Kategori: Kegiatan Kampus

  • STIBA Selenggarakan Shalat Kusuf

    STIBA Selenggarakan Shalat Kusuf

    IMG-20141008-WA0018

    Rabu, 14 Dzulhijjah 1435 H (08 Oktober 2014 M), gerhana bulan total dapat disaksikan di beberapa belahan bumi, termasuk di Kota Makassar. Gerhana yang mulai nampak menjelang Magrib ini terlihat jelas di arah timur langit Makassar.

    Seperti tahun-tahun sebelumnya, STIBA Makassar rutin melaksanakan shalat gerhana setiap kali gerhana terlihat. Shalat yang juga diikuti oleh beberapa warga sekitar kampus ini berlangsung lebih dari satu jam. Sebagai imam adalah Maulana Anshori salah seorang mahasiswa dengan mengkhatamkan satu juz dalam dua rakaat. Cukup melelahkan, namun jamaah tetap antusias mengikuti rangkaian shalat kusuf itu hingga selesai. Bahkan beberapa di antaranya adalah anak-anak di bawah umur.

     

    IMG_20141008_195447

    Khotbah di akhir shalat kusuf disampaikan oleh Ust. Muhammad Yusran Anshar, Lc. Dalam khutbah singkatnya, beliau mengingatkan bahwa datang dan perginya siang dan malam merupakan tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan apa yang ada pada diri manusia juga adalah tanda kebesaran Allah. Allah ‘Azza berfirman (artinya), “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran: 190).

    “Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memerhatikan?” (QS. Adz-Dzariyat: 21).

    Namun terkadang karena sudah seringnya kita menyaksikan pergantian siang dan malam, sehingga kita kurang mentadabburi penciptaan langit dan bumi. Demikian pula kita tak lagi memerhatikan bagaimana proses penciptaan diri kita, karena sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Sehingga Allah mendatangkan peristiwa-peristiwa yang luar biasa seperti gerhana, baik gerhana matahari maupun gerhana bulan.

    Gerhana bulan adalah salah satu tanda dari kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Banyak yang mengagumi tanda-tanda itu, sayangnya mereka justru menyembahnya. Padahal Allah telah berfirman, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika Ialah yang kamu hendak sembah.” (QS. Fushshilat: 37).

    Kandidat doktor hadits ini juga mengingatkan bahwa peristiwa gerhana tidak menunjukkan kematian seseorang atau nasib-nasib  tertentu, sebagaimana diingatkan oleh Rasulullah shallallohu alaihi wasallam dalam salah satu sabdanya.

    Para ahli astronomi, banyak menyaksikan peristiwa-peristiwa alam di angkasa. Namun sangat sedikit di antara mereka yang takut kepada Allah. Padahal, Allah menjadikan semua itu sebagai peringatan. Kata Allah subhanahu wa Ta’ala, “….Dan kami tidak mendatangkan tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti (hamba-hamba-Ku).” (QS. al-Isra’: 59).

    Bahkan awan mendung sebagai pertanda hujan yang akan turun sekalipun, seharusnya telah membuat para ulul albab untuk khawatir, sebagaimana yang pernah dirasakan oleh Nabi kita Muhammad shallallohu alaihi wasallam karena khawatir jangan-jangan itu adalah azab Allah.  Allah Jalla Jalaluhu telah mengingatkan kita tentang kaum ‘Aad, “Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!) bahkan Itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih.” (QS. al-Ahqaf: 24).

    Terakhir, beliau mengingatkan akan nikmat yang patut disyukuri berupa kesempatan menghidupkan salah satu sunnah Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam yang selama ini hanya banyak dibaca di kitab-kitab para ulama namun sangat jarang dipraktikkan oleh kaum muslimin. Terutama jika sunnah tersebut dihidupkan pada hari-hari yang membutuhkan kesabaran di akhir zaman. Di kala orang-orang yang ingin menghidupkan sunnah dianggap aneh. Saat itulah bagi mereka ada pahala lima puluh kali pahala sahabat, sebagaimana yang dijanjikan oleh Rasulullah shallallohu alaihi wasallam.

