(STIBA.ac.id) Makassar – Bagian Pemberdayaan Alumni sukses mengadakan
Upgrading Pengurus Ikatan Alumni STIBA Makassar. Acara yang berlangsung di
Gedung LAN, Ahad (01/03/2020) ini dihadiri oleh para pengurus IKA STIBA putra
dan putri.
Dalam upgrading ini, peserta
disuguhkan beberapa materi, di antaranya adalah manajemen keuangan oleh Ridha
Rahman, manajemen organisasi dan kepemimpinan oleh Andi Irwanto, dan materi
terakhir yaitu peran alumni dalam peningkatan akreditasi STIBA oleh Ihwan Wahid
Minu.
Menurut Ihwan, setidaknya alumni
memiliki tiga peran, yaitu sebagai katalisator atau penghubung. Alumni sebagai penghubung
atau memberikan perwajahan bagaimana STIBA ke masyarakat luar. Banyaknya peminat
STIBA tergantung bagaimana perwajahan alumni di lingkungan masyarakat.
Peran kedua yang disebutkan oleh Kepala Audit Mutu STIBA ini adalah sebagai kontributor.
Perlu diperbaiki dokumentasi pencapaian para alumni untuk dijadikan bukti fisik
pada penilaian akreditasi.
Dan yang ketiga adalah sebagai iron stock,
yaitu penyedia calon pemimpin. Situasi kerja, bekerja sesuai dengan disiplin ilmunya.
Tugas alumni adalah menyampaikan informasi kerja untuk calon alumni yang punya
poin dan cocok untuk disiplin ilmunya.
Terkait akreditasi, maka poin alumni yang akan dinilai menurut
Ihwan adalah tracer study, disiplin ilmu, dan penyerapan ilmu.
Setelah pemaparan ketiga pemateri, acara dilanjutkan dengan sidang pengurus yang dipimpin oleh Kepala Pemberdayaan Alumni Imran Yunus, Lc. dan Ketua Ikatan Alumni STIBA Makassar Marli Abdul Hamid, S.H.
(STIBA.ac.id) Makassar – Pengurus Departemen Kesehatan, Olahraga, dan Lingkungan Hidup DPP Wahdah Islamiyah dr. Rudianto Joto, M.Kes. mengatakan bahwa sekitar setengah dari total kasus orang yang terjangkit virus Corona secara global telah dinyatakan sembuh. Laporan terakhir tentang virus Corona (05/03/2020) secara global telah mencapai sekitar 93.000 kasus orang yang terjangkiti virus Corona, dan yang paling tinggi adalah di Cina sekitar 80.000 kasus.
“Ini penting untuk kita ketahui, dalam
kasus yang ada secara global sudah sekitar 50% yang sembuh,” ujar dr. Rudi yang
menjelaskan bahwa berita tentang kesembuhan ini belum terekspos secara luas.
Hal ini disampaikan oleh dr.
Rudianto pada saat mengadakan Sosialisasi Virus Corona (Covid-19) yang dilaksanakan
di Masjid Anas bin Malik STIBA Makassar usai salat Zhuhur, Kamis (05/03/2020).
Sosialisasi ini dihadiri oleh mahasiswa, dosen, dan pengelola STIBA Makassar.
Untuk menyembuhkan orang yang
terjangkiti virus Corona bukan dengan cara membunuh virusnya, akan tetapi
dengan membantu meningkatkan sistem imun tubuh untuk melawan virus Corona
tersebut.
“Virus Corona memang belum ada atau
belum ditemukan vaksinnya. Namun di dalam tubuh kita sudah terdapat sistem imun
tubuh yang bertugas untuk melawan benda-benda atau makhluk-makhluk asing yang
datang dari luar. Nah, ini yang kita bantu tingkatkan untuk melawan virus
Corona ini,” jelasnya.
