Kategori: Kegiatan Dosen

  • Dua Dosen STIBA Makassar Wakili Indonesia dalam Konferensi Internasional Bela Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam

    Dua Dosen STIBA Makassar Wakili Indonesia dalam Konferensi Internasional Bela Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Ustaz Muhammad Ikhwan Djalil, Lc., M.H.I., M.A. dan Ustaz Harman Tajang, Lc., M.H.I. mewakili ulama Indonesia dalam Konferensi Internasional Cendekiawan Bangsa Islam untuk Mendukung Rasulullah ﷺ, Ahad (1/11/2020).

    Kedua dosen STIBA Makassar tersebut menjadi peserta sekaligus pembicara dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Asosiasi Ulama dan Cendekiawan Yordania. Acara Konferensi Internasional ini berlangsung di Yordania, pukul 19.00 waktu setempat.

    Penyelenggaraan Konferensi Internasional Cendekiawan Bangsa Islam untuk Mendukung Rasulullah ﷺ ini dilatarbelakangi oleh adanya isu internasional yang cukup panas akhir-akhir ini. Presiden Perancis, Emmanuel Macron kini menjadi sorotan setelah pernyataannya yang menghina Islam. Tak hanya itu, dia pun dikecam karena membela penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad ﷺ oleh majalah satire Charlie Hebdo asal Prancis. Tentu, banyak negara terutama negara mayoritas penduduk Islam melayangkan protes keras dan pemboikotan kepada Negara Prancis.

    Acara yang dilaksanakan via aplikasi zoom ini diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Syeikh Maarouf Rashad Al-Sharif dan sambutan dari Professor Hadits Al-Sharif dan Ilmu Pengetahuan Universitas Yordania sekaligus Ketua Asosiasi Ulama dan Cendekiawan Yordania, Dr. Abdul Karim.

    Acara Konferensi Internasional ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama dimulai pukul 19.20 sampai dengan 20.30 waktu setempat menghadirkan pembicara dari berbagai negara seperti Ustaz Harman Tajang (Indonesia), Dr. Akramah Sabri (Palestina), Dr. Mahmoud Al-Saratawi (Yordania), Dr. Bilal Ibacan (Turki), Dr. Salman Al-Diaa (Palestina), Dr. Amjad Qorsha (Kanada), Dr. Hassan Abbas (Tunisia), Dr. Mohamed Yasri (Mesir), Dr. Abdul Mohsen Al-Mutairi (Kuwait), Sheikh Mohammed bin Ibrahim (Prancis), Dr. Hamdia Al-Jurani (Irak), Dr. Najwa El-Masry (Lebanon) dan Dr. Mohammed Aldo (Mauritania).

    Saat diberi kesempatan untuk berbicara, Ustaz Harman Tajang menyebutkan bahwa hal yang seperti ini (penghinaan kepada Rasulullah) bukanlah hal yang baru sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah sebutkan di dalam Al-Qur’an dan Nabi ﷺ telah menjalani berbagai macam hinaan, olokan dan celaan. Pada akhirnya Allah memuliakan Nabi-Nya dan menghinakan orang yang mengolok-oloknya.

    “Ini menunjukkan bahwa kaum Yahudi dan Nashrani tidak akan rida sampai kita mengikuti mereka. Tentu hal seperti ini juga terjadi di zaman sekarang sampai hari kiamat karena itu Allah akan menolong Nabi-Nya,” sambungnya.

    Beliau melanjutkan di antara hal positif dari kejadian ini adalah harus dipandang bahwa ini menunjukkan semakin berkembangnya agama Islam, terutama di negara-negara barat sehingga membuat mereka semakin terusik, namun agama Allah akan senantiasa tertolong sebagaimana janji-Nya.

    “Hikmah lainnya dari kejadian ini adalah menjadikan orang-orang semakin penasaran dengan pribadi Rasulullah sehingga mereka hendak mempelajarinya. Hal ini juga membangun kesadaran untuk lebih mempelajari sejarah Rasulullah yang di dalamnya ada tuntunan dalam segala sisi kehidupan untuk kemudian diamalkan,” tutup Sekretaris Dewan Syariah Wahdah Islamiyah tersebut.

    Sesi kedua dimulai pukul 20.35 waktu setempat dengan menghadirkan pembicara di antaranya Ketua Dewan Syuro Wahdah Islamiyah Pusat Ustaz Muhammad Ikhwan Jalil (Indonesia), Dr. Adnan Umama (Lebanon), Syeikh Rodrigo Rodriguez (Brazil), Syeikh Moez bin Al-Habib Belhassen (Prancis), Dr. Najwa Shukani (Palestina), Dr. Mahran Maher Othman (Sudan) dan Syeikh Mohamed Dinger (Prancis).

    Dalam pemarannya, Ustaz Ikhwan menyampaikan salam dari dua ratusan juta masyarakat muslim Indonesia yang setiap hari mengirim salawat dan salam kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

    Terkait pelecehan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menurut Ustaz Ikhwan, pelakunya laksana seorang tukang sapu yang ingin memenuhi langit dengan debu, tapi debu itu tidak meliputi kecuali dirinya sendiri.

    Ustaz juga mengutip ayat, “Sesungguhnya orang yang menyakiti Allah dan rasul-Nya maka Allah melaknat mereka di dunia dan di akhirat, dan Allah menyiapkan bagi mereka siksa yang menghinakan.” (QS. Al-Ahzab: 57).

    Ketua Dewan Syuro Wahdah Islamiyah ini juga menyatakan dukungannya terhadap aksi boikot produk-produk Prancis.

