Kategori: Kegiatan Dosen

  • Syaikh Dr. Khalid as-Sabt: Kalian di Atas Jalan yang Benar

    Syaikh Dr. Khalid as-Sabt: Kalian di Atas Jalan yang Benar

    lanSalah seorang ulama besar asal Saudi Arabia kembali berkunjung ke Makassar. Beliau adalah Syaikh Dr. Khalid bin Utsman as-Sabt—hafizhahullah, salah seorang ulama yang menjadi referensi para ulama dan dai di Saudi bagian timur, tepatnya di Dammam. Syaikh adalah penulis salah satu buku fenomenal dalam bidang ilmu tafsir, Qawaid at-Tafsir yang merupakan disertasi doktor beliau.

    Salah satu agenda utama Syaikh selama di Makassar adalah menjadi pemateri dalam daurah syar’iyah yang dikoordinir oleh DPP Wahdah Islamiyah. Daurah yang berlangsung selama dua hari di lantai empat gedung LAN Antang ini dibuka langsung oleh Ketua Umum DPP Wahdah Islamiyah, Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A. Sebagai pesertanya adalah seluruh dosen dan alumni STIBA Makassar.

    Syaikh Khalid as-Sabt—hafizhahullah—di awal daurah mengungkapkan perasaan gembira ketika berkumpul dengan para asatidzah. “Saya ingin memberikan kabar gembira bagi Antum sekalian. Antum berada di atas jalan yang benar. Antum di atas kebaikan. Antum berkumpul dalam nuansa ilmu dan mengikuti sunnah dengan i’tiqad yang benar, dakwah di jalan Allah.”

    Beliau juga menyampaikan perasaan takjub ketika di pagi hari, dari hotel tempat beliau menginap tak jauh dari Pantai Losari, Syaikh menyaksikan sekumpulan muslimah yang hampir seluruhnya berhijab, bahkan sebagian menutup wajah dengan cadar. Semua ini menurut beliau adalah dampak positif dari geliat dakwah di kota ini. “Lanjutkan, kalian di atas jalan yang benar,” ujar Syaikh memotivasi peserta daurah.

    “Saya tahu bahwa Antum adalah lulusan-lulusan ilmu syar’i, dan saya tahu bahwa kalian mengagendakan kegiatan-kegiatan yang dapat mengumpulkan kalian dalam menuntut ilmu. Tapi di sisi lain saya juga tahu bahwa kalian menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk kegiatan-kegiatan dakwah dan agenda-agenda berberkah lainnya. Semua ini adalah kebaikan. Dalam hal apa pun kalian beraktivitas, aktivitas itu adalah ibadah,” ungkap Syaikh.

    Syaikh juga menjelaskan bahwa ada golongan manusia yang dianugrahi ilmu, ia menghabiskan siang dan malamnya untuk mendapatkan ilmu, tapi orang terdekatnya sekalipun tidak mendapatkan manfaat apa-apa dari ilmunya itu. Bahkan bisa jadi, ia sendiri tidak mengambil manfaat dari ilmunya itu. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memohon perlindungan dari ilmu yang tidak bermanfaat. [sq]

    Situs resmi Syaikh Khalid as-Sabt: http://www.khaledalsabt.com/

  • Tawarkan Zakat Jadi Sumber Pendapatan Negara

    Tawarkan Zakat Jadi Sumber Pendapatan Negara

    rahmKetua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah, Dr. Rahmat Abdul Rahman, Lc., M.A. menyampaikan gagasannya terkait pendapatan zakat dijadikan sebagai salah satu item dalam anggaran pendapatan negara.

    Menurutnya, sumber pendapatan negara masih bertumpu pada pendapatan pajak sebagai sumber pendapatan terbesar. Sehingga, melalui perspektif hukum Islam, pendapatan zakat dapat menjadi sumber pendapatan bagi negara.

    Hal tersebut ia sampaikan dalam Sidang Promosi Doktor dalam bidang Ilmu Hukum Islam pada Program Pascasarjana, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Selasa (18/3/2014).

    Dalam sidang promosi doktor tersebut, Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Sulawesi Selatan tersebut mempertahankan disertasinya berjudul Keuangan Negara Perspektif Hukum Islam dan Implementasinya di Indonesia (Studi Komparasi Kitab Al Ahkam Al Sultaniyyah Wa Al Wilayat Al Diniyyah Karya Al Mawardi dan Kitab Al Ahkam Al Sultaniyyah karya Abu Ya’la.

