Kategori: Feature

  • Serial Alumni Putri: Perjuangan Dakwah di Pulau Seribu Masjid

    Serial Alumni Putri: Perjuangan Dakwah di Pulau Seribu Masjid

    (STIBA.ac.id) Mataram – Menjadi seorang dai wanita yang berjuang demi kemuliaan Islam  tentu tidak mudah. Siapapun pasti mengalami yang namanya tantangan. Begitu halnya yang dialami Nuraeni, S.H., alumni STIBA Makassar tahun 2012. Sejak diutus berdakwah bersama suami, Syuaib Ahmad, sekitar tahun 2014 sampai sekarang, berbagai cobaan silih berganti mereka hadapi.

    Nuraeni didampingi sang suami ditugaskan di daerah yang masih asing bagi mereka berdua. Karakter masyarakat, budaya, dan bahasanya juga berbeda dengan mereka.

    Ketika berangkat dari Makassar menuju Mataram, Nuraeni dalam keadaan mengandung anak pertama. Saat itu janinnya sudah memasuki usia tujuh bulan. Tidak mudah memang, apalagi di sana  mereka tidak memiliki kerabat dan belum punya gambaran tentang kondisi lokasi yang dituju. Tapi keyakinan mereka bahwa Allah pasti menolong para penolong agama-Nya menguatkan tekad mereka untuk tetap berangkat.

    Awal tiba di Mataram, Nuraeni bersama suami tinggal di sebuah kos-kosan milik salah seorang ustaz yang telah lama tinggal di sana. Dua hari di sana, mereka mulai bersosialisasi mempelajari lingkungan sekitar agar bisa menyusun strategi dakwah yang akan mereka terapkan.

    Ternyata di lokasi tersebut tidak mudah bagi mereka memulai dakwah. Pada umumnya warga sekitar sudah punya pengajian rutin, ditambah lagi adanya unsur fanatisme kesukuan. Nuraeni ingin memulai dari mengajar  anak-anak mengaji, tapi ternyata anak-anak di sana sudah punya guru mengaji. Lingkungan mereka bahkan dikelilingi oleh rumah-rumah guru mengaji.

    Akhirnya mereka berinisiatif untuk mengajarkan anak-anak apa yang tidak mereka dapatkan di tempat mengaji mereka, yaitu bahasa Arab.  Nuraeni dan suaminya pun membuat les privat gratis untuk membantu anak-anak dalam menyelesaikan pelajaran sekolah yang sulit bagi mereka. Hal ini mereka lakukan untuk menarik perhatian warga sekitar dan memberikan citra positif bagi masyarakat.

    Setengah bulan berlalu. Dakwah yang mereka rintis belum mendapat cukup respons dari masyarakat sekitar. Rupanya warga sekitar masih sulit menerima pendatang baru. Mereka pun berpikir untuk mencari mad’u di wilayah lain.

    Akhirnya mereka mendapatkan satu kampung yang berbeda dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Jaraknya sekitar 2-3 km. Di sana Nuraeni mengajar sekitar sepuluh orang ibu rumah tangga. Jarak antara tempat tinggalnya dengan lokasi mengajarnya ia tempuh sehari-hari dengan berjalan kaki pulang pergi. Sesekali pulangnya diantar dengan sepeda motor oleh salah seorang ibu peserta majelis taklim binaannya.

    Waktu terus berlalu. Satu persatu peserta pengajiannya mulai berguguran dengan beberapa alasan klasik. Dari sepuluh yang ia bina akhirnya hanya menyisakan tiga orang yang mampu bertahan.

    Pascamelahirkan Putra Pertama

    Di tengah beratnya perjuangan dakwah yang ia alami, alhamdulillah, Allah menganugerahkan bagi mereka seorang momongan. Tepat pada hari ke-9 pascamelahirkan, mereka pindah tempat tinggal di sebuah kontrakan yang lokasinya cukup stategis. Di sana mereka kembali merintis dakwah yang baru.

    Ramadan pun datang. Bersama suami, Nuraeni membuka pendaftaran untuk program menghafal Al-Qur’an di bulan Ramadan. Dua hari mereka gunakan untuk menyebar pamflet seadanya. Alhamdulillah, 25 orang dari kalangan mahasiswa dan pelajar mendaftarkan diri untuk mengikuti program Ramadan tersebut. Setelah Ramadan, mereka follow up dengan kegiatan menghafal lanjutan.

