Penulis: admin

  • Seminar Alquran dan Bahasa Arab Akhiri Rangkaian Kegiatan Muslimah Event II

    Seminar Alquran dan Bahasa Arab Akhiri Rangkaian Kegiatan Muslimah Event II

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Seminar Alquran dan Bahasa Arab menjadi acara puncak dari rangkaian kegiatan Muslimah Event II. Seminar yang digelar oleh Departemen Diklat BEM Putri dan Bidang Hafalan UKM Raudhatul Huffaazh Putri STIBA Makassar, Ahad, 5 Rabiulawal/3 November 2019 ini berlangsung di Onyx Ballroom Myko Hotel and Convention Center.

    Acara ini dihadiri oleh 1.154 peserta dengan bintang tamu seorang hafizh Alquran cilik bernama Zuhrah Maysaroh (Juara III Hafiz Indonesia 2019). Ia hadir bersama ibundanya. Peserta takjub dan haru mendengar pemaparan Zuhrah dan Ibundanya yang mengisahkan perjuangan mereka dalam menghafalkan Alqur’an. Tidak sedikit air mata peserta yang menetes melihat dan mendengarkan motivasi-motivasi ruhiyah  yang mereka bagikan tentang Alquran.

    Di acara inti seminar, Ustadzah Dewi Indriani, Lc., S.H., M.H. menyentuh ruh-ruh peserta yang memang butuh untuk dihidupkan kembali dengan nasihat-nasihat Kalamullah. Dalam tausiahnya ia mengatakan, “Alquran adalah inti kehidupan yang memberikan ruh dalam hati seseorang, sehingga ketika tidak dibaca, maka seseorang itu sama seperti orang yang mati.

    Dosen STIBA Makassar tersebut juga menekankan keutamaan bahasa Arab sebagai bahasa Alquran. Ia memotivasi agar peserta juga ikut takjub dengan keindahan bahasa Arab sebagai bahasa Alquran.

    Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Bagian Keputrian STIBA Makassar Ustadzah Armida, Lc. Dalam sambutan ia mengatakan­ bahwa seorang muslimah seharusnya tidak hanya semangat dalam belajar menghafalkan Alquran, tapi juga dibarengi dengan semangat mempelajari bahasa Arab. Pasalnya, Alquran dan bahasa Arab tidak akan pernah bisa dipisahkan.

    Acara ini diselingi dengan persembahan panitia yang memukau dan mengundang decak kagum para peserta, seperti tampilan drama, nasyid dan syair-syair indah berbahasa Arab maupun bahasa Indonesia. Penampilan-penampilan ini turut memengaruhi dan semakin menambah kesadaran, rasa rindu membuncah dan cinta yang kembali bersemi kepada Alquran dan bahasa Arab.

    Di akhir acara, panitia mengumumkan peraih juara musabaqah Muslimah Event II yang telah diikuti sebanyak 235 peserta dengan enam macam musabaqah, seperti: Musabaqah Fahmil Quran, Musabaqah Cerdas Cermat Qawaid Bahasa Arab, Musabaqah Hifzhil Qur’an 5 Juz, Musabaqah Hifzhil Qur’an 10 Juz, Musabaqah Pidato Bilingual (Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia) dan Musabaqah Desain Poster. Adapun daftar pemenang musabaqah dari juara I sampai III maupun yang meraih juara harapan sebagai berikut:

    Musabaqah Fahmil Quran

    1. STIBA Makassar

    2. Darul Marhamah (tim  2) Makassar

    3. Darul Marhamah (tim 1) Makassar

     

    Musabaqah Cerdas Cermat Qawaid Bahasa Arab

    1. STIBA Makassar

    2. Man 3/PK makassar

    3. UNM

     

    Harapan 1. Ponpes Rahmatul Asri (Enrekang)

     

