Akhbar Terbaru

  • Anggap Keberadaannya Bermanfaat bagi Masyarakat hingga ASN, Camat Tinggimoncong Sambut Kehadiran Mahasiswa KKN STIBA Makassar

    Anggap Keberadaannya Bermanfaat bagi Masyarakat hingga ASN, Camat Tinggimoncong Sambut Kehadiran Mahasiswa KKN STIBA Makassar

    (STIBA.ac.id) Gowa –  Secara resmi pemerintah Kecamatan Tinggimoncong menerima 38 mahasiswa KKN Angkatan VI Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar. Seremoni penyambutan berlangsung di Aula Kantor Lurah Malino, Kamis (02/02/2023).

    Camat Tinggimoncong Iis Nurismi, S.Ip. dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih kepada STIBA karena Tinggimoncong untuk yang kedua kalinya mendapat kepercayaan sebagai tuan rumah KKN mahasiswa STIBA.

    Baca juga: Jadi Tuan Rumah Lokasi KKN 114 Mahasiswi STIBA , Ini Tanggapan Camat Moncongloe – STIBA Makassar

    “Keberadaan anak-anak kita mahasiswa KKN STIBA Makassar sangat dirasakan manfaatnya di tengah-tengah masyarakat, bahkan di tengah-tengah ASN. Di antara program anak-anak kita adalah pengajaran Dirosa,” ucapnya.

    Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan Muhammad Taufan Djafri, Lc., M.H.I. yang mewakili ketua STIBA dalam sambutannya berpesan kepada mahasiswa KKN untuk menampakkan karakter dan akhlak terbaik serta mengerahkan segala potensi untuk mengabdi ke masyarakat.

    Baca juga: Delapan Desa dan Satu Kelurahan di Kecamatan Tombolo Pao Sambut Kehadiran Mahasiswa KKN STIBA Makassar – STIBA Makassar

    Sementara itu, Dwi Faturrahman selaku Korcam Tinggimoncong dalam sambutannya mengatakan bahwa ciri khas yang membedakan KKN mereka dari yang lain terletak pada misi dakwah yang mereka emban.

    Reporter: Dwi F.

  • Delapan Desa dan Satu Kelurahan di Kecamatan Tombolo Pao Sambut Kehadiran Mahasiswa KKN STIBA Makassar

    Delapan Desa dan Satu Kelurahan di Kecamatan Tombolo Pao Sambut Kehadiran Mahasiswa KKN STIBA Makassar

    (STIBA.ac.id) Gowa –  Mahasiswa peserta KKN Angkatan VI Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar mengikuti acara penyambutan di Aula Kantor Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa, Kamis (02/02/2023). Ke 49 mahasiswa tersebut akan disebar di seluruh desa di Kecamatan Tombolo Pao yang berjumlah delapan desa dan satu kelurahan.

    Acara ini dihadiri oleh jajaran pegawai kecamatan termasuk kepala-kepala desa dan lurah di Kecamatan Tombolo Pao. Sementara dari pihak STIBA, Dr. Kasman Bakry, S.H.I, M.H.I. selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik dan beberapa dosen pembimbing lapangan yaitu Dr. Rustam Koly, Syandri Syaban, M.Ag., Ihwan Wahid, M.E., dan Abdul Munawwir, M.H.I.

    Dalam sambutannya, Dr. Kasman Bakry mengatakan bahwa tujuan dari kuliah kerja nyata ini adalah untuk mengusung tema pembinaan keagamaan dalam rangka membentuk karakter manusia yang lebih manusiawi.

    Sementara dari pihak yang mewakili Camat Tombolo Pao, Muhammad Syahrir, S.Sos. saat memberikan sambutan mengatakan bahwa kecamatannya saat ini tengah berbenah masalah keagamaan, karenanya ia berharap dengan kehadiran mahasiswa STIBA bisa bersinergi dengan pemerintah untuk menjadi lebih baik.

    Baca juga: Jadi Tuan Rumah Lokasi KKN 114 Mahasiswi STIBA , Ini Tanggapan Camat Moncongloe – STIBA Makassar

    Acara ini ditutup dengan serah terima SK KKN VI STIBA Makassar kepada pihak kecamatan, dan disaksikan oleh ketua DPC Wahdah Islamiyah Tombolo Pao, Abu Faris.

    Pascaseremoni penyambutan, mahasiswa menuju ke desa tempat mereka akan melaksanakan kuliah kerja nyata pada tahun ini.