    “Saya berharap mengenai pendapatan dari zakat ini tidak hanya diatur mengenai pengelolaannya saja karena dengan potensinya yang sangat besar, bahkan untuk potensi zakat harta bisa mencapai 18 persen seluruh anggaran APBN,”ujarnya.

    Hasil penelitian yang dilakukan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) pada tahun 2013, potensi zakat nasional yang terdiri atas zakat harta, zakat perusahaan, zakat atas tabungan deposito syariah mencapai Rp 217 trilyun.

    Dengan memasukkan zakat sebagai pendapatan negara, dapat menambah jumlah pendapatan negara karena juga memasukkan jenis-jenis lain pendapatan zakat seperti hasil tambang, hasil pertanian dan perkebunan, serta peternakan.

    “Jika seluruh jenis pendapatan zakat lain tersebut juga dimasukkan sebagai pendapatan negara, saya yakin dapat menutupi 75 persen dari anggaran APBN. Sehingga, disertasi saya ini bisa berimplikasi pada zakat ke depannya tidak hanya dikelola sebuah badan. Tapi, dikelola sebuah direktorat jenderal di bawah kementerian keuangan,” jelasnya. (*)

    http://makassar.tribunnews.com/2014/03/18/tawarkan-zakat-jadi-sumber-pendapatan-negara

  • Ikatan Ulama Muslim Nobatkan Dua Dosen STIBA Makassar sebagai Anggota

    Ikatan Ulama Muslim Nobatkan Dua Dosen STIBA Makassar sebagai Anggota

    لوجو-رابطة-علماء-المسلمين2Rabithah Ulama al-Muslimin (Muslim Scholars Association) adalah lembaga yang menaungi sekumpulan ulama dari berbagai negara. Lembaga yang telah beranggotakan 117 ulama dari 37 negara ini diketuai oleh Syaikh Prof. Al-Amin al-Hajj. Wakil Ketua Dr. Abdurrahman al-Mahmud dan Dr. Muhammad Yusri. Sementara untuk posisi Sekretaris Jendral, diduduki oleh Syaikh Abdul Muhsin al-Muthairi hafizhahumullahu jami’an.

    Dari Indonesia sendiri ditetapkan sebagai anggota tiga orang ulama, salah satunya adalah Ketua Umum Ormas Wahdah Islamiyah Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A. Sementara dua yang lainnya adalah Ilham Jaya Abdul Rauf, Lc., M.A. dan Harman Tajang, Lc., keduanya adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar.

    Tercatat, beberapa anggota Ikatan Ulama Muslim asal Timur Tengah telah berkunjung ke STIBA Makassar, bahkan salah satu di antaranya adalah Syaikh Prof. Al-Amin al-Hajj. (sq)

  • Dosen STIBA Makassar Pembicara dalam Simposium Internasional di Universitas Islam Madinah

    Dosen STIBA Makassar Pembicara dalam Simposium Internasional di Universitas Islam Madinah

    altAll0og0RX7X01vCvmkKdsJ7KzoeYGP94vaE00kZXeHeT  Ilham Jaya Abdul Rauf, salah seorang dosen STIBA Makassar menjadi salah satu pembicara dalam simposium yang diselenggarakan oleh Kursiy Samahah al-Syaikh Abdul Aziz ibn Baz li Dirasaat al-Hikmah fii al-Da’wah, Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia (12-13/3).

    Simposium yang akan berlangsung selama dua hari tersebut mengundang Syaikh Dr. Abdul Rahman al-Sudais, Imam Masjidil Haram Makkah serta Ketua Komite Tinggi Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, sebagai keynote speaker sekaligus moderator dalam panel perdana.

    Dalam simposium yang bertajuk “al-Hikmah fii Tajdid al-Khitab al-Da’awi” ini, Kursiy Samahah al-Syaikh Abdul Aziz ibn Baz menghadirkan 24 peneliti dari tujuh negara termasuk dari Saudi Arabia. Dua puluh empat peneliti tersebut dipilih berdasarkan seleksi terhadap paper yang diajukan

    Kursiy Samahah al-Syaikh Abdul Aziz ibn Baz merupakan salah satu pusat proyek Universitas Islam Madinah untuk kajian hikmah dalam dakwah yang menyelaraskan antara orisinalitas Islam dan tuntutan kontemporer.