    Musabaqah Hifzhil 5 juz

    1. Mustab Syroh (STIBA Makassar)

    2. Sheima Adam Nasir (SMA IT WI Makassar)

    3.Nailah Rahma Muidz (SMAN 2 Enrekang)

     

    Musabaqah Hifzhil 10 juz

    1. Nidaul Haq (STIBA Makassar)

    2. Himmah Aliyah (Mahad Khairatul Hisan Sidrap)

    3. Salsabila Ramdani (Ponpes Darul Aman Makassar)

     

    Musabaqah Pidato

    1. Man 3 / PK Makassar

    2. SMP Al-Fityan Gowa

    3. IAIM Sinjai

     

    Musabaqah Design Poster

    1.Nur Fadhilah (Ma’had Tahfizhul Quran WI Makassar)

    2.Nur Khalisa Salsabila (SMP IT Wahdah Islamiyah Gowa)

    3.Nurul Rahmadhani (STIBA Makassar)

     

    Harapan 1. Khaerana Rauf (umum)

    Reporter: Tim Humas Putri

  • Tampil di ILC TV One, Pendiri STIBA Tanggapi Larangan ASN Bercadar dan Celana Cingkrang

    Tampil di ILC TV One, Pendiri STIBA Tanggapi Larangan ASN Bercadar dan Celana Cingkrang

    STIBA.ac.id) Makassar –  Pernyataan Menteri Agama Fakhrul Razi terkait cadar dan celana cingkrang menimbulkan kontroversi. Pro kontra terkait hal tersebut semakin memancing kegaduhan di tanah air. Akhirnya, stempel radikal semakin liar, menyasar mereka yang bercelana cingkrang dan bercadar.

    Indonesia Lawyers Club TV One yang tayang Selasa (5/11/2019) mengangkat tema “Apa dan Siapa yang Radikal?”. Ketua Umum Wahdah Islamiyah KH. Muhammad Zaitun Rasmin menjadi salah seorang narasumbernya.

    Senada dengan beberapa pembicara yang tampil sebelum Ustaz Zaitun, Wasekjen MUI ini mengatakan tidak ada hubungan langsung antara cadar dan celana cingkrang dengan radikalisme yang negatif. Karena itu, menurutnya perlu ada indikator yang jelas seseorang itu dikatakan radikal.

    “Hal ini penting agar tidak ada korban-korban dari anak bangsa atas nama memberantas radikalisme,” paparnya.

    Ustaz Zaitun menambahkan, fenomena cadar tidak akan jauh berbeda dengan jilbab. Tahun 80-an, ketika ia masih berstatus siswa SMA, siswi berjilbab dikeluarkan dari sekolah. Alasannya melanggar aturan.

    “Tapi apa yang terjadi? Satu orang siswi dipecat di satu sekolah, muncul sepuluh orang siswi berjilbab di sekolah lain. Sepuluh orang dipecat, muncul seratus orang biljilbab. Akhirnya justru yang memecat siswinya tersebut yang dipecat,” ujar dia.

    Kesadaran untuk bercadar dan bercelana cingkrang, kata Ustaz Zaitun, tidak bisa dicegah. Menurutnya hal itu adalah hukum global. Saat ini informasi cepat dan guru atau sumber informasi tidak bisa lagi dibatasi.

    Ketua Ikatan Dai dan Ulama Asia Tenggara ini berharap agar sesuatu yang sudah jelas dasarnya harus dihormati. Kalaupun ada yang menganggap hal itu masih ikhtilaf, maka Ustaz Zaitun meminta agar dikembalikan ke MUI, atau NU maupun Muhammadiyah agar tidak bebas nilai.

    Kendati demikian, Ustaz Zaitun tidak menampik adanya paham-paham radikal dari oknum-oknum umat Islam.

    “Bahkan sejak zaman awal Islam, sudah ada Khawarij yang membawa korban tidak sedikit. Ada golongan Syiah, salah satu sektenya yaitu Qaramitah pernah membunuh 30 ribu lebih jamaah haji dan mencuri Hajar Aswad. Demikian pula liberalisme pemikiran dalam berislam,” kata Ustaz Zaitun.