    Di lokasi baru tersebut mereka memanfaatkan musala sebagai rumah tahfiz dan mereka beri nama Ibnu Abbas. Di Rumah Tahfizh Ibnu Abbas tersebut mereka menjalankan beberapa program kegiatan, seperti tahfizh weekend, tahfizh anak, TKA-TPA, dan belajar mengaji dasar bagi pemula (Dirosa) yang diselipkan juga dengan materi ilmu syariat (tarbiah).

    Saatnya Dakwah Mulai Diterima

    Waktu terus berjalan sampai dakwah mereka pun terus membuahkan hasil. Tapi hal itu tidak berarti semua berjalan sesuai rencana. Di sana masih banyak yang tidak menyukai dakwah mereka. Tapi Nuraeni dan Ahmad pantang untuk menyerah. Mereka memilih fokus untuk memperbaiki kualitas dakwah mereka.

    Mereka yakin, suatu saat nanti, cepat atau lambat masyarakat yang saat itu masih kontra akan melirik dakwah mereka. Dan betul saja, banyak dari mereka akhirnya menyerahkan anak-anak mereka untuk dibina oleh Nuraeni karena melihat kualitas yang lebih unggul dibanding tempat lain. Walaupun mereka juga belum sepenuhnya loyal kepada Nuraeni karena adanya ta’assub kepada tempat mereka belajar sebelumnya.

    “Waktu terus berjalan, dan alhamdulillah kami pun bisa melahirkan putra-putri daerah yang bisa berjuang bersama kami. Walaupun jumlahnya masih terbilang sangat sedikit dari apa yang kami harapkan,” ujar Nuraeni yang berhasil meraih gelar Sarjana Hukum (S.H.) di STIBA Makassar setelah mengikuti Wisuda I tahun 2017.

    Ke depannya, Nuraini berharap agar semakin banyak lahir putra-putri daerah yang memiliki jiwa militan yang bisa berjuang bersama dengannya untuk menegakkan agama Islam di muka bumi, khususnya di Kota Mataram.

  • Tim KKN Mahasiswi Bantu Penyintas Gempa Sulbar kembali ke Rumah

    Tim KKN Mahasiswi Bantu Penyintas Gempa Sulbar kembali ke Rumah

    (STIBA.ac.id) Majene – Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar mengutus sepuluh mahasisiwinya untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kemanusiaan di Sulawesi Barat, tepatnya di Kecamatan Malunda Kabupaten Majene. Tim KKN Kemanusiaan diutus untuk membantu relawan yang sudah berada di daerah terdampak gempa sejak bulan Januari lalu. Di samping itu, juga sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat.

    Dari sepuluh mahasiswi yang diutus ke Sulawesi Barat, ada lima mahasiswi yang ditempatkan di Desa Lombang Kecamatan Malunda.

    Masyarakat di desa ini, turut terdampak gempa dahsyat yang menghancurkan beberapa bangunan di Sulbar Januari lalu. Warga dusun ini terpaksa harus mengungsi ke perbukitan karena khawatir adanya gempa susulan. Sementara keadaan rumah yang rusak parah akibat gempa juga tidak layak huni. 

    Tercatat lebih dari 30 keluarga mengungsi dan yang lainnya tetap berada di rumah karena keadaan rumah yang masih memungkinkan untuk tempat tinggal.

    Pada tanggal 8 Maret 2021, Tim KKN Kemanusiaan STIBA Makassar mengadakan bakti sosial di Dusun Takapa. Tim KKN Kemanusiaan STIBA Makassar bergotong royong membantu masyarakat berbenah dari tempat pengungsian ke rumah masing-masing. Meskipun rumah masyarakat terbilang belum layak huni dan rasa trauma masih belum hilang, namun masyarakat bersepakat untuk mulai berbenah setelah sebulan lebih tinggal di tempat pengungsian.

  • PPM Gelar Pelatihan Penyusunan LED dan LKPT

    PPM Gelar Pelatihan Penyusunan LED dan LKPT

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Dalam rangka persiapan menuju reakreditasi institusi Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar, PPM (Pusat Penjaminan Mutu) STIBA Makassar mengadakan pelatihan penyusunan LED (Lembar Evaluasi Diri) dan LKPT (Lembar Kinerja Perguruan Tinggi).  Pelatihan yang dilaksanakan pada tanggal 6-7 Maret 2021 ini, menghadirkan Ketua Lembaga Penjaminan Mutu Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Bapak Hari Prasetyo, Ph.D., sebagai pemateri. 

