Kategori: Feature

  • BEM Putri STIBA Adakan Silaturahmi Muslimah Akbar Dirangkaikan dengan Bakti Kesehatan

    BEM Putri STIBA Adakan Silaturahmi Muslimah Akbar Dirangkaikan dengan Bakti Kesehatan

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Silaturahmi Muslimah Akbar dirangkaikan dengna Bakti Kesehatan dengan tema “Muslimah yang Kuat lebih Dicintai Allah” menjadi acara penutup kegiatan BEM Putri STIBA Makassar Semester Ganjil ini. Acara yang diadakan oleh Departemen Kaderisasi dan Departemen Sosial ini bertujuan untuk mempererat ukhuwah Islamiyah.

    Hadir dalam kegiatan yang diadakan hari Ahad, 11 Rabiulakhir 1441 H (08/12/2019) di Aula Ummul Mu’minin Aisyah Radhiallahu ‘Anha Kampus Putri STIBA Makassar ini sebanyak 436 muslimah.

    Ustadzah Nuraeni Novira, Lc., S.Pd.I., M.Pd.I. menjadi narasumber kegitan ini. Dalam pemaparannya, ia mengatakan bahwa salah satu kriteria seorang hamba atau muslimah yang lebih dicintai oleh Allah adalah ketika ia menjadi mukminah yang kuat.

    “Dan kekuatan yang hakiki adalah ketika orang itu bisa menahan amarah atau hawa nafsunya,” ujar dosen STIBA Makassar tersebut.

    Ia juga menekankan pentingnya Alquran dalam mewujudkan muslimah yang kuat baik rohani dan jasmani, karena menurutnya, Alquran merupakan syifaan atau obat bagi keduanya.

    Acara Silaturahim Muslimah Akbar (SMA) ini dilanjutkan dengan kegiatan Bakti Kesehatan yang dilaksanakan di Gedung Qatar Charity lantai II. Dalam kegiatan Bakti Kesehatan ini, panitia menyediakan jasa pemeriksaan kolestrol, asam urat, gula darah, dan bekam gratis.

    Laporan: Tim Humas Putri

  • Bahasa Arab Bahasa Terbaik, Ustaz Yusran Ungkap Alasannya dalam Seminar Internasional

    Bahasa Arab Bahasa Terbaik, Ustaz Yusran Ungkap Alasannya dalam Seminar Internasional

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Di antara tanda kekuasaan Allah adalah menciptakan berbagai bahasa (QS. Ar-Ruum: 22). Sebagian pakar bahasa mengatakan jumlah bahasa pokok yang digunakan umat manusia sekarang ini tidak kurang dari 3.000 bahasa. Barangkali angka ini belum mencakup bahasa daerah karena di Indonesia saja sudah memiliki 652 bahasa daerah.

    Hal ini dikemukakan Ketua Senat STIBA Makassar, Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D. saat menjadi pembicara dalam Seminar Internasional Bahasa Arab yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Unismuh Makassar.

    Dalam seminar yang bertema Urgensi Mahabbah Bahasa Arab sebagai Sarana Komunikasi Global ini, Ustaz Yusran menegaskan keutamaan bahasa Arab. Bahkan mantan Ketua STIBA Makassar ini mengatakan bahwa bahasa Arab adalah bahasa termulia di muka bumi ini. Alasannya,  karena Allah memilihnya menjadi bahasa kitab suci yang paling mulia yaitu Alquran. Sementara  segala hal yang berkaitan dengan Alquran akan menjadi mulia.

    Ustaz Yusran membacakan firman Allah dalam Surah asy-Syu’ara: 192-195. Dalam ayat tersebut, Allah menyebutkan kemulian Alquran karena Allah yang menurunkannya, dibawa oleh Jibril malaikat termulia, kemudian diturunkan kepada Nabi yang paling mulia dan dengan bahasa Arab yang jelas.

    Ia juga mengutip pernyataan Imam Syafii, “Bahasa Arab adalah bahasa yang paling luas dan memiliki lafal yang terbanyak serta tidak seorang pun yang mampu menguasai seluruh cabang ilmunya secara sempurna kecuali Nabi shalllalllahu alaihi wasallam.” (Kitab ar-Risalah, halaman 34).