    Link Video Konferensi Internasional Cendekiawan Bangsa Islam untuk Mendukung Rasulullah ﷺ
    http://www.facebook.com/JORDAN.I.S.L/videos/1000436027034751

    Nasihat Ustadz Harman Tajang dalam Konferensi Internasional Cendekiawan Bangsa Islam untuk Mendukung Rasulullah
    http://www.facebook.com/HarmanTajangLc/videos/362997764774895

  • Masa Pandemi, 11 Dosen STIBA Raih Gelar Magister, Satu Doktor

    Masa Pandemi, 11 Dosen STIBA Raih Gelar Magister, Satu Doktor

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Pandemi Covid-19 telah berlangsung selama lebih dari enam bulan sejak kasus pertama diumumkan oleh pemerintah pada tanggal 2 Maret. Selama itu, baik sekolah maupun kampus melaksanakan kegiatan belajar-mengajar secara daring.

    Perkuliahan yang berlangsung online rupanya tidak menyurutkan semangat para dosen STIBA Makassar yang sedang lanjut studi pada program magister. Belasan dosen bahkan berhasil menuntaskan masa studinya selama pandemi ini.

    Berikut nama-nama dosen yang berhasil menyelesaikan program magister mereka setelah mengikuti ujian tesis yang berlangsung daring:

    1. Rosmita, Lc., S.H., M.H. Judul tesis: Fikih Unjuk Rasa Perspektif Dewan Syariah Wahdah Islamiyah (Telaah Praktisi Aksi Damai Wahdah Islamiyah di Kota Makassar). Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Senin (26 Syakban 1441/20 April 2020)

    2. Kurnaemi Anita, S.T., S.H., M.E. Magister Ekonomi Syariah dengan judul tesis Manajemen Risiko Berbasis La Darar Wa La Dirar dalam Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) pada Developer Properti Syariah (Studi pada PT. Wahana Persada Indonesia Makassar). Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Senin (18 Ramadan 1441 H/11 Mei 2020 M).

    3. Muh. Imran Yunus, Lc., M.H. Judul tesis: Rukhsah Syar’iyyah bagi Penderita Penyakit Inkontinensia Urin. Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Selasa (23 Zulkaidah 1441 H/14 Juli 2020).

    4. Ridwan Hambali, Lc., M.H., Prodi Dirasat Islamiyah, Konsentasi Dakwah dan Komunikasi. Judul tesis: Metode Komunikasi Dakwah Rasulullah Kajian Tematik dalam Kitab Sahih Muslim, Pascasarjana UINAM, Kamis 30 Juli 2020.

    5. Muhammad Ikhwan Jalil, Lc., M.H.I., M.Pd. Judul tesis Metode dan Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Surah Nuh. Pascasarjana Unversitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Selasa (21 Zulhijah 1441 H/11 Agustus 2020 M).

    6. Munira, S.H., S.Pd., M.Pd. Magister Pendidikan Bahasa Arab. Judul tesis تطبيق طرق تدريس الكتاب العربية بين يديك في تعليم اللغة العربية في المعهد العالي للدراسات الإسلامية واللغة العربية مكسر. Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Selasa, 22 Zulhijah 1441 H/12 Agustus 2020 M

    7. Rustam Efendi, Lc., M.A.  Judul tesis: Perbedaan Qiraat dalam Surah al-Baqarah dan penafsirannya dari Kitab Ma’alim al-Tanzil, pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Rabu, 19 Agustus 2020.

    8. Sri Ujiana Putri, Lc., S.H., M.E. Program studi Ekonomi Syariah. Judul tesis: Kajian Bisnis Berbasis Sharia Enterprise Theory (Studi pada Rumah Jahit Akhwat Makassar). Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Kamis (8 Muharram 1441 H/27 Agustus 2020 M).

    9. Sa’adal Jannah, S.H., M.E. Program studi Ekonomi Syariah dengan judul tesis Internalisasi Nilai-Nilai Macca na Malempu dalam Etika Bisnis Islam sebagai Upaya dalam Meningkatkan Kepuasan CV. Idlan Waranie Perkasa (Mabello Indonesia). Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Senin, 31 Agustus 2020.

    10. Asnawati Patuti, S.H., M.H. Judul tesis Praktik Khitan Perempuan di Wihdatul Ummah Medical Center (Studi Analisis Maslahah). Pascasarjana Universitas Negeri Alauddin Makassar, 28 Muharram 1442 H/16 September 2020 M.

    11. Sirajuddin Qasim, Lc., M.H. Judul tesis Peniadaan Salat Jumat dalam Surat Edaran Gubernur Sulsel Nomor: 451.11/2057//2020 Selama Pandemi Covid-19 dan Implementasinya Perspektif Maqasid al-Syari’ah. Pascasarjana Universitas Negeri Alauddin Makassar, 29 Muharram 1442 H/17 September 2020 M

    Sementara satu-satunya dosen yang menyelesaikan program doktor yaitu Ustaz Dr. Kasman Bakry, S.H., M.H.I.
    Disertasinya tentang Politik Muhammadiyah, Sekretaris Senat STIBA Lulus Berpredikat Cumlaude

  • Waka IV Uraikan Pengaruh Tri Dharma Perguruan Tinggi bagi Prestasi Akademik Mahasiswa

    Waka IV Uraikan Pengaruh Tri Dharma Perguruan Tinggi bagi Prestasi Akademik Mahasiswa

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Sebuah institusi pendidikan tinggi  tidak dikatakan sebagai perguruan tinggi ketika tidak menjalankan salah satu atau bahkan seluruh poin yang tertuang dalam “Tri Dharma Perguruan Tinggi”. Hal ini diungkapkan oleh Ustadz Ahmad Syaripudin, S.Pd.I., M.Pd.I. ketika pertemuan PA perdana yang dilaksanakan secara daring dengan mahasiswa program studi Perbandingan Mazhab kelas 1C, Senin (05/10/2020).

