Penulis: admin

  • STIBA Makassar Bangun Sinergisitas dengan Pemprov Sulsel

    STIBA Makassar Bangun Sinergisitas dengan Pemprov Sulsel

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Ketua STIBA Makassar Ustaz Ahmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D. didampingi Ustaz Muhammad Istiqamah, Lc. selaku Kepala Bagian Humas dan Kerja Sama menghadiri acara Penandatangan Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Senin, (21/09).

    Penandatanganan MoU antara Pemprov Sulsel dan STIBA Makassar serta Perguruan Tinggi Negeri se-Sulawesi Selatan tersebut bertempat di Ruang Pola Kantor Gubernur Sulawesi Selatan. Penandatanganan ini dimaksudkan sebagai langkah percepatan penyelenggaraan pendidikan dengan maksud membangun kerja sama dan sinergisitas dengan lembaga pendidikan dalam lingkup Provinsi Sulsel.

    Kesepakatan bersama antara Pemerintah Provinsi Sulsel dengan lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL DIKTI), Kopertais dan Perguruan Tinggi Negeri se-Sulawesi Selatan dan ditindaklanjuti dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Prov. Sulsel dengan Universitas Perguruan Tinggi di Sulsel. Acara ini menghadirkan 241 pejabat perguruan tinggi termasuk Kepala Lembaga, Koordinator Perguruan Tinggi, Rektor, Direktur dan Ketua Sekolah Tinggi.

    Gubernur Provinsi Sulsel, Prof. Dr. Ir. H. M. Nurdin Abdullah, M.Agr. dalam sambutannya mengatakan sangat dibutuhkan kerja sama dalam hal pelayanan termasuk di kampus. “Kalau kita jaga solidaritas, kita bangun kolaborasi dan sinergi yang baik, maka tidak ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan. Termasuk pandemi Covid-19 ini, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terus menjaga solidaritas, membangun kolaborasi dan sinergi yang baik dengan pemerintah yang ada di kabupaten kota dalam menangani Covid-19.  Terima kasih kepada seluruh jajaran lembaga perguruan tinggi swasta dan negeri untuk mendukung program yang dilahirkan Pemerintah Sulawesi Selatan,” tutupnya.

    Jayadi Nas dalam laporannya mengatakan, maksud dari kegiatan ini sebagai upaya bersama untuk memanfaatkan sumber daya yang ada didasarkan saling membantu, saling mendukung dan saling bekerja sama dalam Penyelenggaraan Perizinan Berbasis Online pada Sektor Penelitian dan Pengembangan, di samping itu sebagai upaya bersama untuk melakukan kegiatan kerja sama dalam pemenuhan pada aspek perizinan sebagai bentuk legalisasi dalam penyelenggaraan kegiatan akademik dan kemahasiswaan pada Sektor Penelitian dan Pengembangan.

    Sedangkan tujuannya untuk mengoptimalkan penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Berbasis Online di Provinsi Sulawesi Selatan melalui mekanisme pelayanan terpadu satu pintu dengan saling bersinergi dan terintegrasi, mendekatkan kegiatan pelayanan publik khususnya pelayanan perizinan pada Sektor Penelitian dan Pengembangan, serta memberikan kemudahan kepada mahasiwa/lembaga untuk mendapatkan izin penelitian dan izin pengambilan data,” ungkap Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi Selatan.

    Sejalan dengan maksud dan tujuan, maka kami melahirkan aplikasi yang namanya “Aplikasi Pengurusan Izin Penelitian Berbasis Online dengan nama New Normal Innovation System Information Online Campus (NENI SI LINCA) untuk menjawab sekaligus memberikan solusi bagi pengguna,” pungkasnya.

  • Jurnal Nukhbatul ‘Ulum Raih Peringkat 3 Akreditasi Jurnal Ilmiah Nasional

    Jurnal Nukhbatul ‘Ulum Raih Peringkat 3 Akreditasi Jurnal Ilmiah Nasional

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Surat Keputusan Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia pada tanggal 16 September 2020 resmi menetapkan bahwa Jurnal Nukhbatul ‘Ulum: Jurnal Bidang Kajian Islam memperoleh akreditasi peringkat 3 yang sebelumnya berada pada peringkat 4.