    Reporter: Muh Nurtaufiq Sudirman/Pikhy Ardiansyah

  • Jadi Tuan Rumah Lokasi KKN 114 Mahasiswi STIBA , Ini Tanggapan Camat Moncongloe

    Jadi Tuan Rumah Lokasi KKN 114 Mahasiswi STIBA , Ini Tanggapan Camat Moncongloe

    (STIBA.ac.id) Maros –  Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros menjadi salah satu lokasi kerja mahasiswa KKN STIBA Makassar. Kehadiran rombongan mahasiswa KKN ini disambut dengan acara khusus Penyambutan di Aula Kantor Kecamatan Moncongloe, Kamis (02/02/2023).

    Penyambutan ini dihadiri oleh Herwan, S.Sos., M.Si. selaku Camat Moncongloe beserta jajarannya. Hadir pula lima orang kepala desa atau yang mewakili. Sementara dari pihak STIBA Makassar, tampak hadir Ketua STIBA Makassar Dr. Akhmad Hanafi Dain Yunta dan para dosen pembimbing lapangan, di antaranya  Dr. Ronny Mahmuddin, Ahmad Syaripudin, M.Pd.I., Irsyad Rafi, M.H., Ariesman M., M.Si., dan Muh. Isra Syarif, M.H., serta mahasiswa peserta KKN VI STIBA Makassar yang terdiri dari 16 orang mahasiswa dan mahasiswi sebanyak 114 orang.

    Tampak pula di deretan kursi tamu Ketua DPC Wahdah Islamiyah Moncongloe Ustaz Zainal.

    Ketua STIBA Makassar Dr. Akhmad Hanafi Dain Yunta

    Ketua STIBA Makassar dalam sambutannya mengungkapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada aparat pemerintah setempat yang telah memberikan akses dan fasilitas untuk mahasiswa STIBA dapat melaksanakan KKN di Kecamatan Moncongloe Kab. Maros.

    “Desa-desa di Moncongloe mempunyai hak dalam bertetangga yang harus diberikan karena secara letak geografis kecamatan ini sangat dekat dengan institusi STIBA Makassar,” ujarnya.

    Terkait penampilan mahasiswa yang berbeda dari mayoritas masyarakat setempat khususnya para mahasiswi, Ketua STIBA  mengimbau mahasiswanya agar tidak eksklusif dan membuat sekat dengan masyarakat setempat dan menunjukkan akhlak yang mulia kepada mereka.

    Camat Moncongloe Herwan, S.Sos., M.Si.

    Saat memberikan sambutan, Camat Moncongloe mengutarakan perasaan bahagia karena kecamatannya telah dipilih menjadi salah satu lokasi KKN STIBA dari sekian banyak kecamatan di kabupaten Maros.

    Baca juga: Delapan Desa dan Satu Kelurahan di Kecamatan Tombolo Pao Sambut Kehadiran Mahasiswa KKN STIBA Makassar – STIBA Makassar

    “Selamat datang kepada mahasiswa peserta KKN. Kami menaruh harapan yang sangat besar kepada peserta KKN STIBA Makassar agar tidak menutup diri dari masyarakat dan bisa bersinergi dengan pemerintah setempat dalam melakukan pembinaan keagamaan kepada masyarakat Moncongloe,” harapnya.

    Kegiatan penyambutan ini diakhiri dengan serah terima Peserta KKN Angkatan VI STIBA Makassar secara simbolis dari Ketua STIBA Makassar kepada Camat Mocongloe.

    Laporan: Andi Quarzhy

  • Lepas Mahasiswanya ke Lokasi KKN, Ketua STIBA Makassar Bekali Empat Wasiat

    Lepas Mahasiswanya ke Lokasi KKN, Ketua STIBA Makassar Bekali Empat Wasiat

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Ratusan mahasiswa KKN STIBA Makassar pagi ini bertolak ke lokasi masing-masing, Kamis (02/02/2023). Sehari sebelumnya, Ketua STIBA Makassar Ustaz Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D. melepas secara resmi dalam seremoni yang berlangsung di Masjid Anas bin Malik.

    Dalam kesempatan tersebut, ketua STIBA menitipkan empat wasiat sebagai bekal mahasiswa yang akan melakukan program KKN tahun ini.

    Wasiat Pertama: Ikhlaskan niat

    Dakwah adalah ciri khas KKN mahasiswa STIBA Makassar yang membedakannya dengan KKN PT lain. Dakwah adalah ibadah maka membutuhkan keikhlasan semata karena Allah.