    Masa pelajar dulu tentu saja berbeda dengan mahasiswa, yang di mana perguruan tinggi atau masa perkuliahan lebih tinggi lagi tantangan dan pendalaman pengetahuannya dibanding saat berstatus siswa. Untuk itu, penting kiranya seorang mahasiswa mengetahui tentang Tri Dharma Perguruan Tinggi serta menjalankannya selama masa kuliah. Tentu saja, dimaulai sejak berstatus sebagai mahasiswa dan harus terus mehaminya hingga lulus nanti.

    Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai dan dilakukan oleh setiap perguruan tinggi di Indonesia. Perguruan Tinggi selayaknya melahirkan para pemuda atau orang-orang terpelajar yang memiliki semangat tinggi, pemikiran yang kreatif, mandiri, inovatif agar dapat membangun bangsa di berbagai sektor sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

    Inti dari Tri Dharma Perguruan Tinggi terdiri dari 3 poin yaitu Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Untuk itu, Tri Dharma Perguran Tinggi adalah tanggung jawab semua elemen yang terdapat di Perguruan Tinggi. Bukan hanya mahasiswa, melainkan dosen, dan seluruh civitas akademika turut terlibat.

    Ustaz Ahmad selaku Penasihat Akademik kelas tersebut menguraikan poin-poin yang tertuang dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Yang pertama adalah pendidikan dan pengajaran.

    Menurutnya, sebuah institusi pendidikan tinggi seperti universitas, atau sekolah tinggi tidak dapat disebut sebagai perguruan tinggi ketika pendidikan dan pengajaran di kampus tersebut tidak berjalan dengan baik dan teratur. Dan hasil dari pendidikan dan pengajaran yang teratur tersebut setidaknya dapat membantu mahasiswa untuk mencapai IPK 4.00 yang juga merupakan impian setiap mahasiswa.

    Beliau mengimbau kepada mahasiswa PM 1C untuk semangat dalam menuntut ilmu dan rajin muroja’ah agar semunya dapat meraih mumtaz awal dalam artian IPS semua mahasiswa PM 1C adalah 4.00.

    Di STIBA Makassar juga menerapkan sistem tarbiah yang diadakan minimal sekali sepekan sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang diharapkan mampu menghasilkan mahasiswa yang tidak hanya unggul pada bidang akademik akan tetapi unggul juga dari segi adab dan akhlak. Sehingga dengan itu semua, setiap mahasiswa mampu mencerdaskan umat dan bangsa ini.

    Yang kedua, kata Ustaz Ahmad, penelitian dan pengembangan.

    “Seorang mahasiswa, harus mempunyai sifat yang realistis. Artinya, setiap ilmu yang didapatkan di dalam kelas, bukan hanya menjadi catatan yang digunakan sebagai bahan ujian, tapi hakikatnya, ia seharusnya menjadi bahan penelitian dan pengabdian kepada umat dan bangsa. 

    Lebih lanjut, Wakil Ketua IV Bidang Kerja Sama ini menyebutkan poin ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat. Setelah lulus, setiap Mahasiswa yang telah selesai mengenyam pendidikan di STIBA Makassar akan dikirim ke daerah untuk pengabdian kepada masyarakat. Mahasiswa diharapkan mampu memberikan perubahan-perubahan yang lebih baik atau inovasi-inovasi terbaru yang bermanfaat bagi masyarakat.

    Karena itu, Ustaz Ahmad mengatakan bahwa institusi pendidikan tinggi diharapkan dapat menjalankan poin ketiga ini dengan melatih dan mengarahkan mahasiswanya untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat, baik saat KKN, masa wajib pengabdian, dan selesai dari masa wajib pengabdian.

    Untuk poin yang ketiga ini STIBA Makassar telah membutikannya. Di samping menerapkan sistem KKN, STIBA Makassar juga mengirimkan para alumninya sebagai dai-dai ke berbagai pelosok NKRI dari Sabang sampai Merauke selama setahun penuh setelah kelulusan (wisuda) sebagai bentuk pengabdian penuh kepada masyarakat.

    Dan di akhir penjelasan, Ustaz Ahmad mengarahkan untuk melakukan pemilihan struktur kelas yakni sekretaris dan bendahara. Kemudian beliau menjelaskan tupoksi dari ketua, sekretaris dan bendahara, terlebih lagi amanah yang diemban oleh tiga struktur di atas sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dikarenakan pada semster ini masih dalam kondisi Covid-19.

    Dan penutup tausiahnya, Ustaz Ahmad Syaripudin kepada mahasiswa binaannya menyimpulkan, Tri Dharma Perguruan Tinggi sangat berpengaruh terhadap hasil kinerja para mahasiswa. Oleh karena itu pihak institusi dan para mahasiswa dituntut untuk menjalankan tiga prinsip tersebut dengan baik agar menghasilkan alumni-alumni yang bermanfaat di tengah-tengah masyarakat.

    Laporan: Sukriyanto Adam

  • Disertasinya tentang Politik Muhammadiyah, Sekretaris Senat STIBA Lulus  Berpredikat Cumlaude

    Disertasinya tentang Politik Muhammadiyah, Sekretaris Senat STIBA Lulus Berpredikat Cumlaude

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Dosen STIBA Makassar Ustaz H. Kasman Bakri, S.Pd.I., S.H.I., M.H.I. berhasil meraih gelar doktor pada Program Studi Dirasah Islamiyah Konsentrasi Syariah dan Hukum Islam. Ustaz Kasman berhasil meraih predikat cumlaude (nilai 4.0) setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Dinamika Politik Muhammadiyah dan Relevansinya dengan Negara Perspektif Fikih Siyasah.