    Ustaz Yusran juga menukil ayat-ayat dalam Alquran yang menunjukkan bahwa Alquran diturunkan oleh Allah dalam bahasa Arab, di antaranya dalam QS. Yusuf: 2, Annahl: 103, Thaha: 103, Asysyuara: 192-195, Azzumar: 28, Fushshilat: 3, Asysyura: 7, dan Azzukhruf: 3.

    Ternyata Belajar Bahasa Arab Wajib, Ini Dalilnya

    Ustaz Yusran juga menyampaikan wajibnya mempelajari bahasa Arab dalam pemaparannya. Dalilnya ada dalam Alquran Surah Yusuf: 2, dan Surah  az-Zukhruf: 3. Dalam kedua ayat ini Allah menyebutkan bahwa Alquran diturunkan dalam bahasa Arab untuk dipahami.

    Umar bin Khattab radhiyallahu anhu berkata, “Pelajarilah bahasa Arab karena dia menguatkan akal dan menambah muruah.” (Syuabul Iman, 3/210) dan dalam riwayat lain beliau berkata, “Pelajarilah bahasa Arab, pengungkapan yang baik dan dalamilah agama.” (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 6:116).

    Sementara Ubay bin Kaab ra. mengatakan, “Pelajarilah bahasa Arab sebagaimana kalian berupaya menghafal Alquran.” (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 6:116)

    Mantan Ketua STIBA Makassar ini juga membawakan perkataan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah yang mengatakan, “Bahasa Arab adalah syiar Islam dan pemeluknya, bahasa adalah syiar paling utama bagi setiap umat yang membedakan mereka dengan lainnya. Oleh karena itu, kebanyakan fukaha mengatakan dimakruhkan berdoa dan zikir  dalam shalat selain bahasa Arab.” (Iqtidho ash-Shirat al-Mustaqim, 1: 519)

    Bahasa Arab, lanjut Ustaz Yusran, adalah bagian dari ad-Dien dan syiar yang harus disebarkan di tengah-tengah umat. Oleh karenanya kaum muslimin ketika mendakwahkan dan menyebarkan agama Islam mereka juga menyebarkan bahasa Arab di kaum tersebut.

    Contohnya adalah Mesir. Sebelum datangnya Islam, dulu penduduk Mesir berbahasa Qibti, namun ketika sahabat Amru bin Ash ra. menaklukkan negeri Mesir di tahun 21 H. ia pun menyebarkan bahasa Arab  disamping mengajarkan ajaran-ajaran Islam lainnya. Akhirnya, Mesir saat ini adalah salah satu pusat pengajaran dan peradaban bahasa Arab.

    Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah ini juga menyebutkan sejumlah keistimewaan bahasa Arab, di antaranya:

    • Lebih dari 1.000 kosa kata bahasa Arab diserap ke dalam bahasa Inggris dan sekitar 270 digunakan dalam bahasa sehari-hari.
    • Bahasa Arab terdiri dari 28 huruf tanpa pengulangan, sedangkan bahasa Inggris hanya terdiri dari 26 huruf dan itupun sebagiannya berulang.
    • Ada beberapa huruf dalam bahasa Arab yang tidak terdapat dalam bahasa manapun, seperti: الحاء (ح)، الخاء (خ)، الضاد (ض)، الطاء (ط)، الظاء (ظ)، العين (ع)، الغين (غ)، القاف (ق).
    • Kosa kata yang bersinonim dalam bahasa Arab juga sangat banyak, seperti sinonim kata singa sebanyak 400 kata, pedang 300 kata, ular 200-an kata, unta 255 kata, air 170 kata, khamar 100 kata, dan hujan 70-an kata.

    Pembahasan terakhir, Ustaz Yusran menjelaskan bahwa bahasa Arab itu mudah dipelajari. Pernyataannya didasarkan pada Surat Alqamar ayat 17, 22, 32 dan 40. Empat kali Allah menegaskan bahwa Alquran mudah dipelajari dan dihafalkan. Dengan demikian, bahasa Alquran juga mudah dipelajari dan difahami.

    Di antara bukti yang disebutkan Ustaz Yusran bahwa bahasa Arab mudah dipelajari adalah sebagian ahli tafsir bukan orang Arab, seperti Imam Thabari dan Imam Qurthubi. Demikian pula para penulis hadis Kutub Sittah yaitu Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasaai dan Ibnu Majah semuanya bukan asli Arab.