    Lebih lanjut Ustaz Zaitun menjelaskan, bahwa orang-orang yang membawa paham liberalisme, atau pemikiran Muktazilah bisa menjungkirbalikkan apa yang telah disepakati para ulama. Padahal, anggap dia, tidak boleh lagi ada pendapat berbeda kalau sudah ada ijmak, karena ijmak tidak mungkin salah. Ia kemudian mengutip hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang menegaskan bahwa umat Islam tidak akan bersepakat di atas kesesatan.

    “Bersyukur banyak orang yang punya komitmen agama yang tinggi, pakai cadar, atau celana cingkrang, tapi tetap berpemahaman yang wasathiyah (pertengahan),” katanya.

    Ustaz Zaitun kemudian memperkenalkan ormas yang dipimpinnya, Wahdah Islamiyah. Wahdah sendiri tidak mewajibkan kadernya bercadar, tetapi banyak yang menggunakannya. Namun tidak seorang pun dari mereka yang berpemahaman ekstrem.

    “Mereka tetap menyanyikan lagu Indonesia Raya. Tetap bersosialisasi, bahkan terhadap orang-orang di luar Islam sekalipun tetap bersikap baik,” tegasnya.

    Ustaz Muhammad Zaitun Rasmin bersama Ustaz Jahada Mangka, Ustaz Muhammad Ikhwan Abdul Djalil, Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Ustaz Saiful Yusuf, Ustaz Muhammad Ihsan Zainuddin, dan Ustaz Rahmat Abdurrahman dikenal sebagai inisiator berdirinya STIBA Makassar.

    Tonton Video: 

    Wasekjen MUI KH. Zaitun Rasmin Tanggapi Larangan ASN Pakai Cadar & Celana Cingkrang || ILC (5/11/19)

  • Peningkatan Kedisiplinan Jadi Bahasan Utama Tarbiah Gabungan STIBA Makassar

    Peningkatan Kedisiplinan Jadi Bahasan Utama Tarbiah Gabungan STIBA Makassar

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Islam adalah agama yang mengajarkan tentang kedisiplinan. Salah satu bentuk kedisiplinan yang diajarkan adalah mematuhi perintah dan menjauhi larangan Allah Ta’ala. Hal ini diutarakan oleh Ustaz Saiful Yusuf Ali Bas, Lc., M.A. saat membawakan tausiah dalam kegiatan Tarbiah Gabungan, Jumat malam (01/11/2019) di Masjid Anas bin Malik Kampus STIBA Makassar.

    Salah seorang inisiator berdirinya STIBA Makassar ini juga mengatakan bahwa Islam menginginkan umatnya untuk disiplin, dan tarbiah bisa menjadi salah satu wasilah membentuk karakter seorang muslim menjadi pribadi yang disiplin.

    Dalam tarbiah gabungan ini, selain penyampaian tausiah dari Ustaz Saiful Yusuf, juga dirangkaikan dengan micro teaching yang disampaikan oleh Waka IV STIBA Makassar Ustaz Ahmad Syaripudin, S.Pd.I., M.Pd.I. Micro teaching dikhususkan bagi marhalah takwiniyah sebagai bekal menjadi murabbi.

    Tarbiah gabungan yang bertema “Tarbiah dan Peningkatan Kedisiplinan” ini adalah salah satu program kerja Departemen Kaderisasi Dema STIBA Makassar. Dilaksanakan dalam rangka mempererat ukhwah dan meningkatkan kedisiplinan seluruh anggota halaqah tarbiah yang berada di STIBA Makassar.