Dokter Rudi juga menjelaskan bahwa sudah
terjadi di Indonesia, sebanyak dua kasus di Jawa. Untuk di Makassar sendiri
sempat 44 orang dicurigai terjangkit virus Corona. Lima di antaranya diawasi
secara khusus. Setelah diperiksa lebih lanjut,
ternyata hasilnya semuanya negatif.
Oleh karena itu untuk kewaspadaan, dr.
Rudi menjelaskan tentang langkah-langkah yang tepat dalam pencegahan menularnya
virus Corona ini, di antaranya adalah sering mencuci tangan dengan air mengalir
dan lebih bagus menggunakan sabun. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut
dengan tangan yang belum di cuci. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang
yang sedang sakit. Menggunakan masker medis bagi yang sedang menderita flu dan
batuk, dan menutup mulut ketika batuk dan bersin.
“Sebenarnya kalau kita ber-PHBS itu sudah aman insya Allah. PHBS itu adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, yaitu cuci tangan, tidak menyentuh makanan sebelum cuci tangan, gunakan masker bila bepergian dan sebagainya” tutup dr. Rudi.
(STIBA.ac.id) Makassar – Mahasiswa semester 8 STIBA Makassar tak lama lagi akan meninggalkan kampus mereka. Pasca-KKN selama 40 hari, mereka kini tengah mempersiapkan skripsi sebagai tugas akhir selaku mahasiswa.
Setelah wisuda mereka akan
menyandang gelar alumni. Dan seperti pendahulu mereka, setiap alumni STIBA
Makassar wajib mengikuti masa pengabdian selama dua tahun. Masa pengabdian itu
berupa pengutusan ke daerah tugas untuk menjalani kewajiban sebagai seorang dai.
Menjadi seorang dai adalah amanah
yang berat. Tak cukup hanya berbekal ilmu-ilmu syari yang telah diperoleh di
kelas-kelas maupun kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Lebih dari itu, bagaimana metode
dalam berdakwah, berinteraksi dengan objek dakwah, dan keterampilan lainnya
juga patut dimiliki seorang dai profesional.
Atas pertimbangan inilah, STIBA
Makassar bekerja sama dengan Departemen Urusan Daerah DPP Wahdah Islamiyah
menggelar Pembekalan Dai STIBA Makassar. Acara ini dibuka pada Senin
(02/03/2020) di Masjid Anas Bin Malik STIBA Makassar, Jalan Inspeksi PAM
Manggala.
Kegiatan pembukaan Pembekalan Dai
ini dihadiri oleh 150 mahasiswa dan mahasiswi STIBA Makassar yang diproyeksikan
akan menjadi Dai utusan Wahdah Islamiyah ke daerah-daerah se-Indonesia. Selain
itu, turut hadir jajaran pengurus harian DPP Wahdah Islamiyah dan dosen-dosen
STIBA Makassar.
Pembukaan Pembekalan Dai STIBA
Makassar resmi digelar oleh Departemen Urusan Daerah DPP Wahdah Islamiyah
bersama Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar di Masjid
Anas bin Malik STIBA Makassar, Jalan Inspeksi PAM Manggala, Senin (02/03/2020).
Pembukaan dimulai dengan sambutan Ketua STIBA Makassar Ustaz Dr. Ahmad Hanafi. Dia kemudian mengutip firman Allah Ta’ala dalam Alquran yakni surah Yusuf ayat ke 108 kepada seluruh peserta pembekalan agar mendasari dakwah dengan bashirah.
“Bashirah ada tiga aspek
menurut Syekh Utsaimin rahimahullah, yakni bashirah mengenai isi
dakwah kita, bashirah terhadap metode yang akan kita gunakan, dan bashirah
tentang objek dakwah kita,” tutur Ustaz Ahmad sapaan akrabnya.
“Maka pembekalan ini tujuannya untuk
itu, memiliki tiga bashirah itu. Mudah-mudahan dengan pembekalan ini
ikhwan dan akhwat memiliki ketiga bashirah ini,” tambah dia.