    Bahkan lebih dari itu, berapa banyak pakar bahasa Arab yang menjadi rujukan dunia justru bukan orang Arab, seperti Sibawaih, Ibnu Faris, Ibn Jinni, Zamaksyari, dan Ibnu Malik penulis Alfiyah.

    Sebagai penutup, Ustaz Muhammad Yusran menasihati dan memotivasi peserta khususnya para mahasiswa di Prodi PBA untuk semangat dan berbangga mempelajari bahasa Arab, karena hal tersebut merupakan bagian dari agama dan kemuliaan seorang muslim.

    “Biasakan bercakap bahasa Arab karena itu syiar Islam yang seharusnya kita bangga dengannya, dan jangan pernah merasa dan berkeyakinan bahwa bahasa Arab susah. Yang penting kita mau dan belajar dengan sungguh-sungguh dan tepat dalam metodenya,” pungkas Ustadz Yusran di Aula Perpustakaan Multimedia Unismuh Makassar.

    Acara yang dibuka secara resmi oleh Dekan PAI Unismuh Dr. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I., Rabu (18/12/2019) ini dihadiri oleh sejumlah unsur pimpinan dan dosen di Prodi PBA dan Fakultas PAI Unismuh beserta para mahasiswanya, mahasiswa luar Unismuh serta masyarakat umum.

    Selain Ustaz Yusran, pelaksana juga menghadirkan Mahmoud Mohammed Mousa Fallata (Pengajar Bahasa Arab di University of Africa Sudan) sebagai Keynote Speaker. Dan Muhammad Chair Hijaz, Lc., M.A. (Dosen Ma’had al-Birr) serta Syekh Dr. Ali Abu Safia (Lembaga Kebudayaan dan Pendidikan al-Quds) sebagai narasumber.

  • Narasumber Dialog MUI, Ustaz Yusran Bahas Cadar, Cingkrang, dan Radikalisme

    Narasumber Dialog MUI, Ustaz Yusran Bahas Cadar, Cingkrang, dan Radikalisme

    Reporter: Ihsan Dahri

    (STIBA.ac.id) Makassar – Majelis Ulama Indonesia kota Makassar bekerjasama dengan Kementerian Agama Kota Makassar menyelenggarakan Dialog Publik Refleksi Akhir Tahun, Sabtu, 24 Rabiulakhir 1441H (21/12/2019).
    Kegiatan yang bertema “Natal dan Tahun Baru dalam Persfektif Islam” dan “Cadar, Cingkrang dan Radikalisme” ini bertempat di Grand Celino Hotel Makassar.
    Dialog ini dihadiri unsur ulama dan kyai dari berbagai elemen ormas Islam dan mengundang empat narasumber. Di antaranya K.H. Muhammad Ahmad yang merupakan Ketua MUI Kota Makassar periode 2002-2012 dan Syamsu Rijal selaku Peneliti Litbang Depag sebagai narasumber pertama.
    Materi kedua dipaparkan oleh Dr. Muammar Bakri, Lc., M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar dan Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D. selaku Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah dan Ketua Senat STIBA Makassar.
    Dalam pemaparan materi kedua yang bertajuk “Cadar, Cingkrang dan Radikalisasi”, Ustaz Muhammad Yusran menegaskan bahwa agama Islam adalah agama yang tidak menolerir segala macam bentuk radikalisme.
    “Allah Azza Wajalla berfirman sebanyak dua kali dalam Alquran, “Laa taghluu fii diinikum” (Janganlah kalian melampaui batas dalam agama kalian). Begitupun Nabi shallallahu alaihi wassalam bersabda “Iyyakum wal ghuluw fid diin” (Berhati-hatilah dari sifat berlebih-lebihan dalam hal agama). Dan banyak hadis yang senada dengan ini yang merupakan bentuk radikalisme dalam beragama,” paparnya.
    Terkait cadar, Ustaz Yusran mengatakan bahwa cadar dalam pandangan ulama hanya berkisar pada dua hukum yaitu wajib dan sunnah. Menurutnya, tidak ada ulama apalagi generasi salaf yang mengatakan cadar merupakan bagian dari budaya Arab apalagi tidak ada kaitannya dengan Islam.
    Sementara dalam penjelasannya tentang cingkrang, ia memaparkan bahwa hadis-hadis tentang keharaman isbal mutawatir maknawi, diriwayatkan lebih dari 40 sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam. Bahkan ulama sepakat bahwa isbal yang disertai dengan kesombongan haram secara mutlak. Mereka hanya berselisih pendapat tentang isbal yang tidak disertai dengan kesombongan.
    Di sesi akhir, Ustaz Yusran mengkritisi pandangan keliru yang menganggap pakaian tidak berpengaruh kepada ketakwaan. Ia kemudian mengutip perkataan Umar bin Khattab kepada seorang pemuda yang isbal, “Angkatlah pakaianmu, karena itu lebih mengawetkannya, dan lebih bertakwa kepada Tuhan-mu”.
    “Ketika seseorang memakai cadar atau bercelana cingkrang, di mana ia melakukan itu semata-mata atas perintah Allah dan rasul-Nya, maka dia ada keinginan untuk menjadi takwa dan lebih dekat kepada Allah,” ujar Ustaz Yusran.