    Jurnal Nukhbatul ‘Ulum merupakan salah satu jurnal yang dikelola oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) STIBA Makassar.

    Dalam sejarahnya, Jurnal Nukhbatul ‘Ulum telah dirintis semenjak tahun 2013 dan masih dalam bentuk cetak.

    Pada tahun 2018, Nukhbatul ‘Ulum beralih menjadi jurnal berbasis online dan memiliki E-ISSN (ISSN Online) di masa kepemimpinan Syandri Sya’ban, Lc., M.Ag. selaku kepala P3M STIBA Makassar.

    Perubahan besar tersebut pada dasarnya dilatari oleh tuntutan zaman, tren, serta arah kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Kepala P3M melakukan terobosan pengembangan jurnal meskipun dengan berbagai keterbatasan yang melekat padanya.

    Stabilitas penerbitan jurnal Nukhbatul ‘Ulum terus berlangsung pada tahun 2018 hingga awal tahun 2019, namun tren dan kualitas jurnal belum terakreditasi secara nasional. Untuk itu, para stakeholder berpikir dan mendorong agar jurnal Nukhbatul ‘Ulum dapat ditingkatkan kualitasnya, mulai dari tata kelola hingga pencapaian akreditasi secara nasional.

    Tidak hanya itu, jurnal yang telah terakreditasi secara langsung akan berimplikasi pada daya tawar dan peningkatan akreditasi institusi.

    Pada tahun 2019 hingga sekarang, pimpinan Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat beralih ke Dr. Khaerul Akbar.

    Atas taufiq dari Allah Ta’ala, P3M STIBA Makassar berhasil meraih akreditasi peringkat tiga (Sinta 3) untuk jurnal Nukhbatul ‘Ulum. Selain itu, P3M STIBA Makassar telah berhasil menerbitkan dan mengelola 4 jurnal lainnya.

    Atas capaian ini, Ketua STIBA Makassar, Dr. Ahmad Hanafi Dain Yunta memberikan apresiasi dan ucapan selamat kepada tim P3M STIBA Makassar.

    Laporan: Azwar

  • Unit Kegiatan Mahasiswa Asrama Putri STIBA Makassar Adakan Nashaih Taujihiyah

    Unit Kegiatan Mahasiswa Asrama Putri STIBA Makassar Adakan Nashaih Taujihiyah

    (STIBA.ac.id) Makassar – Seorang hamba diciptakan untuk taat beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena itu, setiap individu dituntut untuk terus berupaya meningkatkan kualitas keimanan mereka. Salah satu cara yang ditempuh UKM Asrama Putri STIBA Makassar untuk tujuan tersebut adalah mengadakan Nashaih Taujihiyah dengan tema “Tazkiyatun Nafs”.  

    Nashaih Taujihiyah merupakan salah satu program kerja dari Pengurus Inti (PI) UKM Asrama Putri STIBA Makassar yang dilaksanakan sekali dalam sebulan. Kegiatan ini dikhususkan untuk mahasiswi lama STIBA Makassar yang dibagi menjadi lima kelompok dengan pemateri yang berbeda. Walaupun pelaksanaannya berbeda dari biasanya, kegiatan yang dihadiri oleh 291 mahasiswi ini berlangsung dengan khidmat.

    “Alhamdulillah dalam Nashoih Tujihiyah kali ini kita mendapatkan banyak nasihat yang bisa membangkitkan kembali semangat dan mengingatkan kita agar tidak terjatuh dalam keburukan, dosa dan maksiat yang sama. Dan ke depannya kami berharap kegiatan yang seperti ini dihadiri lebih banyak lagi oleh mahasiswi, tentunya dengan tema yang bervariasi dan sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan mahasiswi karena sejatinya seorang dai juga membutuhkan penguat,” ujar Ketua UKM Asrama Putri STIBA Makassar usai kegiatan yang digelar secara daring tersebut, Ahad (25/01/1442 H/13/09/2020 M).