    Ilham Jaya Abdul Rauf yang memperkenalkan diri sebagai utusan STIBA Makassar adalah satu-satunya pembicara yang lolos dari Indonesia bahkan Asia Tenggara. Dalam presentasinya di panel pertama, mantan Ketua STIBA Makassar ini membawakan paper berjudul “al-Hikmah fii Khithab al-Imam ibn Baz al-Da’awi: Khasha’ish wa Ma’alim.”***

    altAo8Q4KfbDziwAsYbvJp1EBRgR8cuN_RVUa_xyAmLcrjC

    Foto: Ustadz Ilham Jaya Abdurrauf, Lc., M.A. saat menerima plakat dari Imam Masjid Haram Syaikh Abdurrahman as-Sudais dan Rektor Universitas Islam Madina Saudi Arabia.

  • Ustadz Muhammad Ikhwan: Sosok Pemuda Dalam Kebangkitan Islam

    Ustadz Muhammad Ikhwan: Sosok Pemuda Dalam Kebangkitan Islam

    DSC03218 copy

    “Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, pada umurnya yang baru menginjak 18 tahun telah diangkat oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai panglima perang melawan pasukan Romawi”, demikian kutipan kalimat yang disampaikan oleh Ustadz Muhammad Ikhwan Abdul Jalil, Lc. pada Seminar Kepemudaan yang digelar di gedung Pascasarjana Lantai 5 Universitas Negeri Makassar, Sabtu 8 Maret 2014 pagi hari hingga menjelang Zhuhur.

    Kegiatan yang diselenggarakan oleh lembaga dakwah bernama Study Club Raudhatun Ni’mah Fakultas Ilmu Pendidikan atau disingkat SCRN FIP UNM ini bertajuk “Seminar Kepemudaan, Generasi Harapan” dan diikuti oleh 500 lebih peserta dari berbagai universitas di Makassar. Bertindak sebagai keynote speaker adalah rektor UNM sendiri Bapak Prof. Dr. H. Arismunandar, M.Pd.

    Narasumber pertama pada kegiatan ini adalah Bapak Syamsu Rizal MI, S.Sos., M.Si. yang merupakan Wakil Wali Kota Makassar terpilih periode 2014-2019. Narasumber yang masih merupakan pengurus ICMI Pusat ini membawakan materi dengan tema “Pemuda Harapan”.

    “Sosok Pemuda dalam Kebangkitan Islam” dipaparkan oleh narasumber kedua, Ustadz Muhammad Ikhwan Abd. Jalil, Lc. dosen Prodi Perbandingan Madzhab dan Hukum (PMH) STIBA Makassar bidang studi Aqidah.  Dalam materinya, ustadz yang juga menjabat sebagai Sekretaris MUI Makassar ini memaparkan bagaimana membentuk karakter islami pada diri para pemuda dengan dua kunci, yaitu pendidikan al-Qur’an dan Iman. Dan hal tersebut hanya bisa diterapkan dengan bercontoh pada pendidikan karakter islami dari Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam.

    Kegiatan ini dirangkaikan dengan pengumuman juara lomba pada Islamic Education Fair (IEF 2014) yang merupakan rangkaian dsri semarak kegiatan Muktamar SCRN FIP UNM XIV yang akan diselenggarakan di Soppeng 14-16 Maret 2014 mendatang. (IA)

  • Ustadz Agus Salim, dari Madinah Kembali ke STIBA

    Ustadz Agus Salim, dari Madinah Kembali ke STIBA

    altApRhC737mhM1iUzHrLo6nuYCwkZEfXs4Owoo60MeJwH-stiba.net : Satu lagi alumni STIBA Makassar yang telah menyelesaikan kuliah di Universitas Islam Madinah Saudi Arabia menjadi dosen STIBA. Bergabung dengan sejumlah pendahulunya yang telah lebih dulu menyelesaikan studi di Madinah. Ikut dalam barisan para pejuang yang telah menginfakkan waktu dan tenaga untuk melahirkan para duat rabbani. Yang kelak pada masanya akan terlibat dalam kancah dakwah, mencerahkan umat yang tengah dibalut gulita kejahilan.

    H. Agus Salim, Lc., ustadz muda kelahiran Samarinda 03 Agustus 1987 ini adalah alumni Fakultas Dakwah dan Ushuluddin Universitas Islam Madinah angkatan 1430 H/2009 M.  Menyandang gelar alumni luar negeri tentu tak sulit baginya untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan standar yang ia inginkan. Tapi keinginannya untuk membaktikan ilmu yang telah dituntutnya akhirnya menuntun langkahnya kembali ke STIBA, kampusnya dulu.