Mengenai durasi lamanya kegiatan Pembekalan
Dai ini, Ustaz Ahmad menyebutkan bahwa pembekalan akan digelar selama dua
bulan, dua hari tiap pekannya.
“Mudah-mudahan Antum semua mengikuti
pembekalan ini dengan sebaik-baiknya. Alhamdulillah semua mahasiswa telah
mengikuti KKN jadi telah mengetahui bagaimana dakwah secara langsung, maka di
kegiatan ini semoga bertambah wawasannya,” tutupnya.
Panitia pelaksana kemudian mempersilakan Ketua Harian DPP Wahdah Islamiyah, Ustaz Dr. Rahmat Abdurrahman untuk membuka Pembekalan Dai STIBA ini secara resmi.
Dalam sambutannya, dia mengatakan
bahwa dakwah sunah tidak boleh hanya ada di satu wilayah, namun harus tersebar
merata di seluruh Indonesia.
“Dari Aceh sampai Papua, kita
menemukan keresahan, orang ingin kembali kepada Islam, capek dengan
kebiasaan-kebiasaan liberal dan sekulerisme, di kota maupun desa. Maka Anda
semuanya insya Allah akan diutus berdakwah di daerah untuk menjawab tantangan
itu,” paparnya.
Menutup sambutannya, Ketua Majelis
Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Sulawesi Selatan ini kemudian
mewasiatkan dua bekal seorang dai, yaitu sabar dan komunikasi.
Dia menyebutkan, bahwa kesabaran
dalam berdakwah sangat utama, khususnya ketika kelak telah terjun ke medan
juang.
“Saya menasihatkan, pertama, sabar
dalam berdakwah, jangan tergesa-gesa. Semua teori yang didapatkan di ruang
kuliah, di taklim-taklim dan sebagainya akan dibuktikan di lapangan. Kalian
akan mendapatkan dinamika di medan tugas yang sangat berbeda dengan kondisi
ketika di kampus,” jelas dia.
“Sabar itu maksudnya sabar
menghadapi umat, pengurus Wahdah Islamiyah di daerah, dan sabar menanti hasil
aktivitas dakwah,” lanjutnya.
Bekal kedua menurut Ustaz Rahmat adalah
komunikasi. Komunikasi yang dimaksud oleh dosen STIBA Makassar ini adalah
kepada tiga segmen yang ada dalam masyarakat. Segmen pertama menurutnya adalah
pemerintah dari tingkat RT sampai bupati, kedua adalah sesama organisasi Islam,
ketiga adalah segmen terbesar, masyarakat secara umum.
“Dengan mengucapkan
Bismillahirrahmanirrahim, kegiatan Pembekalan Dai STIBA Makassar dengan resmi
saya buka,” ucap Ustaz Rahmat yang menandai dibukanya secara resmi kegiatan
Pembekalan Dai ini.
Ketua Bidang I DPP Wahdah Islamiyah,
Ustaz Muh. Qasim Saguni kemudian memandu kegiatan dengan menyampaikan beberapa
poin orientasi pembekalan yang akan berjalan selama dua bulan ini.
Di antara materi yang akan diberikan kepada para dai adalah Penanaman skill Dai dan Khatib, Murabbi, Interpreneur dan Ilmu Komunikasi Massa.
(STIBA.ac.id) Makassar – Porsani XIV merupakan salah satu perhelatan akbar tahunan di STIBA Makassar. Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Ketua STIBA Makassar Ustaz Ahmad Hanafi, Lc., M.A., Ph.D. di Lapangan Olahraga STIBA Makassar, Sabtu (29/02/2020).
Urgensi adab dan etika dalam setiap
pertandingan maupun perlombaan menjadi pesan utama Ustaz Ahmad dalam sambutannya
ketika membuka Porsani ke-14.