    Sekretaris Senat STIBA Makassar ini mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dewan penguji dengan memukau. Dewan penguji yang beranggotan sembilan orang tersebut terdiri dari:

    1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D. (Rektor UIN Alauddin Makassar/Ketua Sidang)
    2. Prof. Dr. H. M. Ghalib M., M.A. (Dir. PPs. UIN Alauddin Makassar/Sek. Sidang)
    3. Prof. Ali Munhanif, M.A., Ph.D. (Dekan Fisip UIN Syarif Hidayatullah Jakarta / Penguji Eksternal)
    4. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. (Promotor)
    5. Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag. (Co. Promotor)
    6. Prof. Dr. H. Kasjim Salenda, S.H., M.Th.I. (Co. Promotor)
    7. Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing, H.T., M.S. (Penguji Utama)
    8. Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A. (Penguji Utama)
    9. Dr. Hj. Indo Santalia, M.Ag. (Penguji Utama)

    Ustaz Kasman banyak mendapat ucapan selamat dari sesama dosen STIBA Makassar, termasuk Ketua STIBA Makassar Ustaz Ahmad Hanafi, Lc., M.A., Ph.D. dan MIUMI Sulawesi Selatan.

    Mantan Wakil Ketua I Bidang Akademik STIBA Makassar tersebut mengatakan bahwa rihlah ilmiah akademik hingga di titik akhir dalam program studi doktoral ini merupakan karunia Allah yang tak terhingga. Di samping dukungan terbaik dari orang tua, keluarga, dan banyak pihak yang memberikan doa dan motivasi.

    “Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pimpinan Umum Wahdah Islamiyah, Ketua Harian DPP WI, Ketua-ketua Dewan WI, Ketua YPWI, Ketua Senat STIBA Makassar, dan Ketua STIBA Makassar yang telah memberikan dukungan riil maupun moril, izin dan restu kepada ana untuk melanjutkan studi S3,” ujarnya setelah berhasil menyelesaikan Ujian Terbuka Disertasinya secara daring, (25/08).

    Hal senada juga ia sampaikan kepada seluruh asatidzah dan ustadzat Wahdah Islamiyah secara umum, para dosen STIBA, dan civitas academica STIBA Makassar secara khusus yang telah berkontribusi dalam memberikan doa dan motivasi baginya sehingga perjalanan akademiknya berakhir dengan mencapai hasil yang sesuai harapan.

    “Lakum minni jaziil as-syukur wa ahsan at-taqdiir,” pungkasnya.

  • STIBA Kirim Utusan Ikuti Sekolah Manajemen Wakaf di Bogor

    STIBA Kirim Utusan Ikuti Sekolah Manajemen Wakaf di Bogor

    (STIBA.ac.id) Bogor –  Kepala Bagian Perencanaan dan Pengendalian Sistem Mutu STIBA Makassar Ustaz Askar Fatahuddin, S.Si., M.E.I. mengikuti Sekolah Manajemen Wakaf di Bogor, Rabu-Sabtu (4-7/03/2020). Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama  Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor dengan Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN dan Gelora Wakaf.

    Acara yang berlangsung di Pesantren Tahfizh Enterpreuner Tursina YBM PLN Cisarua, Bogor ini diikuti oleh 25 peserta terpilih dari lebih 580 orang pendaftar. Para peserta terdiri dari berbagai latar belakang lembaga, seperti yayasan, dewan masjid, dan perguruan tinggi.

    Pada sesi pembukaan, Wakil Direktur Pascasarjana UIKA memaparkan pentingnya edukasi yang baik kepada para masyarakat tentang wakaf. Menurutnya wakaf adalah salah satu  syiar Islam yang cukup lama terpendam, sehingga upaya membumikan kembali wakaf adalah bagian dari ruh Islam sendiri.

    Sesi sambutan selanjutnya dibawakan oleh H. Herry Hasanuddin, M.B.A. selaku Wakil Direktur III YBM PLN. Ia menyebutkan bahwa Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN akan senantiasa bersinergi dengan pihak-pihak yang ingin mengembangkan wakaf terutama wakaf produktif. Hal ini ia maksudkan untuk kemaslahatan umat dan secara khusus kaum yatim dan dhuafa.

    Hari pertama Sekolah Manajemen Wakaf ini, Prof. K.H. Didin Hafhiduddin, M.S. selaku pemateri pertama membawakan materi “Wakaf sebagai Pilar Ekonomi Islam”. Ia menjelaskan sejarah wakaf dalam pemberdayaan ekonomi umat. Termasuk contoh wakaf sahabat Usman bin Affan raddhiyyallahu anhu berupa hotel yang saat ini dibangun dari Sumur Raumah. Juga perkembangan wakaf di Saudi Arabia, negara Barat, Singapura, dan Malaysia.

    Sebagai pemateri kedua Ustad Ahmad Ridwan, Lc. selaku anggota Dewan Syariah YBM PLN membawa materi “Jejak Gemilang Wakaf”. Pemateri selanjutnya Prof. Dr. Amin Suma selaku ketua Dewan Syariah YBM PLN dengan Materi  Fikih Wakaf. Sementara pemateri keempat adalah Ir. Heppy Trenggono, M.Kom. selaku Presiden IIBF.

    Di hari Kedua yang tidak kalah menarik adalah materi yang dipaparkan oleh Wakil Direktur BWI Ustaz Hendri Tanjung, Ph.D. Ia juga merupakan penggagas dari Sekolah Manajemen Wakaf. Dalam penjelasannya ia mengatakan bahwa pasal-pasal yang banyak ditanyakan oleh para nazir wakaf di Indonesia adalah pasal 3, 5, 12, dan 15.