    Selain mengajar di kelas, Ustadz yang masih bujang ini juga mendapat amanah sebagai narasumber tetap dirasah ta’shiliyah Sirah Nabawi di Masjid al-Ihsan STIBA Makassar. Membahas kitab al-Urjuzah al-Miiyah fi Dzikri Hali Asyraf al-Bariyyah, Ustadz Agus telah memulai taklim perdananya Selasa pekan ini.

    Sementara Ustadz H. Surahman Yati, Lc. alumni Fakultas Hadits Universitas Islam Madinah yang dulu sekelas dengan Ustadz Agus Salim di STIBA, juga dijadwalkan akan tiba dalam waktu dekat dan akan turut bergabung bersama sivitas akademika STIBA.

    Saat ini, jumlah mahasiswa asal STIBA Makassar yang tengah melanjutkan studi di Universitas Islam Madinah Saudi Arabia baik S1, S2, maupun S3 sekira 29 orang. Tiga orang mahasiswa yang dinyatakan lulus akhir tahun lalu saat ini masih menunggu keluarnya visa. Sementara puluhan yang lain telah menyelesaikan studinya. (sq)

  • Ustadz Zaitun: Jadilah Singa-singa Bersayap

    Ustadz Zaitun: Jadilah Singa-singa Bersayap

    tabligh akbarAhad, 02 Maret 2014/29 Rabiul Akhir 1435 H, Dewan Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah Makassar kembali menggelar Tabligh Akbar dengan tema “Meraih Berkah Hidup dengan Pengorbanan”. Dengan menghadirkan pemateri al-Ustadz H. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A. hafidzahullah. Beliau adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah, ormas yang merupakan induk dari STIBA Makassar.

    Dalam Tabligh Akbar yang dihadiri tak kurang dari seribu kaum muslimin ini, Ustadz yang juga direktur utama Ummat TV ini menekankan pentingnya bermujahadah dalam menutut ilmu syar’i. Dengan asumsi bahwa ilmu adalah kunci dari segala kebaikan. Di sana ada ilmu mendasar yang wajib untuk dipelajari dan diketahui oleh setiap muslim. Ilmu yang berkaitan dengan pokok-pokok agama mulia ini, di mana orang yang tidak tahu akan perkara tersebut tidak akan diampuni.

    Umat yang ingin maju adalah umat yang memiliki dan memerhatikan ilmu syar’i, karena untuk meraih kebangkitan dan kejayaan harus dimulai dengan ilmu. Sekadar berilmu tentu tak cukup, tapi harus dibarengi dengan tarbiyah yang sungguh-sungguh. Dengan demikian akan mengokohkan keyakinan, memantapkan ibadah, dan akan membentuk karakter muslim dan mukmin yang ideal.

    Maka dari itu, sangatlah tepat jika beliau menyerukan kepada kaum muda, dan kaum muslimin pada umumnya, “Kalian adalah singa, maka jadilah singa-singa yang bersayap.” Dengan kekuatan dan keperkasaan yang dimilikinya, singa didaulat sebagai raja hutan, maka bagaimana lagi jika singa itu bersayap? Itulah perumpamaan pemuda yang dibekali ilmu.

    Selanjutnya poin penting yang beliau sebutkan adalah sebab-sebab yang dapat mendatangkan berkah dalam syariat islam, di antaranya:

    1. Iman dan takwa kepada Allah.
    2. Istiqamah di jalan Allah.
    3. Bersyukur akan nikmat-nikmat Allah.
    4. Berinfak di jalan Allan.
    5. Mempelajari dan mentadabburi Al-Qur’an
    6. Menyambung silaturahim.
    7. Banyak berdoa kepada Allah.

    Dari sebab-sebab datangnya berkah di atas akan bertemu pada suatu intersection atau titik koordinat yang disebut pengorbanan. Karena segala sesuatunya memerlukan pengorbanan. Baik itu pengorban waktu, tenaga, pikiran, perasaan, harta, dan pengorbanan yang lainnya. Namun pengorbanan yang paling menonjol adalah pengorbanan harta. Terkadang orang tidak menganggap yang lainnya sebagai bentuk pengorbanan. Meskipun sebenarnya pengorbanan waktu tidak kalah pentingnya. Yang mana waktu ini lebih berharga daripada uang.