“Kita akan bertanding dua pekan
ke depan. Akan penuh dengan suasana persaingan, tanafus, at-tasabuq,
tetapi adab dan etika keislaman harus kita kedepankan. Mulai dari penampilan
kita, jaga aurat, jangan tampakkan aurat,” ujar Ustadz Ahmad Hanafi di
depan kontingen peserta, Camat Manggala, dan orang tua mahasiswa STIBA yang
berasal dari Makassar, Maros, Gowa, dan Takalar.
“Begitupula kalau terjadi
perselisihan, cari solusi yang islami, kalau perlu kartu kuning, kartu merah
diganti dengan kartu ukhuwah,” tambahnya.
Menurut Ustaz Ahmad, mengikuti lomba
bukan semata untuk mencari kemenangan. Pemenang telah ditetapkan oleh Allah.
“Semuanya telah ditetapkan oleh Allah, tinggal kita berusaha, yang akan
kita kenang adalah bagaimana kita mendapatkan kemenangan itu dengan cara yang
benar,” jelasnya.
“Selamat bertanding, tunjukkan
kreativitas, tunjukkan semangat juang dan jaga ukhuwah islamiah,” kata Ustaz
Ahmad Hanafi mengakhiri sambutannya.
Acara pembukaan Porsani tersebut ditandai dengan pengibaran tiga bendera oleh Ustaz Ahmad. Ketiga bendera itu adalah bendera STIBA, bendera Dema dan bendera Porsani ke-14.
Makassar – Parade kuda yang mengusung pembawa bendera mewarnai pembukaan Porsani XIV STIBA Makassar pada Sabtu (29/02/2020) di lapangan basket kampus STIBA Makassar. Tiga ekor kuda tersebut masing-masing membawa bendera STIBA Makassar, Dema, dan Porsani XIV. Ketiga bendera tersebut diterima dan dikibarkan pada posisinya masing-masing oleh Ketua STIBA Makassar Ustaz Ahmad Hanafi.
Porsani ke-14 mengangkat tema “Kuat Dalam Kebersamaan
Berpadu Membangun Umat”. Tema ini mengisyaratkan harapan STIBA untuk
menjadikan Porsani sebagai dalam memperkuat ukhuwah, memperkuat jasmani dan
memperluas wawasan keislaman mahasiswa STIBA Makassar. Hal ini dipandang perlu untuk
menjadi bekal dalam mensyiarkan agama Allah dan membangun umat ke depannya.
Kegiatan yang dinanti-nantikan oleh seluruh masyarakat Kampus
STIBA ini memperebutkan 14 medali pada cabang indoor dan 14 medali pada
cabang outdoor. Direncanakan berlangsung selama dua pekan, 29
Februari-14 Maret 2020, kegiatan ini diikuti oleh setidaknya lebih dari 40
kontingen yang terdiri dari mahasiswa(i), dosen dan pengelola serta alumni
STIBA Makassar.
Seremoni pembukaan Porsani XIV juga dimeriahkan dengan hiburan-hiburan. Pertunjukan-pertunjukan diawali dengan penampilan Angngaru (ikrar kesetiaan orang Gowa) dengan judul “Aru Tubaranina Gowa“. Dilanjutkan dengan pembacaan puisi, pertunjukan seni bela diri Perisai Badar, dan nasyid.
Pembukaan Porsani ke-14 juga dihadiri oleh orang tua mahasiswa STIBA yang berasal dari Makassar, Maros, Gowa, dan Takalar yang akan menghadiri acara ramah tamah. Ramah tamah tersebut dilaksanakan tepat setelah pembukaan Porsani di lantai 2 Masjid Anas bin Malik STIBA Makassar.
Pembukaan Porsani XIV ini juga dirangkaikan dengan Launching Koperasi Thaybah Amanah Mandiri (Tamam) oleh Ketua STIBA Makassar.