    Reporter: Zulkarnain Efendi dan Siddiq Abdillah

    Foto: Infokom Dema

     

  • Tawarkan Solusi Sehat, Alumni STIBA Makassar Kirim Surat Terbuka kepada Menteri Kesehatan

    Tawarkan Solusi Sehat, Alumni STIBA Makassar Kirim Surat Terbuka kepada Menteri Kesehatan

    (STIBA.ac.id) Makassar – Jokowi resmi menaikkan iuran BPJS dan akan berlaku mulai 1 Januari 2020. Tak tanggung-tanggung, kenaikannya hingga 100%. Di tengah perekonomian yang belum membaik, kebijakan ini dinilai dapat memberatkan rakyat.

    Dipilihnya dr. Terawan Agus Putranto sebagai Menteri Kesehatan RI yang baru membawa secercah harapan bagi Ustaz Syaibani Mujio. Pemilik klinik Qalbun Salim ini menilai, keinginan Kemenkes RI untuk mengembalikan puskesmas pada fungsinya yaitu promotif dan preventif patut didukung.

    Alumni STIBA Makassar yang kini menjabat sebagai Sekjen DPP Wahdah Islamiyah  ini menawarkan solusi. Ketujuh solusi itu ia uraikan dalam surat terbuka yang ia tujukan kepada Menteri Kesehatan RI. Berikut selengkapnya:

    Kepada Bapak Menteri kesehatan RI 
    dr. Terawan 
    Yang kami hormati 

    Saya Syaibani Mujiono, pengurus P-Aspetri (Perkumpulan Penyehat Ramuan Tradisional Asli Indonesia) Sulsel.

    Melihat besarnya defisit anggaran BPJS dan rencana kenaikan biaya BPJS, maka kami sering  mendengar dari masyarakat keberatan dengan rencana itu. 

    Apalagi di tengah krisis ekonomi yang melanda dan masih banyaknya pengangguran dan kemiskinan yang juga menjadi problema tersendiri bagi kita di Indonesia.

    Saya membaca di sebuah media cetak tentang tingginya biaya yang ditanggung BPJS untuk membayar pengobatan peserta BPJS, bahkan mencapai angka Rp10 triliun untuk kasus pengobatan jantung.

    Tentu ini nilai yang tidak sedikit. Seandainya masyarakat Indonesia sehat, maka dana senilai itu bisa kita alihkan untuk program ekonomi dan pengentasan kemiskinan dan menekan angka pengangguran.

    Saya sangat senang ketika membaca di media tentang rencana Kementerian Kesehatan untuk mengembalikan fungsi puskesmas pada fitrahnya, yaitu promotif dan preventif. Tentu tetap melakukan tindakan kuratif.

    Beberapa yang kami bisa usulkan agar masyarakat Indonesia juga sehat dan kembali kepada fitrahnya, sehat jasmani dan rohani yang mungkin lebih banyak kepada promotif dan preventif:

    1. Memperbanyak edukasi kesehatan baik kesehatan diri maupun lingkungan;

    2. Menggaungkan kembali gerakan minum jamu  bagi masyarakat Indonesia;

    3. Menghidupkan kembali pogram “Toga” di setiap rumah;

    4. Meningkatkan edukasi tentang bahaya zat-zat yang bisa merusak tubuh;

    5. Memberikan kebijakan dan ruang serta edukasi yang berkelanjutan bagi para penyehat tradisional dalam membantu pemerintah dalam progam kesehatan dan upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat;

    6. Menguatkan kembali dalam kurikulum pendidikan nasional sejak PAUD sampai perguruan tinggi tentang pentingnya menjaga kesehatan diri dan lingkungan;

    7. Menjadikan semua masyarakat sebagai subjek dalam gerakan hidup sehat.

    Demikian beberapa hal yang terbetik dalam benak kami sebagai sumbangsih dan urun rembuk untuk bapak Menteri dalam upaya menekan defisit anggaran BPJS.

    Semoga Bapak Menteri bisa mengemban tugas dengan baik sehingga tidak ada satu pun masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke kecuali mendapatkan edukasi dan pelayanan kesehatan yang memadai.