    Kendati demikian, mantan Ketua STIBA Makassar ini menasihatkan untuk tetap saling menghormati dan menghargai perbedaan pendapat ini.

    Dan terkhusus kepada yang bercadar dan bercelana cingkrang, Ustaz Yusran mengingatkan bahwa walaupun ini adalah pilihan yang diyakini paling ideal, namun jangan merasa paling baik dan lebih suci dari yang berbeda pandangan dengannya.

  • Evaluasi Program Kerja Satu Semester, STIBA Adakan Musker XXI

    Evaluasi Program Kerja Satu Semester, STIBA Adakan Musker XXI

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Turut berkontribusi dalam perjuangan menegakkan agama Allah melalui institusi STIBA Makassar adalah nikmat yang patut disyukuri. Hal ini disampaikan oleh Ketua STIBA Makassar saat memberikan arahan dalam pembukaan Musyawarah Kerja Semesteran XXI yang digelar Rabu—Kamis (18—19/12/2019) di Kampus Putri STIBA Makassar.

    “Mudah-mudahan ini adalah salah satu tanda kebaikan dari Allah untuk kita semua. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa salah satu ciri hamba dicintai oleh Allah adalah ketika hamba itu dilibatkan oleh Allah dalam rangka ketaatan kepada-Nya. Banyak orang yang tidak dipilih untuk menjalani apa yang kita tekuni ini,” ujar Ustaz Ahmad Hanafi.

    Ia kemudian mengajak seluruh peserta Muskersem untuk bersyukur karena dapat melalui Semester Ganjil dengan baik secara umum.

    “Kerja-kerja mampu kita laksanakan dengan baik. Meskipun di sana sini ada dinamika, gesekan-gesekan, keluhan-keluhan, tapi semuai itu tidak menjadikan kita lupa akan keberhasilan yang patut kita syukuri,” tutur Wakli Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah tersebut.

    Di antara bentuk kekurangan yang diungkapkan Ustaz Ahmad dalam sambutannya adalah kurangnya persiapan dalam mengantisipasi kebijakan STIBA menerima mahasiswa dalam jumlah yang jauh lebih banyak. Hal ini, kata Ustaz Ahmad, sedikitnya menimbulkan “ketidaksiapan” dalam merespons jumlah yang banyak tersebut.

    “Mudah-mudahan lewat Musker ini dapat kita tingkatkan. Evaluasi proker kita selama satu semester ini patut diberikan porsi yang cukup. Semoga kita konsisten dalam mengemban amanah yang tidak ringan ini,” harapnya.

    Informasi dari Ustaz Askar Fatahuddin, S.Si., M.H. selaku SC dalam kegiatan ini, dalam Musker XXI ini, sebanyak 807 kegiatan dinyatakan terlaksana dari 1.300 yang dicanangkan semester ganjil tahun anggaran ini. Sementara 493 kegiatan lainnya dijadwalkan ulang ke semester genap pada tahun anggaran yang sama.

