BAB
MENGIKUTI SUNAH-SUNNAH NABI SALLALLAHUALAIHIWASALLAM
Transkrip rekaman taklim rutin pekanan (setiap Rabu) Syarah Shahih Muslim Kitab al-I’tisham oleh Ustadz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A.
HADITS KE 7281
Said bin Mina mengatakan, “Disampaikan kepada saya dari Jabir bin Abdillah radiyallahuanhuma, beliau mengatakan:
“Datang malaikat menemui Rasulullah sallallahualihiwasallam dan beliau sedang tidur. Sebagian berkata, “Dia sedang tidur”, sebagian berkata “ Matanya tertidur tapi hatinya tetap terjaga” Mereka mengatakan, “Sesungguhnya pada teman kalian ini ada perumpamaan baginya”, berkata sebagian, “Sebutkan permisalan tersebut”. Sebagian mengatakan, “Tapi ia sedang tidur.” Sebagian mengatakan, “Sesungguhnya matanya tertutup tapi hatinya tetap terjaga.” Mereka berkata, “Permisalan orang ini seperti lelaki yg membangun rumah dan membuatkan perjamuan, dan pemilik rumah mengutus seorang da’i untuk mengundang, barang siapa yang menjawab maka ia masuk ke dalam rumah dan berhak memakan makanan yang disediakan di dalam rumah tersebut. Dan barang siapa yang menolak maka ia tidak masuk ke dalam rumah dan tidak bisa menikmati makanan yang ada di dalam rumah tersebut.” Sebagian mereka mengatakan, “Sebutkan tafsirnya agar beliau memahaminya”. Sebagian dari malaikat mengatakan, “Tapi ia sedang tidur”. Sebagian berkata, “Sesungguhnya mata tertutup tapi hatinya tetap terjaga.” Mereka mengatakan, “Yang dimaksdukan rumah adalah surga, dan da’inya adalah Nabi muhammad. Dan barangsiapa yang mendurhakai Muhammad maka sungguh ia telah mendurhakai Allah Subhanahu waTa’ala. Siapa yang menaati Muhammad sungguh ia telah menaati Allah. Dan Muhammad adalah farqun (pembeda) antara manusia”.
Ada 2 bacaannya, bisa pakai fi’il madhy wa Muhammadun farraqa (pemilah antar manusia) Bisa juga digunakan farqun sama seperti wazan adlun (sangat pembeda).
Hadits ini ada mutaba’ahnya dari jalan Qutaibah bin Sa’id dari Laits bin Said dari Khalid bin Yazid dari Sa’id bin Abi Hilal dari Jabir bin Abdillah radiyallahuanhu.
Ada beberapa pelajaran dari hadits ini, dan hadits ini maknanya kurang lebih sama dengan hadits yang lalu, tapi ada beberapa hal yang perlu kita terangkan.
SANAD HADITS
Kaitannnya dengan sanad hadits kita ini, di sini ada beberapa perawi yang disebutkan secara muhmal (tidak disebutkan namanya secara lengkap).
Yazid bin Harun, dan ada kata wa atsna alaihi (memuji) kalau disebutkan atsna alaihi artinya memuji. Tapi sebenarnya kadang juga bermakna tidak baik misalnya kalau dikatakan atsna alaihi khairin untuk kebaikan, dan jika dikatakan atsna alaihi syarran itu untuk keburukannya. Tapi jika tidak disebutkan khairon atau syarron maka yang dimaksudkan adalah khairon.
Yang dimaksudkan atsna alaihi di sini adalah Yazid bin Harun memuji Salim bin Hayyan, dan yang mengatakan itu adalah Muhammad bin Ubadah syaikh dari imam Bukhari, salah seorang dari minal muqillin sedikit riwayatnya dalam sohih Bukhori) dikatakan cuma 2 dalam Shohih Bukhari, yang pertama dalam kitab aladab dan yang kedua dalam kitab al-I’tisom bil Kitaabi wa Assunnah.