    Terima kasih dan kami mohon maaf jika ada kesalahan, dengan harapan siapa saja yang memiliki akses ke Bapak Menteri bisa meneruskan kepada beliau.

    Tertanda

    Syaibani Mujiono
    Sek. P-Aspetri Sulsel

     

  • UKM Kalam Awali Program Kerjanya dengan Kegiatan Temu Ilmiah

    UKM Kalam Awali Program Kerjanya dengan Kegiatan Temu Ilmiah

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Karya Tulis Ilmiah (KTI) adalah satu bidang penting dalam lingkup akademik yang seyogianya dikuasai oleh mahasiswa. Namun realitanya masih banyak mahasiswa yang sangat minim kemampuannya dalam penulisan KTI.

    Mencermati hal ini, UKM Keilmuan dan Penalaran Ilmiah (Kalam) STIBA Makassar mengadakan Temu Ilmiah sebagai kegiatan pelatihan dan pembinaan penulisan KTI bagi seluruh anggota UKM Kalam.

    Berbeda dengan pelatihan biasa yang pada umumnya hanya dilakukan sekali pertemuan, Temu Ilmiah ini dilaksanakan sekali sepekan secara rutin dan intensif serta menghadirkan mentor yang kompeten di bidang ini untuk menghasilkan mahasiswa yang mampu menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas.

    Temu Ilmiah ini dilaksanakan perdana pada Selasa (29/10/2019) bertempat di gedung kelas QC STIBA Makassar menghadirkan Asdar Nor sebagai mentor. Ia adalah seorang mahasiswa berprestasi di Universitas Hasanuddin yang telah menjuarai berbagai perlombaan di bidang ilmiah tingkat nasional, di antaranya Juara 3 Lomba KTI Nasional Bidang Kemaritiman 2019, Best Essay in Forum Mahasiswa Hukum Indonesia, Juara 1 Debat Hukum Nasional Piala I.J. Kasimo Atmajaya Jakarta 2019, Best Speaker Debat Nasional PUBLIC EXPO, dan masih banyak lagi.

    “UKM Kalam sebagai pelaksana kegiatan ini adalah sebuah UKM yang baru lahir pada tahun ini di STIBA Makassar. Kami memiliki harapan besar dapat mendulang sukses dan memberi warna baru yang positif sebagai salah satu lembaga kemahasiswaan di STIBA Makassar,” ujar Zlljian Adet Jibrann yang menjadi ketua pertama UKM tersebut. (ZAJ/NAW)

     

     

     

  • Tingkatkan Kualitas Sekretaris dan Bendahara, Departemen Diklat Dema Adakan Pelatihan Kesekretariatan dan Kebendaharaan

    Tingkatkan Kualitas Sekretaris dan Bendahara, Departemen Diklat Dema Adakan Pelatihan Kesekretariatan dan Kebendaharaan

    (STIBA.ac.id) Makassar – Departemen Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Dema STIBA Makassar menggelar Pelatihan Kesekretariatan dan Kebendaharaan di Gedung Qatar Charity, Ahad (27/10). Kegiatan ini diikuti oleh beberapa sekretaris dan bendahara dari lembaga-lembaga kemahasiswaan STIBA Makassar.

    Ketua Diklat Dema STIBA Makassar Muhammad Ariel Yudiman mengatakan bahwa kegiatan ini diadakan dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu para sekretaris dan bendahara setiap LK (Lembaga Kemahasiswaan) di STIBA Makassar.

    Ariel berharap kehadiran peserta dalam kegiatan-kegiatan yang akan digelar berikutnya bisa lebih maksimal.

     

    Reporter: UKM Pers

    Foto: Infokom Dema

  • Lembaga-Lembaga Kemahasiswaan STIBA Makassar Adakan Upgrading

    Lembaga-Lembaga Kemahasiswaan STIBA Makassar Adakan Upgrading

    (STIBA.ac.id) Makassar – Dema STIBA Makassar menyelenggarakan kegiatan upgrading yang diikuti oleh seluruh pengurus Sema, Dema, UKK, UKM, dan HMJ STIBA Makassar. Kegiatan ini dilaksanakan di Masjid Anas bin Malik, Sabtu (26/10).