    “Konsekuensi dari keikhlasan akan tampak dalam keseharian kita menjalani dakwah ini. Agar dakwah kita diterima di tengah masyarakat maka kunci utamanya adalah ikhlas, qul hadzihi sabili ad’u ilallah… Kita ajak orang bukan untuk masuk Wahdah atau masuk STIBA ramai-ramai, bukan untuk bergabung di organisasi, apalagi untuk pribadi masing-masing. Tidak! Tapi ad’u ilallah. Maka keikhlasan itu yang akan jadi ukuran,” ujar Ustaz Akhmad Hanafi, Ketua STIBA Makassar.

    Lebih lanjut ia mengatakan bahwa semakin kuat pondasi ilmu maka semakin kuat ilmu akan mengarahkan seseorang untuk ikhlas. Ia lalu mengutip perkataan Sufyan ats-Tsauri rahimahullah bahwa pada awalnya ia menuntut ilmu karena niat yang lain. Tapi ternyata justru ilmu itu menggiringnya untuk semata-mata ikhlas karena Allah.

    “Ikhlas kunci utama. Kalau sudah ikhlas, sebesar apapun tantangannya, lillah. Beda kalau bukan karena Allah akan ada kekecewaan, baperan yang banyak. Apalagi Antum berkelompok, bisa jadi nanti ada satu kelompok yang lebih disenangi masyarakat daripada kelompok yang lain. Kalau ada yang tidak ikhlas melihat fenomena ini maka akan ada ganjalan dalam hati. Lahirlah hasad, suuzan. Keiklasan juga akan terlihat ketika kita berinteraksi dengan masyarakat. Orang tidak ikhlas akan memilah dan memilih hanya menghadiri undangan orang-orang tertentu saja,” tutur Ustaz Akhmad memaparkan makna ikhlas dan contoh-contohnya.

    Baca juga: Tahun Ini 218 Mahasiswa Siap Ikuti KKN Pengabdian di Tiga Kecamatan – STIBA Makassar

    Wasiat Kedua: Adab dan Etika
    Salah satu kunci diterimanya—bahkan dinanti-nantikannya kehadiran—mahasiswa KKN STIBA adalah adab dan sopan santun meraka.

    “Dakwah akan berhasil kalau kita berusaha untuk menjadi orang yang memiliki adab dan sopan santun. Inilah nilai tamayyuz kita. Kalau orang lain pergi KKN bawa gitar, siapkan rokok, maka kalau kita menyiapkan akhlak yang akan membersamai kita,” terang Mudir.

    Ia juga mengangkat kisa pengutusan Muadz bin Jabal oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke Yaman. Saat itu, kata Ustaz Akhmad, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sambil memegang tali kekang hewan tunggangan Mu’adz, beliau menyampaikan beberapa wasiat.  Salah satunya adalah hassin khuluqaka linnaas (perbagus akhlakmu kepada manusia).

    “Sehebat apapun metode dakwah dan retorika kita tapi kalau akhlak tidak baik maka dikali nol,” tegas Ustaz Akhmad.

    Wakil Ketua Dewan Syariah WI tersebut juga menitipkan wasiat khusus kepada para akhwat (mahasiswi).

    “Bagi akhwat apalagi yang bercadar, secara visual itu sudah terhalang, terhijab. Mau tidak mau orang akan merasa segan. Menganggap ini bukan orang yang bisa berinteraksi secara nyaman. Kalau orang sudah menjaga jarak dari kita, ditambah lagi kalau adab dan sikap kita tidak baik, maka orang akan semakin menjauh. Berhijab bukan  berarti Anda tidak boleh berinteraksi, menampakkan hal-hal baik di masyarakat. Kalau akhwat nanti memberi gambaran yang baik maka itu yang tertanam di masyarakat,” urai Ustaz.

    Wasiat Ketiga:  Saling Memahami dan Tidak Menampakkan Perselisihan

    Ketika melepas kepergian Mu’adz bin Jabal dan Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu anhuma ke Yaman, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga menyampaikan beberapa pesan. Salah satunya adalah tathawa’a wala takhtalifa (saling memahamilah dan jangan menampakkan perselisihan).

    Baik Mu’adz maupun Abu Musa, keduanya adalah para sahabat besar. Tapi masih diingatkan Nabi untuk saling memahami dan tidak menampakkan perselisihan di tengah masyarakat.

    “Kalian akan berdakwah bersama, maka pasti akan ada perbedaan-perbedaan antara satu dengan lainnya. Tapi usahakan cari jalan tengah, titik temu antara perselisihan, dan yang paling penting jangan tampakkan perselisihan di tengah masyarakat. Kita tidak bisa menghindari perselisihan karena itu bisa saja terjadi, tapi yang paling penting bagaimana menyikapi bila berbeda pendapat. Usahakan saling memahami,” harap Ustaz Akhmad.