    Bertempat di Rumah Makan Wong Solo, Jalan Sultan Alauddin No. 226 Makassar,  pelatihan tersebut diikuti oleh pengurus inti PPM Makassar dan Bagian Akademik yang diwakili oleh Wakil Ketua Bidang I, Dr. Kasman Bakry, dan Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab, Saifullah Anshar, Lc.,M.H.I. Kegiatan dibuka secara langsung oleh Ketua STIBA Makassar, Ahmad Hanafi, Ph.D.

    Dalam sambutannya, ketua STIBA Makassar berharap kegiatan ini dapat memperkuat persiapan re-akreditasi institusi yang rencananya akan dilaksanakan tahun 2022, sekaligus memantapkan persiapan re-akreditasi Prodi PM tahun 2023 mendatang.

    Pelatihan dilaksanankan semi online, di mana pemateri memaparkan materinya melalui aplikasi zoom langsung dari Kota Solo, sedangkan peserta berada dalam satu ruangan dengan tetap menjalankan protokol kesehatan. Sebagai bentuk tindak lanjut dari kegiatan tersebut, PPM segera melengkapi kepanitian persiapan re-akreditasi Institusi STIBA Makassar. 

    Reporter: Askar F.

  • Eratkan Kerja Sama, STIBA-WIZ Tanda Tangani MoU

    Eratkan Kerja Sama, STIBA-WIZ Tanda Tangani MoU

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Ketua STIBA Makassar Ustaz Ahmad Hanafi, Lc., M.A., Ph.D. didampingi Wakil Ketua IV Bidang Kerja Sama Ustaz Ahmad Syaripudin, S.Pd.I., M.Pd.I. beserta Tim Donasi STIBA menerima kunjungan silaturahmi pimpinan Wahdah Inspirasi Zakat (WIZ),  Jumat (05/03/2021). Dalam lawatannya, Direktur WIZ Syahruddin C. Asho didampingi Anas Abdul Karim (Marketing Communication), Zainal Lamu (Corporate Secretary), dan Saiful (Direktur Operasional).

    Silaturahmi kedua lembaga ini dalam rangka penandatanganan MoU antara kedua belah pihak. Nota Kesepahaman tersebut meliputi program kerja sama baik dari segi sumber daya insani ataupun dari sisi tata kelola zakat, infak, dan sedekah.

    STIBA Makassar selaku Pihak Kesatu berhak mendapatkan bantuan beasiswa dan bantuan lainnya yang akan ditujukan bagi mahasiswa dan dosen. Mekanisme bantuan akan diatur dalam aturan tersendiri. Secara berkala, STIBA akan melaporkan data dan penggunaan dana beasiswa tersebut kepada pihak WIZ.

    Kendati berada di bawah payung ormas yang sama yaitu Wahdah Islamiyah, pihak WIZ memberikan kebebasan bagi STIBA untuk mengelola zakat, infak, dan sedekah secara internal di bawah koordinasi Wahdah Inspirasi Zakat.

    Sementara pihak WIZ, di samping mendapat laporan penggunaan dana beasiswa juga akan mendapatkan bantuan sumber daya insani untuk mendukung program kerja Wahdah Inspirasi Zakat. WIZ juga mendapat ruang publikasi dan fundraising di setiap event yang dilaksanakan oleh pihak STIBA Makassar.

    Direktur WIZ Pusat Syahruddin C. Asho

    Usai penandatanganan MoU, direktur WIZ beserta jajarannya memberikan beberapa arahan bagi tim donasi STIBA Makassar terkait kiat-kiat mendapatkan donasi masyarakat.

  • Serial Alumni Putri: Cintanya terhadap Umat Menghalanginya Mundur dari Medan Dakwah

    Serial Alumni Putri: Cintanya terhadap Umat Menghalanginya Mundur dari Medan Dakwah

    (STIBA.ac.id) Namlea – Keinginan Wa Ode Jusnawati jika kelak berhasil menyelesaikan kuliahnya di STIBA Makassar adalah kembali ke kampung halamannya.  Namun, ternyata takdir gadis asal Desa Nanali Kecamatan Kepala Madan Kabupaten Buru Selatan ini berkata lain.  Ia justru ditugaskan di Kota Namlea Pulau Buru Maluku yang jaraknya lumayan jauh dari kampung halamannya.