    Tujuan diadakannya upgrading ini adalah untuk meningkatkan mutu, pengetahuan, serta manajemen keorganisasian para pengurus lembaga kemahasiswaan STIBA Makassar.

    Ketua Senat Mahasiswa Agus Miranto dalam sambutannya mengatakan bahwa upgrading ini sangat penting bagi para pengurus lembaga kemahasiswaan dalam melaksakan amanah nantinya, karena di dalam upgrading ini akan dijelaskan bagaimana cara berkomunikasi yang baik antara anggota dan ketua, bagaimana cara mengurus organisasi yang baik, bagaimana mengatur waktu, dan lain-lain, sehingga kegiatan ini sangat perlu untuk diikuti.

    Septha Sulaiman selaku ketua panitia kegiatan upgrading juga berharap dengan upgrading ini dapat menjadi acuan agar seluruh proker yang telah disusun oleh setiap lembaga kemahasiswaan dapat terlaksana dengan baik. Ia juga berharap agar kepengurusan tahun ini bisa lebih baik dari kepengurusan tahun-tahun sebelumnya.

     

    Reporter: UKM Pers

    Foto: Infokom Dema

  • Mapala STIBA Makassar Ikuti Pelatihan Tanggap Bencana

    Mapala STIBA Makassar Ikuti Pelatihan Tanggap Bencana

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Wahdah Islamiyah melalui satuan kerja kebencanaannya, Wahdah Peduli (WP), menggelar pelatihan tanggap darurat bencana di Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar, jalan Inspeksi PAM Manggala Makassar, Sabtu (26/10/2019).

    Program baru pelatihan kebencanaan Wahdah Peduli ini bertajuk WP Goes To Campus, yang dilaksanakan untuk kalangan Mahasiswa.

    WP Goes to Campus perdana ini dilaksanakan atas kerjasama WP dengan beberapa lembaga, di antaranya adalah Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Wahdah, SAR kota Makassar, PT. Eastern Pearl Flour Mills (PT EPFM), dan STIBA Makassar.

    Pelatihan dibuka secara resmi oleh Ketua Umum WP Pusat, Muhammad Musri, di hadapan 45 peserta yang merupakan utusan dari lembaga Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) STIBA Makassar.

    Pembukaan kegiatan tersebut kemudian dilanjutkan dengan materi mitigasi bencana kebakaran oleh Rustam selaku Kordinator Health Safety and Environment (HSE) PT EPFM, dan Teknik Water Rescue oleh SAR  Kota Makassar.

    Untuk Mitigasi bencana kebakaran, materi disajikan dalam dua sesi, indoor dan outdoor. Materi indoor berupa dasar-dasar pemadaman kebakaran, sedangkan materi outdoor berupa pelatihan memadamkan api kecil menggunakan karung basah dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

    Pelatihan teknik Water Rescue dilaksanakan di Danau Tanjung Bunga Makassar, dengan tiga stasiun materi, antara lain teknik throw (melempar alat apung), tow/carry (penyelamatan langsung kepada korban), dan pengendalian perahu karet. 

    Muhammad Syukri Turusi selaku Wakil Ketua WP Pusat menuturkan, Wahdah Peduli ke depan akan menyasar beberapa perguruan tinggi dan sekolah menengah untuk menyosialisasikan pengetahuan seputar mitigasi bencana.

    “Selain itu, insya Allah kami akan memprogramkan sebuah program untuk masyarakat, yakni Kampung Tanggap Bencana,”ujar dia.

    Di akhir sesi pelatihan, Alumni Universitas Hasanuddin Makassar ini berpesan kepada seluruh peserta agar mempersiapkan diri dan peralatan yang dibutuhkan untuk tanggap darurat bencana.