    Wasiat Keempat: Membawa Perwajahan STIBA

    Mahasiswa KKN membawa perwajahan institusi di pundak mereka. Mereka adalah para duta di tengah masyarakat. Sedikit saja nilai negatif yang lahir dari sikap dan perbuatan meraka akan membawa dampak tercemarnya nama institusi.

    Terkait ini, Ustaz Akhmad Hanafi mengutip ayat dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahzab ayat 58, (artinya),

    “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.”

    “Kita memiliki banyak kekurangan. Jangan sampai efek dari perbuatan yang Antum tampakkan justru itu jadi citra buruk bagi institusi kita di tengah masyarakat,” pungkasnya.

    Sebanyak 218 mahasiswa yang terdiri dari 104 mahasiswa dan 114 mahasiswi hari ini, Kamis (02/02) diberangkatkan ke tiga dua kabupaten yaitu Gowa dan Maros. Di Gowa, mahasiswa KKN STIBA Angkatan VI disebar di dua kecamatan, Tinggimoncong dan Tombolopao. Sementara di Maros dipusatkan di Kecamatan Moncongloe.

  • Tahun Ini 218 Mahasiswa Siap Ikuti KKN Pengabdian di Tiga Kecamatan

    Tahun Ini 218 Mahasiswa Siap Ikuti KKN Pengabdian di Tiga Kecamatan

    (STIBA.ac.id) Makassar –  STIBA Makassar kembali akan mengutus ratusan mahasiswanya mengikuti program KKN. Jika tahun-tahun sebelumnya, STIBA Makassar mengakomodir permintaan sejumlah lembaga untuk menempatkan beberapa mahasiswa KKN di lembaga mereka, tahun ini STIBA memfokuskan ke 218 mahasiswanya di tiga kecamatan.

    Ke 104 mahasiswa akan disebar di sembilan desa se-Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, tujuh desa di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa, dan lima desa di Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros. Sementara 114 mahasiswi hanya akan ditempatkan di lima desa di kecamatan terdekat dengan kampus STIBA Makassar yaitu Kecamatan Moncongloe.

    Ketua STIBA Makassar dan Waka I berfoto bersama para Kordes KKN VI

    Sebelum diutus ke lokasi KKN masing-masing, mahasiswa peserta KKN Pengabdian mengikuti pembekalan selama enam hari, Selasa—Jumat (24—27/01/2023) kemudian dilanjutkan kembali di hari Senin—Selasa (30—31/01/2023).

    Pelepasan secara resmi diadakan pada Rabu (01/02/2023) di Masjid Anas bin Malik. Hadir dalam pelepasan tersebut Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Ustaz Dr. Khairul Akbar, Waka I Bidang Akademik Ustaz Dr. Kasman Bakry, dan Ketua STIBA Makassar Ustaz Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D.

    Dalam tausiahnya kepada peserta KKN, Ustaz Akhmad Hanafi kembali mengingatkan mahasiswanya tagline STIBA Kampus Dakwah dan Perjuangan.

    “Nilai Antum itu sebagai mahasiswa—dan nanti akan jadi alumni—itu dinilai berdasarkan berapa besar kontribusi yang Antum berikan untuk dakwah dan perjuangan ini,” ujarnya.

    Ustaz Akhmad mengatakan, kendati peserta KKN kali ini seluruhnya mahasiswa Prodi Perbandingan Mazhab yang CPL pertamanya adalah menjadi mufti, tapi tidak melupakan tujuan awal didirikannya STIBA yaitu sebagai institusi pengaderan dai yang siap berdakwah.

    Mudir STIBA tersebut kemudian mengutip ayat dalam Surah Yusuf ayat 108,

    “Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata…”

    “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memilih salat, zakat, dan ibadah lainnya sebagai jalan, tapi yang dipilih adalah jalan dakwah. Jalannya para nabi. Ketika Nuh alaihisalam mengadukan kepada Allah betapa besar tanggung jawab beliau di tengah masyarakat, beliau tidak mengatakan ‘inni shallaytu laylan wanaharan, inni qara’tul Qur’an laylan wanaharan, tapi beliau katakan ‘inni da’awtu qawmi…,” imbuh Ustaz Akhmad memberi motivasi kepada peserta KKN tentang pentingnya berdakwah di tengah masyarakat.