    Reporter: Tim Humas Putri

  • Ustaz Musriwan: STIBA Tidak Pernah Memberhentikan Mahasiswa karena Tidak Mampu Membayar Biaya Kuliah

    Ustaz Musriwan: STIBA Tidak Pernah Memberhentikan Mahasiswa karena Tidak Mampu Membayar Biaya Kuliah

    (STIBA.ac.id) Makassar – Seperti biasa Kuliah Perdana STIBA Makassar di setiap awal semester selalu ditutup dengan penyampaian-penyampaian dari wakil-wakil ketua. Penyampaian-penyampaian kali ini dimulai dari Wakil Ketua I yang diwakili oleh Kepala Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum Ustaz Saifullah Anshar, Lc., M.H.I. yang membacakan beberapa pengumuman terkait Bidang Akademik.

    Menyusul kemudian pengumuman dari Wakil Ketua II Bidang Umum Ustaz Musriwan, Lc., Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan Ustaz Muhammad Taufan Djafri, Lc., M.H.I. dan Wakil Ketua IV Bidang Kerja Sama Ustaz Ahmad Syaripudin, S.Pd.I., M.Pd.I.

    Dari beberapa penyampaian yang diumumkan oleh oleh Ustaz Musriwan, terungkap bahwa sejak berdirinya, STIBA Makassar tidak pernah memberhentikan mahasiswanya karena alasan tidak mampu membayar uang kuliah.

    “Bahkan sekadar meminta izin cuti karena alasan kekurangan biaya pun kita tidak memberi izin. Kita akan berupaya semaksimal mungkin untuk mencari jalan keluar dengan mengupayakan biaya melalui bantuan donatur,” ujar Ustaz Musriwan.

    Pihak STIBA hanya meminta kerja sama dari mahasiswa yang terkendala pembayaran untuk proaktif berkomunikasi dengan pihak terkait di STIBA sebelum tenggak waktu pembayaran berakhir.

  • Kuliah Perdana, Ustaz Yusran Ungkap Alasan STIBA Didirikan

    Kuliah Perdana, Ustaz Yusran Ungkap Alasan STIBA Didirikan

    (STIBA.ac.id) Makassar – Hidup di akhir zaman menjadikan kita banyak menyaksikan tanda-tandanya. Di antaranya seperti yang digambarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam salah satu sabdanya bahwa di akhir zaman akan bermunculan arruwaibidhah. Mereka adalah orang-orang jahil, tidak memiliki kapabilitas dalam agama tetapi banyak bicara tentang persoalan umat.

    Makin dekatnya akhir zaman juga terlihat dari tanda lain yang dikabarkan Rasulullah lebih dari 1400 tahun yang lalu yaitu semakin banyak amanah yang disia-siakan karena urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya.

    Tanda lainnya adalah kelangkaan ulama. Orang-orang yang paham agama, mengamalkan dan mendakwahkannya semakin sulit ditemukan karena Allah mewafatkan mereka. Akhirnya ilmu pun diangkat dari muka bumi.

    Ketiga tanda akhir zaman ini diungkapkan oleh Ketua Senat STIBA Makassar Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D. mengawali sambutannya saat membuka Kuliah Perdana STIBA TA. 1441—1442 H/2020—2021 M.

    Ketiga tanda akhir zaman yang terkait dengan kelangkaan ulama ini sengaja diangkat oleh Ustaz Yusran menyesuaikan dengan tema sentral yang diusung dalam Kuliah Perdana kali ini yaitu tentang kaderisasi ulama.

    “Meskipun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan kepada kita bahwa ini akan terjadi di akhir zaman, tidak berarti bahwa kita menyerah menghadapi keadaan,” ujar Ustaz Yusran disaksikan mahasiswa melalui media Zoom dan mahasiswi melalui saluran Youtube STIBA TV.

    “Karenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, sekiranya besok akan terjadi kiamat dan di tanganmu ada bibit pohon, maka tanamlah. Meski ulama akan makin langka tapi tugas kita adalah melahirkan para ulama.”

