Penulis: admin

  • Mahasiswi KKN STIBA Makassar Jadi Jembatan Ilmu bagi Lansia Buta Aksara Al-Quran

    Mahasiswi KKN STIBA Makassar Jadi Jembatan Ilmu bagi Lansia Buta Aksara Al-Quran

    (STIBA.ac.id) Maros – Ada yang berbeda di Masjid Jabal Nur, Dusun Bonto Panno, Desa Toddopulia setiap malam setelah salat tarawih. Sejak awal Ramadan, para lansia berkumpul bukan hanya untuk beribadah, tetapi juga untuk belajar. Mereka mengikuti program “Menumbuhkan Kecintaan terhadap Al-Quran”, yang digagas oleh Mahasiswi KKN STIBA Makassar Angkatan VIII Posko 2.

    Program ini bukan sekadar kelas mengaji biasa. Para peserta adalah lansia yang buta aksara Al-Quran dan huruf Indonesia. Lewat pendekatan yang sabar dan sistematis, mereka diajarkan cara menghafal ayat-ayat Al-Quran secara bertahap, memahami tafsirnya, serta mengaitkannya dengan fenomena sosial di sekitar mereka.

    Ilmu yang Dinanti Bertahun-Tahun
    Dua mahasiswi, Zakiyah Ramadhani dan Miftahul Janna, menjadi pengisi materi dalam sesi ini. Mereka tidak hanya mengajarkan tajwid dan makna ayat, tetapi juga membuka ruang diskusi bagi para peserta.

    Antusiasme peserta terlihat jelas. Ibu Hamri, salah satu peserta, merasa bersyukur akhirnya bisa mendapatkan ilmu agama dengan cara yang mudah dipahami.
    “Bagus sekali, karena kami bisa bertanya dengan bebas masalah agama. Harapannya ilmu yang didapat bisa kami amalkan. Karena kami buta huruf, jadi mereka seakan menjadi wasilah kepada kami dalam mendapatkan ilmu,” ungkapnya.

    Senada dengan itu, Ibu Nabe’ mengaku telah lama menantikan kegiatan semacam ini.
    “Kegiatan ini bagus dan saya suka, karena lebih dapat memahami petunjuk Allah dan juga kegiatan ini telah lama saya tunggu,” tuturnya.

    Membuka Jalan Hidayah di Usia Senja
    Bagi para lansia ini, kesempatan untuk memahami Al-Quran adalah impian yang tertunda. Dengan bimbingan dari mahasiswa KKN STIBA, mereka kini bisa lebih dekat dengan kitab suci yang selama ini hanya mereka dengar tanpa benar-benar memahami isinya.

    Program ini diharapkan bisa berlanjut hingga peserta benar-benar bisa membaca, memahami, dan mengamalkan ajaran Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Karena sejatinya, tidak ada kata terlambat untuk belajar, apalagi jika itu tentang memahami firman Allah.


    Reporter: Nadya Nurul Ismi

  • Ketika Bingkisan Lebaran Menghadirkan Haru di Dusun Baku

    Ketika Bingkisan Lebaran Menghadirkan Haru di Dusun Baku

    (STIBA.ac.id) Maros – Suasana Dusun Baku, Desa Lekopancing, terasa berbeda hari itu, 26 Maret 2025.
    Ada haru, ada bahagia. Mahasiswi KKN VIII STIBA Makassar datang membawa 20 paket bingkisan Lebaran, berbagi kebahagiaan dengan mereka yang membutuhkan.

    Dusun Baku sendiri sebelumnya belum pernah tersentuh program KKN dari Posko 2 Desa Lekopancing. Makanya, kehadiran para mahasiswi ini terasa istimewa. Bingkisan yang mereka bawa ditujukan untuk lansia, ibu-ibu, anak yatim, dan dhuafa.

    Lebih dari Sekadar Bingkisan

    Saat paket diserahkan, respons warga membuat hati hangat. Ada yang langsung mengucap syukur, ada yang terdiam sejenak, seolah tak percaya ada orang yang peduli.

