(STIBA.ac.id) Makassar – Ketua Senat Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab (STIBA) Makassar, Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D., menyampaikan kesan positif selama mengikuti kegiatan Persidangan Majelis Ilmuwan Nusantara di Malaysia.
Dalam voice note yang dikirimkan ke redaksi, Ustaz Muhammad Yusran Anshar menjelaskan bahwa persidangan tersebut berhasil menghimpun para ustaz dan dai, atau dalam istilah Malaysia dikenal sebagai “ilmuwan nusantara” se-Asia Tenggara. Meskipun dari Filipina dan Singapura absen, persidangan ini telah memberikan kesempatan kepada Ustaz Yusran untuk lebih dekat dengan para dai yang selama ini fokus pada pengembangan dakwah manhaj dan akidah ahlusunah waljamaah yang sesuai dengan pemahaman salaf atau dikenal dengan ahlul hadis.
Baca juga:
Pendaftaran Mahasiswa Baru STIBA Makassar Sudah Dibuka, Panitia Spill Syarat-Syaratnya: Berani Baca?
Secara umum, Ustaz Muhammad Yusran Anshar menyampaikan rasa syukur atas kegiatan tersebut, ia mengucapkan terima kasih kepada pihak penyelenggara dari Perlis yang telah memberikan pelayanan terbaik sejak awal kedatangan, transportasi, akomodasi, hingga sambutan hangat dari pihak Perlis, termasuk Raja, Mufti, dan masyarakat secara umum.
Ustaz Muhammad Yusran Anshar dan Ustaz Rahmat Abdul Rahman ketika menyampaikan tausiah Magrib di Masjid Alwi, Kangar bersama delapan tokoh lainnya.
Menyinggung poin penting dari persidangan ini, Ustaz Muhammad Yusran Anshar menyoroti Perlis sebagai satu-satunya negara bagian di Malaysia yang tegas dalam mendakwahkah manhaj ahlusunah waljamaah namun terkadang dituding sebagai pemahaman wahabi. Dalam hal ini, Perlis agak berbeda dengan negara-negara bagian lain di Malaysia yang umumnya mengikuti Mazhab Syafii secara fikih dan berpemahaman Asyairah dalam akidah.
“Adapun Perlis sendiri menegaskan bahwa mereka berakidah salaf dalam masalah akidah, termasuk asma’ wasifat. Juga dalam masalah mazhab, mereka tidak terikat, mereka mengikuti seluruh mazhab yang empat dan tidak terikat pada mazhab tertentu, dengan tetap menghormati perbedaan dalam masalah fikih tentunya,” ungkap Ustaz Yusran.
Lebih lanjut, Mantan Ketua STIBA Makassar dua periode ini juga mengatakan bahwa Perlis berinisiatif untuk mengundang sejumlah ulama dan ilmuan dari negara-negara ASEAN untuk mendukung pemahaman mereka. Namun, mereka juga berusaha merumuskan pendekatan yang tepat terhadap mereka yang mendakwahkan ahlusunah waljamaah namun memiliki perbedaan pendapat, terutama dalam masalah asma wasifat, seperti kaum Asyairah dan Maturidiyah.
“Perlis berusaha untuk mendekati mereka dengan tetap memegang prinsip-prinsip keyakinan dalam masalah akidah dan manhaj,” ujarnya.
Kemudian, Ustaz Yusran juga membeberkan bahwa Mufti Perlis Profesor Dato’ Arif Perkasa Dr. Mohd. Asri bin Zainul Abidin menekankan bahwa peserta yang hadir dalam pertemuan ini adalah anggota tetap Majelis Ilmuwan Nusantara. Dalam pertemuan-pertemuan berikutnya mereka tidak dapat diwakili kecuali dalam keadaan darurat yang ditunjuk oleh pihak Perlis.
Sebagai perwakilan STIBA Makassar, Ustaz Yusran menyampaikan relevansi kegiatan ini dengan pendidikan Islam di STIBA Makassar.
“Kita juga tentunya di STIBA, atau di Wahdah secara umum, menyuarakan ahlusunah waljamaah dengan manhaj yang pertengahan. Maka semangat ini untuk bisa menyatukan umat, dan tetap melakukan pendekatan kepada saudara-saudara kita yang mungkin punya pemahaman yang agak berbeda dengan kita, walaupun secara umum semuanya ber-intisab kepada ahlusunah waljamaah,” ungkap Ustaz Yusran.
Hal ini, menurut Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah tersebut akan membantu STIBA dalam strategi dakwahnya. Bagaimana mendekati dan bisa menyatukan kekuatan umat utamanya dalam menghadapi musuh-musuh yang lebih nyata dan lebih besar seperti kaum kuffar, orang-orang berpemahaman liberal, sekuler, Syiah, dan mereka yang sudah jelas-jelas menyimpang dari akidah dan manhaj.
“Jadi kalau dalam konteks pembangunan pendidikan, sebagian resolusi atau keputusan ini bisa kita akomodir, kita terapkan dalam strategi kita ke depan dalam mengembangkan pendidikan di STIBA Makassar. Walaupun selama ini kita selalu menekankan masalah manhaj ini kepada mahasiswa, tapi kita juga perlu mengajarkan kepada mahasiswa kita dan pada dosen kita bagaimana muamalah dengan orang yang berbeda pemahaman, saudara-saudara kita yang juga menyebut sebagai ahlusunah waljamaah, tapi mungkin ada beberapa perbedaan kita dalam masalah-masalah fikih dan juga sebagian masalah-masalah furuk akidah,” urainya lebih lanjut.
Selain itu, Ustaz Yusran memberikan pesan khusus kepada civitas akademika STIBA Makassar, mengungkapkan rasa syukur karena STIBA Makassar menjadi salah satu peserta dalam pertemuan ini. Ia menegaskan bahwa kepercayaan ini menjadi tantangan bagi STIBA Makassar untuk lebih meningkatkan kualitas dan kompetensi dosen serta mahasiswa, serta bisa menjaga kepercayaan ini dengan sebaik-baiknya.