    Mantan ketua STIBA tersebut kemudian membacakan firman Allah dalam Surah Ali Imran,

    وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ

    “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? “. (QS. Ali Imran: 144)

    Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga menyebutkan para pewaris nabi adalah ulama. Ulamalah yang paling berhak meneruskan jihad beliau. Juga mewarisi dakwah, perjuangan, dan segala yang pernah diajarkan beliau.

    Dan ternyata menurut Ustaz Yusran, untuk tujuan inilah kampus STIBA Makassar dibangun, yaitu sebagai lumbung kaderisasi ulama rabbani.

    Di akhir sambutannya, Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah tersebut mengajak seluruh dosen dan mahasiswa untuk memaksimalkan perkuliahan.

    “Seandainya kita sudah berupaya semaksimal mungkin mempersiapkan proses belajar mengajar secara online, maka porsi yang kita dapatkan mungkin tak lebih dari 50% dari yang kita capai jika perkuliahan berlangsung secara offline. Maka bagaimana lagi jika persiapan belajar mengajar kita biasa-biasa saja?”

    Kuliah Perdana STIBA Makassar semester ganjil tahun ini diisi oleh Ketua Dewan Syariah Kota Surakarta Ustaz Dr. H. Mu’inudinillah, Lc., M.A. Ustaz Mu’in merupakan salah seorang inisiator berdirinya MIUMI dan sekarang menjadi ketua MIUMI Kota Solo.

  • Perkuliahan Masih Daring, Ini Pertimbangan Ketua STIBA Makassar

    Perkuliahan Masih Daring, Ini Pertimbangan Ketua STIBA Makassar

    (STIBA.ac.id) Makassar – Semenjak pertengahan bulan Maret, di awal-awal pandemi Covid-19 mulai mewabah di tanah air hingga saat ini, belum ada mahasiswa STIBA Makassar yang dilaporkan positif Covid-19. Hal ini merupakan nikmat kesehatan dari Allah yang patut disyukuri dan dijaga dengan meningkatkan kewaspadaan, seperti yang disampaikan Ketua STIBA Makassar Ustaz Ahmad Hanafi, Lc., M.A., Ph.D. saat memberi sambutan dalam Kuliah Perdana, Senin (07/09).

    Di samping nikmat kesehatan, terlaksananya seluruh kegiatan akademik dengan baik juga menjadi hal yang patut disyukuri. Di awal STIBA meliburkan mahasiswanya karena pandemi, semuanya masih terasa samar-samar. STIBA belum memiliki gambaran yang jelas tentang perkuliahan secara daring. Namun niat tulus menjaga keselamatan mahasiswa dan seluruh warga kampus menuntut pimpinan STIBA untuk mengambil langkah cepat meliburkan perkuliahan tatap muka.

    “Alhamdulillah, perkuliahan semester, UAS, ujian skripsi, hingga yudisium semua bisa berjalan dengan baik meskipun secara daring. Tinggal prosesi wisuda yang kita tunda mengingat hampir seluruh mahasiswa yang baru selesai ini menginginkan wisuda secara luring,” ujar Ustaz Ahmad yang disiarkan langsung dari Masjid Anas bin Malik Kampus STIBA Makassar melalui saluran Youtube STIBA TV dan media Zoom.

    “Termasuk kegiatan PMB, orientasi mahasiswa baru dan prakuliah juga terlaksana dengan baik. Demikian pula program-program kerja di bidang-bidang lain. Semua berjalan dengan baik,” kata Ustaz Ahmad.

    Karena itu, wakil ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah tersebut mengimbau seluruh civitas academica STIBA Makassar untuk banyak bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Terkait covid-19 yang statusnya dianggap belum aman, doktor jebolan King Saud University Riyad KSA ini meminta untuk banyak bersabar atas musibah dan ujian.

    “Kita tidak tahu kapan ujian berakhir. Banyak kesulitan dan masalah kita hadapi, termasuk pribadi-pribadi kita. Secara khusus mahasiswa banyak yang mengalami hambatan, jaringan bermasalah, kuota, dan seterusnya. Karena itu mari lipat gandakan kesabaran. Ini mujahadah. Ini menunjukkan apa kita betul-betul seorang penuntut ilmu sejati atau bukan,” tutur Ustaz Ahmad memotivasi seribuan lebih mahasiswa yang memantau melalui Youtube dan Zoom.