    Tatapan penuh harapan dan doa-doa tulus mereka menjadi pengingat bahwa sekecil apa pun bantuan, tetap berarti besar bagi yang membutuhkan.

    Anak-anak yatim juga tak kalah bahagia. Wajah mereka langsung berbinar saat menerima bingkisan, membuktikan bahwa kepedulian sekecil apa pun bisa membawa kebahagiaan bagi mereka yang menerimanya.

    Silaturahmi yang Kian Erat

    Selain berbagi kebahagiaan, kegiatan ini juga membuat hubungan antara mahasiswi KKN dan warga semakin dekat. Warga Dusun Baku yang dikenal ramah menyambut mereka dengan hangat, menjadikan suasana jadi makin akrab.

    Para mahasiswi berharap aksi kecil ini bisa jadi awal dari kepedulian yang lebih besar. Bukan hanya saat KKN, tapi juga untuk jangka panjang, agar lebih banyak orang tergerak untuk berbagi dan memperkuat silaturahmi.

    Reporter: Hamnah
    Foto: Lathifah Ahadiyah dan Nurul Aulia

  • Bonto Manurung Berharap Jadi Desa Binaan STIBA Makassar

    Bonto Manurung Berharap Jadi Desa Binaan STIBA Makassar

    (STIBA.ac.id) Maros – Festival Ramadan yang diselenggarakan oleh pemuda Desa Bonto Manurung, 26 Maret 2025, resmi berakhir.
    Dalam acara penutupan, Kepala Desa dan Imam Desa Bonto Manurung menyampaikan harapan besar kepada mahasiswa KKN STIBA Makassar agar menjadi pembina keagamaan di desa tersebut.

    Imam Desa Bonto Manurung mengungkapkan bahwa baru kali ini ada mahasiswa KKN yang membersamai warga sepanjang bulan Ramadan.

    “KKN dari kampus lain biasanya tidak hadir saat Ramadan, padahal desa kami sangat membutuhkan mahasiswa seperti KKN STIBA Makassar. Kegiatan pengajaran Al-Qur’an dan Dirosa di masjid-masjid serta rumah-rumah sangat penting, terutama karena akses ke desa ini cukup sulit. Kami berharap tahun depan Bonto Manurung bisa menjadi desa binaan STIBA Makassar,” ujarnya.

    Harapan ini juga sejalan dengan keinginan masyarakat untuk mempererat hubungan antara warga Desa Bonto Manurung dan mahasiswa KKN STIBA Makassar.
    Mereka berharap kehadiran mahasiswa STIBA bisa membawa manfaat besar dalam peningkatan pengetahuan keagamaan di desa tersebut.

    Selamat kepada mahasiswa KKN STIBA Makassar yang telah berkontribusi dalam pembinaan di Desa Bonto Manurung.
    Semoga langkah ini menjadi awal dari program pembinaan yang berkelanjutan.

    Reporter: Muhammad Shabri

  • Amal Jariyah Berbalut Festival: Mendidik Generasi Islami Sejak Dini

    Amal Jariyah Berbalut Festival: Mendidik Generasi Islami Sejak Dini

    (STIBA.ac.id) Maros – Mahasiswa KKN VIII STIBA Makassar di Desa Simbang menggelar salah satu program unggulan mereka: Festival Anak Saleh, Rabu, 26 Maret 2025, atau bertepatan dengan 26 Ramadan 1446 H.
    Acara ini bukan sekadar perlombaan biasa, tetapi sebuah upaya nyata dalam membentuk karakter islami bagi anak-anak di era globalisasi.

    Menghubungkan Generasi Muda dengan Islam

    Festival ini diharapkan menjadi jembatan bagi anak-anak di Desa Simbang untuk lebih mengenal dan mencintai Islam. Untuk itu, berbagai lomba edukatif digelar, seperti Ranking 1 Dasar-Dasar Keislaman, Lomba Bahasa Arab, Dai Cilik, dan lainnya.

    “Kami ingin memberikan wadah yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik. Agar anak-anak tidak sekadar berkompetisi, tapi juga memahami nilai-nilai Islam secara lebih mendalam,” ujar salah satu panitia.