Haddatsana sa’id bin sinan, haddatsana au sami’tu, di sini ada keraguan dari Salim bin Hayyan, apakah Said bin Mina mengatakan ketika meriwayatkan dari Jabir haddatsana tahdits atau assama’. Dan ini adalah salah satu sighoh riwayat yang dijelaskan dalam buku-buku mustolah alhadits.
PENJELASAN HADITS
Dari Jabir bin Abdullah mengatakan:
جاءت الملائكة
“Datang malaikat”
Di sini tidak disebutkan malaikat siapa, dan tidak pula disebutkan siapa malaikat yang dimaksudkan. Dan juga tidak diterangkan berapa jumlah malaikat yang datang, dan ini kita mengimaninya. Dan iman kepada malaikat ada dua:
Ijmalii, mengimani apa adanya dengan dalil-dalil, kalau tidak dirinci maka kita tidak merincinya. Misalnya, yang kita yakini jumah malaikat itu sangat banyak, dan kita tidak bisa menghitungnya. 70.000 malaikat tiap harinya beribadah di Baitul Ma’mur dan bergantian, dan siapa yang sudah keluar tidak akan masuk lagi, dan terus bergantian seperti itu. Sama dengan tugas-tugas mereka yang sangat banyak, ada yang disebutkan dan ada pula yang tidak disebutkan. Yang disebutkan kita imani secara merinci, malaikat Jibril misalnya pembawa wahyu dan malaikat Mikail pembawa rezki, malaikat Israfil sebagai peniup terompet, dan yang lainnya yang tidak disebutkan maka kita tidak berani mengatakannya. Termasuk namanya kadang ada yang disebutkan dan ada pula yang tidak disebutkan, seperti tadi yang telah disebutkan, dan Malik, Mungkar dan Nakir, adapun yang tidak disebutkan kita tidak katakan seperti malaikat maut, dalam Alquran cuma dikatakan:
قل يتوفاكم ملك الموت الذي وكل بكم
Dalam ayat ini tidak disebutkan nama malaikatnya, dan tidak ada hadits yang shohih yang menyebutkan namanya. Maka di sini kita mengimani secara mujmal (global), bahwa ada malaikat pencabut nyawa. Kita tidak tahu namanya, dan masalah-masalah aqidah seperti ini harus didasari dengan hadits-hadits yang sohih, meskipun disebutkan dalam riwayat yang dhoif tapi kita tidak berhujjah dengan hadist yang dhoif.
Di sini dikatakan ada malaikat yang berkumpul waktu itu, karena tidak disebutkan riwayatnya berapa jumlahnya minimal kita katakan saja ada. Beginilah metode ahlu sunnah waljama’ah menanggapi masalah-masalah aqidah, mereka sangat konsisten terutama tidak mengatakan sesuatu kecuali dalilnya jelas. Namun dalam riwayat Imam Tirmidzi dan dalam sebagian riwayat bahwa ada dua nama yang disebutkan di antara mereka-mereka itu, yaitu malaikat Jibril dan Mikail, dan ini dua malaikat yang paling afdhol. Dan hadits ini dihasankan oleh sebagian ulama kita. Dalam riwayat Bukhari tidak disebutkan, tapi riwayat Attirmidzi membantu kita untuk memahaminya bahwa dua di antaranya adalah mereka-mereka itu. Apakah cuma dua saja? Sebagian ulama kita menyatakan bukan cuma dua, dan bersama mereka masing-masing teman, tapi tidak disebutkan. Dan dalam riwayat itu dikatakan bahwa malaikat Jibril berada di bagian kepala dan malaikat Mikail di bagian kaki beliau.
Mereka datang mendekati Nabi sallallahualaihi wasallam dan waktu itu beliau sedang tidur, dan ini adalah salah satu makna firman Allah:
إنما انا بشر مثلكم
“Saya adalah manusia biasa sama seperti kalian”.