    Materi yang sangat menarik lainnya adalah paparan dari Eri  Sudewo selaku founder Dompet Dhuafa, ACT dan BAW. Kemudian Bobby Manulang Selaku GM Wakaf Dompet Dhuafa, Asep Irawan selaku CEO Sinergi Foundation dan Dr. Imam Teguh Saptono, M.M. Para pemateri memaparkan bentuk-bentuk pengembangan wakaf produktif dan manajemennya seperti rumah sakit bersalin gratis, pendidikan dan pesantren gratis untuk yatim dhuafa, Taman Makam Firdaus, hotel dan apartemen syariah, pasar syariah, wakaf saham dan investasi dan lain sebagainya. Semua itu dapat dicapai dengan pengelolaan wakaf produktif oleh nazhir yang amanah dan profesional. Oleh karena itu sangat penting untuk merekrut para pengusaha yang berwawasan nazhir. Potensi Wakaf Produktif di Indonesia sangat besar terlebih dengan dinobatkannya Indonesia sebagai negara paling dermawan oleh Charities Aid Foundation (CAF) pada tahun 2018.

    Pada penutupan kegiatan, kembali Co-Founder Sekolah Manajemen Wakaf Ahmad Alam, M.E. menegaskan bahwa target pengelolaan wakaf 1000 T oleh Gelora Wakaf yang digagas oleh Bobby Herwibowo (Pembina GEW Foundation) adalah sebuah keniscayaan ketika kita bersungguh-sungguh menjadi nazhir yang amanah dan profesional. Karena itu butuh sinergi dan penguatan yang berlanjut. Di antaranya melalui Sekolah Manajemen Wakaf II yang menargetkan para pengusaha berwawasan nazhir yang telah mendapatkan persetujuan dari Direktur YBM PLN saat ini Ir. H. Helmi Najamuddin, M.Eng.Sc.

  • Bahasa Arab Bahasa Terbaik, Ustaz Yusran Ungkap Alasannya dalam Seminar Internasional

    Bahasa Arab Bahasa Terbaik, Ustaz Yusran Ungkap Alasannya dalam Seminar Internasional

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Di antara tanda kekuasaan Allah adalah menciptakan berbagai bahasa (QS. Ar-Ruum: 22). Sebagian pakar bahasa mengatakan jumlah bahasa pokok yang digunakan umat manusia sekarang ini tidak kurang dari 3.000 bahasa. Barangkali angka ini belum mencakup bahasa daerah karena di Indonesia saja sudah memiliki 652 bahasa daerah.

    Hal ini dikemukakan Ketua Senat STIBA Makassar, Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D. saat menjadi pembicara dalam Seminar Internasional Bahasa Arab yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Unismuh Makassar.

    Dalam seminar yang bertema Urgensi Mahabbah Bahasa Arab sebagai Sarana Komunikasi Global ini, Ustaz Yusran menegaskan keutamaan bahasa Arab. Bahkan mantan Ketua STIBA Makassar ini mengatakan bahwa bahasa Arab adalah bahasa termulia di muka bumi ini. Alasannya,  karena Allah memilihnya menjadi bahasa kitab suci yang paling mulia yaitu Alquran. Sementara  segala hal yang berkaitan dengan Alquran akan menjadi mulia.

    Ustaz Yusran membacakan firman Allah dalam Surah asy-Syu’ara: 192-195. Dalam ayat tersebut, Allah menyebutkan kemulian Alquran karena Allah yang menurunkannya, dibawa oleh Jibril malaikat termulia, kemudian diturunkan kepada Nabi yang paling mulia dan dengan bahasa Arab yang jelas.

    Ia juga mengutip pernyataan Imam Syafii, “Bahasa Arab adalah bahasa yang paling luas dan memiliki lafal yang terbanyak serta tidak seorang pun yang mampu menguasai seluruh cabang ilmunya secara sempurna kecuali Nabi shalllalllahu alaihi wasallam.” (Kitab ar-Risalah, halaman 34).

    Ustaz Yusran juga menukil ayat-ayat dalam Alquran yang menunjukkan bahwa Alquran diturunkan oleh Allah dalam bahasa Arab, di antaranya dalam QS. Yusuf: 2, Annahl: 103, Thaha: 103, Asysyuara: 192-195, Azzumar: 28, Fushshilat: 3, Asysyura: 7, dan Azzukhruf: 3.

    Ternyata Belajar Bahasa Arab Wajib, Ini Dalilnya

    Ustaz Yusran juga menyampaikan wajibnya mempelajari bahasa Arab dalam pemaparannya. Dalilnya ada dalam Alquran Surah Yusuf: 2, dan Surah  az-Zukhruf: 3. Dalam kedua ayat ini Allah menyebutkan bahwa Alquran diturunkan dalam bahasa Arab untuk dipahami.

    Umar bin Khattab radhiyallahu anhu berkata, “Pelajarilah bahasa Arab karena dia menguatkan akal dan menambah muruah.” (Syuabul Iman, 3/210) dan dalam riwayat lain beliau berkata, “Pelajarilah bahasa Arab, pengungkapan yang baik dan dalamilah agama.” (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 6:116).

    Sementara Ubay bin Kaab ra. mengatakan, “Pelajarilah bahasa Arab sebagaimana kalian berupaya menghafal Alquran.” (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 6:116)

    Mantan Ketua STIBA Makassar ini juga membawakan perkataan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah yang mengatakan, “Bahasa Arab adalah syiar Islam dan pemeluknya, bahasa adalah syiar paling utama bagi setiap umat yang membedakan mereka dengan lainnya. Oleh karena itu, kebanyakan fukaha mengatakan dimakruhkan berdoa dan zikir  dalam shalat selain bahasa Arab.” (Iqtidho ash-Shirat al-Mustaqim, 1: 519)

    Bahasa Arab, lanjut Ustaz Yusran, adalah bagian dari ad-Dien dan syiar yang harus disebarkan di tengah-tengah umat. Oleh karenanya kaum muslimin ketika mendakwahkan dan menyebarkan agama Islam mereka juga menyebarkan bahasa Arab di kaum tersebut.