    Didanai Penuh dari Donasi

    Menariknya, Festival Anak Saleh ini sepenuhnya didanai dari hasil donasi. Dengan target awal sebesar Rp4 juta, dana yang terkumpul justru melebihi angka tersebut. Ini menjadi bukti bahwa semangat berbagi di bulan Ramadan begitu besar, baik dari para donatur maupun masyarakat yang mendukung acara ini.

    “Semoga ini menjadi amal jariah bagi semua pihak yang berkontribusi, baik mahasiswa KKN maupun para donatur,” kata salah satu perangkat desa saat menutup acara. Ia pun menambahkan doa agar kegiatan ini menjadi pengantar menuju surga.

    Festival ini ditutup dengan penuh rasa syukur dan harapan agar jejak kebaikan yang ditinggalkan terus berlanjut. Bukan hanya bagi anak-anak yang berpartisipasi, tetapi juga bagi siapa saja yang telah ikut andil dalam suksesnya acara ini.

    Reporter: Muh. Pajar
    Foto: Abdullah, Pajar Maghfirah Ramadhani, Suhaila

  • Gelap Bukan Halangan: Kepala Dusun dan Warga Tetap Semangat Mengaji

    Gelap Bukan Halangan: Kepala Dusun dan Warga Tetap Semangat Mengaji

    (STIBA.ac.id) Maros – Bayangkan lagi asyik belajar, tiba-tiba listrik mati. Biasanya, langsung bubar, kan? Tapi di Dusun Balangajia, Desa Samangki, hal itu tidak berlaku. Malam itu, gelap gulita tidak membuat semangat mereka buat belajar Al-Qur’an surut. Dengan modal cahaya lampu HP dan lilin, kelas Dirosa tetap lanjut.

    Sekitar 10 warga—dari ibu-ibu sampai bapak-bapak—ikut belajar baca Al-Qur’an dipandu Andika Rasyid, mahasiswa KKN VIII STIBA Makassar. Yang menarik, kepala dusunnya juga ikut nimbrung.
    Meski suasananya minim cahaya, fokus mereka tetap maksimal. “Tidak ada listrik, ya pakai cara lain. Yang penting tetap belajar,” kata salah satu peserta.

    Andika sendiri rela berangkat tiap Subuh ke Balangajia buat mengajar. Hujan atau tidak, capek atau tidak, dia tetap datang.
    “Capek sih, tapi lihat mereka semangat, ya jadi ikutan semangat,” ujarnya sambil senyum.

    Kejadian ini membuktikan satu hal: semangat belajar itu tidak bisa dipadamkan, bahkan oleh listrik yang mati sekalipun. Di Balangajia, mengaji bukan sekadar rutinitas, tapi bagian dari hidup. Salut buat mereka semua.

    Reporter: Muh. Wahyu Haris
    Foto: Khaerul

  • “Kepala Desa Pucak: Saya Akan Selalu Hadir di Setiap Kegiatan Mahasiswa KKN STIBA!”

    “Kepala Desa Pucak: Saya Akan Selalu Hadir di Setiap Kegiatan Mahasiswa KKN STIBA!”

    (STIBA.ac.id) Maros – Festival Anak Saleh (FAS) yang diadakan oleh mahasiswa KKN STIBA Makassar di Masjid Qurratul Ain, Desa Pucak, 25 Maret 2025, berlangsung meriah. Acara ini menjadi ajang bagi anak-anak desa untuk mengasah keterampilan dan memperkuat kecintaan mereka terhadap Islam.

    Antusiasme Tinggi, Peserta Membludak!
    Dengan total 135 peserta dari tingkat SD hingga SMP, lomba-lomba seperti hafalan surah pendek, hafalan doa harian, pidato/ceramah islami, Rangking 1, azan, dan mewarnai sukses menarik perhatian warga. Antusiasme masyarakat begitu tinggi hingga jumlah peserta melebihi prediksi awal panitia.

    Dukungan Penuh dari Pemerintah Desa
    Acara ini juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah setempat. Kepala Dusun Bontosunggu, Irwan Hidayat, menjadi salah satu tamu undangan yang paling responsif terhadap kegiatan mahasiswa KKN.
    “Jikalau ada kegiatan yang dibuat oleh anak-anak KKN STIBA, saya akan selalu mendukungnya,” ujarnya dengan penuh semangat.