    Di sisi lain, anggota MUI Pusat ini menyebutkan bahwa pengorbanan yang melebihi pengorbanan harta yaitu pengorbanan jiwa. Ini merupakan pengorbanan tertinggi. Walaupun sebenarnya kedua pengorbanan ini harus berjalan beriringan. Karena pentingnya pengorbanan harta, maka hampir semua ayat yang berkaitan dengan dua hal ini selalu ditonjolkan pengorbanan harta kemudian pengorbanan jiwa. Kecuali dalam satu ayat dalam surah at-Taubah, karena memang konteks ayat jihad tersebut bermakna peperangan.

    Adapun pengorbanan yang dibutuhkan untuk saat ini adalah pengorbanan waktu, tenaga dan harta dalam menuntut ilmu syar’i, menyebar syiar Islam, dan memperjuangkan tegaknya panji-panji Islam. Semua itu hanya akan menjadi sebuah ilustrasi yang tidak akan pernah terwujud jika tidak dibarengi dengan sikap rela berkorban di jalan Allah Jalla wa ‘Alaa. (sarmin)

     

  • Dosen STIBA Makassar Narasumber Bedah Buku Nasional

    Dosen STIBA Makassar Narasumber Bedah Buku Nasional

      IMG_20140222_112607

    Indonesia merupakan negara yang sangat subur, “Di mana padi ditanam di situlah rumput akan tumbuh”, begitulah sebuah pepatah yang menggambarkan tentang betapa suburnya Indonesia. Fenomena kesuburan dapat ditemui di manapun di belahan negeri ini, di antaranya kesuburan aliran-aliran aqidah yang menyimpang. Bahkan para da’i yang mendakwahkan kebenaran akan selalu dirintangi dengan berbagai aliran-aliran dan penyimpangan aqidah yang kian menjamur di tengah masyarakat, salah satunya adalah aliran sesat Syi’ah Rafidhah.

    Untuk membendung semua itu, LIDMI (Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia) kerja sama dengan FMDK (Forum Muslimah Dakwah Kampus) menggelar sebuah kegiatan yang bertajuk Bedah Buku Nasional dengan membedah sebuah buku yang telah diterbitkan oleh MUI Pusat ”Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia”.

    Kegiatan ini menghadirkan tiga pembedah buku dari MUI (Majelis Ulama Indonesia) dengan latar belakang yang berbeda-beda.

    Pembedah buku pertama adalah Ustadz Fahmi Salim, M.A. yang merupakan Wakil Sekertaris Komisi Pengkajian MUI Pusat, beliau memaparkan tentang sejarah Syi’ah dan Respon MUI tentang paham Syi’ah”. Beliau adalah alumni S1 dan S2 Fak. Ushuluddin di Al-Azhar University di Kairo Mesir.

    Pembedah buku kedua Dr. H. Yusri Arsyad, M.A. alumni S1 hingga S3 Al-Zaytoonah University of Tunisia. Beliau memaparkan tentang “Penyimpangan Ajaran Syi’ah”.

    Dan Pembedah buku ketiga adalah salah seorang Dosen STIBA Makassar Dr. Rahmat Abdurrahman, Lc., M.A. sebagai Pengurus Komisi Fatwa MUI Makassar. Dosen dan da’i yang baru saja menyelesaikan studi S3 Konsentrasi Hukum Islam di Pascasarjana UIN Alauddin ini memaparkan tentang “Pergerakan Syi’ah di Indonesia dan Penyebarannya”.

    Bertempat di Masjid Kampus UNHAS kegiatan yang diselenggarakan pada Sabtu, 21 Rabiul Akhir 1435 H/22 Februari 2014 M ini dihadiri lebih dari 1200 peserta laki-laki dan 800 lebih peserta perempuan dari kalangan pelajar hingga orangtua.

    Kegiatan akbar ini dirangkaikan dengan pembacaan deklarasi “Gerakan Makassar Sunni” yang dibacakan oleh Ketua Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) Makassar KH. Said Abdul Shomad, Lc. diikuti oleh seluruh peserta bedah buku dengan pekikan takbir yang membahana. [IA]

    IMG_20140222_112534

    IMG_20140222_112504

  • Narasumber pada Muktamar III Ikatan Ulama Dunia, Ustadz Zaitun Rasmin Tegaskan Bahaya Syiah

    Narasumber pada Muktamar III Ikatan Ulama Dunia, Ustadz Zaitun Rasmin Tegaskan Bahaya Syiah

    zaitoon-thumb2

    Syaikh Muhammad Zaitun, pimpinan ormas Wahdah Islamiyah di Indonesia dan Ketua Lembaga Tadabbur al-Qur’an menyatakan, “Syiah Rafidha di era moderen saat ini memanfaatkan suasana demokrasi di Indonesia untuk memaksimalkan jangkauan pergerakan dakwahnya. Mereka menggalang para pegawai perkantoran, para tokoh penanggung jawab di lembaga-lembaga pendidikan swasta untuk mengadakan  perayaan ritual Syiah di tempat mereka masing-masing.”