    Lebih lanjut, Ustaz Akhmad mengatakan bahwa kesadaran akan pentingnya dakwah inilah yang harus selalu tertanam dalam diri setiap mahasiswa bahwa mereka adalah mahasiswa dan calon alumni dari sebuah kampus yang tagline-nya adalah dakwah dan perjuangan.

    Ketua STIBA juga menguraikan marhalah ilmu. Ia mengatakan bahwa ilmu punya dua marhalah (tingkatan). Yang pertama, menurut Ustaz Akhmad adalah marhalatul idkhal.

    “Sekarang ini Antum ada pada fase ini. Kita berusaha untuk mendapatkan bekal sebanyak-banyaknya. Kemudian marhalatul ikhraj atau atha’, di mana kita berkewajiban mengeluarkan ilmu yang telah kita miliki. Tidak akan bermanfaat kalau kita simpan jadi bahan hafalan saja,” tuturnya.

    Ustaz Akhmad juga menyampaikan harapannya agar mahasiswa peserta KKN tetap mempertahankan ciri khas KKN STIBA.

    “KKN dalam makna dakwah itulah ciri khas KKN kita,” tegasnya.

    Menurut Kepala P3M, Ustaz Dr. Khairul Aqbar, tahun ini STIBA Makassar menetapkan bentuk KKN Pengabdian. Berbeda dengan dua tahun sebelumnya yang memilih model KKN Berbasis Riset dan KKN Kemanusiaan.

    Kamis besok (02/02) dijadwalkan pemberangkatan serentak mahasiswa peserta KKN ke lokasi KKN masing-masing bersama para dosen pendamping.

  • Perpustakaan STIBA Makassar Terima Bantuan Buku dari Mahasiswa Universitas Islam Madinah

    Perpustakaan STIBA Makassar Terima Bantuan Buku dari Mahasiswa Universitas Islam Madinah

    (STIBA.ac.id) Makkah – Perpustakaan STIBA Makassar mendapat bantuan dua puluh enam jilid kitab. Bantuan tersebut berasal dari sejumlah alumni STIBA Makassar yang saat ini menempuh pendidikan di  Universitas Islam Madina, Arab Saudi.

    Penyerahan kitab dilakukan oleh Syahrul Bardin, S.H. sebagai perwakilan alumni dan diterima oleh Kabag. Kegiatan Kemahasiswaan STIBA Ahmad Amunir, Lc.  di Makkah, Senin (27/01/2023).

    Ke-26 jilid kitab tersebut merupakan karya dari Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz al-Awaji. Kitab ini merupakan ensiklopedia dakwah dan perhatian Islam kepada para penuntut ilmu berhijrah dari kampungnya untuk menuntut ilmu.

    Kitab tersebut dipandang perlu untuk menjadi bahan literatur mahasiswa STIBA Makassar mengingat erat kaitannya dengan slogan Kampus Dakwah dan Perjuangan.

    Reporter: Muhammad Ali, S.H. (Alumni STIBA Makassar 2022)

  • Lahirkan Tenaga Pengajar Keren dan Profesional, Bidang Akademik Putri Selenggarakan Workshop Dosen Kreatif

    Lahirkan Tenaga Pengajar Keren dan Profesional, Bidang Akademik Putri Selenggarakan Workshop Dosen Kreatif

    (STIBA.ac.id) Makassar –     Bidang Akademik Putri STIBA Makassar menyelenggarakan Workshop Dosen Kreatif, Jumat, 05 Rajab 1444 H  (27/01/2023). Acara bertema Dosenku Keren, Profesional, dan Menyenangkan tersebut diikuti oleh 56 dosen putri STIBA Makassar.

    Kegiatan ini menghadirkan narasumber yang sama pada kegiatan pelatihan RPS dan microteaching yang diadakan oleh bagian akademik putri sebelumnya, yaitu Dr. St. Syamsudduha, M.Pd.

    Ia menyampaikan teknik-teknik untuk menjadi dosen yang keren, profesional, dan menyenangkan. Mulai dari paradigma yang dipakai dalam pembelajaran, hingga cara mengidentifikasi bahwa pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran yang aktif. Narasumber juga memberikan contoh model-model pembelajaran yang dapat diterapkan sehingga mata kuliah apapun dapat dibawakan dengan cara menyenangkan dan tidak monoton.

    Sebuah video pembelajaran juga ditampilkan untuk diidentifikasi kemudian peserta mempresentasikan atau mengemukakan pendapatnya terkait interaksi dosen, mahasiswa, dan sumber belajar pada video tersebut.