    Sementara itu, meskipun hujan deras sempat mengganggu jalannya acara, Kepala Desa Pucak, Abdul Razak, tetap berusaha hadir. “Saya akan selalu usahakan untuk menghadiri setiap kegiatan yang dilakukan mahasiswa KKN di Desa Pucak ini,” ungkapnya.

    Lebih dari Sekadar Lomba


    Festival ini bukan hanya ajang kompetisi, tetapi juga menjadi momen membangun kebersamaan dan semangat belajar Islam di kalangan anak-anak. Keberhasilan acara ini menjadi bukti bahwa generasi muda masih memiliki antusiasme tinggi dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai Islam.
    Dengan dukungan masyarakat dan pemerintah desa, mahasiswa KKN STIBA Makassar berharap festival seperti ini bisa menjadi program tahunan yang lebih besar dan berdampak luas.


    Reporter: Muh. Iftar Asqari
    Foto: Muh. Aqil Abdillah

  • Festival Anak Saleh 2025 Resmi Ditutup, Momen Haru Warnai Penyerahan Hadiah

    Festival Anak Saleh 2025 Resmi Ditutup, Momen Haru Warnai Penyerahan Hadiah

    (STIBA.ac.id) Maros – Festival Anak Saleh (FAS) 2025 yang digelar di Masjid Babussalam, Dusun Botolempangan, Desa Purnakarya, Kecamatan Tanralili, Maros, akhirnya resmi ditutup pada Selasa, 25 Maret 2025. Acara yang berlangsung selama tiga hari ini (23-25 Maret) sukses menyatukan mahasiswa KKN STIBA Makassar, Karang Taruna Desa Purnakarya, dan kelompok pemuda Anshar Tanralili, dengan dukungan penuh dari berbagai pihak dan sponsor.

    Dari Apresiasi hingga Air Mata Bahagia

    Penutupan acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, dilanjutkan dengan sambutan dari Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Ustaz Dr. Kasman Bakry, yang mengapresiasi kerja keras panitia dan semua yang terlibat. Kepala Desa Purnakarya, Ibu Nurdiana, S.E. juga ikut memberikan pesan penyemangat kepada para peserta lomba.

    “Jangan bersedih hati jika belum mendapat peringkat. Yang penting kita sudah tampil dan berusaha,” ujarnya, menyemangati anak-anak yang belum berhasil meraih juara.

    Setelah itu, giliran para pemenang yang naik ke panggung untuk menerima hadiah mereka. Momen paling mengharukan terjadi ketika seorang ibu terlihat meneteskan air mata saat melihat anaknya membawa pulang hadiah. Tangis bahagia itu menggambarkan betapa besar kebanggaan seorang ibu atas usaha dan pencapaian anaknya.

    Ditutup dengan Kebersamaan di Meja Makan

    Sebagai penutup, seluruh peserta, panitia, dan tamu undangan duduk bersama untuk menikmati buka puasa bersama. Momen ini menambah kehangatan suasana, mempererat silaturahmi antara mahasiswa KKN dan warga sekitar.

    Dengan berakhirnya FAS 2025, mahasiswa KKN STIBA Makassar meninggalkan kesan mendalam di Desa Purnakarya. Tidak hanya lewat perlombaan, tetapi juga melalui interaksi yang membangun dan momen-momen kebersamaan yang akan selalu dikenang.

  • Festival Anak Saleh Desa Pucak Resmi Ditutup, Kepala Desa: “Semoga Tahun Depan Ada Lagi!”

    Festival Anak Saleh Desa Pucak Resmi Ditutup, Kepala Desa: “Semoga Tahun Depan Ada Lagi!”

    (STIBA.ac.id) Maros – Setelah tiga hari penuh semangat dan keseruan, Festival Anak Saleh (FAS) Desa Pucak akhirnya resmi ditutup pada Selasa (25/3). Acara yang berlangsung di Masjid Qurratul Ain, Dusun Bontosunggu, Desa Pucak ini adalah hasil kolaborasi antara mahasiswa KKN STIBA Makassar, Remaja Masjid Qurratul Ain, serta berbagai sponsor yang ikut mendukung jalannya kegiatan.