     

     

  • HAFLAH IKHTITAM DAURAH SEBULAN MENGHAFAL AL-QUR’AN

    HAFLAH IKHTITAM DAURAH SEBULAN MENGHAFAL AL-QUR’AN

    haflah 30 hai

    Meski tertunda beberapa waktu karena kesibukan STIBA Putri berpindah ke kampus baru, Alhamdulillah Haflah Ikhtitam Daurah Sebulan Menghafal Al-Qur’an dengan tema” Melejitkan Iman dengan Menghafal Al-qur’an” dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Dzulqa’dah 1435 H atau 12 September 2014 M di Aula STIBA Makassar yang baru. Acara ini merupakan rangkaian terakhir Daurah Sebulan Menghafal Al-qur’an yang dimulai sejak tanggal 5 Syawal – 4 Dzulqa’dah 1435 atau 1 -30 Agustus 2014.

    “Awal dibentuknya Raudhatul Huffazh STIBA Makassar adalah karena melihat himmah yang tinggi yang dimiliki mahasiswi untuk menghafal Al-Qur’an dan memutqinkannya”, tutur Ustadzah Riska Nasrun selaku Kasub Prodi Kegiatan Mahasiswi pada sesi sambutan. Sedangkan Ustadzah Armida Abdurrahman sebagai Kepala Bagian Keputrian STIBA Makassar dalam sambutannya menyampaikan beberapa nasihat dan harapan kepada para alumni daurah. Di antaranya beliau mengingatkan untuk ta’ahhud (terus menjaga) hafalan Al Qur’an. Beliau juga sangat mengharapkan dengan keberadaan para penghafal Al-qur’an bisa menjadi cahaya-cahaya di kampus ini, tak merasa cukup dengan menghafal Al-Qur’an, namun menjadikannya modal awal dan bukan modal satu-satunya dalam meraih kebaikan dan kemuliaan. Sebagai contoh, beliau menyebutkan bahwa Imam Syafi’i lebih dikenal karena madzhab fiqhnya akan tetapi bukan berarti beliau tidak menghafal Al-Qur’an, bahkan beliau telah menghafal Al-Qur’an di usia 7 tahun.

    Keharuan meliputi para hadirin saat mendengarkan para alumni daurah melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah mereka hafal. Acara ini ditutup dengan penyerahan sertifikat dan mushaf waqaf dari para pendengar Radio Makkah AM bagi seluruh peserta daurah dan penyerahan beasiswa bagi mahasiswi yang telah mengkhatamkan Al-Qur’an 30 juz. Acara ini adalah penutupan daurah dan bukan akhir dari semangat untuk tetap menghafal Al-qur’an. Allahumarhamnaa bilquran……..

    Tim Penulis_ianukhti (fajriah)

     