    Antusias peserta semakin terlihat ketika pemateri membuka sesi berbagi pengalaman. Beberapa dosen terbuka menceritakan pengalaman dalam menyiapkan pembelajaran dan model atau metode apa yang paling sering digunakan. Terakhir, pemateri mengarahkan dua peserta untuk melakukan praktik mengajar sesuai dengan teori yang telah disampaikan sebelumnya di hadapan peserta lain. Sebagian yang lain berperan sebagai pengamat yang me-review penampilan tersebut, termasuk juga pemateri.

    Beberapa dosen memberikan testimoni setelah kegiatan berlangsung. Mereka mengaku bahwa kegiatan ini sangat menyenangkan, mendapat banyak ilmu, pengalaman, inspirasi dan motivasi untuk menjadi dosen kreatif dan profesional.

    Reporter: Tim Humas Putri

  • Narasumber Kuliah Perdana, Ustaz Ikhsan Zainuddin: Tidak Harus Jadi Ulama untuk Mendapatkan Keutamaan Menuntut Ilmu

    Narasumber Kuliah Perdana, Ustaz Ikhsan Zainuddin: Tidak Harus Jadi Ulama untuk Mendapatkan Keutamaan Menuntut Ilmu

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Kuliah Perdana kali ini menghadirkan Sekretaris Senat STIBA Makassar, Ustaz Muhammad Ikhsan Zainuddin, Lc., M.Si., Ph.D. sebagai narasumber. Dalam pemaparannya, Ustaz Ikhsan memulai dengan menyebutkan kisah Abu Darda radhiyallahu ‘anhu yang didatangi oleh seorang pria dari negeri yang jauh untuk belajar satu hadis. Hadis yang dibacakan Abu Darda kepadanya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

    من سلك طريقًا يلتمسُ فيه علمًا، سهَّل اللهُ له طريقًا إلى الجنَّةِ

    “Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka akan Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Abu Dawud).

    Ustaz Ikhsan menjelaskan makna ilmu dalam hadis ini ialah ilmu yang membuat seorang hamba semakin mengenal Allah, rasul-Nya, dan syariat-Nya. Ilmu inilah yang jika dituntut maka akan memudahkan penuntutnya masuk surga.

    “Jalan ilmu jalan perjuangan, tapi apa artinya perjuangan tanpa ada surga di pengujungnya. Maka seandainya tidak ada dalil lain yang menjelaskan keutamaan menuntut ilmu selain hadis ini maka itu sudah cukup untuk kita bersabar meniti jalan ini,” jelas Ustaz Ikhsan.

    Baca juga: Ini Titik Start dan Finis Seorang Penuntut Ilmu Menurut Ustaz Yusran – STIBA Makassar

    Menurut dosen STIBA Makassar ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadis tersebut mengatakan bahwa keutamaan akan diberikan ketika orang itu mulai menuntut ilmu, bukan ketika telah menjadi ulama besar.

     “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan ‘begitu kalian menempuh jalan ini’, beliau tidak mempersyaratkan bahwa Anda harus jadi ulama besar, harus menamatkan kitab ini kitab itu dulu, tapi begitu Anda menempuh jalan ini, maka Allah mudahkan jalan Anda menuju surga,” urainya.

    Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa Rasulullah menuntun para pejuang untuk meletakkan surga sebagai tujuan akhirnya.

    Baca juga: Butuh Kesungguhan, Ketua STIBA kepada Peserta Kuliah Perdana: Menuntut Ilmu Adalah Jihad Kita – STIBA Makassar

    “Dan inilah indahnya kita bertransaksi dengan Allah. Allah tidak melihat ending-nya, apakah kita mumtaz atau tidak, tapi Allah melihat usaha kita, mujahadah kita,” pungkasnya.

    Kuliah Perdana di setiap awal semester menjadi ajang untuk memberi motivasi belajar kepada para mahasiswa. Hal ini penting untuk kembali menguatkan tekad mereka mengikuti perkuliahan dan proses pembinaan selama satu semester ke depan.

  • Ini Titik Start dan Finis Seorang Penuntut Ilmu Menurut Ustaz Yusran

    Ini Titik Start dan Finis Seorang Penuntut Ilmu Menurut Ustaz Yusran

    (STIBA.ac.id) Makassar –  Jalan Ilmu, Jalan Pejuang Surga menjadi tema Kuliah Perdana STIBA Makassar Semester Genap TA. 1444 H/2022—2023 M. Acara yang digelar di Masjid Anas bin Malik tersebut dibuka secara resmi oleh Ketua Senat STIBA Makassar Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D.

    Dalam sambutannya, Ustaz Yusran mengingatkan mahasiswa tentang mabda’ (titik start) dan muntaha (finis) mereka.