Artinya saya mengalami apa yang dialami oleh manusia, butuh makan, minum, tidur dan semacamnya. Makanya kaum muslimin tidak memperlakukan Nabinya sama seperti Nashrani yang menjadikan nabi sebagai Tuhannya, dan juga kita tidak sama seperti kaum Yahudi yang kurang ajar terhadap nabinya, karena mereka mengatakan kita sama-sama manusia, maka mereka bersifat kurag ajar terhadap nabinya. Bagi kita nabi adalah seorang manusia biasa yang diberikan wahyu kepadanya. yang membedakan kita dengan Nabi sallallahu alaihi wasallam adalah karena beliau diberikan wahyu. Dan inilah yang membuat kita menempatkan beliau di atas dari manusia-manusia yang lainnya. Karena beliau memang bukan Tuhan dan tidak boleh kita pertuhankan, sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Nashrani, dan juga tidak menyamakan beliau dengan manusia-manusia yang lain, sehingga kita tidak memperlakukan beliau sama dengan yang lain. Kita sangat hormat kepada beliau, bershalawat kepadanya, mengagungkan sunnahnya. Karena
يوحي إلي
“ Diwahyukan kepadaku”.
Jadi Nabi kita Muhammad sallallahualaihiwasallam adalah manusia biasa yang butuh istirahat, maka dari itu, ini adalah salah satu hikmah Allah kenapa kita juga dituntut untuk melakukan apa yang beliau lakukan. Mungkin kita mengatakan, “Saya kan tidak kuat ibadah, Nabi Muhammad kuat ibadah.” Dari sisi ini beliau juga manusia biasa yang butuh istirahat, tapi ketika beliau mempersedikit atau meminalisir tidurnya, bagi kita juga bisa untuk melakukan hal yang seperti itu. Dan ini salah satu hikmah mengapa Allah mengutus manusia biasa bukan malaikat, untuk kita tidak beralasan untuk mengatakan saya tidak bisa ikut. Kita bisa mengikuti tapi persoalannya apakah kita mau atau tidak.
فقال بعضهم
“Sebagian malaikat mengatakan”
Mereka berdiskusi satu sama lain, mereka tidak membangunkan beliau sallallahu alaihi wasallam. Sebenarnya mereka ingin menyampaikan sesuatu kepada Nabi sallallahu alaihi wasallam, tapi mereka terlebih dahulu berdiskusi bagaimana cara menyampaikannya, apakah kita bangunkan atau dengan cara yang lain. Sebagian malaikat mengatakan ia sedang tidur, sebagian mengatakan “matanya memang tertidur dan hatinya tetap terjaga”. Dari sisi ini ada sedikit perbedaan antara kita dengan beliau. Dalam hadits dikatakan:
تنام عيني ولا ينام قلبي
“Mataku tidur tapi hatiku tidak tidur”
Sehingga Nabi kita kadang tidur bahkan ngorok lalu ketika terjaga beliau bangun dan langsung shalat tanpa berwudhu terlebih dahulu. Dan ini tidak dikiaskan dengan kita, yang kadang tidur bahkan ngorok, lalu kemudian terjaga dan shalat tanpa mengulangi wudhunya terlebih dahulu. Inilah salah satu perbedaan nabi kita dengan yang lainnya.
إن العين نائمة و القلب يقظان
“Sesungguhnya mata tertidur dan hati tetap terjaga”
Beliau meskipun mata beliau tidur tapi hatinya tetap terjaga, artinya beliau tetap bisa mengetahui apa yang terjadi di sekitar beliau.
Mereka mengatakan:
إن لصاحبكم هذا مثلا
“Ada permisalan tentang sahabat kalian ini”
Mereka mengatakan sampaikan kepadanya permisalan tersebut.