    Merinding dengan Bacaan Al-Qur’an, Sambutan yang Menginspirasi

    Suasana penutupan dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Hadijah, yang lantunbikin seluruh ruangan mendadak hening. Setelah itu, Ketua Panitia Muhammad Fauzy naik ke podium dan memberikan pesan kepada para peserta.

    “Jadikan Festival Anak Saleh ini bukan sekadar lomba, tapi juga bagian dari ibadah kita agar menjadi anak saleh dan salehah,” ucapnya.

    Kordinator Kecamatan, M. Agus Suprianto, juga menambahkan bahwa festival ini bukan hanya ajang kompetisi, tapi juga kesempatan emas untuk menambah ilmu agama.

    Penampilan Seru Sebelum Pengumuman Pemenang

    Sebelum masuk ke sesi yang paling ditunggu-tunggu, beberapa peserta unjuk kebolehan lewat berbagai penampilan. Ada tim nasyid Desa Pucak yang sudah terbentuk sebelum festival dimulai, pembacaan puisi dari Muh. Asri, untaian nasihat oleh Yasin, dan puisi penutup dari Ridwan.

    Lalu tibalah saat yang paling mendebarkan: pengumuman pemenang lomba! Suasana langsung pecah. Setiap kali nama pemenang diumumkan, ruangan bergemuruh oleh sorakan peserta. Bahkan, hujan deras yang turun tidak menghalangi euforia mereka.

    Kepala Desa: “Semoga Tahun Depan Ada Lagi!”

    Di tengah acara, Kepala Desa Pucak, Bapak Abdul Razak, akhirnya tiba meskipun sempat tertahan hujan dalam perjalanan dari kota. Dalam sambutannya, beliau mengapresiasi kerja keras mahasiswa KKN yang telah menyukseskan festival ini.

    “Semoga KKN STIBA Makassar bisa kembali ke Desa Pucak tahun depan,” harapnya.

    Sebelum acara benar-benar ditutup, ada sesi ceramah singkat dari Ustaz Muh. Ihsan, S.H. yang mengingatkan para orang tua untuk bangga memiliki anak-anak yang mau belajar agama.

    “Melihat anak-anak kita ikut lomba keagamaan, itu sudah jadi kebanggaan tersendiri. Semoga mereka terus belajar dan semakin dekat dengan agama,” pesannya.

    Berbuka Puasa Bersama, Penutup yang Manis

    Festival Anak Saleh tahun ini ditutup dengan acara buka puasa bersama yang diikuti seluruh peserta, panitia, tamu undangan, dan masyarakat sekitar. Setelah tiga hari penuh aktivitas, suasana hangat terasa saat semua duduk bersama menikmati hidangan berbuka.

    Festival ini bukan sekadar lomba, tapi juga menjadi ajang mempererat ukhuwah antara anak-anak, orang tua, dan masyarakat. Sampai jumpa di Festival Anak Saleh tahun depan, insyaallah!

    Reporter: Muh. Iftar Asqari
    Foto: Muh. Aqil Abdillah

  • Mahasiswa KKN STIBA Tebar Iftar, Warga Samangki Antusias Sambut Kebersamaan

    Mahasiswa KKN STIBA Tebar Iftar, Warga Samangki Antusias Sambut Kebersamaan

    (STIBA.ac.id) Maros – Mahasiswa KKN VIII STIBA Makassar di Desa Samangki kembali membawa semangat Ramadan ke tengah masyarakat dengan menggelar Tebar Ifthar, Senin, 24 Maret 2025.
    Kegiatan ini berlangsung di Dusun Samanggi dan Balangajia, di mana mahasiswa turun langsung menyusuri rumah-rumah warga untuk membagikan hidangan berbuka puasa.