    “Kita harus sadar bahwa kita adalah pejuang yang sementara berjalan. Ada mabda’ dan muntaha kita. Orang berjalan yang tidak tahu bagaimana memulai maka dia akan salah orientasi. Dan orang yang tidak tahu sampai kapan dan ke mana tujuannya maka dia akan terus berkeliling dan tersesat dalam perjalanannya. Kita adalah thalibul ilmi yang merupakan pejuang Allah dan kita berjalan dalam rangka thalabul ilm,” ujar Ustaz Yusran di Masjid Anas bin Malik, Senin (23/01/2023).

    Baca juga: Butuh Kesungguhan, Ketua STIBA kepada Peserta Kuliah Perdana: Menuntut Ilmu Adalah Jihad Kita – STIBA Makassar

    Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah tersebut juga mengutip perkataan Ibrahim bin Adham yang disebutkan oleh Imam al-Baghdadi dalam kitabnya Ar-Rihlah fi Thalab al-Hadits,

    إن الله تعالى يرفع البلاء عن هذه الأمة برحلة أصحاب الحديث

    Allah mengangkat malapetaka dari umat ini dengan adanya para penuntut hadis (penuntut ilmu).

    “Maka Antum adalah orang-orang—dengan izin Allah dan taufik-Nya—yang menyelamatkan umat ini. Maka satu kebahagiaan ketika Allah memilih kita dalam hal ini. Tapi ingat, keikhlasan kita dalam menuntut ilmu, tiada lain karena Allah. Orang yang berjuang tapi tidak ikhlas maka tempatnya di neraka, bahkan Allah hinakan dengan dijerumuskan ke neraka pertama kali,” kata Ustaz Yusran.

    Lebih lanjut, Ustaz Yusran mengatakan bahwa titik finis seorang penuntut ilmu adalah surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Muntaha kita bukan selesai di STIBA dapat gelar S-1, S-2, S-3, tapi kita tidak akan berhenti dalam perjuangan ini sampai ajal mendatangi kita,” tegasnya.

    Baca juga: Narasumber Kuliah Perdana, Ustaz Ikhsan Zainuddin: Tidak Harus Jadi Ulama untuk Mendapatkan Keutamaan Menuntut Ilmu – STIBA Makassar

    Kuliah Perdana awal semester ini dihadiri oleh seluruh mahasiswa, pengelola, dan dosen ikhwan. Sementara akhwat menyimak melalui Kanal Youtube STIBA TV.

  • Butuh Kesungguhan, Ketua STIBA kepada Peserta Kuliah Perdana: Menuntut Ilmu Adalah Jihad Kita

    Butuh Kesungguhan, Ketua STIBA kepada Peserta Kuliah Perdana: Menuntut Ilmu Adalah Jihad Kita

    (STIBA.ac.id) Makassar – Pascaliburan semester ganjil, STIBA Makassar kembali memulai kegiatan perkuliahan. Kuliah Perdana menjadi momentum awal kegiatan belajar mengajar di semester genap tahun ini.

    Ketua STIBA Makassar Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D. menjadi pembicara pertama dalam Kuliah Perdana yang digelar Senin (23/01/2023) tersebut. Dalam orasinya, Ustaz Akhmad banyak menjelaskan tafsir ayat yang dibacakan qari di pembukaan acara.

    “Tema Kuliah Perdana kita Jalan Ilmu, Jalan Pejuang Surga. Maka seperti yang dibaca qari tadi, ilmu adalah jihad, karenanya orang-orang yang menuntut ilmu adalah mujahid, para pejuang. Ayat yang tadi dibacakan menjelaskan kepada kita bagaimana motivasi perjuangan itu dalam menuntut ilmu, karena dari sisi alur ayat, sebelum ayat 122 di Surah At-Tawbah,

    وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

    “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Tawbah: 122).

    Sebelum ayat ini disebutkan, kata Ustaz Akhmad, alur ayat-ayat sebelumnya bercerita tentang jihad. Bahwa jihad itu memang harus menghadapi masalah. Pasti capek. Pasti melelahkan. Tantangannya banyak.

    “Maka setelah itu Allah menjelaskan bahwa ada medan jihad yang lain. Tidak semua kaum muslimin harus turun gelanggang mengahadapi musuh secara fisik, tapi harus ada yang berjihad melawan hawa nafsu. Melawan segala yang dapat melenakan kita dari jalan menuntut ilmu. Maka bahasanya juga bahasa jihad. Kata-kata liyanfiru dan liyundziru adalah bahasa jihad,” ujar Ustaz Ahmad di Masjid Anas bin Malik, Senin (23/01/2023).