  • Evaluasi Program Kerja Satu Semester, STIBA Adakan Musker XXI

    Evaluasi Program Kerja Satu Semester, STIBA Adakan Musker XXI

    (STIBA.ac.id) Makassar – Turut berkontribusi dalam perjuangan menegakkan agama Allah melalui institusi STIBA Makassar adalah nikmat yang patut disyukuri. Hal ini disampaikan oleh Ketua STIBA Makassar saat memberikan arahan dalam pembukaan Musyawarah Kerja Semesteran XXI yang digelar Rabu—Kamis (18—19/12/2019) di Kampus Putri STIBA Makassar.
    “Mudah-mudahan ini adalah salah satu tanda kebaikan dari Allah untuk kita semua. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa salah satu ciri hamba dicintai oleh Allah adalah ketika hamba itu dilibatkan oleh Allah dalam rangka ketaatan kepada-Nya. Banyak orang yang tidak dipilih untuk menjalani apa yang kita tekuni ini,” ujar Ustaz Ahmad Hanafi.
    Ia kemudian mengajak seluruh peserta Muskersem untuk bersyukur karena dapat melalui Semester Ganjil dengan baik secara umum.
    “Kerja-kerja mampu kita laksanakan dengan baik. Meskipun di sana sini ada dinamika, gesekan-gesekan, keluhan-keluhan, tapi semuai itu tidak menjadikan kita lupa akan keberhasilan yang patut kita syukuri,” tutur Wakli Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah tersebut.
    Di antara bentuk kekurangan yang diungkapkan Ustaz Ahmad dalam sambutannya adalah kurangnya persiapan dalam mengantisipasi kebijakan STIBA menerima mahasiswa dalam jumlah yang jauh lebih banyak. Hal ini, kata Ustaz Ahmad, sedikitnya menimbulkan “ketidaksiapan” dalam merespons jumlah yang banyak tersebut.
    “Mudah-mudahan lewat Musker ini dapat kita tingkatkan. Evaluasi proker kita selama satu semester ini patut diberikan porsi yang cukup. Semoga kita konsisten dalam mengemban amanah yang tidak ringan ini,” harapnya.

  • Evaluasi Program Kerja Satu Semester, STIBA Adakan Musker XXI

    Evaluasi Program Kerja Satu Semester, STIBA Adakan Musker XXI

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Turut berkontribusi dalam perjuangan menegakkan agama Allah melalui institusi STIBA Makassar adalah nikmat yang patut disyukuri. Hal ini disampaikan oleh Ketua STIBA Makassar saat memberikan arahan dalam pembukaan Musyawarah Kerja Semesteran XXI yang digelar Rabu—Kamis (18—19/12/2019) di Kampus Putri STIBA Makassar.

    “Mudah-mudahan ini adalah salah satu tanda kebaikan dari Allah untuk kita semua. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa salah satu ciri hamba dicintai oleh Allah adalah ketika hamba itu dilibatkan oleh Allah dalam rangka ketaatan kepada-Nya. Banyak orang yang tidak dipilih untuk menjalani apa yang kita tekuni ini,” ujar Ustaz Ahmad Hanafi.

    Ia kemudian mengajak seluruh peserta Muskersem untuk bersyukur karena dapat melalui Semester Ganjil dengan baik secara umum.

    “Kerja-kerja mampu kita laksanakan dengan baik. Meskipun di sana sini ada dinamika, gesekan-gesekan, keluhan-keluhan, tapi semuai itu tidak menjadikan kita lupa akan keberhasilan yang patut kita syukuri,” tutur Wakli Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah tersebut.

    Di antara bentuk kekurangan yang diungkapkan Ustaz Ahmad dalam sambutannya adalah kurangnya persiapan dalam mengantisipasi kebijakan STIBA menerima mahasiswa dalam jumlah yang jauh lebih banyak. Hal ini, kata Ustaz Ahmad, sedikitnya menimbulkan “ketidaksiapan” dalam merespons jumlah yang banyak tersebut.

    “Mudah-mudahan lewat Musker ini dapat kita tingkatkan. Evaluasi proker kita selama satu semester ini patut diberikan porsi yang cukup. Semoga kita konsisten dalam mengemban amanah yang tidak ringan ini,” harapnya.

  • Evaluasi Program Kerja Satu Semester, STIBA Adakan Musker XXI

    Evaluasi Program Kerja Satu Semester, STIBA Adakan Musker XXI

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Turut berkontribusi dalam perjuangan menegakkan agama Allah melalui institusi STIBA Makassar adalah nikmat yang patut disyukuri. Hal ini disampaikan oleh Ketua STIBA Makassar saat memberikan arahan dalam pembukaan Musyawarah Kerja Semesteran XXI yang digelar Rabu—Kamis (18—19/12/2019) di Kampus Putri STIBA Makassar.

    “Mudah-mudahan ini adalah salah satu tanda kebaikan dari Allah untuk kita semua. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa salah satu ciri hamba dicintai oleh Allah adalah ketika hamba itu dilibatkan oleh Allah dalam rangka ketaatan kepada-Nya. Banyak orang yang tidak dipilih untuk menjalani apa yang kita tekuni ini,” ujar Ustaz Ahmad Hanafi.