    Pernyataan di atas disampaikan oleh beliau di hadapan peserta Muktamar III Ikatan Ulama Muslimin se-Dunia yg diselenggarakan di Turki pada hari Jumat yang mengusung tema “Ummat Islam Dihadapan Tantangan Era Moderen.”

    Ketua Lembaga Tadabbur al-Qur’an Indonesia ini menegaskan, “Pengikut sekte Syiah Rafidha di Indonesia juga melaksanakan sejumlah kegiatan beragam lainnya di samping ritual ratapan atas Imam Husain  (‘Asyura)—menurut sangkaan mereka—yang dirayakan setiap tahunnya di bawah payung lembaga resmi yang mereka dirikan, Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI). Bahkan mereka mengundang duta besar Republik Iran dan sejumlah ulama Syiah Iran untuk mengadakan kunjungan ke beberapa universitas, demi membangun hubungan kerjasama antara negara Iran dan sejumlah Universitas tersebut. Melalui kunjungan resmi itu mereka berhasil menandatangani (MoU)  kesepakatan kerjasama di bidang pendidikan dan kebudayaan yang kegiatannya mencakup; pertukaran pelajar dan mahasiswa antar kedua negara, mengirimkan para pemuda untuk melanjutkan pendidikan di beberapa perguruan tinggi  atau pesantren-pesantren Syiah (Hauzat ilmiyah) di Iran. Mereka juga mengajak masyarakat Indonesia secara umum untuk turut serta berpartisipasi pada setiap perayaan perayaan jahiliyah mereka.”
    Beliau melanjutkan,  “Kegiatan-kegiatan Syiah ini benar benar telah mendapatkan sambutan positif dari sejumlah perguruan tinggi. Mereka membuka Iran Corner di sejumlah universitas dan perguruan tinggi, membuka layanan umum untuk mengakses buku-buku Syiah dan hal-hal yg berkaitan dengan kebudayaan Iran  di perpustakaan-perpustakaan Islam, bahkan mereka juga telah menjalin kesepakatan kerjasama dengan beberapa lembaga perguruan tinggi Islam itu sendiri.”
    Beliau juga menambahkan,  “Di bidang pendidikan, mereka telah berhasil mengutus sejumlah pemuda ke Universitas Qum  dan sejumlah pesantren Syiah (hauzah ilmiyah)  di Iran.”
    Syaikh Muhammad Zaitun juga mengungkapkan keprihatinannya atas sebagian besar cendekiawan dan tokoh masyarakat yang memiliki kedudukan dan pengaruh sosial karena mulai terpengaruh oleh gerakan Syiah dengan dalih kebebasan berfikir dan mengajukan pendapat. Mereka menganggap bahwa perbedaan antara Syiah dan Ahlussunnah itu hanyalah merupakan perbedaan klasik, tak ubahnya seperti perbedaan fikih yang terjadi antar mazhab-mazhab yang ada.
    Dan di sesi terakhir ceramah beliau, Syaikh Zaitun menyerukan adanya penambahan upaya untuk menghambat gerakan syiahnisasi, merapatkan barisan kaum muslimin Ahlussunnah di negri ini (Indonesia). Terlebih lagi saat kita menyaksikan fenomena perpecahan dan pertikaian yang merebak antar sesama Ahlussunah itu sendiri, seraya menegaskan bahwa apa  yang telah beliau paparkan sebelumnya tentang pergerakan Syiah Rafidah belum sepenuhnya menyingkap hakikat yg sesungguhnya, sebab masalah yang ada jauh lebih besar dan berbahaya. Pemikiran-pemikiran rusak mereka itu telah tersebar luas khususnya di kalangan para pemuda dan pelajar.

    =======

    Diterjemahkan dari situs resmi Syaikh Prof. Dr. Nashir al-Umar hafizhahullah (Sekjen Ikatan Ulama Dunia) oleh Ustadz Fadhlan Akbar, Lc.

    http://almoslim.net/node/196603

  • alamat email dosen & staff

    alamat email dosen & staff

    Bagi staff & dosen yang belum memiliki alamat email dengan domain stiba.net harap menghubungi bagian Pusat Komputer.

    Cp : Akh Takwa