(STIBA.ac.id) Makassar – Program KKN adalah miniatur masyarakat kita. Problem yang dihadapi seorang mahasiswa dilokasi KKN, itulah gambaran problem masyarakat kita secara umum. Maka sebagai dai, tidak boleh hidup eksklusif. Dai harus berbaur di tengah kehidupan masyarakat. Tahu apa masalah mereka, serta kesulitan yang mereka hadapi. Idealnya seorang dai harus tahu kebutuhan mereka yang kemudian diramu dalam konten-konten dakwah yang akan datang.
Hal ini disampaikan Ustaz Ahmad
Hanafi, Lc., M.A., Ph.D. saat menyambut secara resmi mahasiswa KKN STIBA
Makassar, Kamis (27/02/2020) di Masjid Anas bin Malik. Sembari berkelakar,
Ustaz Ahmad mengatakan, “Selama 40 hari Antum telah khuruj seperti teman-teman
kita di Jamaah Tabligh. Nanti pengabdian bukan cuman 40 hari, tapi dua tahun.”
Lebih lanjut Ustaz Ahmad mengatakan
bahwa setelah melakukan KKN, mahasiswa sudah memiliki gambaran apa yang akan
mereka hadapi kelak di tengah masyarakat. Seorang mukmin yang bergaul dan berbaur
merasakan langsung problem yang dihadapi manusia lebih baik dari mukmin yang
tidak bergaul dan tidak bersabar dalam bergaul dengan manusia, seperti disebutkan
dalam salah satu hadis.
Tridharma PT salah satunya adalah
Pengabdian Masyarakat. Jadi masyarakat bisa merasakan langsung manfaat dari suasana
ilmiah di kampus.
“Ke depan, keberadaan STIBA harus dirasakan nyata. Di luar
sana ada kampung Inggris. Di Temboro kalau waktu salat semua toko tutup. Di Darut
Tauhid Bandung juga menyatu dengan masyarakat sekitar,” kata Ustaz Ahmad.
Ustaz Ahmad berharap program strategis ini (KKN) betul-betul
membuat mahasiswa bisa merasakan besarnya amanah besar di pundak mereka untuk
mengatasi problematika umat saat ini.
Sedikitnya ada tiga terapi
penyelamatan umat yang diuraikan Ustaz Ahmad Hanafi yang terinspirasi dari Alquran
Surah Alanfal dan Surah Hud. Pertama Allah tidak akan mengazab satu kaum
sementara Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam masih ada di tengah
mereka. Kedua, Allah tidak akan mengazab mereka selama mereka masih beristighfar.
Untuk itu dibutuhkan peran dai untuk memberi kesadaran kepada umat.
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab
mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan
mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS. Alanfal: 33).
Dan yang ketiga adalah dalam Surah Hud
dikatakan bahwa Allah tidak akan mengazab akibat dosa mereka sementara penduduk
negeri itu mushlihun (melakukan usaha perbaikan).
“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan
membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang
berbuat kebaikan.” (QS. Hud: 117).
Menurut Ustaz Ahmad, perlu ada gerakan
ishlah (perbaikan). “Alhamdulillah kegiatan kita selama 40 hari lebih dilepas
dengan haru dan tangis oleh masyarakat setempat. Tapi tujuan kita adalah
bagaimana umat kita ikut berperan dalam usaha-usaha perbaikan umat. Harus ada
orang-orang yang bisa melanjutkan usaha-usaha perbaikan yang sudah kita mulai,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, ketua STIBA
tersebut juga mengingatkan mahasiswa bahwa KKN bukanlah akhir perjuangan.
Karena itu, seperti disebutkan dalam Alquran, jika telah selesai dari satu amalan maka bersegeralah
melanjutkan dengan amalan lainnya.
“Nostalgia KKN mari kita tutup. Harus
segera move on. Episode ke depan kita akan dilanjutkan dengan tugas-tugas
baru,” tutur Ustaz Ahmad.