فقال بعضهم انه نائم
“Sesungguhnya ia sedang tidur”
وقال بعضهم إن العين نائمة والقلب يقظان
“Dan sebagiannya berkata sesungguhnya mata tertidur tapi hatinya tetap terjaga”
Dan ada juga yang mengatakan, “Bagaimana kita menyampaikannya, sementara beliau sedang tidur.” Sebagian mengatakan, ”Sampaikan saja, karena matanya memang tertidur tapi hatinya tetap terjaga, ia bisa menangkap apa yang engkau sampaikan”. Untuk dasar itu, mereka memutuskan untuk disampaikan saja permisalan itu. Ini menunjukkan bahwa permisalan bagian dari syari’at. Dalam al-Qur’an banyak disebutkan permisalan dan begitupun dalam hadits Nabi shallallahu alihi wasallam. Dalam Alquran misalnya:
مثلهم كمثل……
وضرب الله مثلا……
Permisalan dalam Alquran sebagian ulama telah mengumpulkan amtsaal Alquran, imam Ibnu Qayyim rahimahullahu Ta’ala punya kitab yang namanya Amtsaalu Alquran dan beliau juga punya kitab Aqsaamu Alquran (sumpah-sumpah dalam Alquran). Permisalan dalam Alquran sebagaimana yang dikatakan oleh Allah ,
وتلك الأمثال نضربها للناس وما يعقلها إلا العالمون
“Demikianlah kami berikan permisalan-permisalan kepada manusia, yang tidak diketahui kecuali oleh orang-orang yang alim”.
Dan ini di antara keutamaan ulama, karena mereka bisa menangkap permisalan yang Allah sebutkan dalam Alquran. Dan dalam hadits juga banyak sekali permisalan. Sudah ada dirosah dan juga sudah ada yang menulis penelitian tentang permisalan-permisalan yang ada dalam hadits-hadits Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Seperti permisalan,
“Orang yang bersabar dalam agama bagaikan orang yang memegang bara api”
Ini dihasankan oleh beberapa ulama kita. Dan juga permisalan amar ma’ruf nahi mungkar seperti orang yang naik perahu, dan seterusnya. Itu tidak seharusnya berlalu begitu saja, tapi kita dituntut untuk memahaminya, sebagaimana juga yang pantas untuk kita mengambil pelajaran yaitu kisah-kisah yang ada dalam Alquran, yang Allah katakan.
لقد كانت فى قصصهم عبرة لأولألباب
Kisah-kisah dalam Alquran itu cocok untuk diambil pelajaran, permisalan diambil pemahaman. Coba kita latih akal kita untuk bisa melatih permisalam-permisalan dalam Alquran. Adapun kisah disebutkan untuk kita mengambil pelajaran, semua adalah ilmu yang perlu untuk dikaji terus.
Sekarang mari kita lihat satu permisalan yang disebutkan dalam hadits ini, bagaimana dipermisalkan Nabi kita dan bagaimana permisalan Nabi dengan umatnya, entah umat istijabah atau dakwiyyah. Para malaikat mengatakan “ibaratnya seperti seseorang yang membangun rumah dan membuat dalam rumah tersebut (ma’dubah) مأدبة dan boleh juga dibaca مأدبة (ma’dabah) artinya perjamuan makan, sama dengan walimah. Dan sebaian ulama mengatakan perjamuan makan yang benar adalah ma’dubah saja bukan ma’dabah. Adapun ma’dabah itu adalah adab-adab yang diperintahkan kepada hamba-hambanya, berarti ma’dabah mashdar mimi dari al-adab, adapun ma’dabah untuk ajakan makan. Misalnya ada yang ingin membuat syukuran ia mengatakan kemarilah wahai ikhwah, kita menuju ke ma’dubah. Jadi setelah selesai rumahnya dibuatkan perjamuan dan tuan rumah ini tidak langsung memanggil orang tapi ia mengutus seseorang untuk memanggil manusia.