    Aksi berbagi ini bukan sekadar membagikan makanan, tetapi juga menghadirkan kebahagiaan dan keberkahan di bulan suci. Setiap rumah yang dikunjungi menyambut hangat para mahasiswa, bahkan tak sedikit yang mendoakan dan mengapresiasi semangat gotong royong yang mereka tunjukkan.
    Selain sebagai bentuk kepedulian sosial, kegiatan ini juga menjadi momen mempererat hubungan antara mahasiswa dan masyarakat setempat. “Ini bukan hanya tentang makanan, tapi tentang kebersamaan dan berbagi berkah di Ramadan,” ujar salah satu mahasiswa KKN.


    Mahasiswa KKN STIBA juga menyampaikan terima kasih kepada para muhsinin dan muhsinat yang telah mendukung acara ini. Mereka berharap semangat berbagi terus tumbuh dan menginspirasi lebih banyak orang untuk melakukan kebaikan, terutama di bulan penuh rahmat ini.


    Reporter: Muh Wahyu Haris

    Dokumentasi: Filvy Fatimah, Ali Asmaul Husna Haris, Muh Wahyu Haris

  • Tokoh Masyarakat Bonto Manai Apresiasi Mahasiswa KKN: Bantu Anak-Anak Kembali Semangat Belajar Agama

    Tokoh Masyarakat Bonto Manai Apresiasi Mahasiswa KKN: Bantu Anak-Anak Kembali Semangat Belajar Agama

    (STIBA.ac.id) Maros – Bulan Ramadan bukan cuma soal puasa dan buka bareng. Di Desa Bonto Manai, Kecamatan Tompobulu, Maros, Ramadan jadi momen spesial untuk menyalakan kembali semangat belajar agama, terutama di kalangan anak-anak. Mahasiswa dan mahasiswi KKN STIBA Makassar, berkolaborasi dengan Karang Taruna Bonto Manai, sukses menggelar Gebyar Ramadan atau Festival Anak Saleh selama tiga hari, mulai Sabtu sampai Senin (22–24 Maret 2025).

    Kegiatan ini dikemas santai tapi bermakna. Isinya penuh lomba seru yang tetap sarat nilai keislaman, mulai dari azan, tilawah, cerdas cermat, hafalan surah pendek, fashion show busana muslim, sampai praktik salat. Total ada 13 anak dan remaja yang ikut meramaikan acara ini.

    Kepala Desa Bonto Manai dan Ketua BPD ikut hadir memberi dukungan. Mereka mengapresiasi semangat anak-anak dan kolaborasi apik antara mahasiswa KKN STIBA dan Karang Taruna. “Mewakili masyarakat Bonto Manai, kami berterima kasih kepada mahasiswa KKN yang telah memotivasi anak-anak kami untuk lebih semangat belajar agama,” ujar Kepala Desa dalam sambutannya.

    Hal senada disampaikan Ketua Karang Taruna, Edi Hamzah. Ia mengakui bahwa acara ini sebenarnya dirancang cukup mendadak.
    “Tapi Alhamdulillah, berkat semangat panitia dan mahasiswa KKN, Gebyar Ramadan ini tetap berjalan lancar. Semoga ini bisa menumbuhkan kembali syiar Islam yang mulai pudar di desa kami,” ujarnya.

    Menariknya, bukan cuma anak-anak yang antusias. Para orang tua juga ikut meramaikan acara. Mereka duduk di sisi lapangan, ikut menyemangati anak-anaknya yang tampil di atas panggung sederhana. Suasana desa sore itu berubah jadi ajang silaturahmi sekaligus pengingat, bahwa belajar agama bisa dikemas seru dan tetap menyenangkan.

    Lewat kegiatan ini, mahasiswa KKN STIBA Makassar ingin menanamkan pesan bahwa belajar agama tidak melulu soal duduk di majelis atau mendengarkan ceramah.
    Bisa juga lewat kompetisi ringan, yang mengasah mental anak-anak, melatih keberanian tampil di depan umum, dan tentu saja, menumbuhkan harapan besar dari para orang tua agar kelak mereka tumbuh menjadi generasi saleh dan salehah.

    Reporter: Rahman Putra Maulana
    Foto: Tim Media Mahasiswa(i) KKN VIII STIBA Makassar Posko Bonto Manai