  • DAURAH SEBULAN MENGHAFAL AL QUR’AN

    DAURAH SEBULAN MENGHAFAL AL QUR’AN

    IMG-20140923-WA0003

    Berlalunya bulan Ramadhan tidak membuat seorang muslim untuk berhenti beribadah dan melakukan kebaikan-kebaikan. Meski masih dalam suasana liburan, yang mana orang-orang pada umumnya menghabiskan waktunya dengan hal-hal kurang atau tidak bermanfaat, bahkan mungkin ada yang melakukan hal-hal yang menjurus kepada kemaksiatan. Berbeda dengan sebagian dari mahasiswi STIBA, mereka betul-betul memanfaatkan waktu libur dengan sesuatu yang bermanfaat bahkan hal tersebut merupakan suatu kemuliaan sebagaimana telah kita ketahui bersama keutamaannya. Kegiatan tersebut adalah “DAURAH SEBULAN MENGHAFAL AL QUR’AN” dengan tema “MELEJITKAN KEIMANAN DENGAN MENGHAFAL ALQUR’AN”. RAUDHATUL HUFFAZH STIBA PUTRI mengadakan kegiatan ini dengan harapan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta mencari ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dapat menyesaikan hafalan 30 juz serta menjadi wadah pencetak generasi qur’ani.
    Kegiatan ini merupakan daurah menghafal al-Qur’an perdana yang dilaksanakan oleh mahasiswi STIBA, dan merupakan program yang sudah lama direncanakan oleh Raudhatul Huffazh STIBA Putri, dan pelaksanaannya di kampus STIBA PUTRI dan diikuti oleh para mahasiswi STIBA yang berjumlah 30 orang, baik dari Prodi Perbandingan Madzhab dan Hukum maupun Persiapan Bahasa. Sebagai muhaffizhah 6 orang dari civitas akademika STIBA dan panitia berjumlah 12 orang.
    Kegiatan ini mempunyai beberapa rangkaian kegiatan yang dimulai dengan pembukaan acara, karantina, dan penutupan. Pembukaannya itu sendiri telah dilaksanakan pada tanggal 31 Juli yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan proses karantina yang berakhir pada tanggal 31 Agustus 2014 yaitu inti dari kegiatan ini. Dalam kegiatan ini para peserta tidak hanya menghafal (menambah hafalan baru) tapi ada juga agenda muraja’ah, di mana para peserta setiap harinya selama 30 hari tersebut mereka menghafal dan muraja’ah hafalan karena dua hal tersebut harus berjalan bersamaan untuk lebih memantapkan hafalan para peserta. Alhamdulillah selama 30 hari kegiatan ini berjalan lancar, kendala-kendala yang muncul tidak mengurangi dan menggetarkan semangat para peserta.
    Di penghujung kegiatan alhmadulillah telah berhasil menyelesaikan atau menghatamkan hafalannya selama 30 hari sebanyak 7 orang. Kegiatan ini memberikan kesan tersendiri yang sangat berharga bagi para peserta terlebih yang telah berhasil menyelesaikan maupun yang belum.
    Beberapa untaian kata dari salah seorang peserta yang berhasil menyelesaikan hafalan, “Bersama al-Qur’an adalah nikmat yang luar biasa dan penuh keberkahan. 1 bulan menghafal Alqur’an merupakan bulan yang berbeda dengan bulan-bulan yang telah berlalu sebelumnya. Menghafal Al Qur’an mempunyai kesan tersendiri, penuh suka dan duka. 30 hari itu yang mungkin menjadi sesuatu yang mustahil untuk menyelesaikan tapi dengan mujahadah yang besar dan doa dalam 30 hari, alhamdulillah bisa selesai 30 juz. Hal ini juga tidak lepas dari peran dan kerjasama jamaah yang saling menyemangati tatkala rasa jenuh menghadang. Itulah hikmah dalam berjamaah”.
    Semoga kegiatan ini bisa menjadi kegiatan rutin tahunan bagi mahasiswi STIBA dan lebih meningkatkan keinginan para mahasiwi untuk khatam menghafal Al Qur’an. Dengan harapan Al Qur’an bukan hanya sekadar dibaca dan dihafal akan tetapi bisa menjadi ruh dan diaplikasikan dalam kehidapan sehari-hari, sehingga terwujud pribadi-pribadi qur’ani. (dm)

  • Tabung Infaq Kucurkan Rp 100 Juta untuk Kaderisasi Ulama di STIBA

    Tabung Infaq Kucurkan Rp 100 Juta untuk Kaderisasi Ulama di STIBA

    IMG-20140904-WA0031Lembaga Tabung Infaq menyalurkan Dana Beasiswa Program Kaderasi Ulama sebesar Rp. 100 Juta kepada Sekolah Tinggi Islam dan Bahasa Arab (STIBA), Makassar.

    Penyaluran perdana dana Infaq umat tersebut diserahkan langsung pendiri Tabung Infaq Ustadz Bachtiar Nasir, usai memberi materi Kuliah Umum Perdana Semester Ganjil di Kampus STIBA, Makassar, Senin (1/9/2014). Dana infaq diterima langsung Direktur STIBA Ustadz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A. yang disaksikan seluruh sivitas akademika STIBA, termasuk 375 mahasiswa baru dan ratusan mahasiswa senior STIBA lainnya.

    Menurut Ustadz Bachtiar yang juga Sekjend Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI), dia sengaja memilih STIBA Makassar sebagai penerima bantuan perdana program beasiswa tersebut mngingat sekolah tinggi yang didirikan lembaga dakwah Wahdah Islamiyah pimpinan Ustadz Zaitun Rasmin, Lc, MA ini, sudah cukup lama membuktikan perjuangannya dalam mencetak calon-calon ulama di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan.