Dalam hadits dikatakan
فمن أجاب الداعي
Barangsiapa yang menjawab da’i tersebut konsekuensinya ia akan masuk rumah, dan kalau sudah masuk rumah dia akan makan dari hidangan yang sudah tersaji. Sebaliknya
ومن لم يجب الداعي
“Barangsiapa yang tidak menjawab undangan”
Barangsiapa yang tidak menjawab undangan dan tidak berminat datang ke acara tersebut, secara otomatis ia tidak masuk rumah dan tidak menikmati makanan yang tersedia. Mereka mengatakan أولواها (tafsirkan/jelaskan) tentang makna permisalan tersebut supaya ia bisa memahaminya. Dan ini sebagian diambil pelajaran dari ulama kita, tentang dibolehkannya meminta takwil mimpi, karena nabi kita di sini dalam keadaan dibuatkan permisalan. Di sisi lain beliau juga sedang tidur, seakan-akan beliau mendengarkan itu dalam keadaan tidur, kalau melihat sesuatu dalam keadaan tidur maka inilah yang dinamakan mimpi. Ini dijadikan dalil oleh sebagian ulama kita bahwa bolehnya takwil mimpi, karena dikatakan takwilkan permisalan tersebut. kalau beliau sementara tidur pada saat itu maka dikatakan takwilkan isi dan mimpi yang disaksikannya. Lalu malaikat mengatakan lagi bahwa beliau lagi tidur, lalu diingatkan kembali bahwa matanya memang tertidur tapi hatinya tetap terjaga, beliau tetap mengetahui apa yang kita katakan. Dijelaskan bahwa rumah itu adalah surga dan da’inya adalah Nabi Muhammad sallallahualaihiwasallam. Ada yang lebih rinci komponen-komponen yang tidak disebutkan di sini, yaitu tadi dikatakan bahwa seorang lelaki membangun rumah, berarti ada bangunan yang dibuat, bangunan ini ditafsirkan oleh ulama kita sebagai al-Islam dan pemiliknya adalah Allah, dan siapa yang memasuki bangunan atau Islam maka ia bisa menikmati buah dari masuk Islamnya yaitu masuk surga. Surga memang kadang diartikan dengan makanan, karena jannah artinya adalah kebun dan di dalam kebun banyak makanan, makanya di antara balasan-balasan ahlu surga yang sering disebutkan adalah makanan. Termasuk makanan–makanan ahlu neraka juga disebutkan yang tidak menggemukkan dan tidak pula mengenyangkan. Jadi makanan adalah kesenangan-kesenangan duniawi yang juga akan menjadi fasilitas-fasilitas di surga kelak dan jauh lebih baik dari apa yang didapatkan di dunia ini. Dan da’inya adalah nabi Muhammad sallallahualaih wasallam, dan yang memanggil sebenarnya adalah Allah:
و الله يدعو إلى دار السلام
“ Dan Allah mengajak kepada surga atau rumah keselamatan”.
Dan begitupun perjamuannya yang menyiapkan itu semua adalah Allah, tetapi Allah menjadikan medianya adalah Nabi Muhammad sallallhu alaihi wasallam, inilah perantaraan kita dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dialah yang mengajak kita untuk masuk ke dalam bangunan yaitu bangunan Islam. Dan barangsiapa yang tidak mau memasuki bangunan Islam, maka ia tidak bisa menikmati fasilitas dalam Islam dam fasilitas makanan yang ada dalam surga tersebut. Ini di antara dalil bahwa orang yang tidak masuk surga orang yang tidak mau menjawab dakwah Rasulullah, dan tidak mau masuk Islam, maka ia termasuk orang yang tidak masuk surga. Ini termasuk satu keniscayaan atau kepastian yang tidak boleh diragukan, bahwa siapa yang tidak mau menjawab dakwah Rasulullah sallalahu alaihi wasallam tidak akan bisa masuk dalam bangunan itu dan kapan ia tidak masuk, maka ia tidak akan bisa menikmati makanan yang ada di dalamnya atau di dalam surga tersebut. Bagaimanpun bagusnya orang tersebut, meskipun dikatakan dermawan, suka membantu maka ia tidak akan