    “Termasuk di antara kesabaran itu adalah menahan rasa rindu untuk bertemu dengan Antum semua. Melihat Antum di masjid ini, di kelas-kelas, memenuhi sudut-sudut kampus dengan zikir kepada Allah,” ujarnya menahan haru.

    Menurut Ustaz Ahmad Hanafi, pada dasarnya menuntut ilmu itu memang harus melalui tatap muka, bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan malaikat Jibril saling merapatkan lutut mereka saat menyampaikan ilmu.

    Kesabaran menjalankan protokol kesehatan juga menjadi perhatian ketua STIBA Makassar. Lembaga Wahdah Islamiyah yang menaungi STIBA Makassar hingga saat ini masih konsisten untuk mengimbau kepada kader-kadernya untuk tetap menerapkan protokol kesehatan. Karena itu, mudir mengingatkan pentingnya keteladanan dan saling mengingatkan di kalangan civitas academica.
    Kendati masih melaksanakan perkuliahan secara daring, pihak STIBA telah menyiapkan langkah-langkah persiapan untuk mendatangkan mahasiswanya ke kampus, seperti persiapan sarana dan prasarana hingga pembentukan Tim Gugus Covid.

    Terkait pertanyaan kapan STIBA memulai perkuliahan luring, Ustaz Ahmad menjawab, “Kalau kita sudah siap dan pihak berwenang dalam hal ini YPWI sudah memberi rekomendasi jika syaratnya terpenuhi. Juga kalau regulasi dari pemerintah sudah memberi izin. Ketika kita memulangkan mahasiswa di bulan Maret dengan banyak pertimbangan maka untuk mengembalikannya pun butuh pertimbangan matang,” pungkasnya.

  • Narasumber Kuliah Perdana, Ustaz Mu’inudinillah Sampaikan Kriteria Ulama yang Dilahirkan dari Kaderisasi

    Narasumber Kuliah Perdana, Ustaz Mu’inudinillah Sampaikan Kriteria Ulama yang Dilahirkan dari Kaderisasi

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Kaderisasi ulama adalah kewajiban yang diemban di atas pundak-pundak kaum muslimin. Perjuangan dakwah tak akan mencapai hasil tanpa disertai kaderisasi ulama. Kendati di dalam hadisnya, Nabi shallallahu alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa pada akhir zaman para ulama rabbani diwafatkan dan orang-orang jahil angkat bicara menggantikan posisi para ulama, hal itu tidak berarti kita membiarkan hilangnya para ulama dan orang-orang tidak kapabel menggantikan kedudukan mereka.

    Dari sini, peran pengaderan ulama dipandang sangat urgen bahkan wajib. Namun ulama yang bagaimanakah yang eksistensinya penting dipertahankan bahkan diperbanyak kuantitas dan kualitasnya? Ustaz Dr. H. Mu’inudinillah Basri, Lc., M.A. menguraikan beberapa kriteria ulama yang sepantasnya dilahirkan dari proses kaderisasi. Hal ini ia paparkan saat menjadi narasumber dalam Kuliah Perdana STIBA Makassar yang berlangsung daring via Kanal Youtube STIBA TV dan media Zoom, Senin (07/09/2020).

    Para ulama yang diharapkan lahir dari kaderisasi ulama menurut Ustaz Mu’inudinillah adalah ulama yang mewarisi kenabian. Jika para nabi menerima wahyu dan memberi contoh maka ulama mengamalkan wahyu tersebut.

    Ulama adalah para pewaris nabi. Mereka mewarisi ilmu. Jika Bani israil dipimpin para nabi maka umat Islam dipimpin oleh para ulama karena tak ada lagi nabi setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan pastinya, Alquran dan sunah yang diwariskan Rasullullah ini punya konsep dalam membangun negara termasuk Indonesia dan mengeluarkannya dari carut-marutnya.