    Awalnya ia merasa berat menerima amanah tersebut. Alasannya karena ia tidak memiliki sanak saudara di daerah tersebut yang ia bisa menumpang sementara waktu selama masa tugas. Selain itu, daerah tersebut juga masih sangat asing bagi Wa Ode.

    Dengan mengucap bismillah kemudian dengan bermodal keberanian dan ilmu yang telah ia dapatkan selama kuliah di STIBA dulu, akhirnya amanah tersebut ia terima.

    “Iya,” jawabnya ketika ditanya tentang  kesiapannya untuk diutus.

    Di lokasi dakwahnya, ia menjadi pembina Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an Al-Anshar Desa Jikumerasa. Jarak antara tempat tinggalnya di pusat dakwah Kota Namlea dengan pondok tahfizh ini sekitar 26 km. Jarak sejauh itu harus ditempuhnya dengan menggunakan angkutan umum yang sangat terbatas. Angkutan umum di daerah tersebut hanya beroperasi dari pagi sampai pukul 11.00 siang. Itupun kadang Wa Ode harus menunggu sampai berjam-jam. Di atas jam tersebut sangat sulit untuk mendapatkan kendaraan.

    Tak jarang Wa Ode berpikir untuk menyerah dan mundur dari jalan dakwah ini. Pulang ke kampung halaman dan berkumpul bersama sanak saudaranya. Namun karena kecintaannya terhadap umat khususnya masyarakat yang telah lama ia bina, ia kembali mengurungkan niatnya.

    Terbatasnya dai maupun daiyah di daerah tempat pengutusannya, mendorongnya untuk kembali bangkit dan tetap bertahan dengan segala keterbatasan yang ada.

  • Perkenalkan STIBA kepada Siswa-Siswa Sekolah, Mahasiswa KKN Adakan Seminar Virtual Bahasa Arab

    Perkenalkan STIBA kepada Siswa-Siswa Sekolah, Mahasiswa KKN Adakan Seminar Virtual Bahasa Arab

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) IV STIBA Makassar yang berada di bawah bimbingan dosen Rahmat Badani, Lc., M.A. mengadakan Seminar Virtual Bahasa Arab Nasional. Tema yang diusung dalam kegiatan ini adalah “Menjadi Manusia Berperadaban dengan Belajar Bahasa Al-Qur’an”. Seminar yang dilaksanakan secara daring ini merupakan rangkaian dari program kerja KKN STIBA yang tahun ini dilakukan secara daring.

    Seminar ini ditujukan bagi siswa-siswa SMP-SMA se-Indonesia. Sebagian besar dari mereka merupakan binaan Himpunan Pelajar Muslim Indonesia (HILMI).

    Muhammad bin Muhammad Yusran selaku ketua panitia dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan ini terlaksana berkat kerja sama antara mahasiswa KKN STIBA Makassar dengan HILMI dan Panitia PMB STIBA Makassar. Acara ini juga dirangkaikan dengan sosalisasi Penerimaan Mahasiswa Baru STIBA Makassar.

    Seminar ini dibawakan oleh Ustaz Abdurrabbani Usman, Lc., M.A. Ia menjelaskan sejarah perkembangan bahasa Arab dan pengaruhnya terhadap Al-Qur’an. Kepada para siswa yang hadir dalam seminar ini, Ustaz Abdurrabbani menyarankan agar kelak melanjutkan pendidikannya di institusi pendidikan yang mengajarkan bahasa Arab.

    “Sudah banyak lembaga yang mengajarkan bahasa Arab dan Al-Qur’an, salah satunya adalah STIBA Makassar,” ungkapnya, Ahad, (7/3).

    Di sesi terakhir seminar, Kepala Bagian Penerimaan Mahasiswa Baru Ustaz Imran Yunus, Lc., M.H. melanjutkan dengan sosalisasi PMB. Hal ini mendapat respons positif dari peserta dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan.

    Kegiatan yang dilaksanakan di room Zoom dan Kanal Youtube STIBA TV ini dihadiri tidak kurang dari 250 peserta yang berasal dari berbagai sekolah di seluruh wilayah tanah air.