    “Apalagi menjelang akhir tahun yang diprediksi akan dilalui oleh curah hujan yang tinggi, khususnya wilayah Sulawesi Selatan yang sangat rawan menjadi langganan banjir,” tutup dia.

    Laporan: Rustam Hafid (Divisi Media dan Informasi Wahdah Peduli)

  • Duka Selimuti Warga Kampus STIBA Makassar

    Duka Selimuti Warga Kampus STIBA Makassar

    (STIBA.ac.id) Makassar – Azan Magrib bersahut-sahutan di Kota Makassar. Di Masjid Anas bin Malik Kampus STIBA Makassar, di daftar jadwal azan, nama Laode Dimas Aljada tertera di sana. Magrib itu, sedianya dialah yang bertugas sebagai muazin.

    Tapi takdir Allah berkata lain. Di tempat berbeda, di salah satu rumah sakit di Kota Makassar, tubuh Dimas  terbujur tanpa daya. Magrib itu, ia tak lagi sanggup memanggil saudara-saudaranya di kampus dan sekitarnya untuk menghadap Allah melalui azan merdunya, karena saat itu pula Allah tengah ‘memanggilnya’ pulang.

    Sontak, kepergiannya yang mendadak akibat musibah yang menimpanya Jumat (25/10/2019) siang itu menyisakan kesedihan mendalam. Tak hanya sanak keluarganya di kampung halaman, sahabat-sahabat seasramanya, teman-teman sekelasnya, dosen-dosen yang pernah mengajarnya,  bahkan seluruh civitas akademika STIBA Makassar hingga kader-kader Wahdah Islamiyah turut berduka.

    Ada dosen yang mengungkap kebiasan baiknya di kelas. Ia mahasiswa yang cerdas. Fokus pada pelajaran serta  santun. Suaranya yang indah sering mengundang decak kagum teman-teman sekelasnya ketika ia membaca ayat-ayat Alquran.

    Sementara Ketua Masjid Anas bin Malik Ustaz Muhammad Yusran Anshar menyifatinya sebagai seorang muazin yang saleh. Dan wafat saat masih meniti jalan sebagai seorang penuntut ilmu syari. Jalan yang ketika ditempuh, maka kata Nabi shallallahu alaihi wassalam Allah akan mudahkan baginya meniti jalan ke surga.

    Ustaz Ahmad Hanafi, Ketua STIBA Makassar bahkan mengatakan, “Kita tidak dalam posisi memberikan ucapan takziyah. Tetapi kitalah yang menerima ucapan takziyah itu. Sebab Laode Dimas adalah anak dan saudara kita.”

    Kepergian Dimas yang mendadak turut mengundang simpati Ustaz Muhammad Ikhwan Jalil, Ketua Dewan Syuro DPP Wahdah Islamiyah. 

    “Atas nama pribadi dan mewakili Dewan Syura Wahdah Islamiyah, kami menyampaikan takziyah dan rasa duka yang sangat mendalam atas wafatnya Ananda Laode Dimas, seorang kader dakwah handal, muazin masjid STIBA yang sangat kita sayangi,” tulis Ustaz Ikhwan dalam pesan singkatnya.

    Ketua STIBA pertama ini juga mendoakan agar Allah memberi maghfirah-Nya dan menempatkannya di tempat terbaik di Jannah-Nya. Serta orang tua dan keluarganya diberikan kesabaran dan ketabahan menerima cobaan ini.

    Jenazah disemayamkan di Masjid Anas bin Malik dan dimandikan usai salat Subuh. Ratusan jamaah Subuh turut menyalatkannya dengan khidmat. Salat jenazah dipimpin langsung Ketua STIBA Makassar. Jenazah kemudian diterbangkan ke Siompu Sulawesi Tenggara.

    Tak ingin memberatkan keluarga yang sedang berduka, pihak STIBA Makassar menanggung seluruh biaya pengurusan jenazah termasuk tiket pesawat.