    Contohnya adalah Mesir. Sebelum datangnya Islam, dulu penduduk Mesir berbahasa Qibti, namun ketika sahabat Amru bin Ash ra. menaklukkan negeri Mesir di tahun 21 H. ia pun menyebarkan bahasa Arab  disamping mengajarkan ajaran-ajaran Islam lainnya. Akhirnya, Mesir saat ini adalah salah satu pusat pengajaran dan peradaban bahasa Arab.

    Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah ini juga menyebutkan sejumlah keistimewaan bahasa Arab, di antaranya:

    • Lebih dari 1.000 kosa kata bahasa Arab diserap ke dalam bahasa Inggris dan sekitar 270 digunakan dalam bahasa sehari-hari.
    • Bahasa Arab terdiri dari 28 huruf tanpa pengulangan, sedangkan bahasa Inggris hanya terdiri dari 26 huruf dan itupun sebagiannya berulang.
    • Ada beberapa huruf dalam bahasa Arab yang tidak terdapat dalam bahasa manapun, seperti: الحاء (ح)، الخاء (خ)، الضاد (ض)، الطاء (ط)، الظاء (ظ)، العين (ع)، الغين (غ)، القاف (ق).
    • Kosa kata yang bersinonim dalam bahasa Arab juga sangat banyak, seperti sinonim kata singa sebanyak 400 kata, pedang 300 kata, ular 200-an kata, unta 255 kata, air 170 kata, khamar 100 kata, dan hujan 70-an kata.

    Pembahasan terakhir, Ustaz Yusran menjelaskan bahwa bahasa Arab itu mudah dipelajari. Pernyataannya didasarkan pada Surat Alqamar ayat 17, 22, 32 dan 40. Empat kali Allah menegaskan bahwa Alquran mudah dipelajari dan dihafalkan. Dengan demikian, bahasa Alquran juga mudah dipelajari dan difahami.

    Di antara bukti yang disebutkan Ustaz Yusran bahwa bahasa Arab mudah dipelajari adalah sebagian ahli tafsir bukan orang Arab, seperti Imam Thabari dan Imam Qurthubi. Demikian pula para penulis hadis Kutub Sittah yaitu Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasaai dan Ibnu Majah semuanya bukan asli Arab.

    Bahkan lebih dari itu, berapa banyak pakar bahasa Arab yang menjadi rujukan dunia justru bukan orang Arab, seperti Sibawaih, Ibnu Faris, Ibn Jinni, Zamaksyari, dan Ibnu Malik penulis Alfiyah.

    Sebagai penutup, Ustaz Muhammad Yusran menasihati dan memotivasi peserta khususnya para mahasiswa di Prodi PBA untuk semangat dan berbangga mempelajari bahasa Arab, karena hal tersebut merupakan bagian dari agama dan kemuliaan seorang muslim.

    “Biasakan bercakap bahasa Arab karena itu syiar Islam yang seharusnya kita bangga dengannya, dan jangan pernah merasa dan berkeyakinan bahwa bahasa Arab susah. Yang penting kita mau dan belajar dengan sungguh-sungguh dan tepat dalam metodenya,” pungkas Ustadz Yusran di Aula Perpustakaan Multimedia Unismuh Makassar.

    Acara yang dibuka secara resmi oleh Dekan PAI Unismuh Dr. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I., Rabu (18/12/2019) ini dihadiri oleh sejumlah unsur pimpinan dan dosen di Prodi PBA dan Fakultas PAI Unismuh beserta para mahasiswanya, mahasiswa luar Unismuh serta masyarakat umum.

    Selain Ustaz Yusran, pelaksana juga menghadirkan Mahmoud Mohammed Mousa Fallata (Pengajar Bahasa Arab di University of Africa Sudan) sebagai Keynote Speaker. Dan Muhammad Chair Hijaz, Lc., M.A. (Dosen Ma’had al-Birr) serta Syekh Dr. Ali Abu Safia (Lembaga Kebudayaan dan Pendidikan al-Quds) sebagai narasumber.