    Ulama yang bisa menjadi imam dan mursyid umat juga menjadi salah satu kriteria ulama yang seharusnya lahir dari kaderisasi menurut inisiator MIUMI ini. Ia mengutip firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

    مَن يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَن يُضْلِلْ فَلَن تَجِدَ لَهُ وَلِيّاً مُّرْشِداً

    “Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (QS. Alkahfi: 17).

    “Dapat dipahami dari ayat ini bahwa orang yang disesatkan itu karena tidak ada “wali” yang menjadi mursyid baginya,” ujarnya.

    Karena itu, kehadiran ulama sangat penting untuk membimbing umat dan menarbiah mereka. Kesalehan umat ini karena ada ulama yang mentransfer iman bukan sekadar pengetahuan.

    Kriteria selanjutnya yang dipaparkan oleh Ketua Dewan Syariah Kota Surakarta ini adalah ulama yang mampu memberi solusi problem sosial. Ia mencontohkan, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang tidur, beliau mendengar suara ribut dari luar. Ternyata suara itu berasal dari percekcokan antara dua orang, yang satu berutang dan yang lainnya menagih piutangnya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memutihkan separuhnya dan yang berutang membayar setengahnya.

    Seorang ulama harus bisa menyatukan pergerakan Islam, mampu memberi motivasi kepada umat untuk membantu menyelesaikan persoalan.

    Ulama yang bisa menjadi pemersatu umat adalah kriteria ulama selanjutnya yang patut dilahirkan dari proses kaderisasi ulama. Bagaimana ulama memperbaiki umat yang tercerai-berai menjadi satu yang berkasih sayang.

    Kriteria terakhir yang disebutkan oleh Ketua MIUMI Solo tersebut adalah ulama pembangun peradaban. Seorang ulama harus membangun peradaban. Ia mencontohkan terjadinya perubahan yang sangat mendasar pada cara pandang masyarakat muslim Surakarta pascalahirnya Dewan Syariah Kota Surakarta yang dipimpinnya. Dari yang dulu saling mengafirkan satu sama lain menjadi bersatu.

    Kuliah Perdana STIBA Makassar untuk Tahun Ajaran 1441-1442 H/2020-2021 M mengusung tema “Kaderisasi Ulama dalam Bingkai Dakwah dan Perjuangan Umat Islam di Indonesia”. Kuliah Perdana ini berlangsung daring dan diikuti lebih dari seribu mahasiswa, dosen, maupun pengelola. Ikhwan melalui media Zoom sementara akhwat mengikuti via saluran Youtube STIBA TV.

  • STIBA Makassar Sukses Adakan Webinar Literasi, Mengabdi dan Mengabadi

    STIBA Makassar Sukses Adakan Webinar Literasi, Mengabdi dan Mengabadi

    (STIBA.ac.id) Makassar – Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) STIBA Makassar mengadakan kegiatan Webinar Nasional yang bertajuk “Penguatan Literasi untuk Mengabdi dan Mengabadi”, Ahad (06/09/2020). Kegiatan yang berlangsung secara daring melalui media Zoom tersebut mampu menarik perhatian 230 orang peserta.

    Pada kegiatan tersebut, P3M STIBA Makassar menghadirkan dua narasumber nasional yang pakar dalam dunia literasi Islam, yakni Dr. Nirwan Syafrin Manurung dan Dr. Muhammad Ihsan Zainuddin.

    Keduanya dikenal melalui karya ilmiahnya, baik berupa buku, artikel, hingga diskusi ilmiah bergenre islamic studies yang menyoal pada pemikiran Islam kontemporer.

    Kehadiran buku dan artikel ilmiah dari para narasumber tentunya bertujuan untuk meretas persoalan umat dan bangsa di era post truth hari ini.

    Untuk itu, Webinar Nasional ini dimaksudkan untuk memberikan stimulasi dakwah bi al-qalam (melalui pena atau tulisan) para aktivis dakwah, juga menyosialisasikan keberadaan Penerbit STIBA Publishing nantinya.

    Dr. Khaerul Akbar selaku moderator pada kegiatan ini mengawali kegiatan webinar dengan menyapa para peserta, menarasikan maksud kegiatan, hingga pada agenda launching Penerbit STIBA Publishing di penghujung acara, kemudian dilanjutkan dengan memperkenalkan profil singkat kedua narasumber.