    Ia kemudian mengajak seluruh peserta Muskersem untuk bersyukur karena dapat melalui Semester Ganjil dengan baik secara umum.

    “Kerja-kerja mampu kita laksanakan dengan baik. Meskipun di sana sini ada dinamika, gesekan-gesekan, keluhan-keluhan, tapi semuai itu tidak menjadikan kita lupa akan keberhasilan yang patut kita syukuri,” tutur Wakli Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah tersebut.

    Di antara bentuk kekurangan yang diungkapkan Ustaz Ahmad dalam sambutannya adalah kurangnya persiapan dalam mengantisipasi kebijakan STIBA menerima mahasiswa dalam jumlah yang jauh lebih banyak. Hal ini, kata Ustaz Ahmad, sedikitnya menimbulkan “ketidaksiapan” dalam merespons jumlah yang banyak tersebut.

    “Mudah-mudahan lewat Musker ini dapat kita tingkatkan. Evaluasi proker kita selama satu semester ini patut diberikan porsi yang cukup. Semoga kita konsisten dalam mengemban amanah yang tidak ringan ini,” harapnya.

  • Evaluasi Program Kerja Satu Semester, STIBA Adakan Musker XXI

    Evaluasi Program Kerja Satu Semester, STIBA Adakan Musker XXI

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Turut berkontribusi dalam perjuangan menegakkan agama Allah melalui institusi STIBA Makassar adalah nikmat yang patut disyukuri. Hal ini disampaikan oleh Ketua STIBA Makassar saat memberikan arahan dalam pembukaan Musyawarah Kerja Semesteran XXI yang digelar Rabu—Kamis (18—19/12/2019) di Kampus Putri STIBA Makassar.

    “Mudah-mudahan ini adalah salah satu tanda kebaikan dari Allah untuk kita semua. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa salah satu ciri hamba dicintai oleh Allah adalah ketika hamba itu dilibatkan oleh Allah dalam rangka ketaatan kepada-Nya. Banyak orang yang tidak dipilih untuk menjalani apa yang kita tekuni ini,” ujar Ustaz Ahmad Hanafi.

    Ia kemudian mengajak seluruh peserta Muskersem untuk bersyukur karena dapat melalui Semester Ganjil dengan baik secara umum.

    “Kerja-kerja mampu kita laksanakan dengan baik. Meskipun di sana sini ada dinamika, gesekan-gesekan, keluhan-keluhan, tapi semuai itu tidak menjadikan kita lupa akan keberhasilan yang patut kita syukuri,” tutur Wakli Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah tersebut.

    Di antara bentuk kekurangan yang diungkapkan Ustaz Ahmad dalam sambutannya adalah kurangnya persiapan dalam mengantisipasi kebijakan STIBA menerima mahasiswa dalam jumlah yang jauh lebih banyak. Hal ini, kata Ustaz Ahmad, sedikitnya menimbulkan “ketidaksiapan” dalam merespons jumlah yang banyak tersebut.

    “Mudah-mudahan lewat Musker ini dapat kita tingkatkan. Evaluasi proker kita selama satu semester ini patut diberikan porsi yang cukup. Semoga kita konsisten dalam mengemban amanah yang tidak ringan ini,” harapnya.

  • Kepada Alumni, Ketua STIBA Janjikan Buka Program Pascasarjana

    Kepada Alumni, Ketua STIBA Janjikan Buka Program Pascasarjana

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Ketua STIBA Makassar Ustaz Ahmad Hanafi, Lc., M.A., Ph.D. berharap agar para alumni STIBA Makassar tetap menjaga semangat tradisi keilmuan, mengingat tantangan di medan dakwah sangat besar sehingga butuh mujahadah. Hal ini dikemukakan Ustaz Ahmad saat memberi tausiah dalam kegiatan Temu Alumni STIBA Makassar, Jumat (13/12/2019) di DPP Wahdah Islamiyah Makassar.

    “Antum sekarang berada pada marhalah ‘atha,  tapi jangan lupa input-nya juga perlu ditingkatkan. Doakan agar setelah tiga program studi yang kita usulkan diterima, maka kita akan segera buat program pascasarjana di STIBA,” ungkap Ustaz Ahmad.