  • Departemen Diklat DEMA Gelar Pelatihan Penyelenggaraan Jenazah

    Departemen Diklat DEMA Gelar Pelatihan Penyelenggaraan Jenazah

    (STIBA.ac.id) Majene –  Departemen Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) DEMA STIBA Makassar  menyelenggarakan Pelatihan Penyelenggaraan Jenazah. Dalam acara yang berlangsung daring ini, panitia menghadirkan Ustaz Ir. Muhammad Musri sebagai narasumber.

    Tidak kurang dari 80 peserta yang terdiri dari mahasiswa STIBA Makassar menghadiri acara yang digelar pada Sabtu (06/03/21) tersebut.

    Dalam sambutannya, Ustaz Muhammad Ridwan S.Pd selaku pembina DEMA STIBA Makassar menjelaskan pentingnya diadakan pelatihan ini bagi pengemban dakwah.

    “Setelah kita mengetahui tata cara penyelenggaraan jenazah, kitalah yang harus tampil dalam setiap ada peluang (dakwah), karena di tengah-tengah masyarakat kita masih banyak hal yang tidak sesuai sunah dalam penyelenggaraan jenazah,” kata Ustaz Ridwan.

    Ustaz Muhammad Musri dalam pemamparan materinya terlebih dahulu menjelaskan hukum menyelenggaakan jenazah, yaitu fardu kifayah.

    “Apabila terjadi kematian di suatu tempat, maka wajib bagi orang Islam untuk mengurus jenazah tersebut. Jika tidak ada yang dapat mengurusnya maka seluruh masyarakat di tempat itu berdosa,” jelasnya.

    Ustaz Muhammad Musri yang juga merupakan Ketua Departemen Sosial DPP Wahdah Islamiyah itupun kemudian menjelaskan panjang lebar tentang kewajiban muslim terhadap jenazah yaitu memandikan, mengafani, menyalatkan dan menguburkan jenazahnya.

    Kegiatan ini diakhiri dengan tanya jawab bersama para peserta mengenai permasalahan-permasalahan yang sering dijumpai dalam penyelenggaraan jenazah.

    Reporter: Dandi Saputra

  • STIBA Makassar Utus 34 Mahasiswa KKN ke Lokasi Bencana Sulbar

    STIBA Makassar Utus 34 Mahasiswa KKN ke Lokasi Bencana Sulbar

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Kendati KKN STIBA Makassar tahun ini digelar secara daring karena pandemi Covid-19, STIBA tetap mengutus sebanyak 34 orang mahasiswa ke lokasi bencana Majene dan Mamuju. Langkah tersebut diambil mengingat kebutuhan dai di lokasi bencana yang sangat mendesak.

    Di Majene, sebanyak 24 mahasiswa disebar ke beberapa desa seperti Desa Salutahongan, Desa Lombang, Desa Lombang Timur, dan Desa Bambangan Kecamatan Malunda Kabupaten Majene. Dua desa di Kecamatan Ulumanda juga mendapat jatah mahasiswa yaitu Desa Kabiraan dan Desa Tandeallo. Sementara selebihnya mengisi pos-pos di Kabupaten Mamuju.

    Di samping 24 mahasiswa, tim KKN Kemanusiaan ini juga  menyertakan 10 orang mahasiswi. Sebanyak lima orang difokuskan membina di Desa Lombang dan lima lainnya secara bergiliran ditugaskan untuk mobile ke beberapa tempat.

    Tim KKN Kemanusiaan ini adalah program KKN khusus. Dilaksanakan sebagai bentuk tindak lanjut dari program kemanusian yang sebelumnya telah dilaksanakan oleh Tim Mapala STIBA bekerja sama dengan Wahdah Islamiyah sebagai ormas yang menaungi institusi STIBA Makassar.

    Penempatan ke-34 mahasiswa ini diharapkan bisa memberikan sumbangsi terbaik, melakukan pembinaan selama masa tugas. Tim KKN ini sudah berada di lokasi tugas tiga hari sebelum dilepas resmi oleh pemerintah daerah setempat di Kantor Camat Malunda, Senin (01/03/2021). Tujuan keberangkatan tim lebih awal adalah untuk mulai mengenal lokasi tugas dan melakukan pendekatan awal kepada masyarakat.