    Dr. Nirwan Syafrin Manurung yang merupakan Doktor bidang pemikiran Islam lulusan ISTAC-IIUM dan peneliti INSISTS ini bertindak sebagai pemateri pertama. Tema yang disampaikan ialah “Mengasah Pena Aktivis Dakwah”.

    Dalam narasinya, ia memaparkan akan urgensi literasi Islam bagi aktivis dakwah guna meretas kelatahan umat hari ini akibat arus globalisasi.

    Di awal pemaparannya, ia juga menerangkan data akan lemahnya “daya baca”, bukan “minat baca” kaum muslimin Indonesia dibandingkan penduduk dunia hari ini. Fakta akan produktivitas umat Islam di masa silam dalam berliterasi juga ia paparkan dengan menampilkan data kuantitas karya yang dihasilkan oleh ulama rabbani di tengah keterbatasannya. Mulai dari Imam Syafi’i, Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, dan ulama lainnya.

    Di penghujung pemaparannya, ia memotivasi para peserta webinar agar menggalakkan “daya baca, bukan minat baca” di era post truth, alih-alih di era bertebarannya para kaum “Islamic Phobia”, hingga makar LGBT di media sosial hari ini. Tujuannya agar para aktivis dakwah dapat meng-counter arus pemikiran “sepilis” dan menyimpang hari ini.

    Dr. Muhammad Ihsan Zainuddin yang bertindak sebagai pemateri kedua adalah doktor di bidang syariah sekaligus sebagai dosen STIBA Makassar.

    Ustaz Ihsan dikenal sebagai penulis buku, juga peneliti yang fokus pada kajian fikih dan sejarah peradaban Islam, serta konstektualisasinya di tengah permasalahan keumatan hari ini. Ia menyajikan materi dengan tema “Tradisi Ulama Menulis Karya Ilmiah”.

    Dalam narasinya, ia mengawali bahwa literasi Islam bermula dari Alquran pada surah al-‘Alaq, dan dikembangkan pada upaya menegakkan jihad ilmu, memburu impian surga, hingga meninggalkan rekam jejak kesalihan, atau “h-index diri” dalam dunia jurnal atau publikasi ilmiah.

    Selanjutnya, Ustaz Ihsan yang juga merupakan alumni Universitas Islam Madinah Saudi Arabia ini menampilkan “uswah hasanah” atau teladan yang baik dalam literasi Islam dengan menyebutkan beberapa ulama besar di masa silam.

    Di akhir pemaparannya, ditegaskannya bahwa literator sejati ialah pribadi yang menggunakan dan menikmati waktu malamnya dengan menuangkan kegelisahan hati pada pena dan tulisannya dalam dakwah Islam, dan beliau menyitirnya dari ungkapan al-Shafadi rahimahullah.

    Di penghujung acara, Amirullah selaku MC kegiatan ini mempersilakan Ketua STIBA Makassar, Dr. Ahmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A. untuk memberikan sambutan sekaligus meresmikan Penerbit STIBA Publishing.

    Dalam sambutannya, Ustaz Ahmad memperkenalkan keempat jurnal ilmiah yang dimiliki oleh STIBA Makassar.

    Pada akhir sambutannya, beliau secara terbuka mengharapkan agar para peserta webinar dapat berpartisipasi dan berkontribusi nyata dalam dunia literasi.

    Senada dengannya, setelah sambutan beliau, Dr. Khaerul Akbar selaku kepala P3M STIBA Makassar membacakan surat keputusan pendirian Penerbit “STIBA Publishing” yang telah ditandatangani oleh Ketua STIBA Makassar.

    Reporter: Aswar

  • Jelang Wisuda, Alumni Ini Persembahkan Medali Emas Lomba Kaligrafi Tingkat Provinsi Sulawesi Utara

    Jelang Wisuda, Alumni Ini Persembahkan Medali Emas Lomba Kaligrafi Tingkat Provinsi Sulawesi Utara

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Seni kaligrafi adalah seni menulis indah yang dibentuk dengan mengutamakan keindahan yang terdapat pada bentuk huruf yang telah dimodifikasi. Kaligrafi Islam merupakan seni yang dihormati di antara berbagai seni rupa Islam karena merupakan alat utama untuk melestarikan Alquran.  