masuk surga kalau ia enggan untuk masuk Islam. Abdullah bin Jad’an dia adalah orang dermawannya Quraisy, suka membebaskan budak, menyantuni fakir miskin tapi ia mati dalam kesyirikannya. Kata Aisyah radiyallahuanha, “Abdullah bin Jad’an ya Rasulallah (bagaimana posisinya Abdullah bin Jad’an ya Rasulullah) orang dermawannya Qurais dan banyak sekali kebaikannya. Satu saja kekurangannya, tidak masuk Islam, apakah ia tidak bisa menikmati surga yang lebarnya selebar langit dan bumi. عرض artinya lebar dan luas bahasa arabnya سعة . Dalam tafsiran
وسارعوا إلى مغفرة من ربكم و جنة عرضها السماوات و الأرض
Kadang kita mengatakan, kasihan yang menemukan lampu tidak bisa masuk surga, atau yang menemukan telefon masa tidak bisa masuk surga. Rasulullah mengatakan, “Tidak mungkin ya Aisyah ia masuk surga karena ia tidak pernah tobat dan tidak pernah masuk Islam dan tidak pernah mengatakan ya Allah ampunilah dosa-dosaku di hari kebangkitan. Nikmat yang paling besar adalah nikmat Islam seandainya kita tidak memiliki apa-apa selain Islam, maka cukuplah itu menjadi kenikmatan untuk kita. makanya di sini dikatakan barang siapa yang menaati Rasulullah maka sungguh ia telah menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena yang mengajak sebenarnya adalah Allah bukan Muhammad. Kadang ada yang mengatakan aku tidak mau ikut Muhammad aku hanya mau ikut Allah. Allah mengatakan, ”Jika engkau cinta kepada Allah maka ikutilah aku (nabi Muhammad) maka Allah akan mencintaimu”.
Kita tidak bisa membuat aturan sendiri, “Aku cinta Allah dengan caraku sendiri”. Allah mengatakan kalau engkau mencintai-Ku maka ikutilah Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam. Biasa kita katakana, “Saya suka si fulan tapi saya tidak suka kalau orang lain yang mengajak saya, maka saya tidak ikuti. Nanti ia sendiri yang ajak baru saya mau.” Demikian itulah Allah mengutus Nabi-Nya dan itu yang mesti kita ikuti. Dan inilah bantahan bagi orang-orang yang memisahkan antara Al-quran dan Assunnah yang mengatakan kami ikut al-Qur’an dengan konsisten tapi kami ingkar pada sunnah, apalagi sunnah bagi kami yang bertentangan dengan al-Quran. ini tidak mungkin dan ini adalah suatu kemustahilan, dikatakan al-Quran bertentangan dengan assunnah atau assunnah bertentangan dengan al-Quran, dua-duanya tidak akan terjadi pertentangan.
و من عصى محمدا فقد عصى الله
“Barangsiapa yang mendurhakai Muhammad sungguh ia telah mendurhakai Allah”. Mengapa? Karena
محمد فرق بين الناس
“Dialah yang memilah antara manusia “.
Yaitu pemisah antara mukmin dan kafir. Dan hanya ada dua kemunkinan bagi yang menaati beliau, akan masuk surga yang mengikuti beliau dan yang mendurhakai beliau akan masuk neraka. Dan Alquran ini furqon pembeda antara yang haq dan yang batil.
انه لقول فصل
Fashl artinya pemisah antara haq dan bathil. Dan Alquran semuanya jelas dan ada memang yang syubhat, dan syubhat sebenarnya ada hukumnya, cuma kadang kita tidak tahu syubhat itu.
إن الحلال بين و إن الحرام بين و بينهما أمور مشتبهات
“Sesungguhnya yang halal itu jelas ddan yang haram juga jelas dan di antara keduanya ada hal-hal yang syubhat (tidak jelas hukumnya”
Sebenarnya ini ada hukumnya, entah halal atau haram. Cuma banyak manusia yang tidak tahu, tapi para ulama mengetahuinya. Cuma dalam posisi kita belum jelas, kita disuruh berhati-hati kalau belum tahu, padahal sebenarnya ada hukumnya dan hanya ulama-ulama yang mendalam ilmunya yang tahu itu. Wallahu ta’ala a’lam. (ahmad_nasing).