    “Jadi cukup alasan jika pemberian dana bantuan beasiswa ini saya berikan buat STIBA terlebih dahulu, ketimbang buat ulama-ulama muda yang tergabung di MIUMI Makassar,” ungkapnya di hadapan peserta Kuliah Perdana yang juga dihadiri oleh Ketua MIUMI Sulsel Ustadz Dr. Rahmat Abdurrahman, Lc., M.A. dan beberapa pengurus lainnya.

    Dia menambahkan, beasiswa untuk ulama dan intelektual muda yang tergabung di MIUMI akan disusulkan kemudian, jika ada yang ingin melanjutkan studi ke jenjang S-3, baik di dalam dan luar negeri.

  • Ustadz Bachtiar Nasir: Manfaatkan Media sebagai Sarana Dakwah

    Ustadz Bachtiar Nasir: Manfaatkan Media sebagai Sarana Dakwah

    kulper

    Kuliah Perdana STIBA Makassar Semester Ganjil TA. 1435—1436 H/2014—2015 M yang baru-baru ini digelar di Kampus STIBA Putri menghadirkan Ustadz Bachtiar Nasir, Lc., M.A. sebagai narasumber.

    Dalam Kuliah Umumnya, Sekjen MIUMI Pusat ini mengajak para mahasiswa STIBA untuk mulai “sadar media” dalam menyampaikan dakwahnya. Masyarakat Indonesia yang menjadi obyek dakwah Islam, kini sudah terlanjur mengenal dunia informasi modern yang sudah sedemikian canggihnya.

    “Jika kita tidak mampu tampil secara representatif di berbagai media komunikasi yang canggih itu, maka dakwah Islam kita bisa ditinggalkan oleh umat kita sendiri,” tegasnya sebagaimana dilansir oleh Arrahmah.com.

    Ustadz Bachtiar memberi contoh pada pengalaman seorang syaikh dari Arab Saudi yang suatu saat tampil dalam sebuah tabligh akbar di Masjid Istiqlal. Menurut Syaikh tersebut ketika tampil menyampaikan tausiyah, tutur Pimpinan AQL Islamic Center ini, yang menjadi konsentrasi perhatiannya adalah di mana letak kamera televisi. Karena audiens yang menyaksikan dia melalui kamera televisi itu jauh lebih besar jumlahnya dibanding jamaah yang hadir langsung di lokasi. Sehingga Syaikh tersebut selalu sadar untuk menatap kamera, agar terbangun interaksi antara dia dengan masyarakat luas yang mengikuti dakwahnya.

    Sehingga, lanjut Ustadz Bachtiar yang akrab disapa Abi Bachtiar dalam program Hafizh Qur’an Trans7, jika selama ini ia tampil di sejumlah media televisi mainstream, ia juga harus bisa menerima masukan dari tim kreatif televisi yang bekerjasama dengannya. Sejauh materi dari ilmu-ilmu keislaman yang akan disampaikannya tidak melenceng dari ketentuan aqidah dan syariat.

    “Konten harus baik dan benar, konsep kreatif serta penampilan kita juga harus bisa dinikmati masyarakat luas,” tandasnya.

    Dia juga menjelaskan tentang peta akhir zaman yang bersumber pada al-Qur’an dan hadist, dalam membaca peta politik internasional saat ini. Termasuk tentang isu ISIS (Islamic State of Iraq & Syam) yang keberadaannya di Suriah sempat dihebohkan di Indonesia.

    Ustadz Bachtiar Nasir berpesan, agar para calon da’i dan ulama yang akan lahir dari STIBA, tidak terpancing pada isu-isu yang disebarkan oleh musuh-musuh Islam. “Kita harus bijak menilai informasi yang kita terima lewat media sosial yang ada,” katanya.

    Karenanya, lanjut dia, umat Islam harus berpegang pada pendapat ulama yang ada, ketika menerima atau mendapat informasi yang tergolong sensitif. “Jangan bertindak sendiri dan terburu-buru bereaksi, agar umat tidak dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam yang ingin menghacurkan citra Islam,” tandasnya.

