(STIBA.ac.id) Makassar – Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar resmi membuka Program Studi Ilmu Hadis untuk tingkat Sarjana, setelah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Agama. Lahirnya Prodi Ilmu Hadis tidak lepas dari peran penting Senat STIBA Makassar dalam proses pendirian prodi tersebut.
Dalam wawancara eksklusif dengan Ketua Senat STIBA Makassar, Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D., ia menjelaskan peran dan pertimbangan senat dalam proses tersebut.
“Sesuai dengan Statuta STIBA Makassar, salah satu wewenang penting Senat adalah memberikan pertimbangan kepada pimpinan perguruan tinggi terkait pembukaan dan penutupan program studi. Senat sangat bertanggung jawab dalam merekomendasikan pembukaan prodi baru, termasuk prodi Ilmu Hadis,” ujar Ustaz Yusran.
Ustaz Yusran menambahkan bahwa pertimbangan Senat STIBA Makassar didasarkan pada kedudukan penting hadis dalam Islam dan kompetensi dosen-dosen yang berkualifikasi tinggi dalam bidang tersebut.
“Hadis merupakan salah satu sumber ajaran Islam yang perlu dipelajari secara mendalam, terutama mengingat tantangan dan syubhat yang sering muncul terkait dengan kedudukan hadis. Dosen-dosen kami memiliki latar belakang pendidikan dari berbagai institusi ternama di luar negeri, seperti Universitas Islam Madinah, Riyadh, Pakistan dan lainnya, sehingga kami yakin akan standar mutu yang tinggi,” jelasnya.
Dalam memastikan standar mutu prodi Ilmu Hadis, Ustaz Yusran menyebut bahwa kurikulum yang akan diterapkan telah dirancang dengan cermat, dengan mempertimbangkan kompetensi dosen dan kebutuhan umat Islam dalam memahami hadis secara lebih mendalam.
“Harapan Senat terhadap Program Studi Ilmu Hadis di masa depan adalah agar menjadi pusat dan acuan bagi mereka yang ingin mendalami ilmu hadis secara formal, baik sebagai mahasiswa di program studi hadis maupun dalam bentuk kerja sama dengan pihak eksternal,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ustaz Yusran menyatakan harapannya agar lebih banyak orang yang dapat mengambil manfaat dari program studi ini, termasuk dari dakwah dan penyebaran ilmu melalui jurnal ilmu hadis, seperti Jurnal Jawami Al-Kalim yang sudah ada.
“Melalui upaya yang dilakukan oleh para dosen dan mahasiswa ilmu hadis, baik melalui media sosial maupun media lainnya, Senat berharap agar tidak hanya ilmu yang dibagikan, tetapi juga menjadi teladan dalam mengamalkan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, diharapkan sunah-sunah Nabi dapat kembali dihidupkan di tengah umat Islam, dan umat akan kembali merasakan kebesaran dan kejayaannya,” pungkas doktor hadis sekaligus dosen hadis di STIBA Makassar tersebut.