  • Narasumber Dialog MUI, Ustaz Yusran Bahas Cadar, Cingkrang, dan Radikalisme

    Narasumber Dialog MUI, Ustaz Yusran Bahas Cadar, Cingkrang, dan Radikalisme

    Reporter: Ihsan Dahri

    (STIBA.ac.id) Makassar – Majelis Ulama Indonesia kota Makassar bekerjasama dengan Kementerian Agama Kota Makassar menyelenggarakan Dialog Publik Refleksi Akhir Tahun, Sabtu, 24 Rabiulakhir 1441H (21/12/2019).
    Kegiatan yang bertema “Natal dan Tahun Baru dalam Persfektif Islam” dan “Cadar, Cingkrang dan Radikalisme” ini bertempat di Grand Celino Hotel Makassar.
    Dialog ini dihadiri unsur ulama dan kyai dari berbagai elemen ormas Islam dan mengundang empat narasumber. Di antaranya K.H. Muhammad Ahmad yang merupakan Ketua MUI Kota Makassar periode 2002-2012 dan Syamsu Rijal selaku Peneliti Litbang Depag sebagai narasumber pertama.
    Materi kedua dipaparkan oleh Dr. Muammar Bakri, Lc., M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar dan Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D. selaku Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah dan Ketua Senat STIBA Makassar.
    Dalam pemaparan materi kedua yang bertajuk “Cadar, Cingkrang dan Radikalisasi”, Ustaz Muhammad Yusran menegaskan bahwa agama Islam adalah agama yang tidak menolerir segala macam bentuk radikalisme.
    “Allah Azza Wajalla berfirman sebanyak dua kali dalam Alquran, “Laa taghluu fii diinikum” (Janganlah kalian melampaui batas dalam agama kalian). Begitupun Nabi shallallahu alaihi wassalam bersabda “Iyyakum wal ghuluw fid diin” (Berhati-hatilah dari sifat berlebih-lebihan dalam hal agama). Dan banyak hadis yang senada dengan ini yang merupakan bentuk radikalisme dalam beragama,” paparnya.
    Terkait cadar, Ustaz Yusran mengatakan bahwa cadar dalam pandangan ulama hanya berkisar pada dua hukum yaitu wajib dan sunnah. Menurutnya, tidak ada ulama apalagi generasi salaf yang mengatakan cadar merupakan bagian dari budaya Arab apalagi tidak ada kaitannya dengan Islam.
    Sementara dalam penjelasannya tentang cingkrang, ia memaparkan bahwa hadis-hadis tentang keharaman isbal mutawatir maknawi, diriwayatkan lebih dari 40 sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam. Bahkan ulama sepakat bahwa isbal yang disertai dengan kesombongan haram secara mutlak. Mereka hanya berselisih pendapat tentang isbal yang tidak disertai dengan kesombongan.
    Di sesi akhir, Ustaz Yusran mengkritisi pandangan keliru yang menganggap pakaian tidak berpengaruh kepada ketakwaan. Ia kemudian mengutip perkataan Umar bin Khattab kepada seorang pemuda yang isbal, “Angkatlah pakaianmu, karena itu lebih mengawetkannya, dan lebih bertakwa kepada Tuhan-mu”.
    “Ketika seseorang memakai cadar atau bercelana cingkrang, di mana ia melakukan itu semata-mata atas perintah Allah dan rasul-Nya, maka dia ada keinginan untuk menjadi takwa dan lebih dekat kepada Allah,” ujar Ustaz Yusran.

    Kendati demikian, mantan Ketua STIBA Makassar ini menasihatkan untuk tetap saling menghormati dan menghargai perbedaan pendapat ini.

    Dan terkhusus kepada yang bercadar dan bercelana cingkrang, Ustaz Yusran mengingatkan bahwa walaupun ini adalah pilihan yang diyakini paling ideal, namun jangan merasa paling baik dan lebih suci dari yang berbeda pandangan dengannya.

  • Tampil di ILC TV One, Pendiri STIBA Tanggapi Larangan ASN Bercadar dan Celana Cingkrang

    Tampil di ILC TV One, Pendiri STIBA Tanggapi Larangan ASN Bercadar dan Celana Cingkrang

    STIBA.ac.id) Makassar –  Pernyataan Menteri Agama Fakhrul Razi terkait cadar dan celana cingkrang menimbulkan kontroversi. Pro kontra terkait hal tersebut semakin memancing kegaduhan di tanah air. Akhirnya, stempel radikal semakin liar, menyasar mereka yang bercelana cingkrang dan bercadar.

    Indonesia Lawyers Club TV One yang tayang Selasa (5/11/2019) mengangkat tema “Apa dan Siapa yang Radikal?”. Ketua Umum Wahdah Islamiyah KH. Muhammad Zaitun Rasmin menjadi salah seorang narasumbernya.

    Senada dengan beberapa pembicara yang tampil sebelum Ustaz Zaitun, Wasekjen MUI ini mengatakan tidak ada hubungan langsung antara cadar dan celana cingkrang dengan radikalisme yang negatif. Karena itu, menurutnya perlu ada indikator yang jelas seseorang itu dikatakan radikal.

    “Hal ini penting agar tidak ada korban-korban dari anak bangsa atas nama memberantas radikalisme,” paparnya.

    Ustaz Zaitun menambahkan, fenomena cadar tidak akan jauh berbeda dengan jilbab. Tahun 80-an, ketika ia masih berstatus siswa SMA, siswi berjilbab dikeluarkan dari sekolah. Alasannya melanggar aturan.

    “Tapi apa yang terjadi? Satu orang siswi dipecat di satu sekolah, muncul sepuluh orang siswi berjilbab di sekolah lain. Sepuluh orang dipecat, muncul seratus orang biljilbab. Akhirnya justru yang memecat siswinya tersebut yang dipecat,” ujar dia.

    Kesadaran untuk bercadar dan bercelana cingkrang, kata Ustaz Zaitun, tidak bisa dicegah. Menurutnya hal itu adalah hukum global. Saat ini informasi cepat dan guru atau sumber informasi tidak bisa lagi dibatasi.

    Ketua Ikatan Dai dan Ulama Asia Tenggara ini berharap agar sesuatu yang sudah jelas dasarnya harus dihormati. Kalaupun ada yang menganggap hal itu masih ikhtilaf, maka Ustaz Zaitun meminta agar dikembalikan ke MUI, atau NU maupun Muhammadiyah agar tidak bebas nilai.

    Kendati demikian, Ustaz Zaitun tidak menampik adanya paham-paham radikal dari oknum-oknum umat Islam.

    “Bahkan sejak zaman awal Islam, sudah ada Khawarij yang membawa korban tidak sedikit. Ada golongan Syiah, salah satu sektenya yaitu Qaramitah pernah membunuh 30 ribu lebih jamaah haji dan mencuri Hajar Aswad. Demikian pula liberalisme pemikiran dalam berislam,” kata Ustaz Zaitun.

    Lebih lanjut Ustaz Zaitun menjelaskan, bahwa orang-orang yang membawa paham liberalisme, atau pemikiran Muktazilah bisa menjungkirbalikkan apa yang telah disepakati para ulama. Padahal, anggap dia, tidak boleh lagi ada pendapat berbeda kalau sudah ada ijmak, karena ijmak tidak mungkin salah. Ia kemudian mengutip hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang menegaskan bahwa umat Islam tidak akan bersepakat di atas kesesatan.