  • Kuliah Perdana Semester Ganjil TA. 1435-1436 H/2014-2015 M

    Kuliah Perdana Semester Ganjil TA. 1435-1436 H/2014-2015 M

    C360_2014-09-01-09-22-37-102

    Ada yang berbeda dari pelaksanaan Kuliah Perdana semester Ganjil TA. 1435—1436 H kali ini. Di antaranya, untuk pertama kalinya diadakan di aula gedung baru khusus mahasiswi. Dalam kuliah perdana kali ini juga dihadiri oleh lebih banyak mahasiswa karena adanya peningkatan jumlah pendaftar yang signifikan. Hal ini diungkapkan oleh Ustadz Muhammad Yusran Anshar selaku Ketua STIBA Makassar dalam sambutannya pada Kuliah Perdana yang diadakan pada Senin, 07 Dzulqa’dah 1435 H atau bertepatan dengan 01 September 2014 M.

    Lebih lanjut, mahasiswa doktoral pada Medinah International University (MEDIU) sekaligus dosen hadits pada institusi pendidikan yang sama ini mengungkapkan keterpaksaan dari para pengelola kampus untuk menolak sebagian pendaftar. Keterbatasan jumlah ruangan kelas dan asrama yang tak mampu lagi menampung jumlah mahasiswa menjadi salah satu alasan penolakan itu.

    “Sebenarnya, bisa saja kita mengusahakan satu kelas lagi dan mengontrakkan beberapa rumah di luar kampus sebagai asrama. Namun hal ini tidak sejalan lagi dengan visi dan misi STIBA. Kampus ini tidak sekadar mentransfer ilmu kepada mahasiswanya, tapi lebih dari itu kita ingin agar para mahasiswa yatahalla bihilyati thalibil ‘ilmi (berhias dengan hiasan para penuntut ilmu berupa akhlak dan adab) melalui pembinaan yang intensif di dalam kampus. Karena itu mahasiswa harus diasramakan dalam kampus,” jelasnya.

    Menutup sambutannya, Ustadz Muhammad Yusran berpesan kepada para sivitas akademika STIBA Makassar agar  tidak terbuai dengan banyaknya pujian dari pihak luar. Beliau mengutip doa yang pernah diucapkan oleh sahabat mulia Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu:

    اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنَا بِمَا يَقُوْلُوْنَ وَاغْفِرْ لَنَا مَا لَا يَعْلَمُوْنَ

    Ya Allah, jadikanlah kami lebih baik dari apa yang mereka sangkakan, dan janganlah Engkau mengadzab kami terhadap apa yang mereka ucapkan, dan ampunkanlah kami dari apa yang mereka tidak ketahui (tentang kami).

    Sementara Ustadz Muhammad Ikhwan Abdul Djalil selaku Wakil Ketua Umum DPP Wahdah Islamiyah dalam sambutannya menggugah para mahasiswa agar belajar dari perjuangan rakyat Gaza dalam berjihad melawan penjajah Israel. Perlawanan yang berawal dari lemparan bongkahan-bongkahan batu itu, kini telah berubah menjadi lontaran-lontaran roket.

    “Apa yang telah kita raih adalah titik tolak untuk langkah selanjutnya. Jangan berhenti sampai di sini. Dan yang terpenting adalah semangat perjuangan untuk terus belajar. Jika mujahid-mujahid Gaza mampu bertahan berhari-hari di dalam terowongan hanya dengan berbekal al-Qur’an dan beberapa biji kurma, maka para mahasiswapun seharusnya mampu untuk begadang di malam hari untuk belajar,” ujarnya memotivasi mahasiswa.

    Kuliah Perdana kali ini menghadirkan narasumber Ustadz Bachtiar Nasir, Lc., M.M. Sekjen MIUMI Pusat.

    C360_2014-09-01-09-04-40-926 C360_2014-09-01-08-52-44-550

  • OSPEK vs Daurah Orientasi

    OSPEK vs Daurah Orientasi

    daurah maba

    Pasca pengumuman dan pendaftaran ulang mahasiswa baru, prosesi selanjutnya yang lazimnya dilakoni para maba di perguruan-perguruan tinggi adalah OSPEK. OSPEK hampir selalu identik dengan kekerasan dan pelecehan pihak mahasiswa senior kepada para junior. Ironisnya, kegiatan semacam ini dianggap wajar bahkan dilegalkan oleh pihak institusi perguruan tinggi. Meskipun dengan menetapkan beberapa syarat yang pada akhirnya dilanggar oleh para mahasiswa penyelenggara OSPEK. Maka tak jarang kita mendengar beberapa korban meninggal berjatuhan dalam masa orientasi ini.