    Lebih lanjut, Ustaz Akhmad menjelaskan bahwa menuntut ilmu adalah jalan jihad para penuntut ilmu. Karenanya perlu kesungguhan. Apalagi setelahnya Allah berfirman,

     يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً ۚ

    “Hai kamu yang beriman, berjuanglah untuk orang-orang di sekitarmu, dan biarlah mereka menemukan kekerasan darimu.” (QS. At-Tawbah: 123).

    Sebagai bagian dari bentuk jihad, menuntut ilmu juga memiliki konsekuensi-konsekuensi yang harus ditanggung oleh para penuntut ilmu yang sedang berada di front jihad.

    “Maka yang namanya jihad pasti ada yang terluka, ada yang sedih, menangis, bahkan ada yang gugur. Tapi semuanya akan bernilai pahala di sisi Allah kalau kita benar-benar komitmen, jujur di atas kebenaran jalan menuntut ilmu ini,” tegas Wakil Ketua Dewan Syariah Wahdah Islamiyah tersebut.

    Di bagian akhir sambutannya, Ustaz Akhmad mengutip dua bait syair dari Imam Syafii rahimahullah:

    بقَدْرِ الكدِّ تُكتَسَبُ المَعَــالي        ومَنْ طَلبَ العُلا سَهِـرَ اللّيالي

    Ketinggian diraih berdasarkan ukuran kerja keras…

    Barang siapa yang ingin meraih puncak maka dia akan begadang

    ومَنْ رامَ العُلى مِن ْغَيرِ كَـدٍّ        أضَاعَ العُمرَ في طَـلَبِ المُحَالِ

    Barang siapa yang mengharapkan ketinggian/kemuliaan tanpa rasa letih…

    Maka sesungguhnya ia hanya menghabiskan usianya untuk meraih sesuatu yang mustahil…

    تَرُومُ العِــزَّ ثم تَنامُ لَيـلاً       يَغُوصُ البَحْرَ مَن طَلَبَ اللآلي

    Engkau mengharapkan kejayaan lantas di malam hari hanya tidur saja?

    Orang yang mencari mutiara harus menyelam di lautan

    ما في المَقامِ لِذي عَقلٍ وَذي أَدَبِ       مِن راحَةٍ فَدَعِ الأَوطانَ وَاِغتَرِبِ

    Orang pandai dan beradab tak kan diam di kampung halaman

    Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang

    سافِر تَجِد عِوَضاً عَمَّن تُفارِقُهُ       وَانصَب فَإِنَّ لَذيذَ العَيشِ في النَصَبِ

    Pergilah kan kau dapatkan pengganti dari kerabat dan teman

    Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang

    إِنّي رَأَيتُ وُقوفَ الماءِ يُفسِدُهُ        إِن ساحَ طابَ وَإِن لَم يَجرِ لَم يَطِبِ

    Aku melihat air yang diam menjadi rusak karena diam tertahan

    Jika mengalir menjadi jernih, jika tergenang menjadi keruh/berbau

    وَالأُسدُ لَولا فِراقُ الأَرضِ مااِفتَرَسَت      وَالسَهمُ لَولا فِراقُ القَوسِ لَم يُصِبِ

    Singa tak kan pernah memangsa jika tak tinggalkan sarang

    Anak panah jika tak tinggalkan busur tak kan mengenai sasaran

    وَالشَمسُ لَو وَقَفَت في الفُلكِ دائِمَةً     لَمَلَّها الناسُ مِن عُجمٍ وَمِن عَرَبِ

    Jika saja matahari di orbitnya tak bergerak dan terus diam

    Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

    وَالتِبرُ كَالتُربِ مُلقىً في أَماكِنِهِ      فَإِن تَغَرَّبَ هَذا عَزَّ مَطلَبُهُ

    Biji emas bagai tanah biasa sebelum digali dari tambang

    Setelah diolah dan ditambang manusia ramai memperebutkan

    وَالعودُ في أَرضِهِ نَوعٌ مِنَ الحَطَبِ      وَإِن تَغَرَّبَ ذاكَ عَزَّ كَالذَهَبِ

    Kayu gaharu tak ubahnya kayu biasa di dalam hutan

    Jika dibawa ke kota berubah mahal seperti emas

    Kuliah Perdana dibuka secara resmi oleh Ketua Senat STIBA Makassar Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D. Sementara Ustaz Muh. Ikhsan Zainuddin, Lc., M.Si., Ph.D. menjadi narasumber Kuliah Perdana.