Mahasiswa juga diimbau agar tidak cepat
merasa puas setelah KKN. “Alhamdulillah Antum telah merasakan sensasi ber-KKN,
akan tetapi status Mahasiswa Antum tinggal menghitung hari. Setelah itu akan
menjadi alumni dan akan mengabdi.”
Pembekalan alumni akan dipercepat sebelum wisuda di sela-sela mahasiswa menyelesaikan skripsi mereka. Pembekalan ini rencananya akan disponsori oleh DPP Wahdah Islamiyah. Pembekalan akan berlangsung dua hari setiap pekan, pagi sampai Zuhur. Pembekalan ini jadi syarat untuk ikut ujian komprehensif.
(STIBA.ac.id) Gowa – Acara penarikan mahasiswa KKN STIBA Makassar di Kecamatan Parigi terselenggara Senin, (24/02/2020). Acara ini berlangsung di kantor kecamatan dan dihadiri 79 mahasiswa KKN beserta dosen-dosen pendamping lapangan, sekretaris camat dan jajarannya, serta tokoh masyarakat dan warga.
Sekretaris Kecamatan Parigi Abdurrahman,
S.S.T.P. mewakili masyarakat dan aparatur kecamatan mengucapkan terima kasih kepada
mahasiswa KKN atas perjuangannya memberikan yang terbaik untuk kecamatan. Ia
mengibaratkan mahasiswa KKN STIBA seperti magnet yang mendatangkan keberkahan
untuk kecamatan dan masyarakat-masyarakatnya.
“Keberadaan mahasiswa KKN, semoga
mendatangkan keberkahan untuk desa. Pemerintah dan masyarakat sangat berterima
kasih atas hal itu,” tuturnya.
Ia berharap penarikan hari itu bukan
akhir kerja sama yang sudah dibangun, “Jadikan Parigi ini sebagai kampung kedua
yang setiap waktu harus mahasiswa STIBA kunjungi,” lanjutnya lagi.
Selaku perwakilan dari pihak STIBA, Kepala
Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum STIBA Makassar Ustaz Saifullah
Anshar memohon maaf atas kekurangan-kekurangan dari mahasiswa KKN-nya,
“Kami memohon maaf atas setiap
kekurangan dari mahasiswa selama ber-KKN di sini sekaligus berterima kasih
kepada masyarakat dan aparatur kecamatan atas penyambutan luar biasa untuk
mahasiswa STIBA Makassar,” kata Ustaz Saifullah Anshar.
Acara penarikan di akhiri dengan seremoni pemberian cendera mata dari STIBA Makassar oleh Kepala Pusat Penjaminan Mutu STIBA Makassar Ustaz Hendra Wijaya, Lc., M.H. untuk Kecamatan Parigi secara umum.
Sedih dan bahagia menyelimuti
rangkaian acara tersebut. Betapa tidak, kebersamaan selama 40 hari lebih telah
meninggalkan banyak kenangan bagi mahasiswa KKN dan warga Parigi. Bahkan Ardiansyah
salah seorang murid Madrasah Aliyah Sicini, ikut mengantar mahasiswa KKN hingga
ke Kampus STIBA Makassar.
Banyak ungkapan kesedihan sekaligus
kegalauan warga ketika membayangkan tak ada lagi yang akan membimbing mereka
belajar agama, belajar mengaji, dan lainnya.
“Masyarakat sini sangat haus akan ilmu agama, semoga ada dai yang bisa diutus ke sini. Kami juga berharap semoga bisa didirikan sarana pembelajaran minimal pesantren,” tutur Maming, warga Desa Sicini.
Kepala P2M STIBA Makassar Ustaz Hendra Wijaya bersama Sekretaris Camat Parigi Abdurrahman
(STIBA.ac.id) Gowa – Wakil Ketua I STIBA Makassar Ustaz Sofyan Nur, Lc., M.Ag. berserta tiga dosen pendamping lapangan yaitu Ustaz Syandri Syaban, Lc., M.Ag., Ustaz Rahmat Badani, Lc., M.A., dan Ustaz Sirajuddin Qasim, Lc. menjemput mahasiswa KKN STIBA Makassar di Kecamatan Tombolopao. Di kecamatan ini, STIBA menempatkan 26 mahasiswanya yang disebar di dua desa dan satu kelurahan.