    Jika perguruan-perguruan tinggi di tanah air mengenal OSPEK untuk para maba, maka di STIBA Makassar ada Daurah Orientasi. Tak ada kekerasan dan pelecehan. Sebaliknya, para maba justru disuguhi tema-tema seputar ilmu keislaman layaknya pesantren kilat. Pada masa daurah ini pula, para maba diberikan wawasan seputar kampus sehingga mereka memiliki gambaran tentang apa dan bagaimana menjadi mahasiswa di STIBA Makassar.

    Daurah Orientasi Mahasiswa Baru untuk semester Ganjil T.A. 1435—1436 H/2014—2015 M ini berlangsung selama lima hari, yaitu dari tanggal 01—05 Dzulqa’dah 1435 H/26—30 Agustus 2014 M. Kegiatan ini digelar di masjid Kampus STIBA Makassar dan dibuka secara resmi oleh Sekjen DPP Wahdah Islamiyah Ustadz Ir. Iskandar Kato, M.M.

  • Wahdah Islamiyah Gelar Tabligh Akbar di Gedung Baru STIBA Makassar

    Wahdah Islamiyah Gelar Tabligh Akbar di Gedung Baru STIBA Makassar

    tabligh akbar

    Ahad, 21 Syawwal 1435 H atau bertepatan dengan 17 Agustus 2014 M, STIBA Makassar menjadi tuan rumah Tabligh Akbar dan Silaturrahim keluarga besar Wahdah Islamiyah. Acara yang digelar meriah dan dipadati ribuan kader Wahdah ini berlangsung di aula gedung baru STIBA yang khusus diperuntukkan untuk kelas dan asrama mahasiswi.

    Tak hanya dihadiri oleh para kader dan simpatisan dalam kota Makassar, beberapa peserta dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan maupun provinsi lainnya di tanah air tak ingin ketinggalan untuk menghadiri perhelatan akbar ini. Di antara para peserta nampak salah seorang tokoh daerah Sulawesi Selatan AM. Iqbal Parewangi yang tahun ini lolos ke senayan sebagai anggota DPD RI turut berbaur bersama peserta lainnya.

    Tabligh Akbar diisi Ketua Umum Wahdah Islamiyah selama lebih kurang dua jam. Dalam orasinya, pengurus MUI Pusat ini menyatakan rasa syukurnya kepada Allah ‘Azza wa Jalla atas karunia-Nya berupa gedung baru STIBA Makassar. Secara singkat Ustadz Zaitun lalu mengisahkan kembali awal mula berdirinya STIBA Makassar yang dimulai dari kesederhanaan, lalu perlahan namun pasti terus berbenah hingga menjadi lebih baik seperti sekarang ini.

    Beberapa hal menjadi sorotan Ketua Umum dalam tabligh akbar kali ini, di antaranya adalah mengenai maraknya perkembangan aliran sesat, khilafah, hukum mendirikan khilafah, kemudian isu yang paling hangat saat ini yaitu ISIS dengan khilafah yang mereka klaim. Dalam waktu dekat, Wahdah Islamiyah akan segera merilis pernyataan resminya mengenai ISIS.

    2014-08-17_231136 2014-08-17_231646 2014-08-17_232032 2014-08-17_233015

     

  • UNDANGAN MENGIKUTI SHALAT IDUL FITHRI 1 SYAWAL 1435 H

    UNDANGAN MENGIKUTI SHALAT IDUL FITHRI 1 SYAWAL 1435 H

    IMG-20140727-WA0013

    Kampus STIBA Makassar kembali akan jadi tuan rumah pelaksanaan Shalat Idul Fitri keluarga besar Wahdah Islamiyah. Shalat Id yang dipusatkan di Lapangan Badar Kampus STIBA Makassar ini akan dihadiri oleh para kader dan simpatisan Wahdah Islamiyah serta masyarakat umum.

    Akan bertindak sebagai Khotib tahun ini adalah Ketua Umum Wahdah Islamiyah Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A. dengan naib Ustadz Ilham Jaya Abdurrauf, Lc., M.A.