    Mewakili pihak keluarga Laode Dimas Ustaz Ahmad Hanafi mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu pengurusan jenazah; civitas akademika STIBA Makassar dan Wahdah Islamiyah melalui LAZIS Wahdah beserta seluruh kader dan simpatisannya.

    Shalat jenazah diimami Ketua STIBA Makassar

    Jenazah Laode Dimas rahimahullah tiba di rumah duka

    Foto: UKM Pers 

  • PCD-DPPWI, Program Bersama STIBA Makassar dan Wahdah Islamiyah Lahirkan Alumni Berkualitas

    PCD-DPPWI, Program Bersama STIBA Makassar dan Wahdah Islamiyah Lahirkan Alumni Berkualitas

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Ketua STIBA Makassar didampingi Waka I dan Waka III menerima kunjungan pimpinan-pimpinan DPP Wahdah Islamiyah, Rabu (23/10/2019) di Ruang Rapat STIBA Makassar. Tampak di antara rombongan pengurus pusat Wahdah yang hadir Ketua Bidang I Ustaz Muhammad Qasim Saguni, Kadep. Kaderisasi Ustaz Muhammad Taufan Djafri, Ketua DUD Ustaz Syamsuddin Kurru, Kepala LKPDM Ustaz Jahada Mangka, Kepala LP2AR Ustaz Hendra Ismail, Kepala LP2KS Ustaz Amir Gani, serta didampingi sekretaris masing-masing.

    Kehadiran para pimpinan Wahdah Islamiyah ini dalam rangka mematangkan rencana kerja sama dengan STIBA Makassar melalui program Pembekalan Calon Dai Wahdah Islamiyah Tahun 2020 atau disingkat PCD-DPPWI.

    Dalam pertemuan itu kedua belah pihak menyepakati bahwa PCD-DPPWI nantinya akan diikuti oleh mahasiswa STIBA semester akhir atau alumni.

    Ustaz Qasim Saguni mengatakan, melalui program ini, mahasiswa ataupun alumni diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan sebagai dai, khatib, mubaligh, murabbi, dan qiyadah al-ummah (pemimpin umat). Mahasiswa maupun alumni yang mengikuti program ini juga diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan sebagai dai yang mandiri dan memiliki mentalitas yang kuat menghadapi tantangan di medan dakwah.

    Pengampu Program Pembekalan Calon Dai Wahdah Islamiyah Tahun 2020 nantinya akan ditetapkan oleh ketua bidang I DPP WI. Mereka terdiri dari para dosen STIBA, trainer Wahdah Islamiyah, dan narasumber yang diundang oleh pihak penyelenggara.

    Sementara pihak pelaksana dari program ini adalah Departemen Urusan Daerah (DUD) DPP Wahdah Islamiyah bekerja sama dengan STIBA Makassar yang akan dituangkan dalam bentuk MoU.

    Kurikulum program PCD-DPPWI memuat mata kuliah umum yang meliputi tema-tema tsaqafah dan ruhiyah dai. Mata kuliah pokok meliputi mata kuliah dai dan khatib, mata kuliah murabbi, mata kuliah manajemen dan leadership, serta beberapa mata kuliah penunjang.

    Menanggapi program Pembekalan Calon Dai Wahdah Islamiyah Tahun 2020 tersebut , Ustaz Ahmad Hanafi selaku ketua STIBA Makassar mengatakan bahwa pihaknya secara umum menerima kerja sama ini.

    “Secara umum kita menerima kerja sama ini. Tinggal persoalan waktu yang belum kita tetapkan. Kalau pihak DPP WI mengusulkan pembelajaran berlangsung tiap hari selama lima bulan. Tapi kita minta cukup dua hari penuh karena selebihnya akan digunakan mahasiswa untuk fokus menyelesaikan skripsi mereka,” ujar Ustaz Ahmad.