    Bahkan kata Wakil Ketua Dewan Syariah Wahdah ini, syaratnya sudah terpenuhi. STIBA Makassar telah memiliki beberapa tenaga pengajar bergelar doktor, dan akan menyusul beberapa asatidzah lagi akan menyelesaikan program doktornya.

    “Masalahnya sekarang, yang berhak membuka program pasca minimal memiliki dua prodi. Sementara saat ini kita baru memiliki satu prodi yaitu Perbandingan Mazhab dan Hukum,” tuturnya.

    Menjawab pertanyaan salah seorang alumni tentang target pembukaan program pasca ini, Ustaz Ahmad menjanjikan tempo satu tahun.

    “Kita berharap, insya Allah penerimaan mahasiswa baru tahun depan, calon mahasiswa baru, selain mendaftar pada Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum, juga sudah bisa mendaftar pada Prodi Ilmu Hadis dan Prodi Hukum Ekonomi Syariah.”

    Pesan terakhir yang disampaikan ketua STIBA ini adalah tentang urgensi menjalin hubungan persaudaraan sesama alumni. Baik alumni yang tetap berjuang di lembaga Wahdah Islamiyah ataupun yang memilih di ‘shaf’ lain.

  • Ini Definisi Alumni STIBA Menurut Ustaz Ahmad Hanafi

    Ini Definisi Alumni STIBA Menurut Ustaz Ahmad Hanafi

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Bagian Pemberdayaan Alumni STIBA Makassar baru-baru ini mengadakan Temu Alumni di Masjid DPP Wahdah Islamiyah, Jumat (13/12/2019). Kegiatan ini memanfaatkan momen berkumpulnya sejumlah alumni dari seluruh penjuru tanah air. Para alumni ini sebagian besarnya adalah ketua-ketua DPD dan DPW Wahdah Islamiyah yang hadir untuk mengikuti Mukernas XII Wahdah Islamiyah di Makassar.

    “Alumni adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan satu jenjang pendidikan di STIBA Makassar (I’dad Lughawi atau PMH). Ini makna secara formal. Tapi siapa saja yang pernah belajar satu huruf di STIBA maka itu juga kita anggap alumni,” tegas Ketua STIBA Makassar Ustaz Ahmad Hanafi saat memberikan arahan kepada peserta Temu Alumni.

    Salah Satu Indikator Keberhasilan Institusi Pendidikan adalah Alumninya

    Dalam arahannya, Ustaz Ahmad juga mengatakan bahwa hal yang menjadi penilaian sebuah institusi pendidikan, baik sosial masyarakat maupun lembaga yang memberi akreditasi adalah alumninya. Sejauh mana masyarakat memandang alumni baik maka itu akan mendukung keberadaan institusi di tengah masyarakat.

    “Setelah kita berijtihad untuk memilih jalur perjuangan melalui jalur formal, maka kita juga harus siap dengan konsekuensinya. Itu yang harus dipenuhi. Salah satunya pemberdayaan alumni,” ujar Ustaz Ahmad.

    Memberdayakan para alumni adalah hal penting bagi sebuah institusi pendidikan. Ustaz Ahmad menggambarkannya seperti khidmah ba’da albai’ (layanan yang diberikan kepada pelanggan setelah membeli produk) dalam ilmu marketing. Jadi produsen yang baik adalah yang menyediakan layanan setelah produknya laku.

    “Demikian pula dengan institusi pendidikan. Di antara poin penilaian akreditasi institusi adalah sejauh mana alumni itu berperan dalam bidang keahlian yang dimiliki almamaternya. Antum adalah produk kami yang sudah kami lepas ke pasar. Diserap, dibeli dengan garansi dari STIBA bahwa alumni memiliki kualifikasi seperti ini,” kata Ustaz Ahmad.

    Karena itu, Ketua STIBA Makassar ini menganggap bahwa tanggung jawab alumni sangat besar. Ia menyatakan rasa syukurnya karena selama ini peran alumni di tengah masyarakat yang didengar adalah kebaikan. Kendati demikian, tidak sedikit pula yang “mengeluh” dengan keberadaan alumni STIBA.

    Dalam kesempatan tersebut, Ustaz Ahmad meminta kepada Bagian Pemberdayaan Alumni untuk mendata alumni STIBA Makassar. Dari data, kata Ustaz Ahmad, dapat diketahui sejauh mana potensi yang dimiliki STIBA.