pendidikan yang Berberkah
Ustaz Budi juga menyinggung tentang pentingnya menjaga keberkahan dalam pendanaan pendidikan dengan mencontohkan Madrasah Nizamiyah yang didanai dari wakaf produktif. Menurutnya, wakaf sebagai sumber utama pendanaan memberikan keberkahan tersendiri dan menjadi kunci keberhasilan madrasah tersebut dalam melahirkan ulama besar yang memberikan kontribusi nyata bagi peradaban Islam.
“Jika kita ingin membangun generasi yang hebat, kita harus memastikan bahwa pendidikan mereka didukung oleh sumber yang murni, halal, dan penuh berkah. Wakaf adalah cara terbaik untuk menjaga keberkahan ini,” tegasnya.
Acara yang berlangsung selama lebih dari satu jam ini dihadiri dengan antusiasme tinggi oleh peserta yang hadir, menunjukkan ketertarikan dan semangat mereka dalam memperdalam ilmu dan memperbaiki kualitas pendidikan yang penuh dengan keberkahan.
Selain mengisi tausiah di Masjid Anas bin Malik, Ustaz Budi Ashari juga menghadiri ramah tamah dengan pihak pimpinan, dosen, pengelola, dan alumni STIBA Makassar di Lantai I Gedung Perkuliahan.