Seremoni panarikan berlangsung di
kantor kecamatan dan dihadiri oleh sekretaris kecamatan, kepala Desa Pao, staf
kecamatan, serta beberapa tokoh masyarakat dan warga yang tampak berat melepaskan
kepergian mahasiswa, Senin (24/02/2020).
Hj. Asia selaku ketua BKMT (Badan Kontak Majelis Taklim) turut menyampaikan kesan dan pesannya untuk STIBA. Rasa haru yang mendalam membuatnya tak mampu berkata-kata di awal sambutannya.
“STIBA luar biasa. Bisa memberikan
pengaruh besar khususnya kepada warga Kelurahan Tamaona. Kami sedih rasannya
melepas anak-anakku sekalian yang mengajarkan kami Alquran setiap harinya,
khususnya bunda-bunda,” ujarnya.
Ia menyampaikan harapannya agar STIBA
menjadikan Kecamatan Tombolopao sebagai daerah binaannya, khususnya Kelurahan Tamaona
agar ada yang melanjutkan membimbing masyarakat. Hal ini dikuatkan melalui
surat permohonan jadi kelurahan binaan dari lurah Tamaona kepada pihak STIBA
Makassar.
Pada saat malam ramah tamah yang diadakan sebelumnya di hari Sabtu (22/02/2020) yang dihadiri oleh kepala kelurahan dan dua kepala desa yang menampung mahasiswa KKN STIBA, serta para tokoh masyarakat dan tokoh agama serta masyarakat secara umum, pada saat itu lurah Tamaona menyampaikan harapan kepada setiap kepala desa agar mahasiswa STIBA ke depanya ditempatkan di setiap desa.
Ia secara pribadi bahkan akan menempatkan mahasiswa di setiap lingkungan atau dusun. Ia berharap hal ini mendapat respons baik dari pihak STIBA dan bisa dituangkan dalam bentuk MoU.
(STIBA.ac.id) Makassar – Penarikan mahasiswa KKN STIBA Makassar
berlangsung serentak di tiga kecamatan, Kecamatan Bantimurung, Kecamatan
Parigi, dan Kecamatan Tombolopao.
Seremoni penarikan berlangsung di kantor
kecamatan dan dihadiri oleh para camat, kepala desa dan lurah terkait, tokoh
masyarakat, mahasiswa KKN STIBA Makassar serta dosen pendamping setiap posko.
Camat Bantimurung Asrul Rivai Rachman saat pelepasan mahasiswa KKN di kantornya mengisahkan, ia pernah diundang salah seorang warganya di Kalabbirang yang telah lanjut usia. Warganya tersebut mengatakan kalau sudah banyak yang pernah mengajarinya membaca Alquran, tapi ia tetap tidak mampu membaca Kitabullah tersebut. Ia baru bisa membaca Alquran setelah diajar oleh mahasiswa STIBA.
“Warga kami juga sangat senang dengan
terapi bekam. Beberapa posko di Bantimurung yang adakan bekam, banyak testimoni
warga yang sangat senang dan antusias dengan kegiatan ini. Ke depan saya akan
buat Kuesioner kepuasan KKN mahasiswa ke warga saya pasca penarikan KKN,”
ujarnya.
“Bersyukur karena kesan warga terhadap STIBA bagus-bagus. Banyak
yang tanya kenapa KKN-nya cuma 40 hari, bisakah ditambah waktunya?,” lanjut
Asrul.
Camat Bantimurung juga mengucapkan terimakasih atas pengabdian dan usaha-usaha yang telah dilakukan mahasiswa untuk memahamkan agama ke warganya, sekaligus memohonkan maaf atas kekurangan-kekurangan mereka.