    “Bersyukur banyak orang yang punya komitmen agama yang tinggi, pakai cadar, atau celana cingkrang, tapi tetap berpemahaman yang wasathiyah (pertengahan),” katanya.

    Ustaz Zaitun kemudian memperkenalkan ormas yang dipimpinnya, Wahdah Islamiyah. Wahdah sendiri tidak mewajibkan kadernya bercadar, tetapi banyak yang menggunakannya. Namun tidak seorang pun dari mereka yang berpemahaman ekstrem.

    “Mereka tetap menyanyikan lagu Indonesia Raya. Tetap bersosialisasi, bahkan terhadap orang-orang di luar Islam sekalipun tetap bersikap baik,” tegasnya.

    Ustaz Muhammad Zaitun Rasmin bersama Ustaz Jahada Mangka, Ustaz Muhammad Ikhwan Abdul Djalil, Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Ustaz Saiful Yusuf, Ustaz Muhammad Ihsan Zainuddin, dan Ustaz Rahmat Abdurrahman dikenal sebagai inisiator berdirinya STIBA Makassar.

    Tonton Video: 

    Wasekjen MUI KH. Zaitun Rasmin Tanggapi Larangan ASN Pakai Cadar & Celana Cingkrang || ILC (5/11/19)

  • Sekretaris Senat STIBA Hadiri Lepas Sambut Pimpinan Kopertais Wilayah VIII

    Sekretaris Senat STIBA Hadiri Lepas Sambut Pimpinan Kopertais Wilayah VIII

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Sekretaris Senat Ustaz Kasman Bakry, S.H.I., M.H.I. mewakili Ketua STIBA Makassar menghadiri acara lepas sambut koordinator, wakil koordinator, dan sekretaris Kopertais Wilayah VIII Sulawesi Maluku Papua di Kantor Kopertais  Talasalapang, Selasa (10/09/2019).

    Acara ini dihadiri para pejabat UIN Alauddin Makassar Periode 2019-2023, pimpinan Kopertais Wilayah VIII periode lama dan baru, serta pimpinan-pimpinan PTKIS se-Wilayah VIII. Acara ini turut disaksikan oleh Imam Besar Masjid New York, H. Shamsi Ali, Lc., M.A., Ph.D.

    Saat menyampaikan pesan dan kesan selaku pejabat lama, Prof. Musafir Pababari secara khusus menyampaikan permintaan maaf kepada civitas akademika STIBA Makassar. Selama menjabat, beberapa kali ia telah menjadwalkan untuk berkunjung ke STIBA Makassar. Namun meski sudah bertekad, hingga akhir masa jabatannya hal itu tidak sempat terealisasi.

    Pada kesempatan itu juga, sekretaris senat mewakili Ustaz Ahmad Hanafi, Lc., M.A., Ph.D. menyerahkan kenang-kenangan dari STIBA ke para pimpinan kopertais periode sebelumnya (2015-2019).

    Seperti diketahui, pengurus Kopertais Wilayah VIII telah berganti seiring berakhirnya masa bakti pengurus lama. Prof. Drs. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D. terpilih sebagai Koordinator Kopertais Wilayah VIII sekaligus sebagai rektor UIN Alauddin Makassar.

  • STIBA Makassar Ikuti Seminar Budaya Mutu di Denpasar

    STIBA Makassar Ikuti Seminar Budaya Mutu di Denpasar

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Wakil Ketua I STIBA Makassar, Ustaz Sofyan Nur, Lc., M.Ag. bersama Kepala Pusat Penjaminan Mutu Ustaz Hendra Wijaya, Lc., M.H. menghadiri Seminar Budaya Mutu yang ditujukan untuk para pimpinan perguruan tinggi di Hotel Aston Denpasar, Ahad—Senin (25—26/08/2019).

    Menurut Ustaz Sofyan, seminar yang dilaksanakan oleh Direktorat Penjaminan Mutu ini dimaksudkan untuk menyamakan semangat dan persepsi para pimpinan perguruan tinggi mengenai implementasi sistem penjaminan mutu di perguruan tinggi.

    Kegiatan ini untuk menjawab keluhan kurangnya respons pimpinan perguruan tinggi terhadap penerapan sistem penjaminan mutu internal di PT masing-masing, yang selama ini disampaikan ke direktorat penjaminan mutu,” ujar Ustaz Sofyan.

    Sebanyak 156 Perguruan Tinggi dalam lingkup LLDIKTI Wil. 8, serta Perguruan Tinggi peserta lokakarya AMI II Sulawesi di Makassar menjadi peserta dalam seminar ini.

    Seminar dibuka oleh Direktorat Penjaminan Mutu Prof. Aris Junaidi. Sementara sebagai narasumber, hadir Prof. Nyoman Sadra Darmawan yang merupakan tim pengembang SPMI Direktorat Penjaminan Mutu. Juga Prof. A.A. Raka Sudewi, Rektor Universitas Udayana Bali. Mantan Rektor ITS Surabaya, Prof. Joni Hermawan juga menjadi narasumber bersama Prof. M. Suyanto selaku Rektor Universitas AMIKOM Yogyakarta.

    Memanfaatkan kunjungannya ke Bali, Ustaz Sofyan dan Ustaz Hendra juga melaksanakan Dakwah Daerah di bawah koordinasi Departemen Dakwah DPP Wahadah Islamiyah, dengan pelaksana DPD Wahadah Denpasar. Kegiatan diisi dengan Taklim Magrib dan Subuh di Mushalla al-Hanif, Taklim Magrib di Masjid al-Furqan, dan Taklim Subuh di Taman Ilmu Bali.