(STIBA.ac.id) Namlea – Keinginan Wa Ode Jusnawati jika kelak berhasil menyelesaikan kuliahnya di STIBA Makassar adalah kembali ke kampung halamannya.  Namun, ternyata takdir gadis asal Desa Nanali Kecamatan Kepala Madan Kabupaten Buru Selatan ini berkata lain.  Ia justru ditugaskan di Kota Namlea Pulau Buru Maluku yang jaraknya lumayan jauh dari kampung halamannya.

Awalnya ia merasa berat menerima amanah tersebut. Alasannya karena ia tidak memiliki sanak saudara di daerah tersebut yang ia bisa menumpang sementara waktu selama masa tugas. Selain itu, daerah tersebut juga masih sangat asing bagi Wa Ode.

Dengan mengucap bismillah kemudian dengan bermodal keberanian dan ilmu yang telah ia dapatkan selama kuliah di STIBA dulu, akhirnya amanah tersebut ia terima.

“Iya,” jawabnya ketika ditanya tentang  kesiapannya untuk diutus.

Di lokasi dakwahnya, ia menjadi pembina Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an Al-Anshar Desa Jikumerasa. Jarak antara tempat tinggalnya di pusat dakwah Kota Namlea dengan pondok tahfizh ini sekitar 26 km. Jarak sejauh itu harus ditempuhnya dengan menggunakan angkutan umum yang sangat terbatas. Angkutan umum di daerah tersebut hanya beroperasi dari pagi sampai pukul 11.00 siang. Itupun kadang Wa Ode harus menunggu sampai berjam-jam. Di atas jam tersebut sangat sulit untuk mendapatkan kendaraan.

Tak jarang Wa Ode berpikir untuk menyerah dan mundur dari jalan dakwah ini. Pulang ke kampung halaman dan berkumpul bersama sanak saudaranya. Namun karena kecintaannya terhadap umat khususnya masyarakat yang telah lama ia bina, ia kembali mengurungkan niatnya.

Terbatasnya dai maupun daiyah di daerah tempat pengutusannya, mendorongnya untuk kembali bangkit dan tetap bertahan dengan segala keterbatasan yang ada.

Loading

Tinggalkan Balasan