Ustaz Putra Alam, S.E., M.E.I. yang menjadi salah seorang dosen pendamping lapangan menuturkan bahwa warga yang rumahnya dijadikan posko mahasiswa KKN Desa Alatengae tidak mau melepas spanduk Posko KKN Mahasiswa STIBA. Ia baru akan melepasnya jika telah datang delegasi mahasiswa KKN STIBA Angkatan IV tahun berikutnya.
Pelepasan secara resmi Mahasiswa KKN STIBA Makassar Angkatan III di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros
(STIBA.ac.id) Maros – Masa KKN mahasiswa STIBA telah berakhir. Hari ini, Senin (24/02/2020) diadakan penarikan serentak di tiga kecamatan. Termasuk di Desa Minasabaji Kecamatan Bantimurung. Banyak pesan dan kesan yang didapatkan oleh mahasiswa yang melakukan KKN di sana.
Mahasiswa KKN
mengadakan perpisahan di sekolah-sekolah dan TKA/TPA yang mereka bina. Salah
satunya di SDN Inpres 128 Minasabaji. Ibu Kepala Sekolah yang selama ini tidak
pernah menghadiri perpisahan karena mengaku tidak sanggup menyaksikan suasana
haru pada momen tersebut, hari itu menyempatkan hadir di perpisahan bersama
mahasiswa KKN STIBA Makassar.
“Saya sebenarnya
tidak pernah ikut perpisahan karena saya tidak tahan melihat suasana
menyedihkan seperti ini. Kami semua mendoakan semoga urusan-urusan kakak-kakak
mahasiswa KKN dilancarkan semua,” kata kepala SDN Inpres 128 Minasabaji.
Ibu kepala sekolah
menyampaikan hal tersebut tak lepas dari suasana saat perpisahan, di mana para
siswa menangis hingga terdengar satu sekolah.
“Jika jalan-jalan
ke Maros, dan bisa menyempatkan waktu untuk berkunjung di sekolah, kami selalu
menyambut dengan tangan terbuka” tuturnya.
Seperti tak ingin
dilupakan, para siswa dan santri menitipkan surat di posko mahasiswa KKN. Beberapa
menulis dengan kalimat-kalimat yang membuat mahasiswa tersenyum, tertawa,
hingga terharu. Surat-surat itu juga terbungkus dengan rapi dan cantik. Seperti
itulah anak-anak itu menunjukkan apresiasi mereka dengan mengemas, menghias,
dan menulis surat serta puisi semaksimal kemampuan mereka.
Satu hal yang membuat
mahasiswa terharu, di antara surat itu mengungkapkan keinginan terbesarnya
untuk menjadi mahasiswa STIBA setelah mereka banyak berinteraksi dan mengikuti kegiatan-kegiatan
yang diadakan saat KKN.
Salah seorang tokoh
masyarakat di dusun Sege Segeri yang rumahnya bersebelahan dengan posko
mahasiswa, Haji Tallasa, menyampaikan harapannya agar kelak ada dari warga desanya
yang masuk STIBA.
” STIBA ini sebagian
wilayah kampusnya berada di Maros, tapi sedikit yang masuk ke STIBA karena
mungkin tidak tahu atau kesadaran orangtua yang kurang untuk menyekolahkan
anaknya belajar agama. Sehingga kami berharap, setelah KKN ini, ada perwakilan
dari Maros khususnya Desa Minasabaji yang ingin masuk ke stiba,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia yang suka berdiskusi panjang dengan mahasiswa itu menitip pesan kepada pengelola STIBA, “Kami juga meminta tolong agar ada dai yang bisa diutus ke daerah dan desa-desa, dan memberitahu kami apa yang perlu kami siapkan untuk menyambut dai tersebut baik dari segi sarana maupun pra sarana.”