    Baru-baru ini, salah seorang alumni STIBA Makassar tahun 2020, Fikriansyah Tjarsadiwiryo berhasil menjuarai perlombaan Khat (Seni Kaligrafi Islam) tingkat Provinsi Sulawesi Utara. Fikri meraih juara I setelah menyisihkan 21 peserta lainnya yang berasal dari seluruh kabupaten se-Sulawesi Utara. Fikri sendiri mewakili Kabupaten Bolaang Mongondow.

    Prestasinya dalam lomba yang digelar di lokasi MTQ Kampus IAIN Manado (23/08) tersebut menjadikan Fikriansyah berhak mewakili Sulut di tingkat nasional.

  • Disertasinya tentang Politik Muhammadiyah, Sekretaris Senat STIBA Lulus  Berpredikat Cumlaude

    Disertasinya tentang Politik Muhammadiyah, Sekretaris Senat STIBA Lulus Berpredikat Cumlaude

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Dosen STIBA Makassar Ustaz H. Kasman Bakri, S.Pd.I., S.H.I., M.H.I. berhasil meraih gelar doktor pada Program Studi Dirasah Islamiyah Konsentrasi Syariah dan Hukum Islam. Ustaz Kasman berhasil meraih predikat cumlaude (nilai 4.0) setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Dinamika Politik Muhammadiyah dan Relevansinya dengan Negara Perspektif Fikih Siyasah.

    Sekretaris Senat STIBA Makassar ini mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dewan penguji dengan memukau. Dewan penguji yang beranggotan sembilan orang tersebut terdiri dari:

    1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D. (Rektor UIN Alauddin Makassar/Ketua Sidang)
    2. Prof. Dr. H. M. Ghalib M., M.A. (Dir. PPs. UIN Alauddin Makassar/Sek. Sidang)
    3. Prof. Ali Munhanif, M.A., Ph.D. (Dekan Fisip UIN Syarif Hidayatullah Jakarta / Penguji Eksternal)
    4. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. (Promotor)
    5. Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag. (Co. Promotor)
    6. Prof. Dr. H. Kasjim Salenda, S.H., M.Th.I. (Co. Promotor)
    7. Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing, H.T., M.S. (Penguji Utama)
    8. Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A. (Penguji Utama)
    9. Dr. Hj. Indo Santalia, M.Ag. (Penguji Utama)

    Ustaz Kasman banyak mendapat ucapan selamat dari sesama dosen STIBA Makassar, termasuk Ketua STIBA Makassar Ustaz Ahmad Hanafi, Lc., M.A., Ph.D. dan MIUMI Sulawesi Selatan.

    Mantan Wakil Ketua I Bidang Akademik STIBA Makassar tersebut mengatakan bahwa rihlah ilmiah akademik hingga di titik akhir dalam program studi doktoral ini merupakan karunia Allah yang tak terhingga. Di samping dukungan terbaik dari orang tua, keluarga, dan banyak pihak yang memberikan doa dan motivasi.

    “Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pimpinan Umum Wahdah Islamiyah, Ketua Harian DPP WI, Ketua-ketua Dewan WI, Ketua YPWI, Ketua Senat STIBA Makassar, dan Ketua STIBA Makassar yang telah memberikan dukungan riil maupun moril, izin dan restu kepada ana untuk melanjutkan studi S3,” ujarnya setelah berhasil menyelesaikan Ujian Terbuka Disertasinya secara daring, (25/08).

    Hal senada juga ia sampaikan kepada seluruh asatidzah dan ustadzat Wahdah Islamiyah secara umum, para dosen STIBA, dan civitas academica STIBA Makassar secara khusus yang telah berkontribusi dalam memberikan doa dan motivasi baginya sehingga perjalanan akademiknya berakhir dengan mencapai hasil yang sesuai harapan.

    “Lakum minni jaziil as-syukur wa ahsan at-taqdiir,” pungkasnya.