    Dosen Pembimbing Lapangan KKN Kemanusian STIBA Makassar Ustaz Syandri Syaban, Lc., M.A. menyampaikan bahwa dalam sejarah STIBA, ini adalah KKN pertama yang diberi nama KKN Kemanusian. “Meskipun sebelumnya pada bencana Palu Sulawesi Tengah, sebagian mahasiswa juga dilibatkan sebagai relawan pembinaan dan trauma healing. Tapi untuk tema ini adalah kali pertama diberi nama dengan KKN Kemanusiaan,” ujar Ustaz Syandri.

    Bupati Mamuju, Camat Malunda dan Camat Ulumanda menyambut baik tim KKN yang akan bertugas selama sebulan penuh di beberapa titik di posko pengungsian dan desa tersebut.

  • Tingkatkan Tridharma Perguruan Tinggi, STIBA-Ponpes Al-Haris Teken MoU

    Tingkatkan Tridharma Perguruan Tinggi, STIBA-Ponpes Al-Haris Teken MoU

    (STIBA.ac.id) Makassar – STIBA Makassar kembali menjalin kemitraan dengan institusi pendidikan keagamaan Islam. Kali ini, penawaran untuk bermitra datang dari Pondok Pesantren Al-Haris Makassar.

    Nota kesepahaman ini ditandatangani langsung oleh para pimpinan kedua belak pihak. Pihak Pertama oleh Ustaz Muh. Reski selaku kepala pondok, dan Pihak Kedua oleh Ustaz Ahmad Hanafi, Lc., M.A., Ph.D.  selaku Ketua STIBA Makassar.

    Dalam Nota Kesepahaman tersebut disebutkan bahwa Pihak Pertama yaitu Ponpes Al-Haris berhak mendapatkan dukungan  dan fasilitas untuk para siswanya yang melanjutkan pendidikan di STIBA Makassar.

    Sementara STIBA Makassar selaku Pihak Kedua berhak mendapat dukungan dan fasilitas dari Pondok Pesantren Al-Haris untuk kegiatan tridharma perguruan tinggi yang meliputi penelitian, pengajaran, dan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh STIBA Makassar.

  • Ustaz Kasman Wakili STIBA dalam Rakorwil XXIV Kopertais WIl. VIII

    Ustaz Kasman Wakili STIBA dalam Rakorwil XXIV Kopertais WIl. VIII

    (STIBA.ac.id) Makassar – Ustaz Dr. Kasman Bakri, M.H.I. mewakili STIBA Makassar dalam Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) XXIV Kopertais Wilayah VIII Sulawesi, Maluku, dan Papua. Acara yang dilaksanakan pada tanggal 25-26 Februari 2021 ini berlangsung di Hotel Sultan Alauddin Makassar ini diikuti sebanyak 67 PTKIS.

    Sebanyak 67 peserta yang mewakili PTKIS dalam wilayah Kopertais VIII dibagi dalam tiga komisi. Ustaz Kasman temasuk dalam anggota Komisi C yang khusus membahas tentang Bidang Ketenagaan dan Kelembagaan. Menurut Wakil Ketua I Bidang Akademik STIBA ini, sejak STIBA Makassar mengikuti Rakorwil Kopertais, baru kali ini ditunjuk sebagai anggota Komisi C. Sebelumnya, STIBA Makassar selalu tergabung pada Komisi A (Bidang Akademik) atau Komisi B (Bidang Keuangan).

    “Setelah kami konfirmasi kepada panitia, ternyata ini adalah bagian dari rolling anggota komisi,” ujar Ustaz Kasman.

    Acara ini dibuka oleh Koordinator Kopertais Wilayah VIII Prof. Drs. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D. dan ditutup oleh Wakil Koordinator Dr. K.H. Harun Hamzah Ar-Rasyid, M.A.

    Selaku pimpinan sidang pleno adalah Dr. Nur Taufik, M.A. yang merupakan Sekretaris Kopertais Wilayah VIII Sulam-Papua.

    Rakorwil kali ini menghasilkan keputusan-keputusan yang akan diterapkan pada seluruh PTKIS di bawah Kopertais Wilayah VIII selama satu tahun akademik ini.

    Dr. Kasman Bakry, M.H.I. bersama Wakor Kopertais Wil. VIII Dr. K.H. Harun Hamzah Ar-Rasyid, M.A.